Musnad Imam Asy-Syafi'i

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

MUSNAD ASY-SYAFI’I KARYA IMAM AL-SYAFI’I

DOSEN PEMBIMBING

Dr. H. Zailani, M.Ag.

OLEH

JULIA FAZIRA

11830124742

FAKULTAS USHULUDDIN

UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2020/2021
A. BIOGRAFI PENULIS KITAB
Imam Asy-Syafi‟i nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin Abbas bin
Utsman bin Syafi‟i bin As-Sabi‟ bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Al Muthalib bin
Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka‟ab bin Luayyi bin Ghalib bin Fihr bin
Malik bin al-Nadhr bin Kinanah bin Kuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin
Nazzar bin Ma‟ad bin „Adnan (Ibnu „Amm Rasulullah SAW) al-Qurasyi al-Muthallibi al-
Syafi‟I al-Hijazi al-Makki. Imam Asy-Syafi‟i dilahirkan pada tahun 150 H di Ghaza,
ditengah-tengah keluarga miskin di palestina sebuah perkampungan orang-orang Yaman.1 Ia
wafat pada hari kamis malam jum‟at setelah shalat maghrib, pada bulan Rajab tahun 204 H
pada usia 54 tahun, makamnya terkenal di Dunia Islam yaitu Syar‟i Syafi‟i di Kota Kairo
Mesir.2 Ibunya bernama Fathimah binti Abdullah bin al-Hasan bin „Ali bin Abi Thalib al-
Azdiyah. Beliau masih keturunan Rasulullah bertemu pada Abdul Manaf3. Ayahnya
meninggal saat ia masih kecil, kemudia ibunya membawa nya ke Makkah, disana mereka
hidup dalam keadaan miskin dan kekurangan, namun as-Syafi‟i mempunyai cita-cita tinggi
untuk menuntut ilmu, sedang si ibu bercita-cita agar anaknya menjadi orang yang
berpengetahuan terutama pengetahuan agama Islam. Ole karena itu ibunya berjanji akan
berusaha sekuat tenaga untuk membiayai anaknya selama menuntut ilmu.
Imam syafi‟i dengan usaha ibunya telah dapat menghafal al-Qur‟an dalam umur yang
masih sangat muda, 9 tahun. Kemudian ia memusatkan perhatian menghafal hadits. Setelah
selesai mempelajari al-Qur‟an dan hadits, as-Syafi‟i melengkapi ilmunya dengan mendalami
bahasa dan sastra Arab. Untuk itu ia pergi kepedesaan dan bergabung dengan Bani Huzail,
suku bangsa Arab yang paling fasih bahasanya. Dari suku inilah as-Syafi‟i mempelajari
bahasa dan syair-syair Arab sehingga ia benar-benar menguasainya dengan baik.
Pada awalnya as-Syafi‟i lebih cenderung pada syair, sastra dan belajar bahasa Arab
sehari-hari. Tapi justru Allah menyiapkannya untuk menekuni fiqh dan ilmu pengetahuan.
Salah satu sebab yang menjadikan as-Syafi‟i seperti itu yaitu ketika as-Syafi‟i belajar nahwu
dan sastra, ia bertemu dengan Muslim bin Khalid az-Zanji. Ia bertanya kepada Syafi‟i, “Dari
mana anda?” as-Syafi‟i menjawab “Saya dari Makkah”. Muslim berkata “Dimana
rumahmu?” jawab Syafi‟i “di Syaib al Khaif.” “Dari suku mana anda?”, Dari Abu Manaf.

1
M. Al-Fatih Suryadilaga, Studi Kitab Hadits, Yogyakarta, Teras, Cet. Ke 1, 2003, Hal. 86.
2
Menurut pendapat al Rabi’ (Sirajuddin ‘abbas, Thabaqat al-Syafi’iyah, (Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 1975), Hal. 69.
3
Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad Imam Syafi’i, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), Hal. 1.
Kemudian Muslim berkata “Hebat! Sungguh Allah telah memuliakan anda di dunia dan
akhirat. Sebaiknya kepandaianmu dicurahkan kepada ilmu fiqh, itu lebih baik bagimu”.
Imam as-Syafi‟i belajar pada ulama-ulama Makkah, baik pada ulama-ulama fiqh maupun
ulama hadits, sehingga ia terkenal dalam bidang fiqh dan memperoleh kedudukan yang tinggi
dalam bidang itu. Gurunya Muslim Ibn al-Zanji, menganjurkan supaya imam as-Syafi‟i
bertindak sebagai mufti. Sungguhpun ia telah memperoleh kedudukan yang tinggi, namun ia
terus juga mencari ilmu.4 Sampai khabar kepadanya bahwa di Madinah al-Munawwarah ada
seorang ulama besar yaitu Imam Malik, yang memang pada masa itu terkenal dimana-mana
dan mempunyai kedudukan yang tinggi dalam bidang ilmu dan hadits. Imam as-Syafi‟i ingin
pergi kepadanya, namun sebelum pergi beliau lebih dahulu menghafal Al-Muwattha‟
susunan Imam Malik yang telah berkembang pada masa itu.
Kemudian beliau berangkat ke Madinah dengan membawa sebuah surat dari gubernur
Makkah. Mulai ketika itu ia memusatkan perhatian mendalami fiqh disamping mempelajari
al-Muwattha‟. Imam as-Syafi‟i mengadakan mudarasah dengan Imam Malik dalam masalah-
masalah yang difatwakan Imam Malik. Diwaktu Imam Malik meninggal pada tahun 179 H,
Imam as-Syafi‟i telah mencapai usia dewasa dan matang. Diantara hal-hal yang serius
mendapat perhatian Imam as-Syafi‟i adalah tentang metode pemahaman al-Qur‟an dan
Sunnah atau metode istinbat (ushul fiqh).
Imam as-Syafi‟i menyusun sebuah buku ushul fiqh, idenya didukung dengan adanya
permintaan dari seorang ahli hadits bernama Abdurrahman bin Mahdi (wafat 198 H) di
Baghdad. Imam Muhammad Abu Zahrah (wafat 139 H) ahli hukum Islam menyatakan buku
itu di susun ketika imam as-Syafi‟i berada di Baghdad, sedangkan Abdurrahman bin Mahdi
ketika itu di Makkah, Imam as-Syafi‟i memberi judul bukunya dengan Al-Kitab, kemudian
lebih dikenal dengan ar-Risalah.
Guru-guru Imam as-Syafi’i :
1. Ibrahim bin Sa‟ad al-Zuhri
2. Ibrahim bin Abd al-Aziz bin Abd al-Malik bin Abi Mahdzurah al Jamhi
3. Ibrahim bin Muhammad bin Abi Yahya al-Aslami
4. Isma‟il bin Abdillah bin Qasthanthin

4
Jaih Mubarok, Modifikasi Hukum Islam Studi Tentang Qaul Qadim dan Qaul Jadid, (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2002), Hal. 28.
5. Isma‟il bin Ja‟far al-Madini
6. Isma‟il Ibn „Aliyah al-Bashri
7. Abi Dhamrah anas bin „Iyadh al-Laitsi
8. Ayub bin Suwaid al-Ramli
9. Hatim bin Isma‟il al-Madani
10. Abi Usamah Hammad bin Usamah
11. Daud bin abd ar Rahman al-„aththar
12. Sa‟id bin Salim al-Qaddah
13. Sufyan bin „Uyainah
14. Abdullah bin al-Haris al-Makhzumi, dll.

Murid-murid Imam as-Syafi’i :


1. Abu Bakar al-Humaidi
2. Ibrahim bin Muhammad al-Abbas
3. Abu Bakar Muhammad bin Idris
4. Musa bin Abi al-Jarud
5. Al-Hasan al-Sabah al-Za‟farani
6. Al-Husain bin Ali Karabisi
7. Ahmad bin Hanbal
8. Daud bin al-Zahiri
9. Abu Tsaur al-Baghdadi
10. Abdul „Aziz bin Umar, dll.

Karya-karya Imam as-Syafi’i :


Imam Abu Muhammad Qadli Husein (wafat 462 H) dalam muqaddimah kitab
Ta‟liqahnnya mengatakan bahwa Imam as-Syafi‟i telah mengarang 113 kitab, sedangkan Yaqu
al-Hamawi mengatakan bahwa jumlah karya yang dikarang Imam as-Syafi‟i mencapai 176 kitab,
yang terdiri dari fiqh, tafsir, dan adab. Diantara karya-karya imam as-Syafi‟i :
1. Ar-Risalah
2. Al-Hujjah
3. Al-Umm
4. Mukhtasar al Buwaithi
5. Mukhtasar al-Rabi‟i
6. Mukhtasar al Muzanni
7. Risalah fi Bayan al Nasikh al mansukh
8. Ahkam al-Qur‟an
9. Ikhtilaf al-Hadits
10. Musnad Imam al-Syafi‟i, dll.
Salah satu kitab yang terkenal pada abad kedua Hijriah adalah yang berjudul Musnad
Imam as-Syafi‟i, sebenarnya kitab tersebut bukan karangan imam Syafi‟i sendiri, akan tetapi
kitab tersebut ditulis oleh muridnya yang bernama Abul Abbas bin Muhammad Ya;qub al-
Ahsam yang diriwayatkan oleh Rabi‟ bin Sulaiman al-Muradi dari Imam Syafi‟i.

B. LATAR BELAKANG PENULISAN KITAB


Awal mula muncul pemikiran untuk membukukan kitab ini, karena murid Imam as-
Syafi‟i yang mengikuti pengajian bersama Imam as-Syafi‟i dan ia merasa bahwa apa-apa
yang keluar dari Imam as-Syafi‟i perlu untuk dibkukan agar dijadikan sumber rujukan umat
Islam setelahnya. Maka dari itu, muncul lah kitab Musnad as-Syafi‟i, dan perlu diingat
bahwa kitab ini bukan karya dari Imam Syafi‟i melainkan muridnya yang bernama
Muhammad bin Idris Abu Abdillah as-Safi‟i.

C. ISI KITAB
Musnad Imam as-Syafi‟i adalah kitab yang berisi hadits-hadits dengan sanad „Ali
(riwayat-riwayat Imam as-Syafi‟i yang diriwayatkan secara musnad). Para ulama memberi
perhatian terhadap kitab ini, mereka mendengarnya, meriwayatkannya, dan berupaya
memperdengarkannya kepada para penuntut ilmu. Musnad Imam as-Syafi‟i ini kitab yang
sangat terkenal dikalangan ahli hadits dan ahli fiqh. Dan masih banyak hadits-hadits yang
tidak di cantumkan dalam musnad ini. Orang yang menyusun hadits-hadits as-Syafi‟i ini
tidak mengurutkannya dengan baik berdasarkan musnad atau bab-bab.
Kitab musnad adalah kitab hadits yang disusun berdasarkan nama-nama sahabat yang
meriwayatkan hadits. Biasanya dimulai dengan nama sahabat yang pertama kali masuk Islam
atau disesuaikan dengan urutan abjad. Namun demikian, definisi istilah tersebut tidak berlaku
terhadap karya imam Asy-Syafi‟i ini. Karya tersebut lebih kepada corak kitab fiqh sehingga
penyusunannya berdasarkan bab-bab fiqh sehingga penyusunannya berdasarkan bab-bab
fiqh, tidak berdasarkan abjad sahabat-sahabat Nabi. Untuk memudahkan pemahaman
tersebut, berikut daftar isi kitab Musnad asy-Syafi‟I :
1. Wudhu
2. Menghadap kiblat ketika shalat
3. Beberapa persoalan dalam shalat
4. Imam
5. Kewajiban dalam shalat
6. Shalat dua hari raya
7. Puasa, Shalat hari raya, Shalat istisqa‟, dsb
8. Zakat
9. Keabsahan perceraian
10. Puasa Ramadhan
11. Haji
12. Jual beli
13. Gadai
14. Sumpah dengan satu saksi
15. Perbedaan satu hadits dengan hadits lain I
16. Perbedaan satu hadits dengan hadits lain II
17. Perceraian
18. Memerdekakan budak
19. Melukai dengan sengaja
20. Budak Mukatab
21. Jizyah (pajak)
22. Perbedaan pendapat antara Malik dan Syafi‟I
23. Hadits-hadits yang tercantum dalam kitab ar-Risalah
24. Mahar
25. Tukar menukar barang
26. Gadai dan sewa menyewa
27. Nikah Sighar
28. Sumpah dzihar dan li‟an
29. Khulu‟ dan Nusyuz
30. Batalnya Ihtihsan
31. Hukum-hukum dalam al-qur‟an
32. Keutamaan kaum quraisy
33. Minuman
34. Menggauli istri
35. Mengajukan lamaran
36. Talaq dan Rujuk
37. Iddah
38. Nafkah terhadap kerabat
39. Penyusuan
40. Kebolehan dzikir kepada Allah tanpa Wudhu‟
41. Menumpas pemberontak
42. Memerangi kaum musyrik
43. Tawanan
44. Pembagian harta rampasan perangan
45. Perbudakan
46. Dakwaan dan bukti
47. Larangan Nabi
48. Mudzara‟ah
49. Memotong tangan pencuri
50. Buruan dan sembelihan.

Kelebihan Kitab musnad Imam as-Syafi‟i :


1. Karena penyusunannya sesuai bab fiqh, maka hal ini mempermudah bagi orang-orang
yang ingin mengetahui hadits-hadits yang ada perawi Imam as-Syafi‟i nya.
2. Mempermudah bagi kalangan Syafi‟iyah untuk melihat hadits yang ada dalam menggali
sebuah Hukum, karena dalam kitab ini semua murni dari fatwa-fatwa Imam as-Syafi‟i.

Kekurangan kitab musnad Imam as-Syafi‟i :


1. Pada masa itu dikarenakan kitab ini bukan hasil tulisan Imam as-Syafi‟i, maka dari itu
masih dimungkinkan ini bukan pemikiran terbaik dari Imam as-Syafi‟i, karena jika ini
hasil karya beliau pasti kesakralan kitab ini sejajar dengan kitab al-Umm.

D. PENILAIAN ULAMA TERHADAP KITAB MUSNAD ASY-SYAFI‟I


1. Abu Salamah bin Abdurrahman bin „Auf bin Abdul Manaf az-Zuhri al-Madani (wafat
94-104 H). Malik bin Anas berkata ia adalah termasuk orang ahli ilmu, Ibn Sa‟ad berkata
ia seorang yang tsiqah, faqih, banyak meriwayatkan hadits, Abu Zur‟ah menilai sebagai
orang yang tsiqah, „Ali bin al-Madini, Ahmad, Ibnu Ma‟in, Abu Hatim, Ya‟kub bin
Syaibah dan Abu Dawud mengatakan bahwa ia meriwayatkan hadits dari bapaknya
secara mursal5.
2. Ishaq bin Abdullah bin Abi Thalhah Zaid bin Sahal al-Anshari an-Najari al-Madini, Ibnu
Ma‟in menilai tsiqah hujjah (kokoh terpecaya, dan dapat dijadikan pegangan), Abu
Zur‟ah, Abu Hatim dan an-Nasa‟i menilai tsiqah.
3. Ibrahim bin Muhammad bin Abdullah bin Ubaidillah al-Ma‟mar Abu Ishaq al-Bishri, an-
Nasa‟i dan ad-Daruquthni menilai sebagai orang yang tsiqah, Ibnu Hibban
memasukkannya kedalam kitab ats-Tsiqah.

5
Ibnu Hajar al-Asqalani, Tahdzib at Tahdzib, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1994), Hal. 536.
KESIMPULAN

Awal mula muncul pemikiran untuk membukukan kitab ini, karena murid Imam as-
Syafi‟i yang mengikuti pengajian bersama Imam as-Syafi‟i dan ia merasa bahwa apa-apa
yang keluar dari Imam as-Syafi‟i perlu untuk dibkukan agar dijadikan sumber rujukan umat
Islam setelahnya. Maka dari itu, muncul lah kitab Musnad as-Syafi‟i, dan perlu diingat
bahwa kitab ini bukan karya dari Imam Syafi‟i melainkan muridnya yang bernama
Muhammad bin Idris Abu Abdillah as-Safi‟i. Musnad Imam as-Syafi‟i adalah kitab yang
berisi hadits-hadits dengan sanad „Ali (riwayat-riwayat Imam as-Syafi‟i yang diriwayatkan
secara musnad). Para ulama memberi perhatian terhadap kitab ini, mereka mendengarnya,
meriwayatkannya, dan berupaya memperdengarkannya kepada para penuntut ilmu. Musnad
Imam as-Syafi‟i ini kitab yang sangat terkenal dikalangan ahli hadits dan ahli fiqh.
DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Hajar al-Asqalani, 1994, Tahdzib at Tahdzib, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.
Jaih Mubarok, 2002, Modifikasi Hukum Islam Studi Tentang Qaul Qadim dan Qaul Jadid,
Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
M. Al-Fatih Suryadilaga, 2003, Studi Kitab Hadits, Yogyakarta, Teras, Cet. Ke 1.
Menurut pendapat al Rabi‟ (Sirajuddin „abbas, Thabaqat al-Syafi’iyah, 1975, Jakarta: Pustaka
Tarbiyah.
Muhammad bin Idris al-Syafi‟i, 2008, Musnad Imam Syafi’i, Jakarta: Pustaka Azzam.

Anda mungkin juga menyukai