3.2 - Muhammad Septa Sofyan - 201134020
3.2 - Muhammad Septa Sofyan - 201134020
3.2 - Muhammad Septa Sofyan - 201134020
I. REFERENSI
1. SNI ASTM C117:2012. Cara Uji analisis saringan agregat halus dan agregat kasar
2. Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi 3 Divisi 6.3.
II. HASIL YANG DIHARAPKAN
1. Dapat memahami manfaat dari pengujian analisa ayak agregat halus dan agregat kasar, dan
persyaratan mutu agregat yang dijelaskan dalam dasar teori,
2. Dapat menyebutkan peralatan utama yang digunakan dalam uji analisis saringan agregat halus dan
agregat kasar .
3. Dapat menggunakan peralatan uji analisis ayak agregat halus dan agregat kasar sesuai dengan
prosedur pengujian yang digunakan.
4. Dapat menjelaskan prosedur pengujian uji analisis ayak agregat halus dan agregat kasar
5. Dapat menggambarkan gradasi agregat halus dan agregat kasar hasil uji analisa ayak
6. Dapat menggabungkan agregat halus dan kasar dengan cara grafis dan trial and error untuk dapat
memenuhi spesifikasi gradasi campuran beton aspal tertentu,
7. Dapat menganalisa dari hasil perhitungan penggabungan agregat setelah dimasukkan ke dalam
spesifikasi gradasi yang diinginkan, sehingga mendapatkan proporsi agregat hasil penggabungan
yang paling optimal mendekati batas tengah dari spesifikasi.
Dalam pembuatan aspal beton gradasi dari agregat gabungan dari beberapa jenis agregat (split,
screen, abu batu dan filler) yang digunakan sangatlah mempengaruhi seluruh sifat campuran aspal
beton yang dihasilkan.
Pada umumnya gradasi agregat gabungan yang digunakan dalam pekerjaan perkerasan jalan dapat
dibedakan dalam 3 (tiga) jenis gradasi, yaitu :Dense Grade, yaitu gradasi menerus; Uniform Grade,
yaitu gradasi seragam; Gap Grade, yaitu gradasi senjang.
Untuk campuran aspal beton pada lapisan permukaan, gradasi agregat yang baik adalah Dense
Grade karena memiliki rongga yang lebih sedikit, stabilitas yang lebih tinggi serta mudah dikerjakan.
Contoh campuran aspal beton tersebut adalah jenis Asphalt Concrete (AC). Penggunaan Uniform
Grade umumnya digunakan untuk pembuatan lapisan yang tidak menggunakan bahan perekat aspal,
misalnya pembuatan lapisan penetrasi macadam. Gradasi Gap Grade dipakai untuk lapisan perkerasan
beraspal yang lebih menekankan kenyamanan, karena cenderung gradasi ini memerlukan kadar aspal
yang lebih besar, sehingga nilai flexibilitas perkerasan akan lebih tinggi.
Berdasarkan ukuran butirnya, maka agregat campuran aspal beton dapat dibagi dalam 3 jenis
agregat, yaitu :
a. Agregat kasar adalah agregat yang tertahan pada ayakan no. 4 atau diameter 4.75 mm. Agregat
kasar berfungsi sebagai pengembang volume campuran sehingga lebih ekonomis serta dapat
meningkatkan ketahanan campuran terhadap kelelehan, sekaligus meningkatkan stabilitas. Jenis
bahan ini adalah split dan screen
b. Agregat halus adalah agregat yang lolos ayakan no. 4 dan tertahan di ayakan no. 200, dimana
agregat yang lolos berfungsi untuk memantapkan stabilitas dan mengurangi deformasi permanen
melalui ikatan dan gesekan partikel, dan untuk menentukan rongga pada campuran sehingga
apabila jumlah tidak sesuai dengan spesifikasi maka dapat dipakai bahan lain berupa filler. Jenis
bahan yang termasuk agregat halus adalah abu batu dan pasir.
c. Filler adalah agregat yang lolos ayakan no. 200 dimana persentase lolos ayakannya tidak boleh
kurang dari 65%. Jenis bahan yang digunakan sebagai filler antara lain bubuk batu kapur, bahan
pozolanik dan semen Portland.
Adapun spesifikasi gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal beton panas berdasarkan
Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 revisi 3, dapat dilihat pada Tabel 2.2.1.
Catatan :
1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base yang benar-benar senjang paling sedikit 80% agregat lolos ayakan
no. 8 (2,36 mm), harus lolos ayakan no.300 (0,60 mm). Contoh batas-batas Bahan Bergradasi
Senjang untuk bahan yang lolos no.8 dan tertahan pada ayakan no.30 (0,60 mm) lihat Tabel
2.2.2.
Ukuran Ayakan
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4
(mm)
% Lolos no.8 40 50 60 70
% Lolos no.30 paling sedikit 32 paling sedikit 40 paling sedikit 48 paling sedikit 56
2. Untuk semua jenis campuran berdasarkan pada ukuran agregat nominal maksimum pada tumpukan
bahan pemasok dingin lihat Tabel 2.2.3.
Untuk dapat memenuhi spesifikasi gradasi agregat dari suatu campuran aspal beton, ketiga jenis
agregat tersebut harus digabungkan dengan proporsi tertentu. Perlu diperhatikan untuk penggunaan
pasir alam untuk campuran AC dibatasi hanya 15% terhadap berat total campuran, sedangkan bahan
filler minimal 1% dan maksimal 2% dari berat total agregat.
Berat contoh benda uji untuk uji analisa ayak dapat dilihat pada Tabel 2.2.4 dan Tabel 2.2.5.
4.1. Peralatan
4.2. Bahan
Berat benda uji tidak ada ketentuan, umumnya diambil kurang dari 25 gr
V. PROSEDUR PENGUJIAN
3. Lakukan sampling untuk mendapatkan berat benda uji agregat kasar sesuai dengan berat minimal
benda uji yang disyaratkan pada Tabel 4;
4. Susun saringan berurutan dengan ukuran saringan yang paling besar diletakan di bagian atas dan
6. Keluarkan agregat yang tertahan pada saringan dan masukkan ke dalam cawan-cawan yang sudah
diberi kertas yang bertuliskan ukuran saringan. Lalu timbang agregat tesebut.
7. Hitung persentase agregat kasar yang tertahan, tertahan komulatif dan lolos kumulatif
4.2 Analisa Ayak Agregat Halus dan Bahan Filler
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan;
2. Lakukan sampling untuk mendapatkan berat benda uji agregat kasar sesuai dengan berat minimal
benda uji yang disyaratkan Tabel 5, khusus bahan filler ditentukan (20-50) gr;
3. Susun ayakan 12,5; 9,5; 4.75, 2.36, 1,18; 0.6; 0.3; 0.15; dan 0.075 mm secara berurutan dengan
ukuran ayakan yang paling besar diletakan di bagian atas dan di bagian bawah diletakan pan
(ayakan penampung tanpa lubang);
Catatan: untuk bahan filler, susunan ayakan yang digunakan hanya 0,3 ; 0,15 dan 0,075 mm
4. Masukkan benda uji ke dalam susunan ayakan. Kemudian lakukan pengayakan dengan bantuan
5. Keluarkan agregat yang tertahan pada pan dan masukkan dalam cawan, lalu timbang beratnya;
6. Lakukan pengayakan basah dengan pencucian terhadap agregat yang tertahan pada saringan
dengan cara menyemprotkan air ke seluruh permukaan agregat di saringan hingga air hasil
pencucian jernih. Kemudian keluarkan agregat dari saringan dan tamping dalam cawan;
Catatan: Untuk bahan filler tidak perlu dilakukan ayakan basah.
7. Masukkan cawan yang berisi agregat ke dalam oven dengan suhu (1l0 ± 5)°C, sampai berat tetap.
Biarkan dingin selama 1 -3 jam;
8. Lalu keluarkan agregat yang tertahan pada saringan dan masukkan dalam cawan-cawan yang
sudah diberi kertas yang bertuliskan ukuran ayakan. Lalu timbang agregat tesebut dan masukkan
data-data penimbangan agregat ke dalam formulir hasil pengujian analisa ayak (formulir 2.1);
Berat agregat yang tertahan pada pan (agregat yang lolos no.200) ditentukan dengan cara
menambahkan berat agregat tertahan pada pan ditambah berat agregat semula dikurangi berat
agregat yang tertahan pada seluruh saringan.
Form 2.2a
Tabel 8. Penggabungan Agregat Campuran Beraspal Berdasarkan Spesifikasi Umum Binamarga 2010
Revisi 3
Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh proporsi dari agregat kasar sebesar 30%, agregat halus 69%,
dan filler sebesar 1%. Dari hasil pengujian Analisa ayak agregat tersebut sudah memenuhi spesifikasi
laston dengan gradasi AC-BC.