Tafsir Al-Sirojul Munir (Lovi Dan Maspupah)
Tafsir Al-Sirojul Munir (Lovi Dan Maspupah)
Tafsir Al-Sirojul Munir (Lovi Dan Maspupah)
SIROJUL MUNIR
Disusun untuk memenuhi tugas Kelompok Mata Studi Tafsir Era
Pertengahan
Maspupatu Dikriah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI
..................................................................................................................... BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................
B. Perumusan Masalah............................................................................................
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Muhammad Khatib As-Syarbini ...............................................................
B. Biografi Kitab Tafsir Sirojul Munir..........................................................................
1. Latar Belakang Penulisan Tafsir Sirojul Munir.................................................
2. Karakteristik Tafsir Sirojul Munir.......................................................................
3. Metodologi dan Corak Penulisan Tafsir Sirojul Munir......................................
4. Contoh Penafsiran dari Tafsir Sirojul Munir......................................................
B. Saran ......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan Penulisan
Setiap sesuatu yang kita lakukan tentunya memiliki tujuan tertentu, begitu juga
dengan penulisan makalah ini, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui biografi dari Muhammad Khatib As-Syarbini
2. Untuk mengetahui latar belakang Tafsir Sirojul Munir
3. Untuk mengetahui karakteristik Tafsir Sirojul Munir
4. Untuk mengetahui metode dan corak Tafsir Sirojul Munir
5. Untuk mengetahui Pendapat Para Ulama terhadap Tafsir Sirojul Munir
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Muhammad Khatib As-Syarbini
Nama lengkap dari As-Syarbini adalah Al-Imam Al-‘Allamah Syamsuddin,
Muhammad bin Muhammad Asy-Syarbini, Al-Qahiri Al-Syafi’i Al-Khatib. Beliau lahir
di Kairo pada tahun 1509 M/916 H dan wafat pada tahun 1570 M/977 H. Asy-
Syarbini dilahirkan dan tumbuh besar di Syirbin, yaitu sebuah daerah yang pada
zaman sekarang masuk provinsi Dakahlia atau Daqohliyyah di Mesir. Gelarnya
adalah “Al-Khothib” karena beliau memang terkenal sebagai khatib di masjid yang
dinamai dengan namanya. Dalam umurnya yang masih terhitung belia, ia sudah
mampu menghafal Al-Quran secara sempurna. Kemudian melanjutkan belajarnya
kepada sejumlah ulama besar di negerinya dalam berbagai cabang ilmu, seperti
fiqih, nahwu, bahasa Arab, tafsir, dan balaghah.1
Dalam kehidupan sehari-harinya, beliau masyhur sebagai orang yang
keilmuan, amal, zuhud, wara’, dan banyak ibadah. Meskipun demikian, beliau
terkenal dengan ketawadhuannya dan sifatnya yang pemalu. Beliau terkenal
dengan pengorbanannya demi orang lain meski dirinya dalam kesempitan yang
sama.
Dalam kitab Tafsir wal Mufassirun karangan Muhammad Husein Adz-
Dzahabi dijelaskan bahwasanya salah satu kebiasaan beliau ialah melakukan
iktikaf di dalam masjid selama bulan ramadhan. Apabila menunaikan ibadah haji,
beliau lebih banyak berjalan kaki daripada mengendarai binatang kendaraannya
dan baru menaikinya setelah sangat letih berjalan. Muhammad Khatib As-Syarbini
adalah seorang ulama pengarang kitab Tafsir Sirajul Munir. As Syarbini adalah
Seorang ulama bermadzhab Syafi’i yang pakar dalam berbagai disiplin ilmu seperti
fiqih, tafsir, nahwu, sharaf, dan lainnya.
Beliau menimba ilmu dari banyak guru, di antaranya adalah:
Syaikh Ahmad Al-Barlasi
Syaikh Nuruddin Al-Mahalli
Syaikh Nuruddin Ath-Thahrani
Syaikh Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Khalil An-Nasyaki Al-Kurdi
Syaikh Al-Badr Al-Masyhadi
Syaikh Syihabuddin Ar-Ramli yang bergelar Syafi’i kecil
Syaikh Nashiruddin Ath-Thiblawi
Syaikh Nashiruddin Al-Laqqani
Syaikh Jamaluddin As-Sinani, dan banyak lagi lainnya2
Beliau mencurahkan pengetahuannya melalui buku. Sehingga beliau
memiliki banyak karya, di antara karyanya yaitu
1
https://pecihitam.org/biografi-imam-khatib-asy-syirbini-pengarang-mughni-al-muhtaj/
2
https://mauhub.wordpress.com/2015/01/06/mengenal-ulama-syafii-muhammad-al-khathib-asy-syirbini/
As-Siraj al-Munir
Syarh at-Tanbih sebagai syarah atas karya Ibrahim bin Ali Yusuf bin
Abdullah Abu Ishaq Asy-Syirazi,
Al-Mugni al-Muhtaj ila Ma’rifah al-Ma’ani Alfaz al-Minhaj,
Al-Iqna’ fi Hall Alfaz Abi Syuja’,
Fath al-Khaliq fi Hall Alfaz Kitab Alfiyah Ibn Malik,
Syu’ab al-Iman Syarh Minhaj ad-Din.
Dari beberapa karya Asy-Syarbini di atas, dapat kita lihat bahwa asy-
Syarbini lebih banyak memberi syarah atas karya-karya sebelumnya
sebagai upaya untuk mencurahkan pemikirannya.
B. Biografi Kitab Tafsir Sirojul Munir
Muhammad Khatib As-Syarbini adalah seorang mufasir pengarang dari kitab Tafsir
Sirojul Munir Fi al-I’anah ‘Ala Ma’rifah Ba’dh Ma’ani Kalam Rabbina al-Hakim al-
Khabir atau lebih masyhur dikenal dengan kitab Tafsir Sirojul Munir. Kitab Tafsir ini
terdiri atas 4 jilid dengan perincian:
Jilid 1 memuat surah al-Fatihah sampai At-Taubah yang berjumlan 660
halaman,
Jilid 2 memuat surah Yunus sampai al-Furqon dengan jumlah 679 halaman,
Jilid 3 memuat surah asy-Syu’ara sampai al-Jatsiyah dengan jumlah 604
halaman dan
Jilid 4 memuat surah al-Ahqaf sampai an-Naas dengan jumlah 621
halaman.3
Tafsir Khatib asy-Syarbaini telah dicetak dalam 4 jilid dan beredar dikalangan ahli
ilmu dan pelajar. Isinya mudah dan merupakan kumpulan dari banyak tafsir
sebelumnya.
1. Latar Belakang Penulisan Tafsir Sirojul Munir
Dalam mukadimahnya, Khathib Asy-Syarbaini menjelaskan kenapa
menulis kitab tafsirnya. Beliau menjelaskan bahwa Para imam generasi salaf
telah mengarang kitab tafsir sesuai dengan kadar pemahaman dan Tingkat
keilmuan masing-masing. Kemudian muncul di benaknya untuk mengikuti jejak
mereka, tetapi jiwanya digelayuti dengan keraguan dalam waktu lama karena
takut terkena ancaman terhadap golongan orang yang menafsiri Al-Qur'an
dengan ro’yu atau tanpa ilmu. Maka beliau melakukan salat istikharah dan
meminta kepada Allah Swt agar melapangkan dadanya dan memberikan
kemudahan dalam urusannya. Dan beliau menceritakan bahwa Allah Swt
kemudian melapangkan dadanya. Ketika pulang dari sebuah perjalanan, beliau
menyembunyikan keinginannya itu sampai seorang rekannya bercerita
kepadanya bahwa ia mimpi Nabi Saw. atau Imam Syafi'I menyuruhnya untuk
mengatakan kepada si fulan agar menulis tafsir Al-Qur'an. Tidak lama sesudah
itu beliau ditugasi satu pekerjaan sebagai syeikh dalam tafsir dikota Bimaristan.
3
Rohman, F. dan Taufikurrahman. (2021). Mengenal tafsir Sirojul munir, Irsyadul ‘aql dan Ruhul ma’ani. Makalah: Ma’had Aly
Al-Imam bulus: Indonesia
Al-Khatib menuturkan bahwa sekelompok temannya yang haus
ilmu,memintanya agar setelah selesai menulis kitab Minhaj at-Thalibin.
Setelah itu, beliau menulis kitab tafsir yang tidak terlalu panjang dan
tidak terlalu pendek, lalu memperkenankan permintaan itu, karena mengikuti
wasiat Rasul Saw dalam sebuah riwayat Abu Sa'id al Khudri ra.,"Sekelompok
pria datang kepada kamu dari berbagai penjuru bumi untuk memperdalam
agama. Bila mereka datang, maka perlakukanlah mereka dengan baik". Juga
karena mengikuti jejak para salaf dalam mewariskan ilmu untuk generasi
sesudahnya. Beliau menyatakan bahwa tidak ada nilai tambah pada apa yang
telah mereka kerjakan. Namun setiap masa harus ada pembaruan karena
lamanya perputaran zaman dan berkurangnya semangat para peminat,
sekaligus mengingatkan mereka yang tidak punya motivasi dan mendorong
mereka yang semangatnya kurang, dan sebagai penolong bagi dia dan mereka
yang lalai.4
2. Karakteristik Tafsir Sirojul Munir
Kitab tafsir Sirojul munir ini memiliki beberapa karakteristik diantaranya:
a) Menafsirkan ayat secara urutan surat Al-Qur’an, kita dapat mengamatinya
dari penafsiran yang ada, yaitu di mulai dari surat Al-Fatihah kemudian Al-
Baqoroh, kemudian Al-Imran dan seterusnya.
b) Sistematika penafsiran kitab ini adalah dengan pemenggalan perkata yang
diikuti dengan tafsirnya.
c) Dalam menafsirkan Al-Qur’an, beliau juga menjelaskan dari aspek
bahasanya serta menukil pendapat para ulama. Dengan mengutip informasi
kajian mufassir sebelumnya, seperi tafsir al-Baghawi, al-Bhaidowi,
Fakhruddin Ar-Razi dan lainnya.
d) Banyak mencantumkan hadits yang terkait dengan penafsiran ayat, selain
itu juga mencantumkan aspek I’rob, qiraat
As Syarbini mengenai Qiraat, I’rob, Hadits, dimana Ia tidak menyebutkan
qiraat kecuali yang mutawatir saja. la tidak menyusahkan dengan
menuturkan tentang i'rab yang memang kurang penting dalam tafsir. Serta
la juga tidak mencantumkan hadits melainkan yang sahih atau hasan
semata. la memberikan kritikan dan komentar terhadap Zamakhsyari dan
Baidhawi berkaitan dengan hadits-hadits maudhu tentang fadhilah surat
demi surat. Jika ada hadits daif yang disebutkannya dalam tafsirnya, maka
ia mengingatkannya untuk pembaca.
Contohnya:
As-Syarbini dalam menafsirkan akhir surat Ali Imran, ia berkata, "Ath-
Thabari telah meriwayatkan namun dengan isnad dhaif, "Siapa saja
yang pada malam Jum'atmembaca surat yang menceritakan Ali
Imran maka Allah dan para malaikat akanmembaca shalawat
4
Rohman, F. dan Taufikurrahman. (2021). Mengenal tafsir Sirojul munir, Irsyadul ‘aql dan Ruhul ma’ani. Makalah: Ma’had Aly
Al-Imam bulus: Indonesia
kepadanya sampai matahari terbenam" Apa yang diriwayatkan oleh
Baidhawi karena mengikuti Zamakhsyari dan diikuti oleh Ibnu Adil
bahwa Rasul Saw pernah bersabda, "Barangsiapa yang membaca
surat Ali Imran, maka akan diberi untuk setiap ayat keamanan saat di
jembatan jahanam", Hadits ini merupakan hadits maudhu dari Ubay
bin Ka'ab tentang fadhilah surat, hal Ini harus diwaspadai. Para imam
ahli hadits yang terdahulu dan yang belakangan telah mengingatkan
atas hal ini. Mereka telah mencela penafsir Al-Qur'an yang
menyebutkannya dalam tafsirnya.
As-Syarbini dalam menafsirkan akhir surat Al-A'raf, Khatib asy-
Syarbaini menegaskan, "Hadits yang disebutkan oleh Al-Baidhawi
karena mengikuti Zamakhsyari bahwa, "Barangsiapa yang membaca
surah Al-A'raf, maka Allah Swt akan menjadikan pada hari kiamat
antara dia dengan iblis satu dinding dan Adam akan memberi
syafa'at baginya pada hari kiamat",merupakan hadits maudhu.
As-Syarbini dalam menafsirkan akhir surat Al-Jatsiah ia menegaskan,
"Apa yang diriwayatkan oleh Al-Baidhawi karena mengikuti
Zamakhyari yaitu sabda NabiSaw, "Barangsiapa yang membaca
surat Hamiim Al-Jatsiah, maka Allah Swt akan menutupi cacatnya
dan menenangkan kegelisahan jiwanya pada hari penghisaban",
adalah hadits maudhu (palsu).
e) Beberapa ayat penafsirannya disertai dengan sya’ir dan Fiqih
Masalah-masalah fiqih pun disebutkan dalam kitab tafsir ini dengan
menyebutkan berbagai madzhab dan dalil masing-masing sekalipun
penyebutan ini tidak banyak.
Contohnya:
Dalam menafsirkan Surah Al-Baqarah: 225,"Allah tidak menghukum
kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk
bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu)
yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu...."
As-Syarbini menyebutkan pandangan para ulama tentang makna
“sumpah yang tidak dimaksud (main-main)". Setelah menyampaikan
keterangan, ia berkata, "Sebuah peringatan". Lalu menyebutkan hal
yang menyebabkan terikatnya sebuah sumpah dan konsekuensi bila
melanggar sumpah tersebut. la mengutip pendapat madzhab Syafi'i
bahwa ia wajib bayar kifarat sedang ulama lain tidak mewajibkannya.
la juga menjelaskan hukum bersumpah dengan selain Allah Swt,
seperti bersumpah dengan Ka'bah, bapak dan sejenisnya.
Dalam menafsirkan Surah Al-Baqarah: 229 “bahwa thalak itu ada
dua..., ia menulis Sebuah peringatan. Para ulama berikhtilaf
mengenai apabila salah seorang dari sepasang suami isteri adalah
hamba sahaya. Mayoritas berpendapat, diantaranya Imam Syafi'I
bahwa bilangan thalak dihitung dari status suami. Suami yang
Merdeka (bukan budak) memiliki 3 thalak untuk isterinya sedang
budak mempunyai dua thalak. Sebagian kecil dari ulama termasuk
didalamnya Abu Hanifah berpendapat bahwa jumlah thalak dihitung
dari status wanita seperti halnya idah. Maka seorang suami yang
budak punya 3 thalak terhadap isterinya yang merdeka dan suami
yang merdeka (bukan budak) hanya punya dua thalak untuk isterinya
yang budak"
f) Menyebutkan periwayatan isro’illiyat.5
Tafsir ini tidak luput dari menyebutkan sebagian kisah-kisah israilliyat tanpa
mengomentarinya dengan predikat shohih ataudhaif.
Contohnya:
Dalam menafsirkan Surah Al-Naml:16 , "Dan Sulaiman telah
mewarisi Dawud, dan ia berkata, "Wahai manusia, aku telah diberi
pengertian tentang suara burung dan dianugrahi segala
sesuatu......" .
As-Syarbini mengutip sebuah riwayat panjang dari Ka'ab (al-Ahbar)
bahwa seekor burung merpati bersuara (bicara) kepada Suliaman
As. Sulaiman bertanya kepada yang hadir, Tahukah kamu, apa yang
dia katakan?".Mereka menjawab, "Tidak tahu". Nabi Sulaiman As
menjelaskan, "la mengatakan, kamu menolak kematian dan
membuat bangunan untuk dihancurkan". Ketika Merpati liar berkicau
didekat Nabi Sulaiman As, beliau bertanya kepada kaumnya
“Tahukah kalian apa yang diucapkan burung merpati tersebut?”.
Mereka menjawab “tidak”. Lantas Nabi Sulaiman berkata: ”Merpati
tersebut berkata : seandainya makhluk ini tidak diciptakan”. Ketika
burung merak bersuara (bicara), Sulaiman as menanyakan artinya
kepada mereka. Tetapi mereka tidak ada yang tahu. Maka Sulaiman
as bertutur, "Burung merak berkata, sebagaimana kamu berbuat
baik, maka kamu diberi balasan". Begitu seterusnya ia menyebutkan
suara (pembicaraan) burung kepada Nabi Sulaiman dan ia
menjelaskannya. Kemudian ia memeriwayatkan riwayat yang mirip
dengannya dari Makhul dan dari Firgid As-Sanji. Selanjutnya ia
menyampaikan sebuah riwayat bahwa sekelompok orang yahudi
bertanya kepada Ibnu Abbas tentang makna ucapan (suara) burung-
burung dan Ibnu Abbas menjelaskannya. Asy-Syarbaini tidak
memberi komentar sedikitpun padahal kisah ini sangat aneh.
Dalam menafsirkan Surah An-Naml:35 "Dan sesungguhnya aku
mengirim utusan kepada mereka membawa hadiah...." . As Syarbini
menjelaskan kisah yang aneh dari Wahab bin Munabbih dan lainnya
5
Rohman, F. dan Taufikurrahman. (2021). Mengenal tafsir Sirojul munir, Irsyadul ‘aql dan Ruhul ma’ani. Makalah: Ma’had
Aly Al-Imam bulus: Indonesia
tentang jenis hadiah ratu Bilqis kepada Nabi Sulaiman as., tentang
sikap Sulaiman dan apa yang dilakukannya dalam memperlihatkan
kebesaran kerajaannya yang sangat aneh .Namun sedikitpun asy-
Syarbaini tidak memberi komentar.
Dalam menafsirkan Surah Ash-Shaffat:113, "Dan sesungguhnya
Ilyas termasuk Rasul (yang diutus Allah)". As Syarbini menjelaskan
kisah lyas as. Ia menuturkan kisah yang panjang dan aneh dari para
ulama sejarah, dan setelah selesai ia tidak memberi komentar walau
hanya satu kata pun. Namun manakala ia tidak setuju dengan kisah
yang tanpa komentar karena isinya mengurangi kedudukan kenabian
yang luhur, maka ia mengutipnya kemudian menjelaskan
ketidakbenarannýa. Contohnya saat menafsirkan Surah Shad:21-23,
"dan adakah sampai kepadamu berita orang-orang yang berperkara
ketika mereka memanjat pagar ......". As Syarbini menyebutkan
kalimat-kalimat Fakhrur-Razi dalam tafsirnya untuk menulis kisah
batil lalu ia menyatakan isinya yang sesuai dengan kedudukan
Dawud as sebagai Nabi. la banyak menukil atau mengutip dari tafsir
Ar-Razi. Hal itu dapat dilihat oleh orang yang membaca
keduanya.Kitab.6
3. Metode dan Corak Tafsir Sirojul Munir
Tafsir Sirojul Munir ini termasuk salah satu dari Tafsir bil Ra’yi Mahmudah
(diterima) yang termasyhur atau disebut juga Tafsir bi Addiroyah dalam
penafsirannya menggunakan metode tahlili (analisis). Metode tahlili adalah
suatu tafsir yang mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an dari segala segi dan maknanya.
Serta Tafsir Bil ra’yi yaitu corak penafsiran al-Qur’an dengan ijtihad atau upaya
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an yang berdasarkan pada ijtihad para
mufassirnya dengan mempergunakan logika (akal) dan menjadikan akal pikiran
sebagai pendekatan utamanya.7
Menurut Husen adz-Dzahabi mendefinisikan Tafsir bir ro'yi sebagai tafsir
yang berdasarkan ijtihad dan pemikiran mufassir setelah terlebih dahulu
mengetahui bahasa Arab serta metodenya, mengetahui asbab an-nuzul nasikh
Mansukh dan aspek lain yang dibutuhkan oleh seorang mufassir. Menurut
Muhammad Ali ash Shobuny tafsir bi al-ra’yi adalah suatu ijtihad dengan
dibangun diatas dasar-dasar yang benar serta kaidah- kaidah yang lurus
yang harus dipergunakan oleh setiap orang yang hendak menafsirkan
Al-Qur’an atau menggali maknanya.8
Tafsir Sirojul Munir bermetode tahlili yang ditulis dengan diawali
muqodimah pada jilid 1 lalu dilanjutkan dengan menafsirkan surah al-Fatihah.
6
Asma, F.R. (2017). Israiliyyat dalam Tafsir Al-Khatib As-Syarbini. Jurnal Al-Ashriyyah. Vol.(3)No.1 Mei
7
https://id.scribd.com/document/360249245/pembagian-tafsir
8
Muhammad ‘Ali Ash Shobuni, Al-Tibyan fi ‘Ulum al-Qur’an, Terj. Muhammad Qadirun Nur, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis,
(Jakarta: Pustaka Amani, 1988), hal.212
Sistematika penafsiran kitab ini adalah dengan pemenggalan perkata yang diikuti
dengan tafsirnya. Begitu seterusnya hingga penafsiran surah An-Naas. Dalam
menafsirkan Al-Qur’an, beliau juga menjelaskan dari aspek bahasanya, fiqih,
Qiraat, I’rab serta menukil pendapat para ulama.
4. Contoh Penafsiran dalam Tafsir Sirojul Munir
Salah satu contohnya dalam penafsiran Surah Al-Fath:29:9
َّك ا َّج ًد ا ًغ َن َفْض ًآل ِّم اِهلل ِش ِهلل ِذ
َن َحُمَّم ُد َّر ُسْو ُل ا َو اَّل ْيَن َمَعُه َا َّدآُء َعَلى الُك َّفاِر ُر َمَحاُء َبْيَنُه ْم َتَر ُه ْم ُر ًع ُس َيْبَت ْو
َو ِر ْض َو اًنا ِس ْيَم اُه ْم ْيِف ُوُجْو ِه ِه ْم ِّم ْن َاَثِر الُّس ُجْو د
Artinya :“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang
sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan
keridaan-Nya, tanda-tanda mereka nampak pada muka mereka dari bekas
sujud”
Beriku tafsir dari beliau mengenai ) (ِس ْيَم اُه ْم. .ِس ْيَم اُه ْم ْيِف ُوُجْو ِه ِه ْم ِّم ْن َاَثِر الُّس ُجْو دtanda
yang tidak terpisahkan dari mereka, ( )ْيِف ُوُجْو ِه ِه ْمkemudian Allah Swt menjelaskan
tanda tersebut dengan firman-Nya, ( )ِّم ْن َاَث ِر الُّس ُجْو دyaitu cahaya putih di wajah
mereka pada hari kiamat, seperti yang telah dijelaskan dalam firman-Nya
“Yauma Tabyaddu wujuhun wa taswaddu wujuhun”.
Diriwayatkan dari Athiyah Al-Awfi dari Ibnu Abbas dari Anas Hal tersebut
merupakan penerang wajah mereka dari banyaknya sholat mereka. Syahr bin
Hawsyab berkata tempat-tempat sujud di wajah mereka seperti bulan di malam
bulan purnama. Mujahid berpendapat bahwasanya hal tersebut merupakan
sebuah tanda yang indah, ketawadhuan dan kekhusyuan, artinya bahwa
sebenarnya sujud mewariskan pada mereka kekhusyuan dan tanda yang indah
yang mana mereka dapat dikenal karenanya. Adh-Dhahak berpendapat bahwa
hal tersebut adalah kekuning-kuningan pada wajah.
Al-Hasan berkata bahwa apabila kamu melihat mereka, kamu akan
mengira mereka sakit, padahal tidak. Ikrimah berpendapat bahwasanya itu
adalah efek bekas debu yang ada pada dahi. Abu Al-‘Aliyah berpendapat
bahwasanya hal tersebut terjadi dikarenakan mereka bersujud di atas tanah,
bukan di atas pakaian. Al-Athaa berpendapat bahwa wajah mereka dicerahkan
dengan lamanya shalat mereka karena siapapun yang memperbanyak
sholatnya di malam hari, maka Allah akan memperindah wajahnya di siang hari.
Sebagian ulama memasukkan setiap orang yang menjaga sholat lima waktu
kedalam ayat ini.
Al-Biqa’i berkata “Jangan menyangka sesungguhnya dari tanda-tanda
yang dilakukan sebagian orang-orang yang riya’(muroo’in) itu termasuk tanda
9
https://tafsiralquran.id/mengenal-asy-syarbini-dan-kitab-tafsir-sirajul-munir/
bekas saat sujud di dahi, karena sesungguhnya hal itu merupakan bagian dari
tanda-tanda khowarij”. Didalam kitab Nihayah karangan Ibnu Al-Atsir dalam
tafsir orang-orang tsiqah dan termasuk didalamnya hadits Abi Darda’ bahwa ia
melihat seorang laki-laki yang di antara kedua matanya terdapat garis unta.
Maka dia berkata kalau di dalam ini tidak ada kebaikan, yaitu pada bekas sujud
di dahinya tetapi dia tidak menyukainya karena takut riya’ atasnya.
Diriwayatkan dari Anas dari Nabi Saw bahwa Nabi berkata”Sesungguhnya
aku membenci laki-laki dan aku tidak menyukainya apabila aku melihat di antara
kedua matanya ada bekas sujud”. Menurut sebagian ulama mutaqaddimin: kami
biasa melakukan shalat dan tidak terlihat sesuatu di antara kedua mata kami.
Dan kami melihat salah satu dari kami sekarang sedang shalat dan melihat lutut
unta di antara kedua matanya, maka kami tidak tahu seberapa berat kepalanya
ataukah tanahnya yang kasar. Sebagian orang menginginkan hal-hal tersebut
hanya bermaksud untuk kemunafikan.
Dalam salah satu contoh dari penafsirannya tersebut, terlihat
bahwasanya Asy-Syarbini banyak sekali menukil pendapat ulama serta
mencantumkan hadits yang terkait dengannya. Asy-Syarbini pun menafsirkan
keseluruhan ayat ini dengan cukup panjang. Dalam versi lengkap mengenai
penafsiran QS. Al-Fath ayat 29 tersebut, As-Syarbini juga mencantumkan syair
serta penjelasannya dari segi bahasa. Hal tersebut dilatar belakangi oleh
keluasan ilmu dan keahlian bahasa dari penulisnya.
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
Kitab tafsir Sirojul Munir Fi al-I’anah ‘Ala Ma’rifah Ba’dh Ma’ani Kalam
Rabbina al-Hakim al-Khabir atau lebih masyhur dikenal dengan kitab Tafsir Sirojul
Munir karya dari seorang Ulama bermadzhab Ayafi’I yaitu As Syarbini dengan nama
lengkapnya adalah Al-Imam Al-‘Allamah Syamsuddin, Muhammad bin Muhammad
Asy-Syarbini, Al-Qahiri Al-Syafi’i Al-Khatib. Beliau lahir di Kairo pada tahun 1509
M/916 H dan wafat pada tahun 1570 M/977 H. Asy-Syarbini dilahirkan dan tumbuh
besar di Syirbin, yaitu sebuah daerah yang pada zaman sekarang masuk provinsi
Dakahlia atau Daqohliyyah di Mesir. Gelarnya adalah “Al-Khothib” karena beliau
memang terkenal sebagai khatib di masjid yang dinamai dengan namanya.
Kehidupan sehari-harinya beliau masyhur dengan keilmuan, amal, zuhud, wara’,
dan banyak ibadah. As Syarbini adalah Seorang ulama bermadzhab Syafi’i yang
pakar dalam berbagai disiplin ilmu seperti fiqih, tafsir, nahwu, sharaf, dan lainnya.
Adapun latar belakang penulisan kitab tafsir Sirojul Munir karya As-
Syarbini adalah karena keinginannya untuk mengikuti jejak para salaf dalam
mewariskan ilmu untuk generasi sesudahnya. Meskipun awalnya ada keraguan,
tetapi setelah melakukan shalat istikharah serta ada dukungan dari sekelompok
temannya yang memintanya untuk menulis kitab tafsir, kemudian As-Syarbini pun
mulai menulis kitab tafsirnya yaitu tafsir sirojul munir. Beliau menyatakan bahwa
tidak ada nilai tambah pada apa yang telah mereka kerjakan. Namun setiap
masa harus ada pembaruan karena lamanya perputaran zaman dan
berkurangnya semangat para peminat, sekaligus mengingatkan mereka yang
tidak punya motivasi dan mendorong mereka yang semangatnya kurang, dan
sebagai penolong bagi dia dan mereka yang lalai.
Tafsir sirojul Munir ini merupakan Tafsir bil Ra’yi Mahmudah (diterima)
yang termasyhur atau disebut juga Tafsir bi Addiroyah dalam penafsirannya
menggunakan metode tahlili (analisis).
B. Saran
Demikianlah penyusunan makalah ini disusun. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat untuk penulis khususnya dan pembaca umumnya dan semoga bisa
menambahkan wawasan kita terhadap pembahasan tersebut. Kami berharap
agar ada tambahan, masukan ataupun kritik dan sarannya yang bersifat
membangun sehingga makalah ini menjadi sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Muhammad ‘Ali Ash Shobuni, Al-Tibyan fi ‘Ulum al-Qur’an, Terj. Muhammad
Qadirun Nur,Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, (Jakarta: Pustaka Amani, 1988)
Jurnal
Asma, F.R. (2017). Israiliyyat dalam Tafsir Ak-Khatib As-Syarbini. Jurnal Al-
Ashriyyah. Vol.(3)No.1 Mei
Akhyar, S. (2021). Eksistensi metode tafsir tahlili dalam penafsiran Al-Qur’an.
Al-‘ijaz: jurnal kewahyuan Islam. Vol.(7). No.1
Makalah
Rohman, F. dan Taufikurrahman. (2021). Mengenal tafsir Sirojul munir, Irsyadul
‘aql dan Ruhul ma’ani. Makalah: Ma’had Aly Al-Imam bulus: Indonesia
Internet
https://tafsiralquran.id/mengenal-asy-syarbini-dan-kitab-tafsir-sirajul-munir/
(Diakses pada tanggal 23 Maret 2024)
https://mauhub.wordpress.com/2015/01/06/mengenal-ulama-syafii-muhammad-al-
khathib-asy-syirbini/ (Diakses pada tanggal 23 Maret 2024)
https://pecihitam.org/biografi-imam-khatib-asy-syirbini-pengarang-mughni-al-
muhtaj/ (Diakses pada tanggal 22 Maret 2024)
https://id.scribd.com/document/360249245/pembagian-tafsir (Diakses pada
tanggal 21 Maret 2024)