MAKALAH lIVING QUR'AN
MAKALAH lIVING QUR'AN
MAKALAH lIVING QUR'AN
LIVING AL-QUR’AN
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
FITRIA NURLITA (202033012)
DOSEN PENGAMPU :
Dr.RUHAMA WAZNA,S.Th.I,M.A.
1
Aini,Andrika Fithrotul,Pengantar Kajian Living Qur’an,Lamongan : CV.Pustaka Djati,2021.
2
Muhammad Mansur, “Living Qur‟an dalam Lintasan sejarah studi Alquran”, Metode Penelitian Living Qur’an
dan Hadits, (Yogyakarta: Teras, 2007), hlm. 8.
B. Sejarah Kajian Living Al-Qur’an
Sejarah kajian Living Quran muncul sejak masa awal Islam, yakni pada masa
Rasulullah SAW. Pada hakikatnya ini sudah terjadi, adanya praktek memperlakukan Al
Quran, Surat-surat atau ayat-ayat tertentu dalam Al Quran untuk kehidupan umat.
Seperti hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a. berkata bahwa Nabi Muhammad
SAW pernah membaca surat al-Mu'awwidhatain, yaitu surat al Falaq dan al-Nas ketika
beliau sedang sakit sebelum Rasulullah wafat. Riwayat lain juga telah menyebutkan,
bahwa sahabat Nabi pernah mengobati seseorang yang tersengat hewan berbisa dengan
membaca Al-Fatihah.
Keterangan riwayat hadis di atas, menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW
dan para sahabat pernah melakukan praktek ruqyah, yaitu mengobati dirinya sendiri dan
juga orang orang lain yang menderita sakit dengan membacakan ayat tertentu di dalam Al
Quran. Sejak awal mula masa Islam, dimana Nabi Muhammad SAW masih hadir di
tengah-tengah umat, praktek interaksi antara umat Islam dengan Al Quran tidak terbatas
pada pemahaman teks semata, tetapi bisa menyentuk aspek yang sama sekali di luar teks.
Praktek yang telah di lakukan Nabi Muhammad SAW, dengan membaca surah
Mu'awwidhatan. Untuk mengobati sakitnya yang sudah di luar teks. Karna secara
semantis antara makna teks dengan penyakit yang di derita oleh Nabi Muhammad SAW
sama sekali tidak berkaitan. Seperti itu juga hal praktek yang dilakukan oleh sahabat Nabi
yang membacakan surah al Fatihah untuk mengobati orang yang terkena sengatan
kalajengking. Rangkaian surat al Fatihah secara makna adalah sama sekali tidak ada
kaitannya dengan sengatan kalajengking.
Berdasarkan beberapa praktek interaksi umat Islam pada masa awal, dapat
dipahami jika kemudian berkembang pemahaman di masyarakat tentang fadilah atau
khasiat serta keutamaan surat-surat tertentu atau ayat-ayat tertentu di dalam Al-Quran
sebagai obat dalam arti yang sesungguhnya, yaitu untuk menyembuhkan penyakit fisik.
Selain beberapa fungsi tersebut, Al-Quran juga tidak jarang dianggap bermanfaat
dari bentuk fisiknya, yaitu ayat Al-Qur’an yang dituliskan dalam kertas atau benda-beda
tertentu atau yang biasa disebut rajah, jimat, isim atau sebagainya, yang dipercayai
sebagai penyembuh, keselamatan atau pengasihan. atau ada juga yang memahami Al-
Quran sebagai fungsi yang lain seperti menjadi solusi atas persoalan psikologi yakni
sebagai motivasi, atau persoalan ekonomi, yaitu sebagai alat untuk memudahkan
datangnya rezeki.
Akan tetapi, banyak sekali yang bermunculan ketika Al Quran sudah diyakini
bahwa proses membumikan ayat dengan perkembangan tafsir sudah sangatlah luas
sampai ke era modern sekarang ini. Karena hubungan Al Quran dengan ilmu
pengetahuan bukanlah dinilai dari banyaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang
tersimpul didalamnya serta bukan pula menunjukan sebuah kebenaran teori-teori
ilmuannya.3
C. Fadhail Al-Qur’an
Fadhail dalam bahasa Arab adalah bentuk jama' dari Fadhilah yang artinya
"Kedudukan yang tinggi dalam keutamaan". Dengan demikian, bentuk sederhana
Fadhilah Al-qur’an boleh dipahami sebagai sesuatu yang berkaitan dengan keunggulan,
keutamaan atau keistimewaan yang di kandung oleh ayat maupun surah dalam al-Qur’an.
Keterkaitan manusia terhadap sesuatu bergantung pada keilmuan tentang kelebihan
atau kegunaan sesuatu itu. Agar manusia tertarik pada al-Qur’an, sehingga Rasulullah
memberi banyak Fadhilah Al-qur’an. Walaupun demikian, ketertarikan manusia terhadap
al-Qur’an pun sangat bergantung pada keimanan dan keyakinan pada janji Allah dan
Rasul-Nya. Misalnya Umar bin Khattab tertarik pada al-Qur’an saat dilantunkan Firman
Allah, yang artinya: "Taha, tidaklah Kami turunkan al-Qur’an ini agar kamu sengsara".
Fadhail Al-Quran juga terdiri dari Hadis-hadis, namun karya-karya Fadhail Al
Quran sangat erat sekali hubungannya dengan ilmu al-‘Quran dan Tafsir. Hal ini
dikarenakan beberapa alasan. Diantaranya:
Pertama: Termaksud ke dalam jajaran ilmu-ilmu Al Quran
Kedua: Salah satu dari tujuan penulisan karya Fadhail Al Quran yaitu untuk
memahami Al Quran, sepertimana yang telah diturunkan kepada Rasulullah
SAW. Karena di dalam karya Fadhail Al Quran juga terdapat pembahasan
mengenai Qiraat, tadabur, cara memahami dan meningkatkan kepercayaan
terhadap Al Quran, serta mengamalkan Al Quran bahagia di dunia maupun
di akhirat.
3
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur'an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Jakarta: Mizan,
1992), cet. I, hal.59.
Ketiga: Bahwasanya terdapat hubungan yang sangat erat antara Fadhail Al
Quran dengan Tafsir.