SKRIPSI LENGKAAP - SUNI RAHMAWATI-dikonversi-dikompresi
SKRIPSI LENGKAAP - SUNI RAHMAWATI-dikonversi-dikompresi
SKRIPSI LENGKAAP - SUNI RAHMAWATI-dikonversi-dikompresi
SKRIPSI
SUNI RAHMAWATI
2015302093
i
FAKTOR RESIKO KEJADIAN GIZI BURUK
PADA BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS RASIMAH AHMAD
KOTA BUKITTINGGI
TAHUN 2021
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Terapan Kebidanan
SUNI RAHMAWATI
2015302093
ii
FAKTOR RESIKO KEJADIAN GIZI BURUK
PADA BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS RASIMAH AHMAD
KOTA BUKITTINGGI
TAHUN 2021
SKRIPSI
SUNI RAHMAWATI
2015302093
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT peneliti ucapkan terimakasih atas rahmat
dan karunia-nya lah sehigga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program
studi Sarjana Terapan Kebidanan. Selama penyusunan skripsi ini banyak terdapat
kekurangan namun berkat bimbingan dan bantuan serta semangat dari berbagai
pihak akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan maksimal, pada
1. Ibu Dr. Hj. Evi Hasnita, S.pd. M.Kes selaku Rektor Universitas Fort De
Kock Bukittinggi
4. Ibu Nita Tri Putri, SKM, MPH selaku pembimbing I yang telah banyak
xii
6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di UniversitasFort De Kock Bukittinggi
menjalani pendidikan.
7. Orang tua, kakak dan adik serta seluruh keluarga yang selalu memberikan
dukungan moril, materil dan spiritual serta pengorbanan dan do’a yang
9. Serta semua pihak yang teah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
Peneliti
xiii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
xiv
I. Kebutuhan Gizi Balita ................................................................................ 28
C. Hipotesis Penelitian.................................................................................... 38
B. Hasil Penelitian……….…………………..…………………….……….45
1. Analisis Univariat……………………………………………………..45
2. Analisis Bivariat………………………………………………...…….50
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat…………..….……………………………………...53
xv
B. Analisis Bivariat……………..….……………………………………..59
A. Kesimpulan…………………………………………………………….65
B. Saran......................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Halaman
Tabel 2.7 Hubungan riwayat penyakit balita dengan status gizi balita…......51
Tabel 2.8 Hubungan riwayat penyakit ibu dengan status gizi balita..............52
xvii
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan
Halaman
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
xix
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
nutrisi anak yang ditunjukkan melalui capaian berat badan terhadap umur.
Beberapa tahun terakhir target penurunan status gizi buruk balita belum
signifikan. Dampak gizi buruk pada anak bersifat sulit untuk dikoreksi di usia
dewasa. Prevalensi gizi kurang dan buruk di Indonesia tahun 2018 sebesar
terdapat 3,4% Balita dengan gizi buruk dan 14,4% gizi kurang. Masalah gizi
prevalensi gizi buruk di Indonesia tahun 2007 (5,4%), tahun 2010 (4,9%), dan
6.793 bayi usia dibawah dua tahun (baduta) bergizi buruk. Serta sebanyak
15.942 baduta bertubuh pendek (stuntiny ), 6.685 bayi berbadan sangat kurus.
2
Tidak saja baduta, sedikitnya 28.898 balita terdata kurang gizi, sebanyak
59.641 balita stunting, dan 19.667 orang berbadan sangat kurus. (Dinas
di tahun 2018 yang mengalami gizi buruk, 67 balita di tahun 2019, serta 95
balita di tahun 2020 yang mengalami gizi buruk. Dari 7 Puskesmas yang ada di
Tahun 2020 yaitu sebanyak 49 balita yang mengalami gizi buruk sedangkan
pada tahun 2019 sebanyak 9 balita yang mengalami gizi buruk kenaikan ini
mencapai 70%.
Masalah gizi tidak dapat ditangani dengan kebijakan dan program jangka
pendek serta sektoral, apalagi hanya ditinjau dari aspek pangan saja. Masalah
gizi harus segera ditangani melalui implementasi kebijakan gizi yang tepat
mengatasi masalah gizi secara tuntas dan lestari dengan membuat seperti peta
jalan kebijakan jangka pendek dan jangka panjang (Hariyadi & Ekayanti, 2011)
fisik dan psikis. Status gizi balita sangat signifikan sebagai titik tolak kapasitas
fisik di usia dewasa. Karakter ketahanan tubuh dibangun oleh kematangan dan
3
kualitas organ-organ tubuh. Agar mencapai kondisi kesehatan optimal sejak
dini sampai dewasa, maka masyarakat sangat perlu mengetahui faktor apa saja
yang berpengaruh terhadap capaian status gizi balita. Faktorfaktor yang paling
signifikan berpengaruh terhadap status gizi balita bisa dikaji untuk kemudian
dirumuskan suatu rekomendasi yang dapat dijadikan sebagai the best guidelines
untuk masyarakat.
yang terkena penyakit. Gangguan asupan gizi pada masa kehamilan dapat
berpengaruh pada berat badan lahir bayi sehingga berat badan bayi kurang dari
2500 gram atau Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Berat badan bayi yang
kurang ini juga berhubungan dengan panjang bayi saat lahir, bayi lahir dengan
kembang anak mengingat pacu tumbuh anak perempuan dan laki-laki ada
perbedaan. Pola asuh masa balita terutama dalam hal pemenuhan gizi
diimbangi juga dengan tingkat pendidikan ibu. Ibu yang bekerja otomatis ikut
4
membantu menopang ekonomi keluarga namun berdampak juga terhadap pola
orangtua, pengetahuan ibu tentang gizi dan jumlah anggota dalam rumah
dengan gizi buruk balita adalah karakteristik ibu (Khotimah and Kuswandi,
2015), tingkat pendidikan ibu (Damanik, Ekayanti dan Hariyadi, 2010), tingkat
pemanfaatan posyandu oleh keluarga (Duana, dkk., 2012), asupan makanan dan
status kesadaran gizi perilaku gizi seimbang dan pengetahuan tentang gizi
tingkat pendidikan ibu, jarak kelahiran kurang dari 60 bulan, berat lahir normal,
jumlah anak dan pola asuh ibu dengan status gizi anak balita.
serius karena berhubungan dengan angka kesakitan dan kematian balita, maka
agar bisa dilakukan upaya pencegahan yang lebih tepat. 1) Dari survey data
awal yang dilakukan pada bulan Maret 2021, data balita gizi buruk di Wilayah
5
Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad mengalami kenaikan 70%, di Tahun 2019
Puskesmas Rasimah Ahmad sebanyak 947 balita. Dari data diatas penulis
B. Rumusan Masalah
penelitian ini adalah “Faktor Resiko Kejadian Gizi Buruk Pada Balita di
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
6
D. Manfaat Penelitian
Bukittinggi.
4. Bagi Peneliti
dampak Gizi Buruk jika pencegahan sejak dini tidak dilakukan dan
dan melihat kondisi responden yang memiliki umur berisiko untuk terkena
gizi buruk.
berkaitan dengan topik Faktor Resiko Kejadian Gizi Buruk pada Balita.
7
E. Ruang Lingkup
Dengan penelitian ini direncanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2021
8
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gizi Buruk
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya
manusia. Peran gizi dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia telah
dibuktikan dari berbagai penelitian. Gangguan gizi pada awal kehidupan akan
(2019).
kurang gizi makro dan kurang gizi mikro. Kurang gizi makro pada dasarnya
energi dan protein. Masalah gizi makro adalah masalah gizi yang utamanya
protein. Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat
gizi mikro.
tahun 2017 bahwa gizi buruk terjadi karena pemenuhan kebutuhan gizi balita
berdayaan ekonomi.
9
konsumsi makanan yang tidak cukup mengandung energi dan protein serta
(2005), gizi buruk adalah status gizi menurut berat badan (BB) dan tinggi
badan (TB) dengan Z-score <-3 dan atau dengan tanda-tanda klinis
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan
penyakit tertentu.
secara umum dan kekurangan sumber protein. Gizi buruk adalah keadaan
kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein
Gizi (AKG) dan biasanya juga disertai adanya kekurangan dari beberapa
10
B. Klasifikasi Status Gizi
Tabel 1.1 Klasisfikasi dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan
Indeks
Kategori
Indeks
Status Gizi
Ambang Batas(Z-Score)
11
Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SDGemuk >2 SD
Sangat Kurus < - 3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas >2 S
gejala-gejalaklinis yaitu :
1. Marasmus
tampak tua (monkey face), sering pada bayi < 12 bulan, mudah
2. Kwashiorkhor
rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok,
pada posisi berdiri atau duduk, terdapat kelainan kulit berupa bercak
12
merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat
3. Marasmic-Kwashiorkor
tidak mencolok.
a. Faktor Langsung
unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu
kemiskinan.
baik.
13
Status gizi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
b. Penyakit
c. Pola Asuh, salah satu kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang
yang baik.
saluran pencernaan.
1. Keluarga miskin
2. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak
14
saluranpernapasan dan diare.
jumlah kelahiran , berat lahir, ukuran orang tua, dan konstitusi genetik serta
dkk 2016)
1. Faktor Langsung
a. Asupan Makanan
yang tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi
syarat gizi seimbang yaitu beragam, sesuai kebutuhan, bersih dan aman,
Gizi buruk banyak terjadi pada anak usia enam bulan hingga
lima tahun pada umur tersebut tubuh anak memerlukan zat gizi yang
sangat tinggi, sehingga apabila kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi maka
tubuh akan menggunakan cadangan zat gizi yang ada dalam tubuh, yang
Kareng Kota Banda Aceh, anak dengan asupan energi yang kurang
mempunyai risiko 2,9 kali lebih besar untuk mengalami status gizi
15
sedangkan anak dengan asupan protein yang kurang mempunyai risiko
3,1 kali lebih besar untuk mengalami status gizi kurang di bandingkan
dengan anak yang asupan proteinnya cukup. Faktor utama yang harus
b. Penyakit Infeksi
dapat memperburuk keadaan gizi, dan keadaan gizi yang jelek dapat
masalah gizi antara lain diare, tuberkulosis, campak dan batuk rejan.
16
menurunnya berat badan telah lama diketahui. Keadaan demikian
diare berpeluang satu kali lebih besar akan mengalami status gizi
a. Ketersedian Pangan
Pertanian berpengaruh terhadap gizi melalui produksi pangan
17
untuk keperluan rumah tangga dan distribusi hasil tanaman perdagangan,
ternak dan jenis pangan lain yang dijual di pasar lokal atau tempat lain.
uang yang cukup untuk membeli keperluan pangan yang tidak ditanam di
tempatnya, tidak akan banyak terjadi kurang gizi dan kurangnya pangan.
4. Pola Asuh
Asuhan anak atau interaksi ibu dan anak terlihat erat sebagai
indikator kualitas dan kuantitas peranan ibu dalam mengasuh anak. Pola
asuh dapat dipakai sebagai peramal atau faktor risiko terjadinya kurang
gizi atau gangguan perkembangan pada anak. Peran ibu dalam keluarga
sangat besar dalam menanamkan kebiasaan makan pada anak dan proses
18
dengan kontak fisik dan psikis, misalnya dengan menyusui segera setelah
lahir.
peran ganda ibu dengan kurang baiknya pola asuh terhadap anak.
bulan, dan berlanjut sampai bayi berumur sembilan bulan dan menurut
panjang bayi ketika bayi berumur lima bulan, dan berlanjut sampai bayi
Masalah gizi selain disebabkan oleh kurangnya asupan zat gizi, juga
2018)
19
tentang hubungan sanitasi lingkungan, morbiditas dan status gizi balita di
antara lingkungan sehat dengan status gizi anaka balita berdasarkan BB/U.
Balita yang tumbuh di lingkungan tidak sehat berpeluang satu kali lebih besar
akan mengalami status gizi buruk di bandingkan dengan balita yang normal
dan gizi anak. Fasilitas kesehatan harus mampu menampung dan menjangkau
Kabupaten Sarolangun Jambi, dari hasil wawancara yang semua balita jarang
1. Kemiskinan
akses terhadap pangan di rumah tangga sulit dicapai sehingga orang akan
20
mengkonsumsi makanan (energi dan protein) lebih rendah dibandingkan
anak-anak dari keluarga berada. Hal ini terkait dengan kemampuan rumah
dkk pada keluarga miskin dan tidak miskin di Kecamatan Denpasar utara,
dari hasil analisis mereka menunjukan ada perbedaan status gizi balita
pada keluarga miskin dan tidak miskin. Perbedaan ini dapat disebabkan
miskin asupan zat gizi lebih rendah dibanding dengan balita keluarga
tidak miskin demikian juga halnya dengan keadaan sanitasi yang kurang
gizi dapat memiskinkan, anak kurus dan pendek karena kurang gizi
Laksmi,2019)
2. Tingkat Pendapatan
21
kembang anak, karena orangtua dapat menyediakan semua kebutuhan
anak baik yang primer seperti makanan maupun yang sekunder. Pada
3. Tingkat Pendidikan
dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik maka
orangtua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua semakin kecil resiko
22
dalam meningkatkan pengetahuan dalam upaya mengatur dan
merencanakan menu makanan yang sehat dan bergizi bagi dirinya dan
daripada status gizi baik diderita balita dari ayah yang tidak bersekolah
lebih tinggi daripada status gizi baik pada balita dari ibu yang
4. Tingkat Pengetahuan
potensi alam dan biologis untuk meningkatkan mutu gizi menu makanan
keluarga.
pengetahuan ibu memiliki hubungan yang positif dengan status gizi balita
usia 6-24 bulan, dimana ibu yang memiliki pengetahuan tinggi memiliki
23
kemungkinan balitanya memiliki status gizi di atas garis merah lebih
dari kurangnya asupan zat gizi, pentingnya istirahat yang cukup, rekreasi,
status gizi yang baik, sebagai bagian dalam kesehatan jasmani dan rohani.
pangan yang tepat. Pengetahuan tentang gizi juga dapat diperoleh melalui
24
kebiasaan makan memegang peran penting dalam konsumsi bahan
4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan
kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah
berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula.
25
kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi
Laksmi,2019)
secara penuh.
keluarga. Semuanya itu terkait pada kualitas pola asuh anak. Pola asuh,
26
STATUS GIZI
Penyebab tidak
Ketersediaan Langsung
Sanitasi &
Pangan Tk. Pola Pelayanan
RT Asuh Kesehatan
Masalah
Krisis Politik, Sosial dan Ekonomi Utama
27
H. Dampak Gizi yang Buruk pada Bayi dan Balita
hilangnya masa hidup sehat balita, serta dampak yang lebih serius adalah
disebabkan oleh keadaan gizi yang jelek. Resiko meninggal dari anak yang
bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. WHO
memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh
Dari jumlah energi yang dikonsumsi bayi, 50% digunakan untuk energi
28
hari. Untuk umur 6 bulan energi yang dibutuhkan turun menjadi 95 Kkal/kg
berat badan.
zat anti energi. Kebutuhan akan protein selama periode pertumbuhan tulang
rangka dan otot yang cepat pada masa bayi relatif tinggi. konsumsi
sebanyak 2,2 gr protein bernilai gizi tinggi per kg berat badan per hari
cc). lemak minimal harus menyediakan 30% energi, yang dibutuhkan bukan
29
penyerapan asam lemak esensial, vitamin yang terlarut dalam lemak,
kalsium serta mineral lain dan juga untuk menyeimbangkan diet agar zat gizi
0-5 bulan 31
6-11 bulan 36
1-3 tahun 44
4-6 tahun 62
klasifikasi tulang dan gigi yang cepat. Konsumsi vitamin D dianjurkan 400
Vitamin yang larut dalam air,meliputi vitamin B dan C, kebutuhan bayi akan
vitamin ini dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu. Bayi harus
memperoleh 0,5 mg ribovlavin per 1000 Kkal energi yang dikonsumsi untuk
30
komponen sitokrom yang penting dalam pernafasan dan sebagai komponen
dalam hemoglobin yang penting dalam mengikat oksigen dalam sel darah
merah.
Indonesia sudah menghadapi masalah gizi yang tinggi. Saat ini, lebih dari dua
juta anak menderita gizi buruk dan lebih dari tujuh juta anak di bawah usia 5
adanya tindakan yang tepat waktu, jumlah anak yang mengalami wasting atau
kekurangan gizi akut di bawah 5 tahun dapat meningkat secara global sekitar 15
persen tahun ini karena COVID-19. Ini berarti ada peningkatan risiko wasting,
suatu kondisi yang ditandai dengan berat badan rendah jika dibandingkan
31
pendapatan rumah tangga sehingga menjadi kurang mampu membeli makanan
Pada saat yang sama, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa
atau memiliki tinggi badan yang rendah untuk usia mereka, dan dapat
parah.
pengobatan harus tersedia secara rutin dan dapat diakses. Deteksi dini wasting
sederhana termasuk obat-obatan dasar dan konsumsi makanan terapi yang siap
santap, adalah solusi yang diperlukan bagi seorang anak untuk menjadi sehat
kembali.
termasuk:
32
1. Meningkatkan pendekatan pencegahan berbasis bukti untuk mengatasi
stunting dan wasting pada anak, dan pendekatan kuratif untuk mengobati
wasting;
pada anak;
melanjutkan layanan gizi untuk anak-anak dan keluarga yang rentan, termasuk
pemantauan pertumbuhan, distribusi gizi mikro, dukungan bagi para ibu untuk
pemberian makan bayi dan anak secara memadai, dan penapisan serta perawatan
33
Kerangka Teori
Jumlah anggota
keluarga
Riwayat
penyakit Jenis
balita Pola asu
Kelamin
34
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
penelitian dan untuk mengarahkan peneliti dalam mencari data yang dibutuhkan.
Pola Asuh
35
B. Definisi Operasional
Ukur
Tidak ada
36
4 Variabel Keadaan gizi Antopome Alat ukur a) Buruk, jika Ordinal
Terikat : balita yang diukur tri BB/TB tinggi badan mempunyai
dari berat badan dan berat indeks
Status Gizi ≤90% dari
menurut umur badan
Balita nilai median
balita berdasarkan BB/TB
umur balita WHO NCHS
2005
b) Baik, jika
mempunyai
indeks
>90% dari
nilai median
BB/TB
WHO NCHS
2005
(Hariza
Adnani,
2011)
37
C. Hipotesis Penelitian
1. Hubungan antara pola asuh dengan resiko kejadian gizi buruk di wilayah
2. Hubungan antara riwayat penyakit balita dengan resiko kejadian gizi buruk
3. Hubungan antara riwayat kehamilan ibu dengan resiko kejadian gizi buruk di
38
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Populasi
penelitian populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita usia
1-59 bulan yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota
39
2. Sampel
N
n=
1 + N (d)2
Keterangan:
N= Besar PopulasI
n= Besar sampel
d= Tingkat Kepercayaan
947
n=
1 + 947 (0,01)
947
n=
1 + 9,47
947
n=
10,47
n = 90
n = 90
D. Sumber Data
1. Data Primer
40
pustaka yang ada. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yang ada
referensi.
1. Wawancara
(responden).
2. Dokumentasi
A. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul pada penelitian ini akan diolah melalui
tahap-tahap.
41
a. Editing
responden.
a. Coding
b. Tabulasi
tabel.
d. Entry data
e. Processing
program computer.
42
f. Cleaning
1. Analisis Univariat
sudah optimal.
2. Analisis Bivariat
alternatif yaitu uji fisher tabel 2x2, uji kolmogorov- smirnov tabel 2xk,
43
G. Etika Penelitian
mereka yang setuju akan diminta untuk menanda tangani surat persetujuan
C. Confidentiality (Kerahasiaan)
44
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bukittinggi Tahun 2021 dengan jumlah responden sebanyak 90 ibu dan balita
yang ada di wiliyah kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi pada
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik Ibu
Tabel 1.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu di Puskesmas
Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2021
Umur Ibu F %
<20 1 1,1
20-35 83 92,2
>35 6 6,7
Total 90 100
Dari tabel dapat dilihat bahwa dari 90 orang responden umur <20
sebanyak 1 orang ibu (1,1%), umur 20-35 sebanyak 83 orang ibu (92,2%),
45
2). Karakteristik Responden Menurut Pendidikan Ibu
Tabel 1.8
Pendidikan Ibu F %
SD 6 6,7
SMP 12 13,3
SMA 54 60,0
PT 18 20,0
Total 90 100
Tabel 1.9
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Puskesmas Rasimah
Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2021
Pekerjaan Ibu F %
IRT 55 61,1
Petani 6 6,7
Wiraswasta 24 26,7
PNS 5 5,6
Total 90 100
46
responden (6,7%), wiraswasta sebanyak 24 responden (26,7%), PNS
b. Karakteristik Balita
Tabel 2.0
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Balita di Puskesmas
Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2021
Umur Balita F %
0-35 69 76,7
35-59 21 23,3
Total 90 100.
Dari tabel dapat dilihat bahwa dari 90 balita, yang berusia 0-35
21 balita (23,3%)
Tabel 2.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Balita di
Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2021
Jenis Kelamin F %
Laki-Laki 44 48,9
Perempuan 46 51,1
Total 90 100.0
Dari tabel dapat dilihat bahwa dari 90 balita, yang berjenis kelamin
47
3). Karakteristik Responden Menurut Berat Badan Lahir
Tabel 2.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Berat Badan Lahir di
Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2021
BBL F %
<2500 18 20,0
>2500 72 80,0
Total 90 100.0
yang mempunyai riwayat berat badan lahir >2500 sebanyak 72 balita (80,0)
Tabel 2.3
Distribusi Frekuensi Pola Asuh Pada Balita di Puskesmas Rasimah
Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2021
Pola Asuh F %
Total 90 100.0
Dari tabel dapat dilihat bahwa dari 90 balita, yang memiliki pola
Tabel 2.4
48
Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit Balita di Puskesmas Rasimah
Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2021
Riwayat Penyakit Balita F %
Total 90 100.0
Dari tabel dapat dilihat bahwa dari 90 balita, yang tidak mempunyai
Tabel 2.5
Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit Ibu di Puskesmas Rasimah
Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2021
Riwayat Penyakit Ibu F %
Total 90 100.0
Dari tabel dapat dilihat bahwa dari 90 balita, yang tidak mempunyai
2. Analisis Bivariat
variabel bebas dan variabel terikat yaitu hubungan pola asuh, riwayat
49
penyakit balita dan riwayat penyakit ibu dengan status gizi balita di
Tabel 2.6
Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi Balita
di Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2021
Status Gizi
n % N % N %
2,400
Baik 25 62,5 40 80,0 50 100 0,108
(0,934-6,165)
Total 40 100 50 100 90 100
Dari tabel 2.6 diketahui bahwa proporsi balita dengan gizi buruk
yang memiliki pola asuh baik cenderung lebih tinggi sebesar 62,5,%
lebih besar dibandingkan dengan balita yang memiliki pola asuh kurang
terlihat bahwa p value adalah 0,108 (p> 0,05), ini berarti tidak ada
Odds ratio (OR) sebesar 2,400 dengan nilai confidence interval 95%
(0,934-6,165).
50
2. Faktor Resiko Riwayat Penyakit Balita dengan Status Gizi
Balita
Tabel 2.7
Hubungan Riwayat Penyakit Balita dengan Status Gizi Balita
di Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2021
Status Gizi
Riwayat
Penyakit
Balita Buruk Total P. OR
Baik
Value (CI 95%)
N % N % N %
0,704
Ada 25 62,5 27 54,0 50 100 0,551
(0,302-1,645)
Total 40 100 50 100 90 100
terlihat bahwa p value adalah 0,551 (p> 0,05), ini berarti tidak ada
kurang dan gizi buruk (Ho diterima dan Ha ditolak) dan menunjukkan
nilai Odds ratio (OR) sebesar 0,704 dengan nilai confidence interval 95%
(0,302-1,645).
51
3. Faktor Resiko Riwayat Penyakit Ibu dengan Status Gizi Balita
Tabel 2.8
Hubungan Riwayat Penyakit Ibu dengan Status Gizi Balita
di Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2021
Status Gizi
Riwayat
Penyakit Ibu Buruk Total P. OR
Baik
Value (CI 95%)
n % N % N %
0,079
Ada 21 52,5 4 8,0 50 100 0,000
(0,024-0,260)
Total 40 100 50 100 90 100
kejadian gizi buruk. Selain itu diperoleh nilai Odds ratio (OR) sebesar
52
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
a. Umur Ibu
karena pada usia tersebut usia yang paling memuaskan untuk mengasuh
anak adalah 20-35 tahun (Wong, 2016). Selama waktu ini orang tua
sebuah keluarga.
b. Pendidikan Ibu
60,0% ibu riwayat pendidikan SMA dan paling kecil 6,7% ibu riwayat
53
Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap
kualitas pengasuhan balita terutama anak yang masih diasuh oleh ibunya.
c. Pekerjaan
menunjukkan 61,1% adalah ibu rumah tangga dan paling kecil 5,6% adalah
d. Umur Balita
umur balita 0-35 76,7% sedangkan umur 35-59 23,3% Usia balita terutama
pada usia 12-36 bulan adalah masa pertumbuhan yang cepat sehingga
masa-masa selanjutnya.
terhadap gangguan gizi dan kesehatan. Pada usia tersebut kebutuhan balita
meningkat dan mereka tidak dapat mencari makanan mereka sendiri. Usia
kepada orang lain sehingga terjadi risiko gizi buruk yang semakin besar.
54
e. Jenis Kelamin
dengan berat badan lahir <2500 20,0%. Selain itu BBLR merupakan faktor
risiko dari kejadian gizi buruk. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya
merupakan faktor risiko kejadian gizi buruk. Penelitian lain yang dilakukan
Penyebab terbanyak dari BBLR ini adalah bayi yang lahir prematur
55
kandungan.Dampak BBLR ini adalah meningkatkan risiko angka
buruk dapat terjadi apabila BBLR jangka panjang. Pada BBLR zat antibodi
buruk.
g. Pola Asuh
diatas dapat dilihat bahwa dari 90 balita, yang memiliki pola asuh kurang
baik sebanyak 25 balita (27,8%), sedangkan yang memiliki pola asuh baik
Pola asuh adalah salah satu faktor yang erat kaitannya dengan
tumbuh kembang anak. Pola asuh dalam konteks ini, mencakup beberapa
hal yaitu makanan yang merupakan sumber gizi, vaksinasi, ASI eksklusif,
perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak,
hubungan dengan keadaan ibu tentang kesehatan (fisik dan mental), status
pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga atau masyarakat dan
56
sebagainya dari si ibu dan pengasuhnya. Balita masih benar-benar
diuraikan diatas dapat dilihat bahwa dari 90 balita, yang tidak mempunyai
fisiologis individu itu sendiri karena jika tidak terpenuhi maka akan
kesehatan dan gizi pada anak merupakan hal yang saling berpengaruh.
Status gizi anak juga dipengaruhi oleh banyak faktor seperti aspek
sebagian besar kematian. Setengah dari 5,9 juta anak balita meniggal
dan diare yang menyebabkan kurangannya zat gizi dan cairan dalam
tubuh.
57
Penelitian sebelumnya yang dilakukan di RSUD Ulin Banjarmasin
tahun 2017 bahwa penyakit penyerta merupakan faktor risiko kejadian gizi
terdapat hubungan timbal balik antara kejadian penyakit dan gizi buruk.
Balita yang menderita gizi buruk akan mengalami penurunan daya tahan
sehingga rentan terhadap penyakit. Selain itu anak yang menderita sakit
diuraikan diatas dapat dilihat bahwa dari 90 balita, yang tidak mempunyai
dan perkembangan yang cepat pada masa bayi dan anak anak serta
memiliki panjang badan yang rendah ketika lahir, anak yang mengalami
berat lahir yang rendah pada saat dilahirkan dan pemberian makanan
58
Penelitian sebelumnya oleh (Ridha Mustika, 2017) di Kecamatan
penyakit ibu masa kehamilan dengan status gizi balita. Anak dengan
tinggi dan berat badan ideal. Permasalahan gizi harus diperhatikan sejak
masih dalam kandungan.1 Riwayat status gizi ibu hamil menjadi faktor
Badan Lahir Rendah (BBLR), kecil, pendek kurus, daya tahan tubuh rendah
B. Analisis Bivariat
1. Pola Asuh
gizi buruk yang memiliki pola asuh baik cenderung lebih tinggi sebesar
62,5% lebih besar dibandingkan dengan balita yang memiliki pola asuh
kurang baik yaitu sebesar 37,5%. Diperoleh nilai p value = 0,108 (p> 0,05),
status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rasimah Ahmad Kota
Bukittinggi.
59
Pola asuh adalah salah satu faktor yang erat kaitannya dengan tumbuh
kembang anak. Pola asuh dalam konteks ini, mencakup beberapa hal yaitu
(Soetjiningsih, 2012). Pola pengasuhan balita berupa sikap dan perilaku ibu
atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan,
sebagainya.
hubungan dengan keadaan ibu tentang kesehatan (fisik dan mental), status gizi,
anak yang baik, peran dalam keluarga atau masyarakat dan sebagainya dari si
ibu dan pengasuhnya. Balita masih benar-benar tergantung pada perawatan dan
Dari hasil penelitian menunjukkan pola asuh yang diberikan pada balita
di RW.VI Kelurahan Manisrejo Madiun adalah baik. Hal ini karena kegiatan
pemberian makanan tambahan untuk meningkatkan gizi balita. Selain itu di era
komunikasi sekarang ini semua informasi mudah diperoleh sehingga untuk pola
asuh yang benar dan cara mendidik yang benar mudah diperoleh selain di
penyuluhan juga internet juga sudah mewabah pada ibu-ibu rumah tangga.
60
Pola asuh berkaitan dengan perilaku orang tua yang di perhatikan dan
interpersonal dengan anak. Hal itu merupakan bentuk pola asuh yang baik.
Dan bila pola asuh itu tidak tidak baik berarti berlawanan atau tidak sesuai
anak.
balita dengan gizi buruk yang mempunyai riwayat penyakit cenderung lebih
tinggi sebesar 62,5% dibandingkan balita dengan gizi buruk yang tidak
penyakit balita dengan status gizi balita (Ho diterima dan Ha ditolak) dan
menunjukkan nilai Odds ratio (OR) sebesar 0,704 dengan nilai confidence
individu itu sendiri karena jika tidak terpenuhi maka akan menimbulkan
masalah kesehatan yang berkaitan dengan gizi. Kondisi kesehatan dan gizi
pada anak merupakan hal yang saling berpengaruh. Status gizi anak juga
61
kesehatan anak menurun sehingga berdampak pada nafsu makan dan akan
malaria adalah penyebab sebagian besar kematian. Setengah dari 5,9 juta
anak balita meniggal karena penyakit infeksi. Dampak lain dari infeksi
tahun 2017 bahwa penyakit penyerta merupakan faktor risiko kejadian gizi
terdapat hubungan timbal balik antara kejadian penyakit dan gizi buruk. Balita
yang menderita gizi buruk akan mengalami penurunan daya tahan sehingga
rentan terhadap penyakit. Selain itu anak yang menderita sakit akan
Penyakit penyerta yang paling banyak dialami oleh balita kelompok gizi
Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi adalah ISPA. diperoleh dari catatan medik.
Hal ini dapat terjadi gizi buruk pada balita yang mengalami diare karena balita
akan mengalami asupan makanan dan banyak nutrisi yang terbuang serta
kekurangan cairan. Selain itu, balita dengan ISPA yaitu salah satu penyakit
infeksi yang sering dialami oleh balita, dapat menyebabkan menurunnya nafsu
makan sehingga asupan zat gizi ke dalam tubuh anak menjadi berkurang.
62
3. Riwayat Penyakit Ibu
penyakit ibu balita dengan gizi buruk yang mempunyai riwayat penyakit
cenderung lebih tinggi sebesar 52,5% dibandingkan ibu balita yang tidak
dengan kejadian gizi buruk. Selain itu diperoleh nilai Odds ratio (OR)
merupakan faktor resiko kejadian gizi buruk pada balita di wilayah kerja
Anak yang lahir BBLR disebabkan karena asupan ibu yang kurang
pada masa bayi dan anak anak serta seringnya terkena penyakit infeksi
selama masa awal kehidupan, anak memiliki panjang badan yang rendah
ketika lahir, anak yang mengalami berat lahir yang rendah pada saat
dilahirkan dan pemberian makanan tambahan yang tidak sesuai menurut usia
ibu masa kehamilan dengan status gizi balita. Anak dengan BBLR (<2500
gram) berpotensi besar mengalami status gizi kurang bahkan lebih buruk
63
yang mempengaruhi kehidupannya termasuk risiko gangguan pertumbuhan.
Akibatnya anak mengalami gagal tumbuh, postur tubuh kecil pendek yang
status gizi ibu hamil menjadi faktor penting terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janin.2 Jika terjadi kekurangan status gizi awal kehidupan maka
Terhambat (PJT), Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), kecil, pendek kurus, daya
64
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
(51,1%).
65
6. Dari 90 balita, yang mempunyai riwayat berat badan lahir <2500
7. Dari 90 balita, yang memiliki pola asuh kurang baik sebanyak 25 balita
(72,2%).
10. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan status
gizi balita p value = 0,108 (p> 0,05), Odds ratio (OR) sebesar 2,400
11. Tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit balita
dengan status gizi balita dengan p value = 0,551 (p> 0,05 (Ho diterima
dan Ha ditolak) dan menunjukkan nilai Odds ratio (OR) sebesar 0,704
12. Ada hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit ibu dengan
status gizi balita dengan p value = 0,000 diperoleh nilai Odds ratio (OR)
66
B. Saran
Bukittinggi.
4. Bagi Peneliti
dampak Gizi Buruk jika pencegahan sejak dini tidak dilakukan dan
dan melihat kondisi responden yang memiliki umur berisiko untuk terkena
gizi buruk.
berkaitan dengan topik Faktor Resiko Kejadian Gizi Buruk pada Balita.
67
DAFTAR PUSTAKA
(Aceh & kue tradisional khas Aceh, 2020; Budi Faisol, Sriyono, & Retno, 2015;
Damaik, Ekayanti, & Hariyadi, 2010; Ernawati, 2019; Fauziyah, 2017;
Hardani M & Zuraida R, 2019; Hati Baculu, Juffrie, & Helmyati, 2016; Hati &
Pratiwi, 2019; Lutfiana, 2013; Murwati & Devianti, 2016; Novitasari, 2012;
Nursusati, 2018; R Yudi Rachman Saleh, Ii Sumarni & Mahasiswa KKS PH
FK.Malahayati di Puskesmas, 2017; Silvera Oktavia, Laksmi Widajanti, 2019;
Sulistyawati, 2019)
Balitbangkes, 2018. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Jakarta:
Kementerian.
Budi Faisol, W., Sriyono, & Retno, I. (2015). Analisis Faktor yang Berkaitan
dengan Kasus Gizi Buruk pada Balita. Jurnal Pediomaternal, 3(1), 83–91.
Retrieved from
journal.unair.ac.id/download-fullpapers-pmnjf19af4e326full.docx
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Profil
Kesehatan
Republik Indonesia.
Dinas Provinsi Sumatera Barat, 2018. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.
Padang: Dinas Kesehatan Sumatera Barat.
Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi, 2020. Data Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi.
Bukittinggi: Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi
68
Hati Baculu, E. P., Juffrie, M., & Helmyati, S. (2016). Faktor risiko gizi buruk pada
balita di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Gizi Dan
Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics), 3(1), 51.
https://doi.org/10.21927/ijnd.2015.3(1).51-59
Hati, F. S., & Pratiwi, A. M. (2019). The Effect of Education Giving on The
Parent’s Behavior About Growth Stimulation in Children with Stunting.
NurseLine Journal, 4(1), 12. https://doi.org/10.19184/nlj.v4i1.8628
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Kemenkes RI. 2017.
Nursusati, M. (2018). Analisis Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk Pada Balita Di
Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2018. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
0Universitas Sriwijaya. Retrieved from https://repository.unsri.ac.id/346/
R Yudi Rachman Saleh, Ii Sumarni, D., & Mahasiswa KKS PH FK.Malahayati di
Puskesmas. (2017). Kajian Penyebab Gizi Buruk Pada Balita Di Wilayah
Kerja Puskesmas Rancah Kabupaten Ciamis Tahun 2017. 7–10.
Silvera Oktavia, Laksmi Widajanti, R. A. (2019). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status Gizi Buruk Pada Balita. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. Buku Kedokteran
EGC.
Sulistyawati, A. (2019). Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk pada Balita Di Dusun
Teruman Bantul. Jurnal Kesehatan Madani Medika, 10(1), 13–19. Retrieved
from http://jurnal.akbiduk.ac.id/assets/doc/190214014918-3.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
STUNTING PADA BALITA.pdf
69
70
71
72
73
Lampiran 1
Kepada Yth
Di Tempat
Dengan Hormat
Nim : 2015302093
Untuk itu saya meminta kesediaan ibu-ibu untuk menjadi responden dalam
penelitian ini.
Apabila ibu-ibu menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan untuk
menandatangani lembaran persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
saya ajukan. Atas perhatian ibu-ibu sebagai responden, saya ucapkan terimakasih.
Peneliti
(Suni Rahmawati)
74
Lampiran 2
(INFORMENT CONSENT)
Nim : 2015302093
Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negative terhadap
saya dan keluarga. Penelitian ini akan menjadi masukan bagi peningkatan
pelayanan kebidanan dan akan dirahasiakan keberadaannya sehingga jawaban yang
diberikan adalah sebenarnya.
Saya telah diberikan kesempatan untuk bertanya dan setiap pertanyaan yang
diajukan berkaitan dengan penelitian ini dan mendapat jawaban yang memuaskan
dengan ini saya sukarela berperan serta dalam penelitian ini.
( )
75
KUESIONER PENELITIAN
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
A. Karakteristik Balita
Nama balita :
Umur balita :
Jenis kelamin :
Urutan anak ke :
B. Karakteristik Orangtua
Nama ibu :
Status ibu :
Umur ibu :
Alamat :
Pendidikan ibu : a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Diploma/PT
76
Pendapatan Keluarga :
Rp………………………………… ….
Rp……………………………………
Rp……………………………………
II. PERTANYAAN
A. Pola Asuh
Pilihlah jawaban yang anda anggap paling tepat dengan memberikan tanda
(X) !
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
77
4. Apakah ibu selalu memberikan perawatan kesehatan dini pada balita
?..
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
a. Selalu
78
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
10. Apakah ibu selalu memberikan perawatan kesehatan dini pada balita
?..
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
a. Ada (ISPA (flu, batuk, dan demam, Diare (mencret), TBC, Campak,
lainnya)
b. Tidak ada
79
80
81
DOKUMENTASI
82
83
84
85