Penulusuran Dan Pelacakan Ayat Alqur'an

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

MELACAK AYAT AL-QUR’AN SECARA MANUAL

BERDASARKAN NOMOR SURAT DAN AYAT

1
Mukhamad Wildan Aulia, 2Muhammad Shobron Jamil, 3Rasya’ Alfirdaus
1
wildanmwa08@gmail.com, 2 muhshobronjamil@gmail.com,
3
rasyaalfirdaus742@gmail.com,
123
Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Walisongo

Abstrak

Penelusuran dan pelacakan ayat Al-Qur’an merupakan makna konkret


dari apa itu yang dimaksud dengan takhrij Al-Qur’an. Takhrij Al-
Qur’an dianggap menjadi salah satu bahan pembahasan yang perlu
dikuasai oleh calon mufassir, demi membekali pengetahuan tentang
langkah-langkah teknis menelusuri ayat Al-Qur’an secara cepat dan
tepat dalam melakukan penilitian ataupun sebagai konsultan agama.
Dalam perkembangannya dari masa ke masa, proses pelacakan ayat
Al-Qur’an semakin beragam caranya. Basis dan tinjauan dalam
pelacakan ayat Al-Qur’an pun juga cukup beragam. Maka dalam hal
ini, proses pelacakan ayat Al-Qur’an secara manual berdasarkan
nomor surat dan ayat menjadi salah satu metode yang akan dikaji.
Pada dasarnya, penelusuran berdasarakan nomor surat dan ayat adalah
metode termudah dan paling sederhana. Namun, fakta problem yang
terjadi masih banyak sekali yang belum memahami bagaimana tata
cara teknisnya. Artikel dengan menggunakan metode kepustakaan
yang kami susun berdasarkan refrensi yang relevan dan kredibel baik
dari jurnal ataupun buku ini diharapkan mampu menjadi solusi dalam
menjawab persoalan tersebut.

Kata kunci: lacak, ayat, nomor, surat, takhrij, al-qur’an


Pendahuluan

Satu dari beberapa pokok tujuan dari diturunkannya Al-Qur’an adalah


sebagai petunjuk bagi umat manusia. Hal ini berarti bahwa Al-Qur'an
mengandung nilai-nilai Illahi, yaitu nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang
dititahkan oleh Allah melalui Rasulullah.1 Akidah, ibadah, hukum syariat, dan
ilmu-ilmu pengetahuan merupakan bentuk dari petunjuk yang dimaksud. Ia adalah
buku induk ilmu pengetahuan, di mana tidak ada satu perkara apapun yang
terlewatkan, semuanya telah terkafer di dalamnya yang mengatur berbagai aspek
kehidupan manusia.2 Serta merupakan sumber dari segala sumber, rujukan, dan
pedoman berkehidupan. Menurut Achmad Baiquni mengatakan bahwa sebenarnya
segala ilmu yang diperlukan manusia itu tersedia di dalam Al-Qur’an.

Demi mendayagunakan karunia yang telah Allah berikan ini, maka perlu
adanya telaah mengenai tata cara dalam menggali petunjuk dan ilmu pengetahuan
yang tersimpan di dalam Al-Qur’an. Pemahaman terhadap al-Qur’an harus
melalui beberapa metode. Hal ini diperlukan sebagai katalisator untuk mencapai
pemahaman al-Qur’an yang sebenar-benarnya3 serta agar dapat menemukan nilai-
nilai ajaran Islam yang utuh tanpa adanya kekeliruan pemahaman. Sehingga,
pengejawantahan dari pokok tujuan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia ini
dapat terealisasi.

Takhrij Al-Qur’an menjadi kajian metode penelusuran ayat-ayat Al-Qur’an,


sehingga dapat diketahui dengan jelas tata letaknya dalam Al-Qur’an, yaitu pada
surat, juz, atau halaman manakah ayat tersebut berada. Menurut Hasan Asy’ari
Ulama’i, yang dimaksud dari takhrij Al-Qur’an sendiri adalah menelusuri suatu

1
Tamlekha, Tamlekha. "AL QUR’AN SEBAGAI SUMBER ILMU
PENGETAHUAN." BASHA'IR: JURNAL STUDI AL-QUR'AN DAN TAFSIR (2021): 105-115.
Hlm.107
2
Iryani, Eva. "al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan." Jurnal ilmiah universitas Batanghari jambi 17.3
(2017): 66-83. Hlm.69
3
Latifah, Silfi Nurmalia, and Cecep Anwar. "Al-Qur’an sebagai Sumber Ilmu
Pengetahuan." Gunung Djati Conference Series. Vol. 8. 2022. Hlm. 396
ayat tertentu untuk kemudian ditemukan pada surat dan juz mana letaknya. 4
Sebenarnya kajian takhrij ini identik dan hanya berkaitan dengan hadits. Telaah
mengenai takhrij Al-Qur’an sangat jarang ditemukan disebabkan sifat Al-Qur’an
yang sudah sangat jelas dan pasti mutawatir. Hal ini berbeda dengan hadits yang
jumlah dan kualitasnya sangat beragam, maka inilah yang menjadi alasan takhrij
hanya identtik dengan hadits. Dalam periwayatan Al-Qur’an tidak ada masalah.
Umat Islam menerimanya dan tidak memerlukan kajian silsilah sanad karena
seluruhnya ditulis sejak masa Rasulullah hidup serta Alquran diterima oleh para
sahabat secara mutawatir. Dengan demikian, Al-Qu’ran memiliki kepastian
hukum (qath'i al-uurûd). Hal tersebut berbeda dengan sunnah atau hadis yang
tidak tertulis sejak masa hidup Rasulullah. Mayoritas hadis hanya dihafal oleh
para sahabat karena pernah terjadi pemalsuan hadis dan penyalahgunaan
kepentingan. 5

Walaupun takhrij Al-Qur’an jarang ditelaah dengan berbagai sebab di atas,


serta memang prosesnya yang sangat sederhana, namun hal ini bisa menjadi
kajian yang perlu didalami karena pada faktanya masih banyak yang belum
mengetahui secara utuh tentang penelusuran ayat-ayat Al-Qur’an. Ketidak-tahuan
ini bisa jadi dikarenakan paradigma yang terlalu menganggap sepele takhrij Al-
Qur’an untuk tidak dikaji. Padahal pengetahuan tentang penelusuran ayat-ayat Al-
Qur’an ini merupakan bekal fundamental bagi seorang mufassir yang akan
menghindarkannya dari kesalahan dalam pengutipan dalil.

Maka berdasarakan latar belakang tersebut, penulis menyusun artikel ini


yang diharapkan dapat menjadi jawaban atas permasalahan yang ada. Metode
yang digunakan dalam takhrij Al-Qur’an pun cukup beragam, baik secara manual,
yaitu dengan menggunakan mushaf Al-Qur’an secara langsung atau dengan kitab-
kitab mu’jam, maupun secara digital melalui perantara teknologi dengan
menggunakan aplikasi atau website. Dalam hal ini, artikel ini spesifik hanya

4
Pendapat ini penulis nukil dari dosen Bapak M. Khudhori ketika memberikan pengantar kuliah
pada pertemuan pertama. Beliau menjelaskan bahwa pendapat mengenai takhrij Al-Qur’an
tersebut merupakan hasil ketika melakukan diskusi dengan Bapak Hasan Asy’ari Ulama’i.
5
Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadits, (Jakarta: AMZAH: 2014) Hlm.2
membahas pada metode pelacakan ayat ayat al-qur’an secara manual berdasarkan
nomor surat dan ayat yang bertujuan medeskripsikan tentang bagaimana
pengertian dan tata cara penerapan metode tersebut.

Definisi

Takhrij merupakan derivasi dari kata ”kharaja” yang berarti ”keluar” atau
kebalikan dari kata ”dukhul” yang bermakna ”masuk”. Kata ”kharaja” bersifat
lâzim (intransitif), dan ketika ’ainfi’il-nya digandakan (tasydid), ia menjadi
muta’addî (transitif) yang dengan sendirinya mengubah arti.6 Secara bahasa,
takhrij berarti mengeluarkan, menampakkan, meriwayatkan, melatih, dan
mengajarkan. 7

Sedangkan secara istilah, menurut Mahmud al-Thahhan takhrij adalah


penelusuran atas lokasi hadis dalam sumber-sumbernya yang asli yang
menyebutkan hadis beserta sanadnya, untuk kemudian dikaji kualitas hadisnya. 8
Dari pengertian takhrij secara istilah ini dapat diketahui sebuah indikasi bahwa
kajian takhrij sebenarnya memang hanya berkaitan erat dengan hadits, bukan Al-
Qur’an. Hal ini disebabkan karena Al-Qur’an sudah jelas dan mutawatir serta
memiliki kepastian hukum (qath'i al-uurûd). Hal tersebut berbeda dengan sunnah
atau hadis yang tidak tertulis sejak masa hidup Rasulullah.9

Namun, kemudian dapat dikaitkan bahwa pengertian takhirj Al-Qur’an


adalah penelusuran atas letak ayat-ayat Al-Qur’an, yaitu pada surat, juz, atau
halaman mana eksistensinya berada. Sejalan dengan hal ini, menurut Hasan

6
Rahman, Andi. "Pengenalan Atas Takhrij Hadis." Riwayah 2.1 (2017): 146-161. Hlm.154
7
Tim Majma' Al-Lughah Al-Arabiyyah, Al-Mu'jam Al-Wajiz, (Mesir: Wazarah Al-Tarbiyah wa
Al-Ta'lim, 1997), hlm. 189
8
Mahmud al-Thahhan, Ushul al-Takhrij Wa dirasatu al-Asanid, Riyadh, Maktabah al-Ma’arif,
1978, hlm.10
9
Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadits, (Jakarta: AMZAH: 2014) Hlm.2
Asy’ari Ulama’i yang dimaksud dari takhrij Al-Qur’an sendiri adalah menelusuri
suatu ayat tertentu untuk kemudian ditemukan pada surat dan juz mana letaknya. 10

Pelacakan dan penelusuran ayat-ayat Al-Qur’an merupakan lingkup


pembahasan takhrij Al-Qur’an. Perkembangan zaman berimplikasi pada
perkembangan kajian takhrij. Maka metode yang digunakan pun bisa dengan
metode manual ataupun digital dengan memanfaatkan kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi. Basis dan tinjauan pelacakan ada yang berdasarkan
kata, tema, ataupun berdasarkan nomor surat dan ayat.

Tujuan dan Manfaat

Pelacakan ayat berdasarkan nomor surat dan ayat bisa dikatakan metode
paling mudah dan paling sederhana. Hal ini membuat pelacakan ini memiliki
kelebihan tersendiri, karena tidak rumit dan cukup hanya dengan menggunakan
mushaf Al-Qur’an. Namun, masih banyak ditemukan yang awam pengetahuan
mengenai metode ini. Yaitu ketika dihadapkan sebuah kutipan yang hanya
mencantumkan nomor surat dan ayat nya saja. Contoh tertulis [Q.S. 36:36], maka
mungkin masih banyak yang bertanya-tanya apakah maksud dari kutipan tersebut.
Oleh karenanya, manfaat dan tujuan dari kajian pelacakan ayat-ayat Al-Qur’an
secara manual berdasarkan nomor surat dan ayat ini adalah untuk mengetahui
secara cepat dan tepat apabila terdapat kutipan yang hanya menuliskan nomor
surat dan ayat nya saja sehingga mengindarkan seseorang dari fenomena salah
kutip. Serta untuk memberikan pemahaman tentang penelusuran ayat-ayat Al-
Qur’an sebagai bekal dasar seorang yang akan menggeluti dalam bidang ilmu Al-
Qur’an dan tafsir.

Langkah Penerapan

10
Pendapat ini penulis nukil dari dosen Bapak M. Khudhori ketika memberikan pengantar kuliah
pada pertemuan pertama. Beliau menjelaskan bahwa pendapat mengenai takhrij Al-Qur’an
tersebut merupakan hasil ketika melakukan diskusi dengan Bapak Hasan Asy’ari Ulama’i.
Metode pelacakan secara manual berdasarkan nomor surat dan ayat ini
sangat mudah dalam penerapan langkah-langkahnya. Untuk mengetahui nomor
surat sekian merupakan surat apa, maka untuk memudahkannya dapat dengan
menggunakan mushaf Al-Qur’an pada umumnya. Kemudian bisa diamati pada
bagian daftar isi mushaf Al-Qur’an tersebut. Pelacakan dengan metode ini selain
dengan mengggunakan bantuan mushaf Al-Qur’an, juga dapat dengan
menggunakan salah satu kitab mu’jam Al-Qur’an yaitu kitab al-Mu’jam al-
Mufahras li Alfadh al-Qur’an karya Muhammad Fuad 'Abd Al Baqi. Walaupun
pada dasarnya kitab ini merupakan kitab mu’jam berbasis pada kata, namun
setelah penulis telusuri dapat memudahkan pelacakan berbasis nomor surat dan
ayat karena pada bagian daftar isinya mencantumkan nama surat beserta nomor
surat dan halamannya.

Tata cara penerapannya adalah contoh tertulis [Q.S. 36:36], maka untuk
mengetahui tersebut surat apa, ayat berapa, terletak di halaman mana, dan juz
berapa, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah:
1) Penting untuk diketahui terlebih dahulu pada contoh tersebut, bahwa nomor
pertama adalah nomor surat dan nomor kedua adalah ayat surat. Maka
dapat dipahami [Q.S. 36:36] artinya adalah surat nomor 36 ayat 36.
2) Ketahuilah urutan nomor surat dengan memanfaatkan daftar isi yang ada
pada mushaf Al-Qur’an. Maka kemudian dapat kita ketahui nomor surat 36
adalah Surat Yasin.
3) Setelah mengetahui nama surat, lihatlah surat tersebut terletak pada
halaman dan juz berapa. Sebagai contoh penulis menggunakan mushaf Al-
Qur’an Al-Quddus Surat Yasin tertera di bagian atas mushaf terulis terletak
di halaman 439 juz 22.
4) Kemudian carilah pada surat tersebut, ayat yang dicantumkan yaitu ayat 36.
Diketaui bahwa lafadz ayat tersebur adalah:
َ‫اَلََيَ ْعلَ ُم ْو َن‬ َ ‫ََوم ِْنََا َ ْنفُ ِس ِه ْم‬
َ ‫ََو ِم َّم‬ َ ‫ض‬ َ ْ ِ‫قَََال ْز َوا َجََكُلَّ َهاَ ِم َّماَت ُ ْۢ ْنب‬
ُ ‫تََُال ْر‬ ْ ‫سُبْحٰ نَََالَّ ِذ‬
َ ْ َ‫يََ َخل‬
5) Maka, akhirnya dapat diketahui bahwa [Q.S. 36:36] adalah Surat Yasin
ayat 36 yang terletak di halaman 439 juz 22:
َ‫اَلََيَ ْعلَ ُم ْو َن‬ َ ‫ََوم ِْنَََا َ ْنفُ ِس ِه ْم‬
َ ‫ََو ِم َّم‬ َ ‫ض‬ ْ ِ‫قَََالَ ْز َوا َجََكُلَّ َهاَ ِم َّماَت ُ ْۢ ْنب‬
ُ ‫تََُالَ ْر‬ ْ ‫سُبْحٰ نَََالَّ ِذ‬
ْ َ‫يََ َخل‬

Kesimpulan

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang berisikan seluruh kebutuhan manusia,


termasuk dalam hal pengetahuan.11 Sebagai basis keilmuan serta dalam rangka
memanifestasikan karunia yang Allah berikan ini, maka perlu adanya keilmuan
yang ada di dalam Al-Qur’an untuk digali dan ditelusuri. Hal inilah juga yang
tidak lain adalah berkedudukan sebagai bekal pokok dalam menggeluti keilmuan
Al-Qur’an dan tafsir.

Pelacakan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an merupakan lingkup pembahasan


dari kajian takhrij Al-Qur’an. Dalam perkembangannya, metode pelacakan yang
digunakan bisa melalui manual ataupun digital. Serta dapat ditinjau berdasarkan
kata, tema, ataupun nomor surat dan ayat.

Pelacakan ayat Al-Qur’an secara manual berdasarkan nomor surat dan ayat
sebenarnya sangat sederhana dalam penerapan tata caranya. Maka jangan sampai
kesederhanaan metode ini tidak diketahui, khususnya bagi kalangan yang
menggeluti keilmuan Al-Qu’an dan tafsir. Melalui metode ini, dapat kita ketahui
tata letak suatu surat dan ayat dalam Al-Qur’an apabila terdapat kutipan yang
hanya menyantumkan nomor surat dan ayatnya saja.

Daftar Pustaka

Rahman, A. (2017). Pengenalan Atas Takhrij Hadis. Riwayah, 2(1), 146-161.


Pamil, J. (2012). Takhrij Hadist: Langkah Awal Penelitian Hadist. An-
Nida', 37(1), 52-71.
https://quran.kemenag.go.id/, diakses pada 7 Maret 2023 pukul 00.55.
Latifah, S. N., & Anwar, C. (2022, January). Al-Qur’an sebagai Sumber Ilmu
Pengetahuan. In Gunung Djati Conference Series (Vol. 8, pp. 387-402).
Iryani, E. (2017). al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan. Jurnal ilmiah universitas
Batanghari jambi, 17(3), 66-83.

11
Latifah, Silfi Nurmalia, and Cecep Anwar. "Al-Qur’an sebagai Sumber Ilmu
Pengetahuan." Gunung Djati Conference Series. Vol. 8. 2022. Hlm.387
Tamlekha, T. (2021). AL QUR’AN SEBAGAI SUMBER ILMU
PENGETAHUAN. BASHA'IR: JURNAL STUDI AL-QUR'AN DAN TAFSIR,
105-115.
Abdul Majid Khon. 2014. Takhrij dan Metode Memahami Hadits. Jakarta:
AMZAH.
2022. Al-Qur’an Al Quddus. Kudus: CV. Mubarokatan Thoyyibah.
Muhammad Fuad 'Abd Al Baqi. 2018. al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadh al-
Qur’an. Cairo: Darul Hadits.

Anda mungkin juga menyukai