Lembar kerja ini berisi laporan pelaksanaan praktik mengajar (PPL) ke-3 di SMP Terpadu Darussalam. Pelajaran yang diajarkan adalah zakat dengan indikator capaian pembelajaran mendeskripsikan pengertian zakat dan menyebutkan ketentuan zakat mal. Terdapat beberapa masalah yaitu siswa kurang aktif bertanya dan penggunaan materi ajar sumber dari penelitian yang belum sesuai dengan jenjang SMP. Beberapa sol
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
69 tayangan17 halaman
Lembar kerja ini berisi laporan pelaksanaan praktik mengajar (PPL) ke-3 di SMP Terpadu Darussalam. Pelajaran yang diajarkan adalah zakat dengan indikator capaian pembelajaran mendeskripsikan pengertian zakat dan menyebutkan ketentuan zakat mal. Terdapat beberapa masalah yaitu siswa kurang aktif bertanya dan penggunaan materi ajar sumber dari penelitian yang belum sesuai dengan jenjang SMP. Beberapa sol
Deskripsi Asli:
JURNAL MENGAJAR DALAM PELAKSANAAN PRAKTIK MENGAJAR (PPL)
Lembar kerja ini berisi laporan pelaksanaan praktik mengajar (PPL) ke-3 di SMP Terpadu Darussalam. Pelajaran yang diajarkan adalah zakat dengan indikator capaian pembelajaran mendeskripsikan pengertian zakat dan menyebutkan ketentuan zakat mal. Terdapat beberapa masalah yaitu siswa kurang aktif bertanya dan penggunaan materi ajar sumber dari penelitian yang belum sesuai dengan jenjang SMP. Beberapa sol
Lembar kerja ini berisi laporan pelaksanaan praktik mengajar (PPL) ke-3 di SMP Terpadu Darussalam. Pelajaran yang diajarkan adalah zakat dengan indikator capaian pembelajaran mendeskripsikan pengertian zakat dan menyebutkan ketentuan zakat mal. Terdapat beberapa masalah yaitu siswa kurang aktif bertanya dan penggunaan materi ajar sumber dari penelitian yang belum sesuai dengan jenjang SMP. Beberapa sol
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 17
LEMBAR KERJA 3.
5 JURNAL MENGAJAR DALAM PELAKSANAAN PRAKTIK MENGAJAR (PPL) KE- 3
Tanggal : 28 Juni 2022
Tempat : SMP Terpadu Darussalam Bentuk : Luring Waktu : Pukul 13.30-14.50 Kompetensi Dasar : 1.8 Melaksanakan zakat sesuai dengan ketentuan syari’at Islam. 2.8 Menunjukkan perilaku taat dan peduli sebagai hikmah dari ketentuan zakat. 3.8 Memahami ketentuan zakat. 4.8 Mempraktikkan ketentuan zakat Indikator Capaian Pembelajaran : 1.8.1 Meyakini ajaran zakat merupakan perintah agama, ( )تفقه فى الدين, ( )صالح 1.8.2 Melakukan zakat dengan ikhlas, ( )إخالص, ()طاعة, 2.8.1. Berperilaku empati dan gemar menolong kaum dhuafa sebagai implementasi dari pemahaman makna zakat ( أخوة/ )تعاون, ()اعتماد على النفس 2.8.2. Berperilaku peduli kepada sesama dalam kehidupan sehari-hari. ()مجتمعية, 3.8.1. Mendeskripsikan pengertian zakat 3.8.2. Menyebutkan dalil zakat 3.8.3. Menyebutkan ketentuan zakat mal 3.8.4. Menyebutkan ketentuan zakat fitrah 3.8.5. Menyebutkan mustahiq zakat 3.8.6. Menyebutkan hikmah pelaksanakan zakat 4.8.1 Menghitung zakat mal dan zakat fitrah 4.8.2 Mempresentasikan hasil hitungan zakat mal dan zakat fitrah Adapun pada pertemuan pertama Indikator Pencapaian dibatasi : a. Pengertian Zakat Mal b. Dalil Ancaman tidak menunaikan Zakat c. Syarat kewajiban zakat mal d. Mustahiq Zakat e. Perhitungan zakat mal
Jumlah Peserta Didik Hadir : 33
Ketidaksesuaian antara Kasus/Masalah yang Kendala yang terjadi Rencana (RPP) dengan No muncul dalam dalam Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran Pembelajaran 1 Tidak terjadi kendala Telah sesuai dengan RPP Siswa kurang aktif apapun dalam teknis bertanya, guru mencoba memancing dengan memberikan pertanyaan yang dijawab oleh siswa kembali, guru terus menerus mengajukan pertanyaan, siswa aktif memberikan tanggapan, tetapi jarang yang memberi pertanyaan. 2 Asasemen diagnostic diperlukan untuk materi zakat mal, sebab tanpa penguasaan materi sebelumnya tidak akan bisa memahami materi zakat mal dengan baik, asasemen diagnostic masih tetap dilakukan dengan online walaupun hasil refleksi di RPP pertemuan kedua merekomendasikan pembelajaran yang tidak mengandalkan online menimbang kondisi sekolah berbasis pesantgren. Hal ini terjadi karena sangat Ketidaksesuaian antara Kasus/Masalah yang Kendala yang terjadi Rencana (RPP) dengan No muncul dalam dalam Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran Pembelajaran membutuhkan hasil yang cepat untuk diagnostic. 3 Penggunaan meteri ajar sumber dari penelitian tidak diketahui batasan untuk jenjang SD, SMP atau SMA, sementara untuk kajian Pustaka apa yang terdapat dalam Jurnal sama denga napa yang ada dibuku ajar, tetapi untuk menerangkan penelitiannya sepertinya belum terlalu nyambung untuk jenjang SD atau SMP, kalau SMA/SMK masih memungkinkan. LEMBAR KERJA 3.6 DAFTAR PENYELESAIAN KASUS/MASALAH PELAKSANAAN PRAKTIK MENGAJAR (PPL) KE-1
Tanggal : 28 Juni 2022
Tempat : SMP Terpadu Darussalam Bentuk : Luring Waktu : Pukul 13.30-14.50 Kompetensi Dasar : 1.8 Melaksanakan zakat sesuai dengan ketentuan syari’at Islam. 2.8 Menunjukkan perilaku taat dan peduli sebagai hikmah dari ketentuan zakat. 3.8 Memahami ketentuan zakat. 4.8 Mempraktikkan ketentuan zakat Indikator Capaian Pembelajaran : 1.8.1 Meyakini ajaran zakat merupakan perintah agama, ( )تفقه فى الدين, ( )صالح 1.8.2 Melakukan zakat dengan ikhlas, ( )إخالص, ()طاعة, 2.8.1. Berperilaku empati dan gemar menolong kaum dhuafa sebagai implementasi dari pemahaman makna zakat ( أخوة/ )تعاون, ()اعتماد على النفس 2.8.2. Berperilaku peduli kepada sesama dalam kehidupan sehari-hari. ()مجتمعية, 3.8.1. Mendeskripsikan pengertian zakat 3.8.2. Menyebutkan dalil zakat 3.8.3. Menyebutkan ketentuan zakat mal 3.8.4. Menyebutkan ketentuan zakat fitrah 3.8.5. Menyebutkan mustahiq zakat 3.8.6. Menyebutkan hikmah pelaksanakan zakat 4.8.1 Menghitung zakat mal dan zakat fitrah 4.8.2 Mempresentasikan hasil hitungan zakat mal dan zakat fitrah Adapun pada pertemuan pertama Indikator Pencapaian dibatasi : a. Pengertian Zakat Mal b. Dalil Ancaman tidak menunaikan Zakat c. Syarat kewajiban zakat mal d. Mustahiq Zakat e. Perhitungan zakat mal
Jumlah Peserta Didik Hadir : 33
Kasus/Masalah yang No Ditemukan dalam Faktor Penyebab Alternatif solusi/tindakan Pembelajaran 1 Siswa kurang aktif 1. Siswa telah 1. Jika Siswa telah memahami bertanya, guru mencoba memahami keterangan guru maka tidak memancing dengan keterangan guru mesti siswa harus ramai bicara, memberikan pertanyaan hendaknya dilihat dari lembar yang dijawab oleh siswa kerja siswa, jika menjawab kembali, guru terus diatas KKM maka betul mereka menerus mengajukan rata-rata telah mehami pertanyaan, siswa aktif pelajaran. memberikan tanggapan, 2. Siswa bisa 2. Siswa bisa mencari jawaban tetapi jarang yang mencari sendiri atas pertanyaannya di memberi pertanyaan. jawaban sendiri google.com, maka tidak atas masalah, lebih baik difasilitasi pertanyaannya agar mengumpulkan di google.com keterangan materi ajar sebanyak-banyaknya di goole.com lalu guru meminta mereka menerangkan untuk direview 3. Siswa telah 3. Sebaiknya indicator bertanya mendapatkan hanya dimunculkan dengan jawaban opsi apabila siswa tidak pertanyaannya memahami, siswa tidak ada dari aktivitas rasa ingin tahu, ketika mereka Kerjasama aktif mencari tahu dengan kelompok, bertanya kepada keompoknya sementara yang sendiri, sumber bacaan atau ke dinilai oleh google.com itu sudah menjadi observer indicator aktif bertanya, “bertanya” bertanya tidak mesti mencari kepada guru. jawaban ke guru. Kasus/Masalah yang No Ditemukan dalam Faktor Penyebab Alternatif solusi/tindakan Pembelajaran 2 Asasemen diagnostic Hal ini terjadi Pada SMP Terpadu Darussalam diperlukan untuk materi karena sangat yang berbasis pesantren, zakat mal, sebab tanpa membutuhkan hendaknya setiap guru maple penguasaan materi hasil yang cepat dijadwalkan agar melakukan sebelumnya tidak akan untuk diagnostic, pembelajaran berbasis TPACK ke bisa memahami materi pertanyaan online Lab. Komputer karena hal ini zakat mal dengan baik, sudah tersistem sangat penting, minimal jadwal asasemen diagnostic mengoreksi dalam kegiatan asasemen masih tetap dilakukan otomotis diagnostic, guru dalam satu Bab dengan online walaupun materi ajar diwajibkan untuk hasil refleksi di RPP melakukan asasemen diagnostic pertemuan kedua sesuai dengan kebutuhan apakah merekomendasikan diperlukan di awal, atau di pembelajaran yang tidak pertemuan akhir yang materinya mengandalkan online bersyarat harus paham betul dulu menimbang kondisi materi dipertemuan sebelumnya. sekolah berbasis pesantren.. 3 Penggunaan meteri ajar 1. Perbedaan level 1. Perlu ada penyederhanaan sumber dari penelitian kognitif setiap dengan melakukan analisis jurnal tidak diketahui batasan jenjang berbeda per jenjang, hal ini tentu dilakukan untuk jenjang SD, SMP sehingga sumber oleh pemerintah sehingga guru atau SMA, sementara bahan ajar dari tahu jurnal mana yang cocok untuk kajian Pustaka apa hasil penelitian dengan level kognitif perjenjang. yang terdapat dalam Jurnal yang bahasannya Hal ini sama dengan KD yang sama denga napa yang ada tinggi bisa jadi telah disesuaikan oleh pemerintah dibuku ajar, tetapi untuk tidak cocok untuk level kognitifnya per jenjang. menerangkan level kognitiv penelitiannya sepertinya jenjang SD dan belum terlalu nyambung SMP untuk jenjang SD atau Kasus/Masalah yang No Ditemukan dalam Faktor Penyebab Alternatif solusi/tindakan Pembelajaran SMP, kalau SMA/SMK 2. Belum diberikan masih memungkinkan. batasan jurnal untuk SD atau SMP atau SMA/SMK, sehingga pada materi yang sama misalnya zakat, boleh jadi jurnal yang pakai sama tanpa bisa menimbang level kognitif 3.7 LAPORAN SINGKAT KEGIATAN PRAKTIK MENGAJAR KE-1 SAMPAI KE-3
A. Deskripsikan Jenis Kasus/Masalah Pelaksanaan Pembelajaran
1. Kasus Kegiatan Mengajar 1 a. Ketika mengambil kupon berisi catatan Al-Qurán yaang harus dihapal, ayat tersebut dibaca QS. Ali-Imron 139 padahal sebenarnya QS. Ali Imron 134, angka 4 yang saya tulis hampir mirip dengan angka 9 b. Akses mudah diinternet menemukan jawaban, sehingga penilaian tes dengan komputer tidak boleh pertanyaan tekstual, harus kontekstual c. Siswa kurang aktif dalam berpendapat dan bertanya, stimulus yang diberikan akan membawa kepada kepahaman, dan harus selalu diberi stimulus berulang-ulang d. Hasil belajar siswa berbasis masalah terlihat dari hasil LKPD masih kurang. 2. Kasus Kegiatan Mengajar 2 a. Siswa kurang aktif dalam berpendapat dan bertanya, stimulus yang diberikan akan membawa kepada kepahaman, dan harus selalu diberi stimulus berulang-ulang, b. SMP Terpadu Darussalam sekolahnya berbasis pesantren, mendidik dengan cara tidak bebas menggunakan HP, tentunya guru harus tetap memilih Teknik bervariatif dalam pembelajaran di metode Cooperative Learning tipe STAD ini tidak hanya harus menggunakan asasemen game online saja c. Tugas kelompok menggunakan Teknik Asasemen game online ini menjadikan siswa aktif, terjadi peningkatan aktivitas siswa terutama pada keaktifan individu dalam kelompok, mereka ketika mengerjakan soal asyik dengan soalnya masing-masing karena berbentuk game, konsentrasi mereka lebih focus pada pekerjaan individunya sehingga untuk bertanya dan berdiskusi tidak terlalu fokus tetapi ada peningkatan dari yang sebelumnya. 3. Kasus Kegiatan Mengajar 3 a. Siswa kurang aktif bertanya, guru mencoba memancing dengan memberikan pertanyaan yang dijawab oleh siswa kembali, guru terus menerus mengajukan pertanyaan, siswa aktif memberikan tanggapan, tetapi jarang yang memberi pertanyaan. b. Asasemen diagnostic diperlukan untuk materi zakat mal, sebab tanpa penguasaan materi sebelumnya tidak akan bisa memahami materi zakat mal dengan baik, asasemen diagnostic masih tetap dilakukan dengan online walaupun hasil refleksi di RPP pertemuan kedua merekomendasikan pembelajaran yang tidak mengandalkan online menimbang kondisi sekolah berbasis pesantren.. c. Penggunaan meteri ajar sumber dari penelitian tidak diketahui batasan untuk jenjang SD, SMP atau SMA, sementara untuk kajian Pustaka apa yang terdapat dalam Jurnal sama denga napa yang ada dibuku ajar, tetapi untuk menerangkan penelitiannya sepertinya belum terlalu nyambung untuk jenjang SD atau SMP, kalau SMA/SMK masih memungkinkan. B. Deskripsikan Faktor Penyebab 1. Faktor Penyebab Kasus 1 a. Angka 4 yang saya tulis terlihat mirip oleh siswa dengan angka 9. b. Pembelajaran di Lab Komputer yang sangat mudah mendapatkan informasi c. Dugaan faktor penyebabnya adalah : i. Sudah familiar dengan materi zakat sebab lingkungannya dibawah naungan Pondok pesantren. ii. Belum terbiasa berfikir kontekstual, perlu diberikan stimulus terus yang lebih banyak d. Siswa belum terbiasa menjawab soal berbasis masalah. 2. Faktor Penyebab Kasus 2 a. dugaan sementara akses internet lebih mudah dan lebih cepat mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang ada, dan mereka berada di depan layar Google.com b. Tidak setiap ruang kelas dibekali computer, dan anak tidak boleh menggunakan HP Android c. Terfokus perhatian masing-masing individu pada asasemen game online yang menarik perhatiannya 3. Faktor Penyebab Kasus 3 a. Untuk kasus bagian a ini ada beberapa faktor penyebab : i. Siswa telah memahami keterangan guru ii. Siswa bisa mencari jawaban sendiri atas pertanyaannya di google.com iii. Siswa telah mendapatkan jawaban pertanyaannya dari aktivitas Kerjasama kelompok, sementara yang dinilai oleh observer “bertanya” kepada guru. b. Hal ini terjadi karena sangat membutuhkan hasil yang cepat untuk diagnostic, pertanyaan online sudah tersistem mengoreksi otomotis c. Menurut peneilti ada 2 faktor penyebab pada bagian c ini : i. Perbedaan level kognitif setiap jenjang berbeda sehingga sumber bahan ajar dari hasil penelitian yang bahasannya tinggi bisa jadi tidak cocok untuk level kognitiv jenjang SD dan SMP ii. Belum diberikan batasan jurnal untuk SD atau SMP atau SMA/SMK, sehingga pada materi yang sama misalnya zakat, boleh jadi jurnal yang pakai sama tanpa bisa menimbang level kognitif C. Deskripsikan Alternatif Solusi/Tindakan 1. Solusi/Tindakan Kasus 1 a. Anak tetap mempersentasekan hapalannya di kelas karena ayat yang dihapal masih bisa dikaitkan dengan materi zakat, yaitu syarat zakat harus islam atau beriman b. Pembelajaran yang bermakna harusnya kontekstual dan bermakna, pemahaman bermakna haruslah memberikan soal yang empiris, kontekstual dan adanya penalaran berfikir dan pengalaman, untuk itu soal juga diberikan dalam bentuk pertanyaan pemantik c. Pembelajaran yang mengkondisikan untuk berdiskusi. Pembelajaran yang merangsang siswa dapat mencari berbagai materi dari segala jalur seperti internet. Pembelajran dilakukan dengan menarik perhatian dan adanya kasus faktual yang cukup viral. Memberikan soal yang berkaitan dengan kehidupannya atau keluarganya sendiri. d. Siswa hendaknya dibiasakan dalam menjawab soal berbasis masalah, guru harus menerangkan kasus kasus lapangan, apa yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini membantu siswa berfikir realitas yang ada di kehidupan nyata. 2. Solusi/Tindakan Kasus 2 a. Menurut peneliti hal ini tidak jadi masalah sebab ini bagian dari peserta didik belajar mengekplorasi pengetahuannya dari berbagai sumber b. membuat Teknik belajar yang bervariatif, maka pada model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD berikutnya dilakukan Teknik belajar dan asasemen yang berbeda mengingat tidak setiap saat guru masuk ruang Lab Komputer, tetapi akses internet di ruangan kelas cukup memadai. c. Pembelajaran dilakukan dengan menarik perhatian dan adanya kasus faktual yang cukup vital. Memberikan soal yang berkaitan dengan kehidupannya atau keluarganya sendiri. 3. Solusi/Tindakan Kasus 3 a. Solusi yang diberikan : 1. Jika Siswa telah memahami keterangan guru maka tidak mesti siswa harus ramai bicara, hendaknya dilihat dari lembar kerja siswa, jika menjawab diatas KKM maka betul mereka rata-rata telah mehami pelajaran. 2. Siswa bisa mencari jawaban sendiri atas pertanyaannya di google.com, maka tidak masalah, lebih baik difasilitasi agar mengumpulkan keterangan materi ajar sebanyak-banyaknya di goole.com lalu guru meminta mereka menerangkan untuk direview 3. Sebaiknya indicator bertanya hanya dimunculkan dengan opsi apabila siswa tidak memahami, siswa tidak ada rasa ingin tahu, ketika mereka aktif mencari tahu dengan bertanya kepada keompoknya sendiri, sumber bacaan atau ke google.com itu sudah menjadi indicator aktif bertanya, bertanya tidak mesti mencari jawaban ke guru. b. Pada SMP Terpadu Darussalam yang berbasis pesantren, hendaknya setiap guru maple dijadwalkan agar melakukan pembelajaran berbasis TPACK ke Lab. Komputer karena hal ini sangat penting, minimal jadwal dalam kegiatan asasemen diagnostic, guru dalam satu Bab materi ajar diwajibkan untuk melakukan asasemen diagnostic sesuai dengan kebutuhan apakah diperlukan di awal, atau di pertemuan akhir yang materinya bersyarat harus paham betul dulu materi dipertemuan sebelumnya. c. Perlu ada penyederhanaan dengan melakukan analisis jurnal per jenjang, hal ini tentu dilakukan oleh pemerintah sehingga guru tahu jurnal mana yang cocok dengan level kognitif perjenjang. Hal ini sama dengan KD yang telah disesuaikan oleh pemerintah level kognitifnya per jenjang. D. Uraian Hasil yang didapatkan dari Tindakan 1. Hasil Tindakan 1 a. Ketika mengambil kupon berisi ctatan Al-Qurán yaang harus dihapal, ayat tersebut dibaca QS. Ali-Imron 139 padahal sebenarnya QS. Ali Imron 134, angka 4 yang saya tulis hampir mirip dengan angka 9, Anak tetap mempersentasekan hapalannya di kelas karena ayat yang dihapal masih bisa dikaitkan dengan materi zakat, yaitu syarat zakat harus islam atau beriman, dengan demikian anak tidak merasa kecewa kalau harus menghafal lagi QS. Ali Imron 134, waktu lebih efisien tidak menambah waktu dari yang telah ditetapkan. b. Akses mudah diinternet menemukan jawaban, sehingga penilaian tes dengan komputer tidak boleh pertanyaan tekstual, harus kontekstual, siswa lebih cepat mendapatkan pengetahuan tekstual pada internet. Kalau guru tetap mengajar tekstual maka guru tersebut akan dikalahkan oleh google.com yang berada di depan siswa. Pembelajaran yang bermakna harusnya kontekstual, pemahaman bermakna haruslah memberikan soal yang empiris, kontekstual dan adanya penalaran berfikir dan pengalaman belajar, untuk itu soal juga diberikan dalam bentuk pertanyaan pemantik. Dengan demikian siswa tidak hanya akan membaca teks untuk menjawab, mereka harus berfikir dan bernalar dalam melakukan pembelajaran. Siswa akan memiliki keterampilan HOTS, berfikir kritis dan akademis. Siswa tidak hanya sekedar hafal dari pengetahuan, tetapi dapat memahami pengetahuan tersebut dan bermakna dalam kehidupan sehari-hari. c. Siswa kurang aktif dalam berpendapat dan bertanya, stimulus yang diberikan akan membawa kepada kepahaman, dan harus selalu diberi stimulus berulang-ulang. Hal ini disebabkan karena : (1) siswa sudah familiar dengan materi zakat sebab lingkungannya dibawah naungan Pondok pesantren. (2) Belum terbiasa berfikir kontekstual, perlu diberikan stimulus terus yang lebih banyak, Adapun solusi yang diberikan adalah Pembelajaran yang mengkondisikan untuk berdiskusi. Pembelajaran yang merangsang siswa dapat mencari berbagai materi dari segala jalur seperti internet. Pembelajaran dilakukan dengan menarik perhatian dan adanya kasus faktual yang cukup viral. Memberikan soal yang berkaitan dengan kehidupannya atau keluarganya sendiri. Diantara pembelajaran yang menarik perhatian adalah dengan menggunakan aplikasi wordwall.net untuk memberikan soal online berbasis game. Pemebelajaran ini akan cukup menyenangkan sebab belajarnya seperti bermain game. Materi selanjutnya itu tentang zakat fitrah, ini materi sangat viral di dalam keluarga, maka agar ada buah bibir di keluarga mereka, peneliti menyuruh siswa menghitung jumlah zakat fitrah keluarganya masing-masing, besaran zakat terkini dengan melihat fatwa MUI atau Baznas di kabupaten mereka masing-masing. Pembelajaran seperti ini peneliti rasakan selain menyenangkan juga serasa menantang. d. Kemampuan siswa memecahkan masalah terlihat dari hasil LKPD masih kurang, disebabkan Siswa belum terbiasa menjawab soal berbasis masalah, solusi yang diberikan : Siswa hendaknya dibiasakan dalam menjawab soal berbasis masalah, guru harus menerangkan kasus kasus lapangan, apa yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini membantu siswa berfikir realitas yang ada di kehidupan nyata. Hasil yang diharapkan siswa kan mampu menjawab soal berbasis masalah dan mendapatkan pembelajaran kehidupan nyata yang bermakna. 2. Hasil Tindakan 2 a. Siswa kurang aktif dalam berpendapat dan bertanya, stimulus yang diberikan akan membawa kepada kepahaman, dan harus selalu diberi stimulus berulang-ulang, sebabkan akses internet lebih mudah dan lebih cepat mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang ada, dan mereka berada di depan layar Google.com. Menurut peneliti hal ini tidak jadi masalah sebab ini bagian dari peserta didik belajar mengekplorasi pengetahuannya dari berbagai sumber, terlihat terjadi peningkatan aktivitas siswa terutama pada keaktifan individu dalam kelompok, oertanyaan yang berupa pertnayaan teks mereka bisa langsung mencari sendiri di google.com dan selain itu terlihat literasi digital anak semakin terbiasa, atau adanya kemampuan TAPCK guru. b. SMP Terpadu Darussalam sekolahnya berbasis pesantren, mendidik dengan cara tidak bebas menggunakan HP, tentunya guru harus tetap memilih Teknik bervariatif dalam pembelajaran di metode Cooperative Learning tipe STAD ini tidak hanya harus menggunakan asasemen game online saja, tindakan yang dilakukan adalah pembelajaran dengan menggunakan asasemen online berbasis game melalui wordwall.net, alhamdulillah, terjadi peningakatan keaktivan siswa, juga kerjasama kelompok; pada point “bertanya” naik dari kategori kurang menjadi cukup, demikian pula juga pada point “mendengarkan dengan aktif” naik dari kategori baik menjadi baik sekali dan point, tetapi belum terlalu seperti yang diharapkan walaupun secara keseluruhan susah melewati target keberhasilan, sebab siswa kelihatan sangat asyik dengan game tersebut, perhatian focus ke game keaktifan berpendapat dan bertnya tidak terlalu massif, untuk itu di siklus 3 perlu membuat teknik belajar yang bervariatif, maka pada model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD berikutnya dilakukan Teknik belajar dan asasemen diagnostic berbasis game dialkukan sebentar di pendahualuan, yang berbeda mengingat tidak setiap saat guru masuk ruang Lab Komputer, agar menjadi prirotas dalam satu bab satu kali untuk mengetahui kesiapan belajar siswa yang menjamin motivasi belajarnya c. Tugas kelompok menggunakan Teknik Asasemen game online ini menjadikan siswa aktif, terjadi peningkatan aktivitas siswa terutama pada keaktifan individu dalam kelompok, mereka ketika mengerjakan soal asyik dengan soalnya masing-masing karena berbentuk game, konsentrasi mereka lebih focus pada pekerjaan individunya sehingga untuk bertanya dan berdiskusi tidak terlalu fokus tetapi ada peningkatan dari yang sebelumnya. Materi zakat fitrah dengan soal menghitung zakat fitrah masing-masing keluarganya, dengan besaran zakat yang disesuaikan dengan fatwa MUI atau Baznas di kabupatennya masing-masing menjadi pembelajaran yang cukup menantang, dan ditekankan agar hasil hitungannya disampaikan kepada orangtua atau keluarganya yang dihitung zakatnya. Hal ini membuat anak lebih termotivasi dan lebih aktif, dan hasil LKPD siswa meningkat, seluruhnya diatas KKM dengan kategori baik, 3. Hasil Tindakan 3 a. Siswa kurang aktif bertanya, guru mencoba memancing dengan memberikan pertanyaan yang dijawab oleh siswa kembali, guru terus menerus mengajukan pertanyaan, siswa aktif memberikan tanggapan, tetapi jarang yang memberi pertanyaan. Setelah merenung dan meneliti dari siklus 1 dan siklus peneliti menemukan faktor penyebab yang meyakinkan bahwa (1) Siswa telah memahami keterangan guru (2) Siswa bisa mencari jawaban sendiri atas pertanyaannya di google.com (3) Siswa telah mendapatkan jawaban pertanyaannya dari aktivitas Kerjasama kelompok, sementara yang dinilai oleh observer “bertanya” kepada guru. Maka dengan demikian, (1) Jika Siswa telah memahami keterangan guru maka tidak mesti siswa harus ramai bicara, hendaknya dilihat dari lembar kerja siswa, jika menjawab diatas KKM maka betul mereka rata-rata telah mehami pelajaran. (2) Siswa bisa mencari jawaban sendiri atas pertanyaannya di google.com, maka tidak masalah, lebih baik difasilitasi agar mengumpulkan keterangan materi ajar sebanyak-banyaknya di goole.com lalu guru meminta mereka menerangkan untuk direview (3) Sebaiknya indicator bertanya hanya dimunculkan dengan opsi apabila siswa tidak memahami, siswa tidak ada rasa ingin tahu, ketika mereka aktif mencari tahu dengan bertanya kepada keompoknya sendiri, sumber bacaan atau ke google.com itu sudah menjadi indicator aktif bertanya, bertanya tidak mesti mencari jawaban ke guru. Dengan solusi di atas maka tentunya intrumen bertanya lebih luas penerapannya tidak terbatas sempit sehingga keaktiftan siswa bertanya tidak selalu dianggap kurang. Hasil lain yang diperoleh, anak lebih massif miengutarakan pendapat lebih kelihatan bersemangat, tentu dengan adanya pancingan dari guru yang terus menerus memberikan pertanyaan dan stimulus. b. Asasemen diagnostic diperlukan untuk materi zakat mal, sebab tanpa penguasaan materi sebelumnya tidak akan bisa memahami materi zakat mal dengan baik, asasemen diagnostic masih tetap dilakukan dengan online walaupun hasil refleksi di RPP pertemuan kedua merekomendasikan pembelajaran yang tidak mengandalkan online menimbang kondisi sekolah berbasis pesantren. Pada SMP Terpadu Darussalam yang berbasis pesantren, hendaknya setiap guru mapel dijadwalkan agar melakukan pembelajaran berbasis TPACK ke Lab. Komputer karena hal ini sangat penting, minimal jadwal dalam kegiatan asasemen diagnostic, guru dalam satu Bab materi ajar diwajibkan untuk melakukan asasemen diagnostic sesuai dengan kebutuhan apakah diperlukan di awal, atau di pertemuan akhir yang materinya bersyarat harus paham betul dulu materi dipertemuan sebelumnya. Teknik belajar dan asasemen diagnostic berbasis game dialakukan sebentar di pendahualuan, agar menjadi prirotas dalam satu bab satu kali untuk mengetahui kesiapan belajar siswa yang menjamin motivasi belajarnya, hasilnya anak di awal pembelajaran terlihat senang dengan game dan juga tidak terlalu terbwa game sebab hanya dialukan di awal dalam waktu singkat. Untuk pembelajaran kedepannya siswa lebih aktif, seiring sudah familier dengan soal berbasis masalah maka hasil LKPD siswa meningkat menjadi kategori baik sekali. c. Penggunaan meteri ajar sumber dari penelitian tidak diketahui batasan untuk jenjang SD, SMP atau SMA, sementara untuk kajian Pustaka apa yang terdapat dalam Jurnal sama denga napa yang ada dibuku ajar, tetapi untuk menerangkan penelitiannya sepertinya belum terlalu nyambung untuk jenjang SD atau SMP, kalau SMA/SMK masih memungkinkan. hal ini disebabkan (1) perbedaan level kognitif setiap jenjang berbeda sehingga sumber bahan ajar dari hasil penelitian yang bahasannya tinggi bisa jadi tidak cocok untuk level kognitiv jenjang SD dan SMP, (2) belum diberikan batasan jurnal untuk SD atau SMP atau SMA/SMK, sehingga pada materi yang sama misalnya zakat, boleh jadi jurnal yang pakai sama tanpa bisa menimbang level kognitif, Adapun solusi yang peneliti tawarkan : Perlu ada penyederhanaan dengan melakukan analisis jurnal per jenjang, hal ini tentu dilakukan oleh pemerintah sehingga guru tahu jurnal mana yang cocok dengan level kognitif perjenjang. Hal ini sama dengan KD yang telah disesuaikan oleh pemerintah level kognitifnya per jenjang. In syaa Allah akan melahirkan hasil tindakan : (1) pembelajaran dari sumber jurnal penelitian yang sesuai dengan level kognitif, (2) guru akan lebih mudah mengases jurnal yang cocok dengan jenjang sekolah atau level kognitifnya, (3) pembelajaran yang dilakukan akan sesuai dengan kebutuhan anak pada masanya. E. Simpulan Setelah menjalani tiga siklus atau tiga kali praktek mengajar, diketahui nilai Instrumen untuk meneliti peningkatan motivasi belajar siswa dan kemampuan pemecahan masalah siswa sangat baik, hal ini berarti penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD pada Materi Zakat Fitrah dan Mal di Kelas IXB SMP Terpadu Darussalam Rajapolah Tasikmalaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada soal berbasis masalah dengan sangat baik. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa terutama pada indicator memberikan tanggapan/pendapat dan bertanya maknanya harus diperluas, tidak hanya sekedar bertanya pada guru lalu dileparkan jawabannya ke pada siswa yang lainnya, tetapi aktivitas bertanya dalam kelompoknya, memeberikan pendapat dalam kelompoknya menjadi indicator keaktifan juga. Demikian pula tidak mesti seluruh anak memberikan pendapat dan bertanya. F. Saran 1. Agar kegiatan belajar mengajar lebih baik agar selalu dilakukan PTK, ketika mengajar setiap guru dapat meneliti sendiri di ruang kelasnya, saat jadwal mengajar, dan bisa juga menjadi observer sendiri dengan maksud pengamatan itu untuk muhasabah diri dan jujur dalam rangka perbaikan pembelajaran diri sendiri. 2. Model pembelajaran yang digunakan dalam tiga siklus memang sama tetapi teknik pembelajaran agar bisa bervariatif, sepertinya setiap model pembelajaran semuanya baik dan dapat meningkatkan motivasi belajar, hanya saja harus disesuaikan dengan materi ajar. 3. Kegiatan observasi PTK bisa digabung dengan kegiatan supervisi, sehingga supervisor bisa sekalian menjadi observer.