0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
23 tayangan16 halaman

Makalah Filsafat Manajemen Pendidikan Islam

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 16

PROFESIONALITAS GURU SEBUAH TUNTUTAN

DALAM ERA PERUBAHAN SEBAGAI WUJUD PENGUATAN

MANAGEMEN PENDIDIKAN ISLAM

By: Wahyudi1

Abstrak

Kata Kunci: Profesionalitas Guru, Era Globalisasi, Managemen Pendidikan Islam

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan managemen


pendidikan Islam dalam kajian profesionalitas guru di era perubahan sebagai wujud
penguatan managemen Pendidikan Islam. Metode menggunakan pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian kepustakaan (library research) dan sumber data dari buku-
buku dan jurnal-jurnal tentang mutu pendidikan Islam dan profesionalitas guru di era
globalisasi sebagai wujud penguatan managemen Pendidikan islam. Hasil dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa managemen pendidikan islam di era globalisasi
yang memiliki perbedaan dalam kualitasnya terhadap pencapaian pendidikan yang
berkualitas sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Profesionalitas guru
merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi mutu pendidikan. Guru yang
profesional harus memiliki kemampuan: (1) menguasai materi dan bahan ajar; (2)
menguasai dan menerapkan filosofi, metode, teknis dan praktik; (3) memanfaatkan
perkembangan TIK untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya; (4)
mengembangkan diri dan meningkatkan kinerja profesional; dan (5) meningkatkan
komitmen pengabdian dirinya di masyarakat. Hubungan profesionalitas guru dengan
upaya meningkatkan managemen pendidikan di era perubahan sangat erat kaitannya,
karena guru merupakan faktor utama yang menjadi subyek dalam pendidikan. Dengan
demikian, penulis dapat menyarankan jika ingin managemen pendidikan islam
meningkat, maka tingkat profesionalitas guru juga meningkat di era perubahan ini.

1
Mahasiswa Pascasarjana (S2) Kelas E IAI An Nur Lampung.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah tonggak perkembangan sebuah bangsa, melalui


pendidikan yang berkualitas tentu berkorelasi dengan daya saing sebuah bangsa.
Salah satu elemen penting dalam pendidikan adalah ketersediaan tenaga guru.
Sebagai bagian dari elemen penting dalam dunia pendidikan, profesionalitas
peran guru dalam proses pembelajaran, pengajaran dan pendidikan memiliki
pertalian dengan peningkatan mutu pendidikan. Menanggapi kondisi tersebut,
telah ditempuh berbagai upaya pembenahan sistem pendidikan dan perangkatnya
di Indonesia terus dilakukan. Akibatnya muncul beberapa peraturan pendidikan
untuk saling melengkapi dan menyempurnakan peraturan- peraturan yang sudah
tidak relevan lagi dengan kebutuhan saat ini. Termasuk memberlakukannya UU
No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional UU No 14 Tahun 2014
tentang Guru dan Dosen.

Salah satu persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang guru / pendidik
agar dapat bekerja secara profesional adalah kemampuan guru dalam menguasai
materi. Kemampuan guru dalam menguasai materi ini dalam permendiknas
nomor 16 tahun 2007 tentang kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan
merupakan bahagian dari komptensi profesional. Pada permen tersebut dijelaskan
bahwa salah satu kompetensi profesional yang wajib dikuasai oleh guru
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
adalah menguasai materi struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.

Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan


peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru profesional
diharapkan berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan
insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, unggul dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki jiwa, etis, berbudi pekerti luhur, dan
berkepribadian. Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa masa depan
masyarakat, bangsa, dan negara, sebagian besar ditentukan oleh guru. Oleh sebab
itu, profesi guru perlu dikembangkan secara terus menerus dan proporsional
sesuai tuntutan dalam era perubahan.

Terlebih guru-guru di era perubahan, sangat perlu meningkatkan


profesionalitasnya dan kreativitasnya, dalam menghadapi perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, supaya madrasah keberadaannya di dunia modern
masih diperhitungkan, karena managemen Pendidikan Islam merupakan salah
satu solusi membekali peserta didik yang berimbang antara ilmu agama, dan ilmu
umum.
Tujuan untuk Penguatan Managemen Pendidikan Islam sebagai solusi ini
harus juga diwujudkan dalam profesionalisme guru di era perubahan. Maka dari
itu makalah ini diharapkan mampu menjelaskan profesionalitas guru sebagai
suatu tuntutan dalam era perubahan sebagai wujud dari penguatan managemen
Pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Profesionalitas Guru?
2. Bagaimanakah Kompetensi Profesionalitas Guru PAI?
3. Bagaimanakah Asas-asas Kompetensi Profesionalitas Guru PAI?
4. Bagaimanakah Aplikasi Profesionalitas Guru PAI?
5. Bagaimana Konsep Managemen Pendidikan Islam?

C. Metode Pendekatan/Penulisan

Metode menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian


kepustakaan (library research) dan sumber data dari buku-buku dan jurnal-jurnal
tentang mutu pendidikan Islam dan profesionalitas guru di era globalisasi sebagai
wujud penguatan managemen Pendidikan islam. Hasil dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa managemen pendidikan islam di era globalisasi yang
memiliki perbedaan dalam kualitasnya terhadap pencapaian pendidikan yang
berkualitas sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Profesionalitas
guru merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi mutu pendidikan.

Guru yang profesional harus memiliki kemampuan: (1) menguasai materi


dan bahan ajar; (2) menguasai dan menerapkan filosofi, metode, teknis dan
praktik; (3) memanfaatkan perkembangan TIK untuk meningkatkan kualitas
pembelajarannya; (4) mengembangkan diri dan meningkatkan kinerja
profesional; dan (5) meningkatkan komitmen pengabdian dirinya di masyarakat.
Hubungan profesionalitas guru dengan upaya meningkatkan managemen
pendidikan di era perubahan sangat erat kaitannya, karena guru merupakan faktor
utama yang menjadi subyek dalam pendidikan. Dengan demikian, penulis dapat
menyarankan jika ingin managemen pendidikan islam meningkat, maka tingkat
profesionalitas guru juga meningkat di era perubahan ini.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Profesional Guru Agama Islam

Profesionalitas berasal dari kata profesi (profession) yang dapat diartikan


sebagai jenis pekerjaan yang khas atau pekerjaan yang memerlukan pengetahuan.
Profesi dapat juga diartikan sebagai beberapa keahlian atau ilmu pengetahuan
yang digunakan dalam aplikasi untuk berhubungan dengan orang lain, instansi
atau sebuah lembaga. Dalam kamus besar bahasa Indonesia profesi adalah bidang
pekerjaan yang dilandasi keahlian tertentu. Sedangkan arti dari profesional adalah
seseorang yang memiliki seperangkat pengetahuan atau keahlian yang khas dari
profesinya.2

Guru juga juga memiliki tugas profesionalitas, maka sebagai guru yang
profesional akan mengetahui, memahami, dan menghayati bahwa sebuah profesi
memiliki tugas, peran, dan tanggung jawab. Dalam pelaksanaan tugasnya, guru
dituntut untuk memiliki kemampuan atau keterampilan yang beraneka ragam
serta didasari bahwa kemampuan dan keterampilan sebagai kebutuhan dari
sebuah profesi guru.

Profesionalisme merupakan suatu istilah baku di dalam mempersiapkan


sumber daya manusia abad 21 yang penuh persaingan.Ada yang menekankan
profesionalisme kepada penguasaan ilmu pengetahuan beserta kiat-kiat dalam
penerapannya. David H. Maister yang dikutip H.A.R. Tilaar (2002) menekankan
profesionalisme bukan hanya sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen
tetapi profesionalisme lebih menekankan suatu sikap. Muhibbin Syah (2000),
profesionalisme adalah sebuah kualitas dan tindak tanduk khusus yang
merupakan ciri seorang yang profesional.3

Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,diberi


rumusan, yaitu: professional adalah pekerjaan atau kegiatan yangdilakukan
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupannya yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu, serta memerlukan pendidikan profesi. Selanjutnya guru yang profesional
melakukan pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan tujuh hal, yaitu (1)
memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme, (2) memiliki komitmen
untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia,
(3) memiliki kualifikasi akademik, profesi, dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas, (4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugas, (5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan, (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan
prestasi kerja sehingga guru menjadi bangga akan profesi yang digelutinya, (7)
2
M. Rasyid Ridla, Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Islam dalam Proses Pembelajaran,
Tadris. Volume 3. Nomor 1. 2008, hlm. 32
3
Kartilawati dan Mawaddatan Warohmah, Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di
Era Teknologi Informasi dan Komunikasi, TA’DIB, Vol. XIX, No. 01, Edisi Juni 2014, hlm. 144-145.
dapat memanfaatkan teknologi informasi, (8) mampu berkomunikasi secara luas,
dan (9) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat (long life learning)4 (UU Guru dan
Dosen, 2011: 152). Yang menjadi penekanan dari ketujuh tersebut yaitu dapat
memanfaatkan teknologi informasi dalam menunjang keprofesionalan guru.

Guru yang profesional bukan hanya sekedar alat untuk tranmisi


kebudayaan tetapi mentransformasikan kebudayaan itu ke arah yang dinamis
yang menuntut ilmu pengetahuan, produktivitas yang tinggi, dan kualitas yang
dapat bersaing serta merupakan dinamisator yang mengantar potensi-potensi
peserta didik ke arah kreativitas Ini semua disebabkan karena guru profesional
berfungsi untuk mengajar, melatih, dan melaksanakan penelitian masalah-
masalah pendidikan serta menjadi fasilitator untuk membantu peserta didik
mentransformasikan potensi yang dimiliki peserta didik menjadik kemampuan
serta keterampilan yang berkembang dan bermanfaat bagi manusia

Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam


bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan
dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Profesionalisme pada intinya adalah
kompetensi untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik dan benar.5

Dengan demikian profesionalisme guru merupakan kemampuan dan


kesanggupan guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru, serta
memiliki komitmen untuk senantiasa meningkatkan kualitas profesinya. Hal ini
dapat diukur dari kompetensi yang dimiliki guru, yaitu kompetensi paedagogik,
kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial.

Berbicara tentang profesionaliisme guru tentunya berhubungan dengan


kompetensi yang dimiliki oleh guru sebagi tenaga pendidik. Yang harus memiliki
kemampuan pedagogic, emosional, serta kemampuan sosial guru juga diharapkan
mampu menjadi tennga pendidik yang professional. Seperti yang teramanat pada
UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang berbunyi : “guru merupakan
bagian dari sebuah profesi dan dituntut untuk dapat professional”. Kompeten
berada di dalam diri seseorang berupa kemampuan atau kecakapan untuk
melakukan sesuatu,yang berkaitan dengan pola-pola perilaku.

B. Kompetensi Profesionalitas Guru PAI

Sosok utuh seorang lulusan program pendidikan profesi guru termasuk


dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam (PAI) secara generik tertuang dalam
Standar Kompetensi Guru (Permen no. 16 tahun 2007). Kompetensi guru tersebut
semula disusun secara utuh, namun pada akhir proses peresmiannya menjadi

4
Undang-undang RI tentang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005. 2011. Sinar Grafika.
5
Retoliah, Kinerja Pengawas dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru PAI di Kota Palu,
ISTIQRA, Jurnal Penelitian Ilmiah, Vol. 2, No. 2 Juni-Desember 2014 ISTIQRA, Jurnal Penelitian
Ilmiah, ISSN: 2338-025X Vol. 2, Institut Agama Islam Negeri Palu, hlm, 372.
peraturan menteri, diklasifikasikan ke dalam 4 kategori kompetensi dengan judul
seperti tertera pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Kompetensi inti guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
dijabarkan sebagai berikut:
Pertama, kompetensi pedagogik. Kompetensi ini meliputi : a) penguasaan
terhadap berbagai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual, b) penguasaan terhadap berbagai teori belajar
dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, c) menguasai kurikulum yang
terkait dengan bidang pengembangan yang diampu, d) memiliki keterampilan
dalam melakukan kegiatan pengembangan yang mendidik, e) dapat
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik, f) memfasilitasi
pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimiliki, g) mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
dengan peserta didik, h) memiliki keterampilan dalam melakukan penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar, i) mampu memanfaatkan hasil penilaian dan
evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. dan j) selalu melakukan tindakan
reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.Kedua, kompetensi
kepribadian. Kompetensi ini meliputi ; a) bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum, sosial,dan kebudayaan nasional Indonsia,b) menampilkan diri sebagai
pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagipeserta didik dan
masyarakat. menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa, menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri. menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Ketiga, kompetensi sosial. Kompetensi ini meliputi : a) bersikap inklusif,
bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbanganjenis kelamin,
agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status social ekonomi. b)
berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. c) beradaptasi di tempat
bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial
budaya. d) berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Kempat, kompetensi professional.
Kompetensi ini meliputi; a) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. b) menguasai standar
kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang
diampu. c) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. d)
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif. e) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.6
Standar kompetensi tersebut catatan berikut harus diperhatikan: Sebagai
guru Pendidikan Agama Islam (PAI) profesional, penguasaan bidang studi tidak
bersifat terisolasi. Dalam melaksanakan tugasnya penguasaan bidang studi
6
Muhammad Nasir, Profesionalisme Guru Agama Islam (Sebuah Upaya Peningkatan Mutu
Melalui LPTK), Dinamika Ilmu Vol. 13. No. 2, Desember 2013. hlm. 193-194.
terintegrasi dengankemampuan memahami peserta didik, merancang
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang mendidik, dan
mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. Sebagai seorang profesional, guru
harus mengenal siapa dirinya, kekuatan, kelemahan, kewajiban dan arah
pengembangan dirinya. Dunia yang selalu berubah menyebabkan tuntutan yang
dinamis pula terhadap kecakapan guru. Karenanya guru harus pandai memilih
strategi yang efektif untuk mengembangkan diri secara terus menerus.
Sardiman yang dikutip oleh Sitti Roskina Mas menyatakan bahwa
krakteristik guru yang profesional terdiri dari : (1) capable, artinya guru memiliki
tingkat pengetahuan, keahlian, untuk meningkatkan mutu pendidikan serta
berkemampuan untuk mengubahnya menjadi sesuatu yang menguntungkan baik
guru itu sendiri maupun anak didiknya, (2) inovator, artinya guru selalu berusaha
untuk mencari terobosan-terobosan baru dalam menemukan solusi kesulitan
siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga dapat dipetakannya kesulitan
dalam pembelajarannya, dan (3) developer, artinya bahwa guru yang profesional
senantiasa berusaha untuk mengembangkan dirinya sendiri dan juga
mengembangkan berbagai model pembelajaran sehingga mampu untuk
meningkatkan motivasi siswa.7

C. Asas-asas Kompetensi Profesionalitas Guru

Asas-asas Kompetensi Profesional Guru Menurut Samana yang dikutip


oleh Nur Hasanah, dari 11 kompetensi profesional guru tersebut dalam
pelaksanaannya diperlukan prinsip-prinsip/ asas-asas pembelajaran yang tepat
yang meliputi :

1. Asas siswa aktif


Pada dasarnya anak adalah makhluk yang aktif. Hal ini dapat
dipertanggungjawabkan dari misi vilosovis, psikologis biologis, dan sosiologis
yang bertalian dengan kehidupan anak. Pembelajaran merupakan kegiatan
kemanusiaan yangfundamental, maka wajarlah guru dan siswa dituntut aktif
dalam meaksanakan perannya. Karena belajar pada dasarnyabagaimana
membelajarkan siswa.
2. Asas motivasi dalam belajar
Motivasi merupakan dorongan yang menjadikan seseorang melakukan
kegiatan belajar. Motivasi ini dapat bersifat intrinsik dan ekstrinsik.Guru
dituntut untuk cakap membangun motivasi belajar siswa.
3. Asas pusat minat
Dalam upaya membangun minat siswa guru hendaknya berusaha keras untuk
menjelaskan makna, arah, kegunaan, keindahan, keunikan, dan nilai positif
dari bahan yang wajib dipelajari oleh siswa. Guru dituntut menguasai bahan

7
Sitti Roskina Mas, Profesionalisme Guru dalam Peningkatan Kualitas pembelajaran,
INOVASI, Volume 5, Nomor 2, Juni 2008 ISSN 1693-9034, Fakultas Sastra dan Budaya Universitas
Negeri Gorontalo. hlm, 3
ajar secara mendalam, berstruktur, sehingga siswa belajar sesuatu yang
bermakna dalam interaksinya dengan guru.
4. Asas apersepsi, korelasi dan integrasi
Penerapan asas apersepsi dalam pembelajaran adalah penyandaran serta
penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa sebagai titik tolak
pembahasan bahan ajar yang baru. Sedangkan Penerapan asas korelasi dalam
pembelajaran adalah menghubungkan antar data , konsep, prinsip, dan
generalisasi yang menjadi pembahasan agar keseluruhan hasil belajar jelas,
mendalam, dan berstruktur. Dan penerapan asas integrasi dalam pembelajaran
adalah mengutuhkan perolehan belajar siswa yang ditandai dengan :
Setiap konsep, prinsip, dan generalisasi yang baru dikuasai oleh siswa
hendaknya terekam dalam sistem berpikir yang semakin kompak dan
fungsional (kiat problim solving).
Penguasaan siswa diaspek teoritis mengejawantah dalam kecakapan
praktisnya (teori dan praktik dikuasai siswa secara terpadu).
5. Asas individualisasi
Dalam asas ini pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan kondisi, potensi,
sifat, minat, taraf perkembangan, dan kebutuhan siswa. Guru hendaknya dapat
mengatur kelas secara fleksibel.
Penerapa asas ini yang berhasil ditandai dengan optimalisasi perolehan belajar
siswa selaras dengan potensinya, perkembangan multi talent (seluruh aspek)
serta bakatnya berkembang secara wajar dan berimbang), integrasi diri, dan
para siswa mengalami keluasan hidup.
6. Asas peraga
Asas peragaan merupakan konkritisasi pesan pembelajarn agar mudah
dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu guru dituntut untuk menguasai media dan
teknologi pembelajaran.
7. Asas kooperasi
Asas kooperasi dalam pembelajaran adalah pengaturan kerja kelompok dan
pembinaan kompetensi yang sehat. Variasi pengelompokan, arahan dinamika
kelompok, intimitet antar anggota, kejelasan tujuan serta hasil kerja kelompok
merupakan topik yang perlu didalami oleh guru dalam membina belajar siswa.
Persaingan yang sehat antar siswa dalam kelompoknya, yang ditandai dengan
sikap realistis, usaha yang gigih , tetap terbuka untuk saling membantu ,dan
keterbukaan akan kritik sehubungan dengan proses serta hasil kerja tetap perlu
diusahakan guru dalam pembelajaran. Kooperasi dan kompetensi jangan
dipandang sebagai dua kutub yang saling tarik menarik, tetapi perlu
diusahakan oleh guru agar kompetensi justru jadi penggerak dinamika
kelompok dan dasar pelayanan bimbingan belajar perorangan. Dan perlu
ditegaskan bahwa prinsip-prinsip kerja kelompok yang baik adalah kejelasan
tujuan, kadar partisipasi serta tanggungjawab anggota, prosedur kerja yang
jelas,adanya iklim demokratis serta menyenangkan ,dan adanya penilaian serta
pengembangan lebih lanjut.
8. Asas pengajaran multi sumber
Dalam asas ini guru dituntut mampu menjabarkan serta mengorganisasikan
bahan ajar secara sistematis dengan mendayagunakan aneka sumber belajar
yang semakin banyak dalam masyarakat. Dan mengingat taraf kematangan
berpikir siswa ,guru hendaknya mampu menjabarkan serta mengorganisasikan
bahan ajar dengan kajian yang bersifat komparatif, kontekstual, selain disiplin
keilmuan, penuh alternati, dan sistematisintegratif.
9. Asas kesinambungan belajar
Penerapan asan berkesinambungan ini tampak dalam:
Pendampingan proses belajar siswa secara efektif-efisien. (mencapai hasil
belajar yang terstandar).
Tersedianya kondisi (fasilitas) dan situasi belajar yang kondusif,
Adanya tata urutan bahan ajar atau pengalaman belajar yang terkait secara
sistematis dan logis serta sesuai dengan kebutuhan siswa.
Siswa perlu menguasai perangkat pengetahuan untuk kepentingan belajar,
misalnya: kecakapan berbahasa, kecakapan inkuiri, kecakapan sintesis-analisis
secara logis.
10. Asas penilaian
Penilaian dalam pembelajaran dapat digunakan untuk mengetahui mutu kerja
guru dan mutu belajar siswa. Data penilaian dapatdigunakan sebagai umpan
balik bagi guru dan siswa untuk berbenah diri serta mencari perkembangan
lebih lanjut.8
Adanya penilaian tentang belum profesionalnya guru harus diakui dan
hendaknya ditanggapi secara bijak baik oleh guru itu sendiri, institusi
penghasil guru (LPTK) pemerintah maupun pengguna. Penilaian atau kritik itu
hendaknya dapat dijadikan sebagai bahan refleksi serta dijadikan tantangan
untuk memecut semangat dalam mewujudkan profesionalisme guru.
Profesionalisme guru merupakan suatu keharusan sebab tanpa
profesionalisasi perwujudan guru profesional sulit dicapai. Guru yang
profesional adalah guru yang bekerja secara otonom (bebas tetapi sesuai
keahlian dan mandiri). Untuk mengabdikan diri pada pengguna jasa (negara
dan masyarakat) dengan disertai tanggung jawab atas kemampuan
profesionalismenya sebab penyandang suatu profesi. Untuk itu dibutuhkan
profesionalisasi, yaitu proses peningkatan kualifikasi atau kompetensi bagi
penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria standar ideal yang
ditetapkan profesinya. Sudarwan Danim (2002 :25 -32) menjelaskan tiga
pendekatan profesionalisasi profesi meliputi:
8
Nur Hasanah, Dampak Kompetensi Profesional Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Madrasah Ibtidaiyah di Kota Salatiga, INFERENSI, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 9, No. 2,
Desember 2015, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. hlm. 448-451.
a. Pendekatan karakteristik (the treat approach) yang memfokuskan pada
profesi memiliki seperangkat elemen antara lain : kemampuan
intelektual diperoleh dari pendidikan tinggi memiliki pengetahuan
spesialisasi, memiliki pengetahuan dan teknis yang dapat
dikomunikasikan, kemandirian, kode etik dan sistem upah serta
budaya profesional
b. Pendekatan institusional (the institusional approach). Memandang
profesi dari sudut pandang proses institusional atau perkembangan
asosiasional.
c. Pendekatan legalistik (the legalistik approach) menekankan adanya
pengakuan atas suatu profesi oleh negara atau pemerintah. Pengakuan
terhadap profesi dapat ditempuh melalui tahapan registrasi, sertifikasi
dan lisensi.9

D. Aplikasi Profesionalitas Guru PAI

Dalam aplikasinya, profesionalisme pada jabatan guru (agama) ditunjukkan


dari sikap-sikap profesional dalam pelaksanaan tugas. Guru agama yang
profesional hendaklah sebagai sosok yang kaya akan ilmu pengetahuan, memiliki
kemampuan dalam bidang keguruan, memberikan pertolongan, bimbingan dan
tauladankepada anak didiknya, sehingga berhasil mencapai tujuan pendidikan
Islam. Ahmad Tafsir (1991: 164), yang dikutip oleh Jaka Siswanta, menegaskan
bahwa jabatan profesional kependidikan Islam, yakni:
1. Profesi harus memiliki keahlian yang bersifat khusus.
2. Profesi harus diambil sebagai pemenuhan panggilan hidup atau panggilan
atas pengabdiaannya kepada masyarakat.
3. Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal, yang berkaitan
dengan keahlian sebagai tersebut di atas.
4. Profesi adalah untuk masyarakat sebagai alat pengabdian diri kepada
masyarakat bukan untuk kepentingan diri pribadi, mengejar jabatan atau
kedudukan.
5. Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan dan kompetensi aplikatif.

9
Pujiyana,Proceeding Seminar Nasional “Profesionalisme Guru Dalam Perspektif Global”
Tahun 2012, ISBN: 978-602-18235-0-7.FKIP Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo. hlm.
131.
6. Pemegang profesi memiliki otonomi dalam melakukan tugas profesinya.
7. Profesi hendaknya memilik kode etik.
8. Profesi hendaknya mempunyai klien yang jelas(peserta didik sebagai
pemakai jasa profesi guru).
9. Profesi memerlukan organisasi profesi.
10. Profesi hendaknya mengenali hubungan antara profesinya dengan bidang-
bidang lain.10

E. Konsep Managemen Pendidikan Islam


Manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu berasal dari kata manus, yang
berarti tangan, dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi
kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dalam bentuk kata benda
management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen.
Akhirnya, management ditransliterasi ke dalam bahasa Indonesia menjadi
manajemen dengan arti pengelolaan. Sedangkan pengertian manajemen secara
istilah adalah pemanfaatan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan
atau sasaran yang dimaksudkan.

Di dalam Kamus Bahasa Indonesia, manajemen berarti penggunaan


sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Ketika digabungkan dengan
kata pendidikan, Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana mendefinisikan manajemen
pendidikan sebagai Suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses
pengelolaan usaha kerja sama sekelompok manusia yang tergabung dalam
organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
sebelumnya, agar efektif dan efisien.
Mujamil Qomar memaknai manajemen pendidikan Islam sebagai suatu
proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara Islami dengan cara
menyiasati sumber-sumber belajar dan hal-hal lain yang terkait untuk mencapai
tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien. Pengertian ini kemudian
secara spesifik dirinci oleh Muhaimin bahwa pendidikan Islam sekurang-

10
Jaka Siswanta, Kompetensi Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di
Sekolah Umum Tingkat SMA/SMK Kabupaten Magelang,INFERENSI, Jurnal Penelitian Sosial
Keagamaan, Vol. 6, No. 2, Desember 2012: 349-370. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Salatiga, hlm. 358-359.
kurangnya bernafaskan dua hal penting yaitu merupakan aktivitas pendidikan
yang diselenggarakan dengan niat manifestasi ajaran dan nilai-nilai keislaman
dan sistem pendidikan yang dikembangkan dari dan disemangati atau dijiwai oleh
ajaran dan nilai-nilai Islam. Ciri khas pendidikan Islam sebagaimana pandangan
Abuddin Nata ialah pendidikan yang mendasarkan seluruh aktivitas
pembelajarannya pada ranah ketauhidan.

Selain itu, pendidikan Islam berfungsi untuk menyiapkan manusia


sebagai khalifah yang mewakili Tuhan di muka bumi. Manusia yang
mengorientasikan hidupnya bukan saja untuk kemaslahatan dunia, tetapi lebih
dari semua itu, secara transendental menautkan segala aktivitas keduniawian
sebagai bekal menelusuri kehidupan yang lebih abadi, yaitu kehidupan akhirat.

Kehadiran globalisasi menuntut perubahan yang mendasar bagi setiap


individu dalam memandang arus globalisasi sebagai sesuatu keharusan bukan
sebagai ancaman. Dalam menjawab tantangan globalisasi maka dibutuhkan
sumber daya manusia yang berkarakter handal dan berdaya saing tinggi. Untuk
mewujudkannya maka disinilah manajemen pendidikan Islam harus
menampilkan diri sebagai bagian dari tantangan globalisasi tersebut. Manajemen
Pendidikan Islam ditantang untuk melakukan perubahan dan menghasilkan para
lulusan yang berdaya saing tinggi (qualified) bukan justru sebaliknya mandul
dalam menghadapi gempuran berbagai kemajuan dinamika globalisasi tersebut.

Posisi manajemen pendidikan Islam sungguh dilematis pada satu sisi.


Ia dihadapkan pada kekuatan pasar yang harus segera direspon, dan pada sisi lain,
ia harus mempertahankan misi awal sebagai media penciptaan. Masyarakat/pasar
yang islami melalui pelestarian nilai-nilai keislaman yang terorganisir dan
terlembaga. Jika terlalu bergerak ke sudut kekuatan pasar dengan berbagai selera
yang dimiliki, pendidikan islam bisa kehilangan identitas dan jati dirinya. Jika
terlalu bergerak ke sisi idealisme, pendidikan islam bisa kehilangan pasar
potensialnya, karena terdapatnya jarak yang melebar antara dirinya dan selera
pasar.11

11
https://www.kompasiana.com/rizkaafrimulianofsan1942/625c0ffeef62f60937313df3/manajemen-
pendidikan-islam-di-era-globalisasi
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa:
1. Managemen pendidikan Islam di era globalisi, merupakan upaya untuk
meningkatkan kemampuan suatu lembaga pendidikan berbasis Islam dalam upaya
untuk meningkatkan kualitas lembaganya dalam mengelola pendidikan
berdasarkan standar/kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh seluruh komponen
yang berhubungan dengan pendidikan sebagai pencapaian yang harus
ditingkatkan secara berkesinambungan. Untuk mencapai standar mutu pendidikan
madrasah yang optimal, maka setiap lembaga pendidikan harus mencapai Standar
Nasional Pendidikan (SNP) yang telah ditetapkan di dalam UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab IX Pasal 35 mengenai
Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang terdiri dari delapan standar meliputi:
standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar tenaga pendidik
dan kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian.
2. Profesionalitas guru di era globalisasi, dituntut mampu menjalankan tugas
profesi yang diampu untuk menyesuaikan pada perkembangan zaman yang terus
berkembang pesat. Guru yang profesional mampu memahami situasi dengan
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk dimanfaatkan
dalam dunia pendidikan agar tercapainya mutu pendidikan yang berkualitas.
Untuk meningkatkan profesionalitas guru di era globalisasi ini, guru yang
profesional harus memiliki kemampuan diantaranya sebagai berikut: (1) guru
mampu menguasai materi dan bahan ajar sesuai dengan bidang yang diajarkan
dan diampu; (2) guru mampu menguasai dan menerapkan filosofi, metode, teknis
dan praktik dalam ilmu pengetahuan terkait bidang yang diajarkan; (3) guru
mampu memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam
proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya; (4) guru
mampu mengembangkan diri dan meningkatkan kinerja profesional melalui studi
lanjutan jenjang pendidikan, pelatihan, workshop, seminar dan kegiatan lainnya
yang dapat meningkatkan profesionalitas guru di era global; dan (5) guru mampu
meningkatkan komitmen pengabdian dirinya di masyarakat.
3. Hubungan profesionalitas guru dengan upaya penguatan managemen
pendidikan islam sangat erat kaitannya, karena guru merupakan faktor utama
yang menjadi subyek dalam pendidikan. Managemen Pendidikan Islam tidak
akan tercapai sepenuhnya tanpa adanya standar tenaga pendidik (guru) dan
kependidikan yang sangat berpengaruh dalam mencapai kualitas yang baik sesuai
target ketercapaian, sebab guru merupakan faktor utama yang menjadi penggerak
langsung (aktor) dalam pendidikan yang terjadi di madrasah terutama dalam
proses pembelajaran. Untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu
pendidikan madrasah, maka perlu diadakan kegiatan yang dapat mengembangkan
profesionalitas guru melalui beberapa kegiatan, seperti; jenjang pendidikan
lanjutan, mengikuti kegiatan pelatihan, seminar dan workshop, membuat karya
ilmiah melalui artikel ilmiah atau jurnal, dan kegiatan lainnya yang dapat
meningkatkan profesionalitas guru demi tercapainya managemen pendidikan
islam di era globalisasi.

B. Saran
Profesionalitas guru dalam meningkatkan mutu pendidikan madrasah di era
globalisasi masih memerlukan telaah dan penelitian lebih lanjut. Saran yang
hendak peniliti sampaikan, diantaranya:
1. Managemen pendidikan islam perlu diadakan peningkatan yang
berkesinambungan, apalagi tuntutan zaman yang terus berkembang menuntut
mutu untuk terus ditingkatkan dengan menyesuaikan pada tuntutan zaman yang
semakin canggih. Untuk itu, para pembaca harus terus berupaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan madrasah dengan beradaptasi pada
perkembangan era globalisasi agar tidak tertinggal.
2. Guru harus dapat mengoptimalkan profesionalitasnya dengan menyesuaikan
pada tuntutan perubahan zaman untuk memanfaatkan perkembangan TIK demi
mencapai pembelajaran yang efektif. Selain itu, guru juga harus mengembangkan
dan meningkatkan profesionalitasnya agar bisa memenuhi tuntutan
perkembangan era globalisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Jaka Siswanta, Kompetensi Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di


Sekolah Umum Tingkat SMA/SMK Kabupaten Magelang,INFERENSI, Jurnal
Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 6, No. 2, Desember 2012: 349-370.
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
Kartilawati dan Mawaddatan Warohmah, Profesionalisme Guru Pendidikan Agama
Islam di Era Teknologi Informasi dan Komunikasi, TA’DIB, Vol. XIX, No.
01, Edisi Juni 2014.
M. Rasyid Ridla, Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Islam dalam Proses
Pembelajaran, Tadris. Volume 3. Nomor 1. 2008.
Marinasari Fithry Hasibuan, Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
pada Sekolah dan Madrasah, Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Medan,
http://sumut.kemenag.go.id/06/04/2015.
Muhammad Nasir, Profesionalisme Guru Agama Islam (Sebuah Upaya Peningkatan
Mutu Melalui LPTK), Dinamika Ilmu Vol. 13. No. 2, Desember 2013.
Nur Hasanah, Dampak Kompetensi Profesional Guru dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah di Kota Salatiga, INFERENSI, Jurnal
Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 9, No. 2, Desember 2015, Institut Agama
Islam Negeri Salatiga.
Pujiyana,Proceeding Seminar Nasional “Profesionalisme Guru Dalam Perspektif
Global” Tahun 2012, ISBN: 978-602-18235-0-7.FKIP Universitas Veteran
Bangun Nusantara Sukoharjo.
Retoliah, Kinerja Pengawas dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru PAI di Kota
Palu, ISTIQRA, Jurnal Penelitian Ilmiah, Vol. 2, No. 2 Juni-Desember 2014
ISTIQRA, Jurnal Penelitian Ilmiah, ISSN: 2338-025X Vol. 2, Institut Agama
Islam Negeri Palu.
Sitti Roskina Mas, Profesionalisme Guru dalam Peningkatan Kualitas pembelajaran,
INOVASI, Volume 5, Nomor 2, Juni 2008 ISSN 1693-9034, Fakultas Sastra
dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo.
Undang-undang RI tentang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005. 2011. Sinar Grafika.

Anda mungkin juga menyukai