Makalah Filsafat Manajemen Pendidikan Islam
Makalah Filsafat Manajemen Pendidikan Islam
Makalah Filsafat Manajemen Pendidikan Islam
By: Wahyudi1
Abstrak
1
Mahasiswa Pascasarjana (S2) Kelas E IAI An Nur Lampung.
PENDAHULUAN
Salah satu persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang guru / pendidik
agar dapat bekerja secara profesional adalah kemampuan guru dalam menguasai
materi. Kemampuan guru dalam menguasai materi ini dalam permendiknas
nomor 16 tahun 2007 tentang kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan
merupakan bahagian dari komptensi profesional. Pada permen tersebut dijelaskan
bahwa salah satu kompetensi profesional yang wajib dikuasai oleh guru
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
adalah menguasai materi struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Profesionalitas Guru?
2. Bagaimanakah Kompetensi Profesionalitas Guru PAI?
3. Bagaimanakah Asas-asas Kompetensi Profesionalitas Guru PAI?
4. Bagaimanakah Aplikasi Profesionalitas Guru PAI?
5. Bagaimana Konsep Managemen Pendidikan Islam?
C. Metode Pendekatan/Penulisan
Guru juga juga memiliki tugas profesionalitas, maka sebagai guru yang
profesional akan mengetahui, memahami, dan menghayati bahwa sebuah profesi
memiliki tugas, peran, dan tanggung jawab. Dalam pelaksanaan tugasnya, guru
dituntut untuk memiliki kemampuan atau keterampilan yang beraneka ragam
serta didasari bahwa kemampuan dan keterampilan sebagai kebutuhan dari
sebuah profesi guru.
4
Undang-undang RI tentang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005. 2011. Sinar Grafika.
5
Retoliah, Kinerja Pengawas dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru PAI di Kota Palu,
ISTIQRA, Jurnal Penelitian Ilmiah, Vol. 2, No. 2 Juni-Desember 2014 ISTIQRA, Jurnal Penelitian
Ilmiah, ISSN: 2338-025X Vol. 2, Institut Agama Islam Negeri Palu, hlm, 372.
peraturan menteri, diklasifikasikan ke dalam 4 kategori kompetensi dengan judul
seperti tertera pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Kompetensi inti guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
dijabarkan sebagai berikut:
Pertama, kompetensi pedagogik. Kompetensi ini meliputi : a) penguasaan
terhadap berbagai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual, b) penguasaan terhadap berbagai teori belajar
dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, c) menguasai kurikulum yang
terkait dengan bidang pengembangan yang diampu, d) memiliki keterampilan
dalam melakukan kegiatan pengembangan yang mendidik, e) dapat
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik, f) memfasilitasi
pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimiliki, g) mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
dengan peserta didik, h) memiliki keterampilan dalam melakukan penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar, i) mampu memanfaatkan hasil penilaian dan
evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. dan j) selalu melakukan tindakan
reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.Kedua, kompetensi
kepribadian. Kompetensi ini meliputi ; a) bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum, sosial,dan kebudayaan nasional Indonsia,b) menampilkan diri sebagai
pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagipeserta didik dan
masyarakat. menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa, menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri. menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Ketiga, kompetensi sosial. Kompetensi ini meliputi : a) bersikap inklusif,
bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbanganjenis kelamin,
agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status social ekonomi. b)
berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. c) beradaptasi di tempat
bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial
budaya. d) berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Kempat, kompetensi professional.
Kompetensi ini meliputi; a) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. b) menguasai standar
kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang
diampu. c) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. d)
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif. e) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.6
Standar kompetensi tersebut catatan berikut harus diperhatikan: Sebagai
guru Pendidikan Agama Islam (PAI) profesional, penguasaan bidang studi tidak
bersifat terisolasi. Dalam melaksanakan tugasnya penguasaan bidang studi
6
Muhammad Nasir, Profesionalisme Guru Agama Islam (Sebuah Upaya Peningkatan Mutu
Melalui LPTK), Dinamika Ilmu Vol. 13. No. 2, Desember 2013. hlm. 193-194.
terintegrasi dengankemampuan memahami peserta didik, merancang
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang mendidik, dan
mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. Sebagai seorang profesional, guru
harus mengenal siapa dirinya, kekuatan, kelemahan, kewajiban dan arah
pengembangan dirinya. Dunia yang selalu berubah menyebabkan tuntutan yang
dinamis pula terhadap kecakapan guru. Karenanya guru harus pandai memilih
strategi yang efektif untuk mengembangkan diri secara terus menerus.
Sardiman yang dikutip oleh Sitti Roskina Mas menyatakan bahwa
krakteristik guru yang profesional terdiri dari : (1) capable, artinya guru memiliki
tingkat pengetahuan, keahlian, untuk meningkatkan mutu pendidikan serta
berkemampuan untuk mengubahnya menjadi sesuatu yang menguntungkan baik
guru itu sendiri maupun anak didiknya, (2) inovator, artinya guru selalu berusaha
untuk mencari terobosan-terobosan baru dalam menemukan solusi kesulitan
siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga dapat dipetakannya kesulitan
dalam pembelajarannya, dan (3) developer, artinya bahwa guru yang profesional
senantiasa berusaha untuk mengembangkan dirinya sendiri dan juga
mengembangkan berbagai model pembelajaran sehingga mampu untuk
meningkatkan motivasi siswa.7
7
Sitti Roskina Mas, Profesionalisme Guru dalam Peningkatan Kualitas pembelajaran,
INOVASI, Volume 5, Nomor 2, Juni 2008 ISSN 1693-9034, Fakultas Sastra dan Budaya Universitas
Negeri Gorontalo. hlm, 3
ajar secara mendalam, berstruktur, sehingga siswa belajar sesuatu yang
bermakna dalam interaksinya dengan guru.
4. Asas apersepsi, korelasi dan integrasi
Penerapan asas apersepsi dalam pembelajaran adalah penyandaran serta
penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa sebagai titik tolak
pembahasan bahan ajar yang baru. Sedangkan Penerapan asas korelasi dalam
pembelajaran adalah menghubungkan antar data , konsep, prinsip, dan
generalisasi yang menjadi pembahasan agar keseluruhan hasil belajar jelas,
mendalam, dan berstruktur. Dan penerapan asas integrasi dalam pembelajaran
adalah mengutuhkan perolehan belajar siswa yang ditandai dengan :
Setiap konsep, prinsip, dan generalisasi yang baru dikuasai oleh siswa
hendaknya terekam dalam sistem berpikir yang semakin kompak dan
fungsional (kiat problim solving).
Penguasaan siswa diaspek teoritis mengejawantah dalam kecakapan
praktisnya (teori dan praktik dikuasai siswa secara terpadu).
5. Asas individualisasi
Dalam asas ini pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan kondisi, potensi,
sifat, minat, taraf perkembangan, dan kebutuhan siswa. Guru hendaknya dapat
mengatur kelas secara fleksibel.
Penerapa asas ini yang berhasil ditandai dengan optimalisasi perolehan belajar
siswa selaras dengan potensinya, perkembangan multi talent (seluruh aspek)
serta bakatnya berkembang secara wajar dan berimbang), integrasi diri, dan
para siswa mengalami keluasan hidup.
6. Asas peraga
Asas peragaan merupakan konkritisasi pesan pembelajarn agar mudah
dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu guru dituntut untuk menguasai media dan
teknologi pembelajaran.
7. Asas kooperasi
Asas kooperasi dalam pembelajaran adalah pengaturan kerja kelompok dan
pembinaan kompetensi yang sehat. Variasi pengelompokan, arahan dinamika
kelompok, intimitet antar anggota, kejelasan tujuan serta hasil kerja kelompok
merupakan topik yang perlu didalami oleh guru dalam membina belajar siswa.
Persaingan yang sehat antar siswa dalam kelompoknya, yang ditandai dengan
sikap realistis, usaha yang gigih , tetap terbuka untuk saling membantu ,dan
keterbukaan akan kritik sehubungan dengan proses serta hasil kerja tetap perlu
diusahakan guru dalam pembelajaran. Kooperasi dan kompetensi jangan
dipandang sebagai dua kutub yang saling tarik menarik, tetapi perlu
diusahakan oleh guru agar kompetensi justru jadi penggerak dinamika
kelompok dan dasar pelayanan bimbingan belajar perorangan. Dan perlu
ditegaskan bahwa prinsip-prinsip kerja kelompok yang baik adalah kejelasan
tujuan, kadar partisipasi serta tanggungjawab anggota, prosedur kerja yang
jelas,adanya iklim demokratis serta menyenangkan ,dan adanya penilaian serta
pengembangan lebih lanjut.
8. Asas pengajaran multi sumber
Dalam asas ini guru dituntut mampu menjabarkan serta mengorganisasikan
bahan ajar secara sistematis dengan mendayagunakan aneka sumber belajar
yang semakin banyak dalam masyarakat. Dan mengingat taraf kematangan
berpikir siswa ,guru hendaknya mampu menjabarkan serta mengorganisasikan
bahan ajar dengan kajian yang bersifat komparatif, kontekstual, selain disiplin
keilmuan, penuh alternati, dan sistematisintegratif.
9. Asas kesinambungan belajar
Penerapan asan berkesinambungan ini tampak dalam:
Pendampingan proses belajar siswa secara efektif-efisien. (mencapai hasil
belajar yang terstandar).
Tersedianya kondisi (fasilitas) dan situasi belajar yang kondusif,
Adanya tata urutan bahan ajar atau pengalaman belajar yang terkait secara
sistematis dan logis serta sesuai dengan kebutuhan siswa.
Siswa perlu menguasai perangkat pengetahuan untuk kepentingan belajar,
misalnya: kecakapan berbahasa, kecakapan inkuiri, kecakapan sintesis-analisis
secara logis.
10. Asas penilaian
Penilaian dalam pembelajaran dapat digunakan untuk mengetahui mutu kerja
guru dan mutu belajar siswa. Data penilaian dapatdigunakan sebagai umpan
balik bagi guru dan siswa untuk berbenah diri serta mencari perkembangan
lebih lanjut.8
Adanya penilaian tentang belum profesionalnya guru harus diakui dan
hendaknya ditanggapi secara bijak baik oleh guru itu sendiri, institusi
penghasil guru (LPTK) pemerintah maupun pengguna. Penilaian atau kritik itu
hendaknya dapat dijadikan sebagai bahan refleksi serta dijadikan tantangan
untuk memecut semangat dalam mewujudkan profesionalisme guru.
Profesionalisme guru merupakan suatu keharusan sebab tanpa
profesionalisasi perwujudan guru profesional sulit dicapai. Guru yang
profesional adalah guru yang bekerja secara otonom (bebas tetapi sesuai
keahlian dan mandiri). Untuk mengabdikan diri pada pengguna jasa (negara
dan masyarakat) dengan disertai tanggung jawab atas kemampuan
profesionalismenya sebab penyandang suatu profesi. Untuk itu dibutuhkan
profesionalisasi, yaitu proses peningkatan kualifikasi atau kompetensi bagi
penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria standar ideal yang
ditetapkan profesinya. Sudarwan Danim (2002 :25 -32) menjelaskan tiga
pendekatan profesionalisasi profesi meliputi:
8
Nur Hasanah, Dampak Kompetensi Profesional Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Madrasah Ibtidaiyah di Kota Salatiga, INFERENSI, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 9, No. 2,
Desember 2015, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. hlm. 448-451.
a. Pendekatan karakteristik (the treat approach) yang memfokuskan pada
profesi memiliki seperangkat elemen antara lain : kemampuan
intelektual diperoleh dari pendidikan tinggi memiliki pengetahuan
spesialisasi, memiliki pengetahuan dan teknis yang dapat
dikomunikasikan, kemandirian, kode etik dan sistem upah serta
budaya profesional
b. Pendekatan institusional (the institusional approach). Memandang
profesi dari sudut pandang proses institusional atau perkembangan
asosiasional.
c. Pendekatan legalistik (the legalistik approach) menekankan adanya
pengakuan atas suatu profesi oleh negara atau pemerintah. Pengakuan
terhadap profesi dapat ditempuh melalui tahapan registrasi, sertifikasi
dan lisensi.9
9
Pujiyana,Proceeding Seminar Nasional “Profesionalisme Guru Dalam Perspektif Global”
Tahun 2012, ISBN: 978-602-18235-0-7.FKIP Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo. hlm.
131.
6. Pemegang profesi memiliki otonomi dalam melakukan tugas profesinya.
7. Profesi hendaknya memilik kode etik.
8. Profesi hendaknya mempunyai klien yang jelas(peserta didik sebagai
pemakai jasa profesi guru).
9. Profesi memerlukan organisasi profesi.
10. Profesi hendaknya mengenali hubungan antara profesinya dengan bidang-
bidang lain.10
10
Jaka Siswanta, Kompetensi Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di
Sekolah Umum Tingkat SMA/SMK Kabupaten Magelang,INFERENSI, Jurnal Penelitian Sosial
Keagamaan, Vol. 6, No. 2, Desember 2012: 349-370. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Salatiga, hlm. 358-359.
kurangnya bernafaskan dua hal penting yaitu merupakan aktivitas pendidikan
yang diselenggarakan dengan niat manifestasi ajaran dan nilai-nilai keislaman
dan sistem pendidikan yang dikembangkan dari dan disemangati atau dijiwai oleh
ajaran dan nilai-nilai Islam. Ciri khas pendidikan Islam sebagaimana pandangan
Abuddin Nata ialah pendidikan yang mendasarkan seluruh aktivitas
pembelajarannya pada ranah ketauhidan.
11
https://www.kompasiana.com/rizkaafrimulianofsan1942/625c0ffeef62f60937313df3/manajemen-
pendidikan-islam-di-era-globalisasi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa:
1. Managemen pendidikan Islam di era globalisi, merupakan upaya untuk
meningkatkan kemampuan suatu lembaga pendidikan berbasis Islam dalam upaya
untuk meningkatkan kualitas lembaganya dalam mengelola pendidikan
berdasarkan standar/kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh seluruh komponen
yang berhubungan dengan pendidikan sebagai pencapaian yang harus
ditingkatkan secara berkesinambungan. Untuk mencapai standar mutu pendidikan
madrasah yang optimal, maka setiap lembaga pendidikan harus mencapai Standar
Nasional Pendidikan (SNP) yang telah ditetapkan di dalam UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab IX Pasal 35 mengenai
Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang terdiri dari delapan standar meliputi:
standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar tenaga pendidik
dan kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian.
2. Profesionalitas guru di era globalisasi, dituntut mampu menjalankan tugas
profesi yang diampu untuk menyesuaikan pada perkembangan zaman yang terus
berkembang pesat. Guru yang profesional mampu memahami situasi dengan
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk dimanfaatkan
dalam dunia pendidikan agar tercapainya mutu pendidikan yang berkualitas.
Untuk meningkatkan profesionalitas guru di era globalisasi ini, guru yang
profesional harus memiliki kemampuan diantaranya sebagai berikut: (1) guru
mampu menguasai materi dan bahan ajar sesuai dengan bidang yang diajarkan
dan diampu; (2) guru mampu menguasai dan menerapkan filosofi, metode, teknis
dan praktik dalam ilmu pengetahuan terkait bidang yang diajarkan; (3) guru
mampu memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam
proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya; (4) guru
mampu mengembangkan diri dan meningkatkan kinerja profesional melalui studi
lanjutan jenjang pendidikan, pelatihan, workshop, seminar dan kegiatan lainnya
yang dapat meningkatkan profesionalitas guru di era global; dan (5) guru mampu
meningkatkan komitmen pengabdian dirinya di masyarakat.
3. Hubungan profesionalitas guru dengan upaya penguatan managemen
pendidikan islam sangat erat kaitannya, karena guru merupakan faktor utama
yang menjadi subyek dalam pendidikan. Managemen Pendidikan Islam tidak
akan tercapai sepenuhnya tanpa adanya standar tenaga pendidik (guru) dan
kependidikan yang sangat berpengaruh dalam mencapai kualitas yang baik sesuai
target ketercapaian, sebab guru merupakan faktor utama yang menjadi penggerak
langsung (aktor) dalam pendidikan yang terjadi di madrasah terutama dalam
proses pembelajaran. Untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu
pendidikan madrasah, maka perlu diadakan kegiatan yang dapat mengembangkan
profesionalitas guru melalui beberapa kegiatan, seperti; jenjang pendidikan
lanjutan, mengikuti kegiatan pelatihan, seminar dan workshop, membuat karya
ilmiah melalui artikel ilmiah atau jurnal, dan kegiatan lainnya yang dapat
meningkatkan profesionalitas guru demi tercapainya managemen pendidikan
islam di era globalisasi.
B. Saran
Profesionalitas guru dalam meningkatkan mutu pendidikan madrasah di era
globalisasi masih memerlukan telaah dan penelitian lebih lanjut. Saran yang
hendak peniliti sampaikan, diantaranya:
1. Managemen pendidikan islam perlu diadakan peningkatan yang
berkesinambungan, apalagi tuntutan zaman yang terus berkembang menuntut
mutu untuk terus ditingkatkan dengan menyesuaikan pada tuntutan zaman yang
semakin canggih. Untuk itu, para pembaca harus terus berupaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan madrasah dengan beradaptasi pada
perkembangan era globalisasi agar tidak tertinggal.
2. Guru harus dapat mengoptimalkan profesionalitasnya dengan menyesuaikan
pada tuntutan perubahan zaman untuk memanfaatkan perkembangan TIK demi
mencapai pembelajaran yang efektif. Selain itu, guru juga harus mengembangkan
dan meningkatkan profesionalitasnya agar bisa memenuhi tuntutan
perkembangan era globalisasi.
DAFTAR PUSTAKA