Kti - Edo Bisri Afriansa Bab 1-5 Fix
Kti - Edo Bisri Afriansa Bab 1-5 Fix
Kti - Edo Bisri Afriansa Bab 1-5 Fix
Oleh :
EDO BISRI AFRIANSA
NIM : P0 5120219012
Disusun Oleh:
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWarahmatullahiWabarakatuh,
v
8. Kurniawan, Dela Janiarti, Mahpida Maskadeta Damayana, Hanisyah
Herti Dwi Sari, Citranggun Junisa Suehanda, Elfina Tri Tasya yang telah
memberikan semangat dan dukungan yang sangat berarti bagi penulis.
9. Kepada Sella Fajariyani sebagai patner dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah serta telah memberi semangat dan dukungan kepada penulis.
10. Kepada kakak pembimbing saya Desi Natalia, Messi Melisa, Ade
Stiawan yang telah mendukung saya selama ini.
11. Seluruh mahasiswa-mahasiswi seperjuangan Poltekkes Kemenkes
Bengkulu Prodi DIII Keperawatan Bengkulu.
Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah yang telah penulis susun ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif
terutama bagi penulis sendiri dan mahasiswa Prodi Keperawatan Bengkulu
lainnya.
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
HALAMAN DEPAN ...................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Batasan Masalah............................................................................. 4
C. Tujuan Penulis................................................................................ 4
D. Manfaat .......................................................................................... 5
vii
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian ...................................................................................... 33
B. Analisa Data ................................................................................... 38
C. Pohon Masalah ............................................................................... 39
D. Diagnosa Keperawatan ................................................................... 39
E. Perencanaan Keperawatan.............................................................. 40
F. Implementasi Keperawatan ............................................................ 46
G. Pembahasan .................................................................................... 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 69
B. Saran .............................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR BAGAN
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFRAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Dokumentasi penelitian
Lampiran 2 : Daftar riwayat hidup
Lampiran 3 : Lembar konsul pembimbing KTI
Lampiran 4 : Surat izin pra penelitian
Lampiran 5 : Surat izin penelitian
Lampiran 6 : Surat selesai penelitian
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skizofrenia merupakan penyakit kronis, parah, dan melumpuhkan
gangguan otak yang ditandai dengan pikiran kacau, waham, delusi, RPK, dan
perilaku aneh atau katatonik (Pardede, & Laia, 2020). Skizofrenia adalah
gangguan jiwa yang dapat berakhir dengan hilangnya nyawa seseorang.
Dalam penanganan penyakit ini karena jiwa yang terganggu maka di butuhkan
adalah terapi, rehabilitasi serta dengan konseling. Upaya terbesar untuk
penanganan penyakit gangguan jiwa terletak pada keluarga dan masyarakat,
dalam hal ini terapi terbaik adalah bentuk dukungan keluarga dalam mencegah
kambuhnya penyakit skizofrenia (Pitayanti, & Hartono, 2020).
Prevalensi gangguan jiwa di seluruh dunia menurut data, World Health
Organizatio (WHO) pada tahun 2019, terdapat 264 juta orang mengalami
depresi, 45 juta orang menderita gangguan bipolar, 50 juta orang mengalami
demensia, dan 20 juta orang jiwa mengalami skizofrenia. Meskipun prevalensi
skizofrenia tercatat dalam jumlah yang relative lebih rendah dibandingkan
prevalensi jenis gangguan jiwa lainnya berdasarkan National Institute of
Mental Health (NIMH), skizofrenia merupakan salah satu dari 15 penyebab
besar kecacatan di seluruh dunia, orang dengan skizofrenia memiliki
kecendrungan lebih besar peningkatan resiko bunuh diri (NIMH, 2019). Data
American Psychiatric Association (APA) tahun 2014 menyebutkan 1%
populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.
Jumlah penderita gangguan jiwa di indonesia cukup banyak, berdasarkan
data yang diperoleh dari riset Kementrian Kesehatan (2018), di Indonesia
urutan pertama yaitu Provinsi Bali 11,1%, nomor dua disusul oleh Provinsi DI
Yogyakarta 10,4%, NTB 9,6%, Provinsi Sumatera Barat 9,1%, Provinsi
Sulawesi Selatan 8,8%, Provinsi Aceh 8,7%, Provinsi Jawa Tengah 8,7%,
Provinsi Sulawesi Tengah 8,2%, Provinsi Sumatera Selatan 8%, Provinsi
1
2
Adaptif Maladaptif
Keterangan:
a) Asertif
Klien mampu mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain
dan memberikan kelegaan.
b) Frustasi
Klien gagal mencapai tujuan kepuasan/saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatifnya.
6
7
c) Pasif
Klien merasakan tidak dapat mengungkapkan prasaannya, tidak
berdaya dan menyerah.
d) Agresif
Gekspresikan secara fisik, tapi masih terkontrol, mendorong orang lain
dengan ancaman.
e) Kekerasan
Prasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan hilang kontrol, disertsi
amuk, merusak lingkungan.
3. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Menurut Yosep (2010), faktor predisposisi klien dengan prilaku
kekerasan adalah:
1) Teori biologis
a) Neurologic factor
Beragam komponen dari sistem syaraf seperti sinap,
neurotransmitter, dendrit, akson terminalis mempunyai peran
memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan
yang akan mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbik sangat.
b) Imitation, modeling, and information processing theory
Menurut teori ini prilaku kekerasan bisa berkembang dalam
lingkungan yang mentolelir kekerasan. Adanya contoh, model
dan prilaku tersebut. Dalam suatu penelitian beberapa anak
dikumpulkan untuk menonton tayangan pemukulan pada boneka
dengan reward positif pula (makin keras pukulannya akan diberi
coklat). Setelah anak-anak keluar dan diberi boneka ternyata
masing-masing anak berprilaku sesuai dengan tontonan yang
pernah di alaminya.
c) Learning theory
Prilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap
lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ayah
8
4) Penyimpangan seksual.
5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor meliputi status sosial ekonomi, keluarga, jaringan
interpersonal, organisasi yang dinaungi oleh lingkungan sosial yang lebih
luas, juga menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress
interpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan (Stuart and Sundeen,
1998).
6. Proses Terjadinya Masalah
Banyak hal yang menimbulkan stress, marah, cemas, dan HDR
pada individu. Agresif dapat menimbulkan kecemasan sehingga dapat
menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan. Kecemasan dibagi
menjadi tiga cara:
a. Mengungkapkan marah secara verbal;
b. Menekan/mengikari rasa marah;
c. Menentang prasaan marah.
7. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Farmakalogi
a) Anti antietas dan hipnotik sadatif;
b) Anti depresan;
c) Matlexon dan proponolol.
b. Non medis
1) Terapi kelompok
Terapi kelompok berfokus pada dukungan dan perkembangan
keterampilan sosial dan aktifitas lain dengan berdiskusi dan
bermain untuk mengembalikan kesadaran klien, karena masalah
sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku orang lain.
12
2) Terapi musik
Dengan terapi musik klien terhibur dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran klien, karena dengan perasaan terhibur
maka klien dapat mengontrol emosinya.
3) Terapi relaksasi nafas dalam
Dengan terapi relaksasi nafas dalam pada klien dapat
menimbulkan rasa nyaman dan rileks.
4) Terapi pukul bantal
Dengan terapi pukul bantal klien mampu menyalurkan energi dari
emosi yang dirasakan dengan cara yang tepat.
5) Terapi psiko religius
Dengan terapi ini klien dapat lebih dekat dengan Yang Maha Esa.
Dengan menerapkan sholat, berdoa, dan dzikir untuk
menenangkan emosi dari kejiwaan klien.
8. Penerapan kebutuhan religius untuk mengontrol resiko perilaku
kekerasan
Pemenuhan kebutuhan spiritual yang diberikan kepada klien
skizofrenia dengan cara memberikan kesempatan dan memfasilitasi klien
dalam melaksanakan sholat, berdoa, berdzikir dan membaca Al-Qur’an
berpengaruh terhadap kualitas hidup sebanyak 75% (Ariyani,S &
Mamnu’ah, 2014). Hal tersebut sesuai dengan ajaran dalam agama Islam,
dimana ketika seseorang menderita penyakit fisik maupun psikis,
diwajibkan atasnya untuk berusaha atau berihtiar untuk berobat pada
ahlinya dan disertai dengan berdoa serta berdzikir (H.R Muslim &
Ahmad,at tarmidzi).
Penerapan pemenuhan spiritual ini bertujuan untuk agar klien
selalu mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta dapat
mengontrol emosi, stress, dan gelisah. Pemenuhan spiritual ini juga dapat
mengisi waktu luang klien, agar aktivitas klien bisa lebih bermanfaat serta
tidak merugikan orang lain.
13
d. Fisik
Menurut keliat (2010), data yang perlu dikaji pada pasien dengan
perilaku kekerasan yaitu pada data subjektif klien mengancam,
mengupat dengan kata-kata kotor, mengatakan dendam dan jengkel.
Klien juga menyalahkan dan menuntut. Pada data objektif klien
menunjukkan tanda-tanda mata melotot, pandangan tajam, tangan
mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, postur tubuh
kaku dan suara keras.
e. Psikososial
1) Genogram
Genogram dibuat tiga garis riwayat keluarga yang
menghubungkan hubungan klien dengan anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, pola komunikasi klien yang buruk
pengambilan keputusan dan pola asuh yang tidak baik.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Klien menyukai semua bagian tubuhnya, tapi ada juga yang
tidak.
b) Identitas diri
Klien tidak puas dengan pekerjaan yang sedang dilakukan
maupun yang sudah dikerjakannya.
c) Peran diri
Klien memiliki masalah dalam menunjukkan peran dan
tugasnya.
d) Ideal diri
Klien memiliki harapan yang tinggi terhadap tubuh, posisi,
status peran, dan kesembuhan dirinya dari penyakit.
e) Harga diri
Klien memiliki harga diri rendah.
15
3) Hubungan sosial
Klien tidak mempunyai orang terdekat tempat ia bercerita dalam
hidupnya, dan tidak mengikuti kegiatan dalam masyarakat.
4) Spritual
Klien memiliki keyakinan, tapi jarang dalam melakukan ibadah
sesuai dengan keyakinan, karena ia kurang menghiraukan manfaat
spritual dengan ibadah.
5) Status mental
a) Penampilan
Penampilan kadang rapi dan kadang tidak rapi. Pakaian
diganti klien ketika ia dalam keadaan normal.
b) Pembicaran
Klien berbicara dengan nada yang tinggi dan kasar.
c) Aktifitas motorik
Aktifitas klien biasanya tenang, dan agitasi (gerakan motorik
yang gelisa), serta memiliki penglihatan yang tajam jika
ditanyai hal-hal yang dapat menyinggungnya.
d) Alam prasaan
Alam prasaan klien terlihat sedikit sedih terhadap apa yang
sedang dialaminya.
e) Afek
Klien salama berinteraksi emosinya labil. Dimana klien
mudah tersinggung ketika ditanyai hal-hal yang tidak
mendukungnya. Klien memperlihatkan sikap marah dengan
memiliki muka yang tajam dan tegang.
f) Interaksi selama wawancara
1) Bermusuhan, tidak koperatif, dan mudah tersinggung.
2) Defenisif, selalu berusaha mempertahankan pendapat dan
kebenaran dirinya.
16
g) Persepsi
Klien biasanya tidak mendengar suara-suara, maupun bayang-
bayangan yang aneh.
h) Proses atau arus pikir
Klien berbicara tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan
perawat, dan meloncat atau pindah ke topik lain.
i) Isi pikiran
Klien resiko prilaku kekerasan ini tidak lagi memiliki ambang
pikir yang wajar, dimana ia selalu menanyakan kapan ia akan
pulang dan mengharapkan pertemuan dengan keluarga
dekatnya.
j) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien yang baik, dimana klien menyadari
tempat keberadaannya dan mengenal baik bahwasannya ia
berada dalam pengobatannya atau perawatan untuk
mengontrol emosi labilnya.
k) Memori
Daya ingat jangka panjang klien baik, dimana ia bisa
menceritakan kejadian masa-masa lampau yang pernah di
alaminya, maupun daya ingat jangka pendek, seperti
penyebab ia masuk ke RSKJ.
(1) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien yang pernah menduduki dunia pendidikan, tidah
memiliki masalah dalam hal berhitung (penambahan
maupun pengurangan).
(2) Kemampuan penilaian
Klien pernah memiliki kemampuan penilaian yang baik,
seperti jika dia disuruh memilih mana yang baik antara
makan dulu atau mandi, maka dia menjawab lebih baik
mandi.
17
g) Pemeliharaan kesehatan
Klien menyatakan keinginan kuat untuk pulang, dimana ia
akan mengatakan akan melanjutkan pengobatan di rumah
maupun kontrol ke puskesmas dan akan di bantu oleh
keluarganya.
h) Aktivitas didalam rumah
Klien tidak bisa di arahkan untuk melakukan aktivitas didalam
rumah, seperti merapikan tempat tidur dan mencuci pakaian.
i) Aktivitas diluar rumah
Ini disesuaikan dengan jenis kelamin dan pola kebiasaan yang
biasa dia lakukan diluar rumah.
7) Mekanisme koping
Mekanisme koping yang biasanya dilakukan adalah:
a) Sublimasi melampiaskan masalah pada objek lain.
b) Proyeksi yaitu menyatakan orang lain mengenal kesukaan
atau keinginan tidak baik.
c) Responsif mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan dengan melebihkan sikap atau perilaku yang
berlawanan.
d) Reaksi formasi yaitu mencegah keinginan yang berbahaya
bila diekspresikan dengan melebihkan Sikap perilaku yang
berlawanan.
e) Displacement yaitu melepaskan perasaan tertekan dengan
bermusuhan pada objek yang berbahaya.
8) Masalah psikososial dan lingkungan
Klien akan mengungkapkan masalah yang menyebabkan
penyakitnya maupun apa yang dirasakannya kepada perawat atau
tim medis lainnya. Jika terbina hubungan yang baik serta perawat
maupun tim medis yang lain dapat memberikan solusi maupun
jalan keluar yang tepat dan tegas.
19
9) Pengetahuan
Klien memiliki pengetahuan yang baik, di mana ia dapat
menerima keadaan penyakitnya dan tempat ia menjalani
perawatan serta melaksanakan pengobatan dengan baik.
10) Aspek medik
Diagnosa medic : Skizofrenia
Obat farmakologi : Ansietas dan Hipnotik Sedatif
Anti depresan : Antitriptilin Matlexon dan propolol
Terapi:
a) Terapi kelompok
Terapi kelompok berfokus pada dukungan dan perkembangan
keterampilan sosial dan aktivitas lain dengan berdiskusi dan
bermain untuk mengembalikan kesadaran klien, karena
masalah Sebagai orang merupakan perasaan dan tingkah laku
pada orang lain.
c) Terapi musik
Dengan terapi musik klien terhibur dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran klien karena dengan perasaan
terhibur maka kalian dapat mengontrol emosinya.
d) Terapi psiko religius
Dengan terapi ini klien dapat lebih dekat dengan Yang Maha
Esa. Dengan menerapkan sholat, dan berdoa untuk
menenangkan emosi dari kejiwaan klien.
2. Analisa data
Tabel 2.1 Analisa data
No Analisa Data Masalah
1 Data subjektif : Resiko perilaku
- Mengancam kekerasan
- Mengupat dengan kata-kata kotor
- Mengatakan dendam dan jengkel
- Curiga pada orang lain
- Halusinasi
- Depresi
20
3. Pohon masalah
Perilaku menciderai diri sendiri, orang lain, lingkungan
4. Diagnosa keperawatan
1) Resiko perilaku kekerasan.
2) Gangguan konsep diri: HDR.
3) Perilaku mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
22
5. Intervensi keperawatan
Tabel 2.2 Intervensi keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
keperawatan
1. Resiko TUM: 1. Setelah pertemuan klien SP 1 :
perilaku Klien dapat menunjukkan tanda-tanda - Bina hubungan saling percaya;
kekerasan mengontrol prilaku percaya kepada perawat: - Mengidentifikasi penyebab marah;
kekerasan. a. Wajah tersenyum - Bantu klien untuk mengungkapkan tanda-tanda
TUK: b. Mau berkenalan perilaku kekerasan yang dialaminya:
1. Klien dapat c. Ada kontak mata - Mendisiskusikan dengan klien perilaku kekerasan
membina d. Bersedia menceritakan yang dilakukan;
hubungan saling perasaannya. - Mendiskusikan dengan klien akibat negatif
percaya. 2. Setelah pertemuan klien (kerugian) yang dilakukan dan cara mengendalikan
2. Klien dapat menceritakan penyebab perilaku perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama (
mengidentifikasi kekerasan yang dilakukannya. latihan nafas dalam ).
penyebab prilaku a. Menceritakan penyebab
kekerasan yang perasaan jengkel atau kesal
dilakukannya. baik dari diri sendiri
3. Klien dapat maupun lingkungan.
mengudentifikasi 3. Setelah pertemuan klien
tanda-tanda menceritakan tanda-tanda saat
prilaku kekerasan. terjadi perilaku kekerasan:
4. Klien dapat a. Tanda-tanda fisik:
mengidentifikasi Mata merah, tangan
jenis perilaku mengepal, ekspresi tegang.
kekerasan yang b. Tanda emosional:
pernah dilakukan. Perasaan marah, jengkel,
23
3. Prilaku TUM: Setelah pertemuan klien mampu 1. Membantu klien mengidentifikasi perilaku yang
mencidrai
Pasien mampu menunjukkan pengendalian diri mengindikasikan kekerasan seperti mengamuk:
diri sendiri,
mengendalikan diri
orang lain, terhadap agresi: a. Terhadap diri sendiri;
terhadap agresi seperti
dan
perilaku menyerang, 1. Mampu menahan diri untuk b. Terhadap orang lain;
lingkungan
dan merusak
menyerang orang lain. c. Terhadap ligungan.
lingkungan
2. Mampu menahan diri untuk 2. Mencegah bahaya fisik yang akan terjadi jika
tidak membahayakan orang lain pasien marah ditunjukkan pada diri sendiri dan
dan lingkungan. orang lain misalnya menyingkirkan benda yang
3. Mampu menahan diri dari berpotensial menjadi senjata.
menghancurkan barang-barang. 3. Mendiskusikan bersama klien dan ajarkan cara
Mampu mengidentifikasi kapan pengendalian perasaan marah misalnya:
marah, frustasi, atau merasa agresif.
a. Tehnik nafas dalam untuk meredakan perasaan
marah atau menghilangkan perasaan marah
dengan kegiatan aktivitas lainnya.
b. Manajemen lingkungan dengan pantau
keamanan semua benda yang ada di sekitar.
Mengidentifikasi situasi yang memicu kekerasan
seperti situasi yang membuat frustasi. Gunakan
pendekatan yang tenang dan menyakinkan.
27
6. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan
oleh perawat dan klien. Petunjuk dalam implementasi (Keliat, 2009).
a. Intervensi dilakukan sesuai dengan rencana
b. Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal dilakukan dengan
cermat dan efisien dalam situasi yang tepat.
c. Dokumentasi intervensi dan respon klien (Budi, Anna, keliat, 2009).
Dalam melaksanakan implementasi penulis menggunakan langkah-
langkah komunikasi terapeutik yang terdiri dari:
1) Fase pra interaksi
Pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien
perawat mengeksplorasi perasaan fantasi dan ketakutannya
sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan
hubungan dengan klien dapat dipertanggung jawabkan.
2) Fase perkenalan
Pada fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien, hal-hal
yang perlu dikaji adalah alasan kalian meminta pertolongan yang
akan dipengaruhi terbinanya rasa percaya antara perawat dan
klien.
3) Fase orientasi
a) Memberi salam terapeutik;
b) Mengevaluasi dan memfasilitasi data subjektif dan objektif
yang mendukung diagnosa keperawatan;
c) Membuat kontrak untuk sebuah topik disertai waktu dan
tempat dan serta mengingatkan kontrak sebelumnya.
4) Fase kerja
Pasar kerja merupakan inti hubungan perawat dan klien yang
terkait dengan pelaksanaan perencanaan yang sudah ditentukan
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai titik pada fase ini perawat
mengeksplorasi stressor yang tepat mendorong perkembangan
28
A. Pendekatan/Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif bentuk studi kasus
untuk mengeksplorasikan masalah asuhan keperawatan klien dengan Resiko
Perilaku Kekerasan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual di ruang rawat inap
Murai B RSKJ Soeprapto Bengkulu. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, analisa data,
diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam studi kasus Resiko Perilaku Kekerasan ini adalah
klien yang masuk rumah sakit dengan masalah keperawatan Resiko Perilaku
Kekerasan di Ruang Rawat Inap Murai B SRKJ Soeprapto Bengkulu yang
berjumlah 1 orang klien.
C. Batasan Istilah (Definisi Operasional)
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah klien yang telah di
diagnosa mengalami Resiko Perilaku Kekerasan yang didukung dengan data
pengkajian fisik pada klien, asuhan keperawatan jiwa.
D. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di ruang Murai B SRKJ Soeprapto Bengkulu, yang
dilakukan pada bulan Juli tahun 2022.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur diawali dengan penyusunan usulan proposal tentang Resiko
Perilaku Kekerasan dengan menggunakan metode studi kasus berupa laporan
teori asuhan keperawatan yang berjudul Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien
Dengan Resiko Perilaku Kekerasan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
Di Ruang Rawat Inap Murai B RSKJ Soeprapto Bengkulu Tahun 2022.
Setelah di setujui oleh penguji proposal, maka tahap yang dilakukan adalah
penyusunan proposal, pengurusan surat izin penelitian, analisa kasus,
persetujuan responden, pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,
30
31
pengukuran ulang terhadap data klien yang diragukan ditemukan melalui data
skunder meliputi tanda-tanda vital.
H. Analisa Data
Analisa data dilakukan sejak peneliti berada di lapangan, sewaktu
pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul, analisa data
dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan data
penunjang. Selanjutnya membandingkan teori dan ditungkan dalam bentuk
pembahasan. Tehnik analisa yang digunakan dengan cara menarasikan
jawaban dari peneliti yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara
mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
Teknik analisis digunakan dengan cara observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik dan data penunjang oleh peneliti dan studi dokumentasi
yang menghasilkan data selanjutnya dimana data di interpretasikan oleh
peneliti untuk dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan untuk
memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.
33
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama klien Tn.G, Jenis kelamin laki-laki, Umur 22 tahun, Status
perkawinan belum kawin, Agama Islam, Tn.G tidak memiliki riwayat
pendidikan karena tidak bersekolah, Alamat Talang Rimbo Lama Curup,
tanggal masuk 29, Juni 2022, No. RM 02901, bahasa yang sering
digunakan bahasa Indonesia.
2. Alasan Masuk
Klien mengalami gangguan jiwa berulang dan sudah di rawat ke 4 kali di
RSKJ Soeprapto Bengkulu. Klien masuk diantar keluarga ke IGD RS Jiwa
Bengkulu pada tanggal 25, Juni 2022. Klien dibawa karena sering
membawa pisau, marah-marah, menyerakkan batu di jalan, kurang tidur.
3. Faktor Predisposisi
Tn.G mengatakan sudah pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya
sudah 3x dirawat namun belum berhasil karena putus obat sebab obatnya
telah habis dan tidak dibeli lagi. Tn.G mengatakan ia sering di buli karena
memiliki banyak luka di area kaki. Klien juga mengatakan setelah keluar
dari rumah sakit ia di kucilkan dari lingkungan masyarakat dan dihina oleh
temannya karena tidak bersekolah. Tidak ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
4. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital pada Tn.G TD : 110/90 mmhg, N : 90x/menit, S : 36,6°,
P : 20x/menit, TB : 165 cm, BB : 50 Kg. Pada saat melakukan pengkajian
fisik pada Tn.G didapatkan data mata melotot, tangan mengepal, suara
nada keras, wajah tegang, terdapat memar kebiruan di area mata sebelah
34
kiri klien mengatakan matanya memar karena dipikul oleh temannya, klien
mengatakan terdapat luka cakar juga di punggu klien.
5. Psikososial
b. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal serumah
c. Konsep diri
1) Citra tubuh
Tn.G masih memiliki anggota tubuh yang lengkap namun Tn.G
mengatakan tidak menyukai bagian kaki saya, karena memiliki
banyak bekas luka.
35
2) Identitas diri
Klien mengatakan namanya Tn.G, berjenis kelamin laki-laki,
berumur 22 tahun, beragama Islam, tidak memiliki pekerjaan dan
penghasilan. Tidak memiliki riwayat pendidikan dan belum
menikah. Di anggota masyarakat klien tidak mau berinteraksi dengan
orang lain, karena malu dan takut di tolak oleh masyarakat.
3) Peran
Tn. G merupakan sebagai anak dari 5 saudara dan masih lajang,
klien juga mengatakan masih tinggal bersama keluarganya. Ketika di
rumah sakit klien berperan sebagai salah satu pasien. Klien tidak
memiliki pekerjaan dan penghasilan.
4) Ideal diri
Klien ingin sembuh, cepat sehat, dan ingin segera pulang.
5) Harga diri
Klien mengatakan dirinya tidak berguna, tidak memiliki kemampuan
karena tidak bersekolah. Klien mengatakan tidak percaya diri.
d. Hubungan sosial
1) Orang terdekat dengan klien itu ada kedua orangtua dan
saudaranya.
2) Peran serta dalam kelompok
Klen mengatakan ia selalu di ejek oleh teman-temannya karena
tidak bersekolah dari kecil dan memiliki banyak luka di area kaki.
Klien tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok di masyarakat.
Klien mengatakan suka marah-marah kepada orangtuanya ketika
keinginannya tidak dipenuhi dan merusak barang-barang rumah.
Tn.G mengatakan selalu di kucilkan semenjak masuk ke Rumah
Sakit Jiwa.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak suka bersosialisasi dengan orang lain.
36
e. Spiritual
Agama yang di anut klien adalah Islam. Klien mengerti kewajiban
dalam beribadah, namun klien jarang melakukan ibadah ketika di
rumah ataupun di rumah sakit jiwa, karena Tn. G kurang menghiraukan
manfaat spiritual dengan ibadah.
6. Status mental
a. Penampilan
Klien jarang menggunakan baju, selalu mengganti pakaian setelah
mandi.
b. Pembicaraan
Klien bicara keras, saat berinteraksi dengan perawat klien sering keluar
dari topik pembicaraan yang dibahas.
c. Aktivitas motorik
Klien tampak suka menggepalkan tangannya saat mondar-mandir,
memiliki penglihatan yang tajam, berjalan menunduk.
d. Alam perasaan
Klien mengatakan terkadang merasa sedih dan menyesal atas apa yang
telah dia lakukan.
e. Afek
Emosi klien labil, saat berinteraksi terkadang berubah-ubah. Klien
mudah tersinggung ketika hal-hal yang tidak mendukungnya. Saat klien
marah klien suka mengancam dan berkata-kata kotor ke temannya.
f. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara kontak mata klien baik terhadap perawat, wajah
tampak tegang dan terkadang klien menggunakan nada yang tinggi saat
berbicara pada perawat. Saat wawancara klien mudah tersinggung
dengan hal yang beda pendapat dengannya.
g. Persepsi
Klien mengatakan tidak mendengar suara-suara, maupun bayang-
bayangan yang aneh saat sendiri.
h. Isi pikir
37
Klien BAB ±2x sehari di kamar mandi dan BAK ±5x sehari. Klien
mampu menjaga kebersihan diri sendiri maupun WC setelah melakukan
BAB dan BAK.
c. Mandi
Klien mengatakan mandi 2x dalam sehari, pagi dan sore hari.
Kebersihan tubuh baik, klien mandi menggunakan sabun dan selalu
menyikat gigi selama mandi.
d. Berpakaian
Klien selalu mengganti pakaian setelah mandi dengan pakaian yang
bersih, klien mampu menggunakan pakaian dengan benar. Namun klien
jarang menggunakan baju saat berpakaian.
e. Pola istirahat tidur
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan saat tidur, klien tidur ±7-
8 jam saat malam hari. Saat siang hari klien tidur ±2 jam perhari. Klien
tidak ada aktivitas tambahan sebelum tidur.
f. Penggunaan obat
Klien mengatakan mengerti cara mengonsumsi obat dan klien selalu
meminum obat yang diberikan oleh perawat. Klien mengerti manfaat
dan kerugian jika minum obat.
g. Kegiatan didalam rumah
Klien mengatakan saat di rumah membantu memasak, menyiapkan
makanan dan mencuci pakaian.
h. Kegiatan diluar rumah
Klien mengatakan sehari-hari hanya di rumah.
8. Mekanisme Koping
Koping yang dialami Tn.G maladaptif, karena klien saat di ajak bicara
dengan perawat sering lari dari topik pembahasan.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
1) Masalah dengan dukungan kelompok :
Klien mengatakan tidak ada mengikuti kegiatan kelompok dalam
masyarakat.
39
H. ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn.G
No. MR : 029019
Table 4.1 Analisa keperawatan
No Data Senjang Masalah
1. DS : Resiko Perilaku Kekerasan
- Suka mengancam temannya
- Berkata- kata kotor
DO :
- Mata melotot
- Tangan mengepal
- Suara nada keras
- Wajah tegang
- Mondar mandir
2. DS : Ganggaun Konsep Diri : HDR
- Klien mengatakan dirinya tidak
berguna, tidak memiliki
kemampuan karena tidak
bersekolah
- Kurang tidak menyukai kakinya
karena banyak bekas luka.
DO :
- Berjalan menunduk
3. DS : Perilaku menciderai diri
- Menyerakkan batu di jalan sendiri, orang lain, lingkungan.
- Suka marah-marah kepada
orangtuanya ketika keinginannya
tidak dipenuhi dan merusak
barang-barang di rumah
DO :
- Terdapat memar di area mata kiri
- Terdapat luka cakar di punggung
klien
- Merusak lingkungan
41
I. Pohon Masalah
Perilaku menciderai diri sendiri, orang lain, lingkungan
J. Diagnosa Keperawan
1. Resiko Perilaku Kekerasan;
2. Gangguan konsep diri: HDR;
3. Perilaku menciderai diri sendiri, orang lain, lingkungan.
42
K. Perencanaan Keperawatan
Tabel 4.2 Perencanaan keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
keperawatan
1. Resiko TUM: 1. Setelah pertemuan klien SP 1 :
perilaku Klien dapat menunjukkan tanda-tanda - Bina hubungan saling percaya;
kekerasan mengontrol prilaku percaya kepada perawat: - Mengidentifikasi penyebab marah;
kekerasan. a. Wajah tersenyum - Membantu klien untuk mengungkapkan tanda-
TUK: b. Mau berkenalan tanda perilaku kekerasan yang dialaminya:
1. Klien dapat c. Ada kontak mata - Mendiskusikan dengan klien perilaku kekerasan
membina d. Bersedia menceritakan yang dilakukan;
hubungan saling perasaannya. - Mendiskusikan dengan klien akibat negatif
percaya. 2. Setelah pertemuan klien (kerugian) yang dilakukan dan cara mengendalikan
2. Klien dapat menceritakan penyebab perilaku perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama (
mengidentifikasi kekerasan yang dilakukannya. latihan nafas dalam ).
penyebab prilaku a. Menceritakan penyebab
kekerasan yang perasaan jengkel atau kesal
dilakukannya. baik dari diri sendiri
3. Klien dapat maupun lingkungan.
mengudentifikasi 3. Setelah pertemuan klien
tanda-tanda menceritakan tanda-tanda saat
prilaku kekerasan. terjadi perilaku kekerasan:
4. Klien dapat a. Tanda-tanda fisik:
mengidentifikasi Mata merah, tangan
jenis perilaku mengepal, ekspresi tegang.
kekerasan yang b. Tanda emosional:
pernah dilakukan. Perasaan marah, jengkel,
43
L. Implementasi
Nama : Tn.G
No. Reg : 029019
Tabel 4.3 Implementasi keperawatan
dalam.
3. Resiko perilaku Rabu SP 1 S:
kekerasan Pukul 18:45-19:15 1. Mendiskusikan dengan klien akibat - Klien mengatakan orang
WIB dari perilaku kekerasan yang disekitar menjauhi dan takut
dilakukan; kepadanya;
- Klien mengatakan sudah dapat
2. Mendiskusikan dengan klien akibat
melakukan tehnik nafas
negatif (kerugian) yang dilakukan dan
dalam;
cara mengendalikan perilaku
- Klien mengatakan belum
kekerasan dengan cara fisik pertama (
menerapkan latihan nafas
latihan nafas dalam ).
dalam saat merasa kesal.
O:
- Klien telah mengetahui dan
mampu menyebutkan akibat
dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya;
- Klien sudah bisa latihan nafas
dalam, namun belum di
terapkan saat klien merasa
kesal.
A:
- SP 1 tercapai sebagian.
P:
- Ulangi SP 1 latihan nafas
dalam.
kasur.
A:
- SP 2 belum tercapai. Klien
belum dapat melakukan
latihan cara fisik ke dua
( pukul bantal atau kasur).
P:
- Ulangi SP 2 cara fisik ke dua
dua ( pukul bantal atau kasur).
6. Resiko perilaku Kamis SP 2 S:
kekerasan Pukul 15:45-16:15 1. Membantu klien latihan - Klien mengatakan sudah bisa
WIB mengendalikan perilaku kekerasan latihan pukul bantal atau
dengan cara fisik ke dua ( pukul kasur kasur yang di kombinasikan
atau bantal ); dengan tehnik nafas dalam.
2. Menyusun jadwal kegiatan harian O:
cara fisik ke dua. - Klien sudah dapat melakukan
tehnik pukul bantal atau kasur
yang di kombinasikan dengan
tehnik nafas dalam;
- Klien belum dapat
memasukkan latihan cara
fisik ke dua dalam aktivitas.
- A:
- SP 2 tercapai sebagian. Klien
belum dapat memasukkan
latihan pukul bantal atau
kasur dalam aktivitas.
P:
51
- Lanjut SP 4 mengendalikan
perilaku kekerasan secara
spiritual.
P:
- Ulangi SP 4 latihan beribadah
dan berdo’a.
11. Resiko perilaku Sabtu SP 4 S:
kekerasan Pukul 08:45-09:15 1. Membantu klien mengendalikan - Klien mengatakan tadi tidak
WIB perilaku kekerasan secara spiritual melakukan sholat shubuh.
( latihan beribadah dan berdo’a ); O:
2. Membuat jadwal ibadah dan berdo’a. - Klien belum melakukan
sholat;
- Klien dapat membacakan
bacaan saat sholat dan niat
untuk sholat.
A:
- SP 4 belum tercapai.
P:
- Ulangi SP 4 latihan
beribadah dan berdo’a
12. Resiko perilaku Sabtu Pukul 10:00- SP 4 S:
kekerasan 10:30 WIB 1. Membantu klien mengendalikan - Klien mengatakan bahwa tadi
perilaku kekerasan secara spiritual subuh tidak melakukan
( latihan beribadah dan berdo’a ); sholat;
2. Membuat jadwal ibadah dan berdo’a. - Klien mengatakan nanti akan
melakukan sholat dzuhur.
O:
- Klien tau cara melakukan
sholat dan berdo’a, namun
belum menerapkannya.
A:
56
- SP 4 belum tercapai.
P:
- Ulangi SP 4 latihan
beribadah dan berdo’a.
13. Resiko perilaku Sabtu, Pukul 12:45- SP 4. S:
kekerasan 13:15 WIB 1. Membantu klien mengendalikan - Klien mengatakan tau cara
perilaku kekerasan secara spiritual dan bacaan sholat;
( latihan beribadah dan berdo’a ); - Klien mengatakan sudah
2. Membuat jadwal ibadah dan berdo’a melakukan sholat dzuhur;
- Klien mengatakan akan
melakukan sholat 5 waktu.
O:
- Klien sudah mau melakukan
sholat dzuhur dan berdo’a.
A:
- SP 4 tercapai sebagian.
P:
- Ulangi SP 4 latihan
beribadah dan berdo’a.
14. Resiko perilaku Minggu, Pukul 08:30- SP 4 .S:
kekerasan 09:00 WIB 1. Membantu klien mengendalikan - Klien mengatakan sudah
perilaku kekerasan secara spiritual mulai terbiasa melakukan
( latihan beribadah dan berdo’a ); sholat walau belum 5 waktu;
2. Membuat jadwal ibadah dan berdo’a. - Klien mengatakan kemarin
sudah melakukan sholat
dzuhur ashar dan magrib.
O:
- Klien sudah mau melakukan
57
- SP 5 tercapai sebagian.
P:
- Ulangi SP 5 prinsip 5 benar
obat.
15. Resiko perilaku Minggu, Pukul 10:30- SP 5 S:
kekerasan 11:00 WIB 1. Membantu klien mengendalikan - Klien mengatakan sudah tau 5
perilaku kekerasan dengan obat benar obat “ benar pasien,
( prinsip 5 benar obat ); benar obat, benar dosis, benar
2. Menyusun jadwal minum obat secara waktu, benar cara pemberian;
teratur. O:
- Klien sudah bisa
menyebutkan prinsip 5 benar
obat secara berurutan.
A:
- SP 5 tercapai.
P:
- Pertahankan SP 5 prinsip 5
benar obat.
16. HDR Minggu, Pukul 13:10- SP 1 : S:
13:40 WIB 1. Identifikasi kemampuan dan aspek - Klien mengatakan klien bisa
positif yang masih dimiliki klien. menyapu, merapikan tempat
tidur, mencuci piring dan
sholat.
O:
- Klien sudah menyebutkan
dan mengetahui kemampuan
serta aspek positif yang masih
dimiliki klien.
59
A:
- SP 1 tercapai.
P:
- Pertahankan SP 1 Identifikasi
kemampuan dan aspek positif
yang masih dimiliki klien;
- Lanjut SP 2 menilai
kemampuan yang dimiliki
dan menetapkan jadwal
keseharian.
17. HDR Senin, Pukul 09:00- SP 2 S:
09:30 WIB 1. Mengevaluasi pertemuan sebelumnya; - Klien mengatakan saat ini
2. Menilai kemampuan yang dapat klien hanya bisa menyapu,
dilakukan. merapikan tempat tidur,
mencuci piring, dan sholat;
- Klien mengatakan yang dapat
di lakukan saat klien di rawat
di rumah sakit adalah
membereskan terkadang
menyapu, membereskan
tempat tidur dan sholat.
O:
- Klien dapat menyebutkan
kemampuan yang dimiliki
klien saat di rumah sakit.
A:
- SP 2 tercapai.
60
P:
- Pertahankan SP 2;
- Lanjut SP 3 menilai
kemampuan yang dimiliki
dan jadwal keseharian.
18. HDR Senin, Pukul 10:20- SP 3 S:
10:50 WIB 1. Mengevaluasi pertemuan sebelumnya. - Klien mengatakan yang dapat
2. Membuat rencana kegiatan harian. di lakukan saat klien di rawat
di rumah sakit yaitu,
membereskan tempat tidur,
sholat, dan terkadang
menyapu;
- Klien mengatakan
membereskan tempat tidur
setiap pagi, melakukan sholat
saat waktunya telah tiba,
terkadang menyapu setelah
makan siang.
O:
- Klien dapat menyebutkan
kemampuan yang dimiliki
klien saat di rumah sakit;
- Jadwal klien setiap pagi
membersihkan tempat tidur,
menyapu, dan sholat 5 waktu.
A:
- SP 3 tercapai.
P:
61
- Pertahankan SP 3;
- Lanjut SP 4 melaksanakan
jadwal yang telah dibuat.
19. HDR Senin, Pukul 13:00- SP 3 S:
13:30 WIB 1. Mengevaluasi pertemuan sebelumnya; - Klien mengatakan yang dapat
2. Melaksanakan kegiatan sesuai di lakukan saat klien di rawat
kegiatan yang dibuat. di rumah sakit yaitu,
membereskan tempat tidur,
sholat, dan terkadang
menyapu;
- Klien mengatakan pagi tadi
tidak merapikan tempat tidur;
- Klien mengatakan sudah
melakukan sholat dan
menyapu.
O:
- Tempat tidur terlihat
berantakan.
A:
- SP 3 tercapai sebagian.
P:
- Lanjut SP 4 melaksanakan
jadwal yang telah dibuat.
20. HDR Selasa, Pukul 08:40- SP 4 S:
09:10 WIB 1. Mengevaluasi pertemuan sebelumnya; - Klien mengatakan yang dapat
2. Melaksanakan jadwal yang telah di lakukan saat klien di rawat
dibuat. di rumah sakit yaitu,
membereskan tempat tidur,
62
M. Pembahasan
1) Gambaran karakteristik pasien
Tahap pengkajian pada klien resiko perilaku kekerasan dilakukan
interaksi perawat dan klien melalui komunikasi terspeutik untuk
mengumpulkan data dan informasi tentang status kesehatan klien. Prawat
juga harus mengikuti standar oprasional prosedur yang berlaku agar
perawat tidak melenceng dari peraturan yang berlaku.
Tn.G, Jenis kelamin laki-laki, Umur 22 tahun, Status perkawinan
belum kawin, Agama Islam, Pendidikan SMA, Alamat Talang Rimbo
Lama Curup. Tidak ada riwayat pendidikan dari Tn. G, dikarenakan Tn. G
tidak pernah bersekolah. EsaUgm, (2017) mengatakan kebanyakan pasien
yang mengalami gangguan jiwa adalah pasien yang kurang akan
pendidikan nya seperti putus sekolah, hal ini dikarenakan kurang
mendapatkan nya informasi mengenai kesehatan mental dan jiwa, ini lah
yang memicu mengapa pasien jiwa lebih banyak yang putus sekolah
bahakan belum selesai pendidikan nya.
Tn. G merupakan pasien ulangan yang dibawa kw RSKJ untuk terapi
pengobatan. Klien masuk ke rumah sakit RSKJ dikarenakan putus obat
serta sering membawa pisau, marah-marah, menyerakkan batu di jalan. Di
krluarga Tn. G tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
2) Pengkajian keperawatan
Dari hasil pengkajian yang di dapatkan pada kasus Tn. G yaitu
masuk ke RSKJ Soeprapto pada tanggal 29 Juni 2022. Klien diantar
keluarga karena sering membawa pisau, marah-marah, menyerakkan batu
di jalan. Tanda dan gejala Tn. G didapatkan didapatkan data mata melotot,
tangan mengepal, suara nada keras, wajah tegang, mengancam. Disini
sudah didapatkan kesesuaian antara kasus dengan konsep teori bahwa
tanda dan gejala yang muncul yang dialami oleh klien terdapat dalam
teori. Tanda gejala pada klien resiko perilku kekerasan adalah Menurut
keliat (2010), pasien dengan perilaku kekerasan yaitu pada data subjektif
klien mengancam, mengupat dengan kata-kata kotor, mengatakan dendam
64
dan jengkel. Klien juga menyalahkan dan menuntut. Pada data objektif
klien menunjukkan tanda-tanda mata melotot, pandangan tajam, tangan
mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, postur tubuh
kaku dan suara keras.
Pada pengkajian berikutnya Tn. G didapatkan bahwa ia
mengatakan Klien mengatakan dirinya tidak berguna, tidak memiliki
kemampuan karena tidak bersekolah, Klien tidak mau berinteraksi dengan
orang lain karena malu dan takut di tolak. Disini sudah didapatkan
kesesuaian antara kasus dengan konsep teori bahwa tanda dan gejala yang
muncul yang dialami oleh klien terdapat dalam teori. Tanda dan gejala
harga diri rendah adalah menilai diri negatif, merasa malu atau bersalah,
merasa tidak mampu melakukan apapun, mengungkapkan keputusasaan,
berjalan menunduk, kontak mata kurang, lesu dan tidak bergairah. SDKI
PPNI 2016.
3) Diagnosa keperawatan.
Berdasarkan hasil penelitian kasus kelolaan mengenai diagnosa
keperawatan yang ditemukan dan teori yang telah dijelaskan diatas, bahwa
berdasarkan pohon masalah core problem yaitu resiko perilaku kekerasan,
disebabkan oleh harga diri rendah, dan berakibat pada Perilaku menciderai
diri sendiri, orang lain, lingkungan, sehingga pohon masalah tidak ada
kesenjangan yang ditemukan antara teori dengan data yang ditemukan.
Diagnosa keperawatan utama pada klien adalah resiko perilaku kekerasan.
Sedangkan diagnosa keperawatan terkait lainnya adalah harga diri rendah
dan Resiko menciderai diri sendiri, lingkungan dan orang lain. Menurut
NANDA (2017).
4) Intervensi asuhan keperawatan.
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditentukan pada Tn. G yaitu
resiko perilaku kekerasan, perawat membuat rencana keperawatan yang
terstandar dengan membuat strategi pelaksanaan terhadap pasien. Strategi
pelaksanaan yang dilakukan pada klien diambil dari buku Keperawatan
Jiwa yang mana strategi pelaksanaan untuk diagnosa perilaku kekerasan :
65
6) Evaluasi keperawatan.
Pada kasus ini peneliti melakukan evaluasi dari Tindakan
keperawatan yang dilakukan selama 7 hari dari tanggal 20 Juli 2022
sampai 27 Juli 2022. Masalah keperawatan dari Tn.G sudah teratasi.
Evaluasi yang peneliti dapat adalah terjalinnya hubungan saling percaya
antara perawat dan pasien yang ditandai dengan pasien mau berkenalan,
bercerita dengan perawat. Pada diagnosa keperawatan resiko perilaku
kekerasan, klien menunjukkan perubahan yang cukup signifikan, klien
dapat mengontrol emosi dengan cara relaksasi nafas dalam, pukul bantal,
menerapkan penggunaan obat dengan benar dan teratur, serta menerapkan
terapi religius sholat dan berdo’a. Klien mengatakan saat sholat serta
berdo’a perasaan klien merasa lebih tenang, emosi yang dirasakan terasa
reda. Pada diagnosa harga diri rendah klien juga menunjukkan perubahan
yang signifikan , klien dapat memilih kemampuan positif yang
dimilikinya. Hal yang dilakukan pada evaluasi keperawatan sesuai dengan
teori. Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah
dilakukan intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan
yang telah diberikan. (Deswani,2009).
BAB V
A. Kesimpulan
69
70
B. Saran
1. Bagi pasien dan keluarga
Pasien diharapkan lebih memahami dan dapat menerapkan selalu
cara mengontrol halusinasi agar halusinasi tidak terjadi lagi, dan
mempertahankan interaksi dengan orang lain. keluarga seharusnya
berperan penting dalam mendukung kesembuhan klien,Karena orang
terdekatlah faktor utama dalam kesembuhan seseorang.
2. Bagi perawat
Karya tulis ilmiah ini sebaiknya dapat digunakan oleh perawat
sebagai wawasan tambahan dan acuan intervensi yang dapat diberikan
pada klien yang mengalami resiko perilaku kekerasan. Perawat
diharapkan dapat memberikan inspirasi lebih banyak lagi dalam
memberikan intervensi keperawatan pada kasus resiko perilaku
kekerasan.
3. Bagi akademik
Dapat memberikan tambahan dan referensi untuk meningkatkan
kualitas pendidikan keperawatan pada kasus resiko perilaku kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA
Agama : Islam
Email : edobisri74751@gmail.com