Bab Ii Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pola Makan 2.1.1 Definisi Pola Makan
Bab Ii Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pola Makan 2.1.1 Definisi Pola Makan
Bab Ii Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pola Makan 2.1.1 Definisi Pola Makan
TINJAUAN PUSTAKA
Pola makan adalah suatu cara tertentu dalam mengatur jumlah dan jenis
asupan makanan dengan maksud untuk mempertahankan kesehatan, status gizi,
serta mencegah dan/atau membantu proses penyembuhan (Depkes, 2013). Pola
makan yang baik harus dipahami oleh para penderita DM dalam pengaturan pola
makan sehari-hari.
4
5
Berdasarkan uji statistik diketahui pola makan baik dengan karakteristik kadar
gula darah hipoglikemia yaitu 1 orang (3%), pola makan yang baik dengan
karakteristik kadar gula darah normal yaitu 4 orang (20%), pola makan baik
dengan karakteristik kadar gula darah hiperglikemia yaitu 1 (3%), pola makan
cukup baik dengan karakteristik kadar gula darah hipoglikemia yaitu 7 orang
(18%), pola makan cukup baik dengan karakteristik kadar gula darah normal yaitu
6 orang (15%), pola makan cukup baik dengan karakteristik kadar gula darah
hiperglikemia yaitu 9 orang (23%), pola makan kurang baik dengan karakteristik
hipoglikemia yaitu 1 orang (3%), pola makan kurang baik dengan karakteristik
kadar gula darah normal yaitu 5 orang (13%), pola makan kurang baik dengan
karakteristik kadar gula darah hiperglikemia yaitu 6 orang (15%). Hasil uji
statistik menyimpulkan adanya hubungan antara pola makan dengan kadar gula
darah yang ada pada penderita DM.
Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan
karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam darah
cukup tinggi (PERKENI, 2011).
4. Peyusutan berat badan
Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena tubuh terpaksa
mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi.
2.2.3 Etiologi
2.2.4 Klasifikasi
1. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi
karena kerusakan sel B (beta) (WHO, 2014). Canadian Diabetes
Association (CDA) juga menambahkan bahwa rusaknya sel B pankreas
diduga karena proses autoimun, namun hal ini juga tidak diketahui secara
pasti. Diabetes tipe 1 rentan terhadap ketoasidosis, memiliki insidensi
lebih sedikit dibandingkan diabetes tipe 2, akan meningkat setiap tahun
baik di negara maju maupun di negara berkembang.
2. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO, 2014).
Seringkali diabetes tipe 2 didiagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu
setelah komplikasi muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari
penderita DM di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan akibat dari
memburuknya faktor risiko seperti kelebihan berat badan dan kurangnya
aktivitas fisik (WHO, 2014).
3. Diabetes gestational
8
a. Gaya hidup
Gaya hidup merupakan perilaku seseorang yang
ditunjukkan dalam aktivitas sehari-hari. Makanan cepat saji,
olahraga tidak teratur dan minuman bersoda adalah salah satu gaya
hidup yang dapat memicu terjadinya DM tipe 2.
b. Diet yang tidak sehat
Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang olahraga,
menekan nafsu makan, sering mengkonsumsi makan siap saji
(Yuanita, 2014). Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang
olahraga,
menekan nafsu makan, sering mengkonsumsi makan siap saji
(Yuanita, 2014).
c. Obesitas
Obesitas adalah salah satu faktor risiko utama untuk
terjadinya penyakit DM. Menurut (Kariadi dalam Sutandi 2012),
obesitas dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin (resisten
insulin). Semakin banyak jaringan lemak pada tubuh, maka tubuh
semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh
terkumpul didaerah sentral atau perut (central obesity).
Perhitungan berat badan ideal sesuai dengan indeks massa tubuh
(IMT) menurut WHO (2014), yaitu:
IMT= BB(kg)/TB(m2)
18,5-22,9 Normal
23-24,9 Kelebihan
>-25,0 Obesitas
Setelah itu kalori dapat ditentukan dengan melihat indikator berat badan
ideal yaitu: 22 Tabel 2. Kisaran kalori tubuh
Contohnya:
IMT = BB (kg)/TB(m’)
=50/ (1,6)’
Oleh karena itu jumlah kalori yang dibutuhkan yaitu 1700-2100 kalori.
Contoh menu makanan 1700 kalori.
2.2.8 Penatalaksana
1. Edukasi
Edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi pasien
dan untuk mencapai perubahan perilaku. Pengetahuan tentang pemantauan
glukosa darah mandiri, tanda, dan gejala hipoglikemia serta cara
mengatasinya harus diberikan kepada pasien.
a. Terapi nutrisi medis
Terapi nutrisi medis merupakan bagian dari penatalaksanaan
diabetes secara total. Prinsip pengaturan makanan penyandang diabetes
hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu
makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat
gizi masing-masing individu. Pada pasien diabetes perlu ditekankan
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan
jumlah makanan, terutama pada pasien yang menggunakan obat
penurun glukosa darah atau insulin. Diet pasien DM yang utama
adalah pembatasan karbohidrat kompleks dan lemak serta peningkatan
asupan serat.
b. Latihan jasmani
Latihan jasmani berupa aktivitas fisik sehari-hari dan olahraga
secara teratur 3-4 kali seminggu selama 30 menit. Latihan jasmani
selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan
dan memperbaiki sensitivitas insulin. Latihan jasmani yang dianjurkan
berupa latihan yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda
santai, joging, dan berenang. Latihan jasmani disesuaikan dengan usia
dan status kesehatan.
c. Terapi farmakologis
15