Makalah Kep - Jiwa 2.0
Makalah Kep - Jiwa 2.0
Makalah Kep - Jiwa 2.0
DI SUSUN OLEH :
2B DIII KEPERAWATAN
ITSK Rs. dr. SOEPRAOEN KESDAM V / BRAWIJAYA
MALANG
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia- Nya kami
dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Jiwa yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa
Pada Pasien Dengan Kehilangan Dan Berduka”.
Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai bagaimana cara memberi asuhan
keperawatan jiwa pada pasien dengan kehilangan dan berduka. Adapun tujuan kami menulis
makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa. Di sisi
lain, kami menulis makalah ini untuk mengetahui lebih rincih mengenai askep jiwa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti
sesuatu yang kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan
karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi/ego dari diri yang bersangkutan atau
disekitarnya. Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat
apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang
pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah,
sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan
menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima
kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut.
Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami
kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial
yang serius. Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam
lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan
keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami
kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami
kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga- perawat berakhir karena perpindahan,
pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman
pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya
selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas didapatkan beberapa rumusan masalah, sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Kehilangan Dan Berduka ?
2. Bagaimana Teori Proses Berduka ?
3. Apa Saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kehilangan Dan Berduka ?
4. Apa Saja Tipe Dan Jenis Kehilangan ?
5. Bagaimana Fase Atau Tahapan Pada Kehilangan ?
6. Bagaimana Tanda Dan Gejala Kehilangan ?
7. Bagaimana Asuha Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Kehilangan Dan Berduka ?
8. Bagaimana Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik pada Pasien dengan
Kehilangan?
C. TUJUAN PENULISAN
d.Tahap Depresi Tahap depresi merupakan tahap diam pada fase kehilangan. Pasien sadar
akan penyakitnya yang sebenarnya tidak dapat ditunda lagi. Individu menarik diri, tidak
mau berbicara dengan orang lain, dan tampak putus asa. Secara fisik, individu menolak
makan, susah tidur, letih, dan penurunan libido. Fokus pikiran ditujukan pada orang-
orang
yang dicintai, misalnya “Apa yang terjadi pada anak -anak bila saya tidak ada?” atau
“Dapatkah keluarga saya mengatasi permasalahannya tanpa kehadiran saya?” Depresi
adalah tahap menuju orientasi realitas yang merupakan tahap yang penting dan
bermanfaat agar pasien dapat meninggal dalam tahap penerimaan dan damai. Tahap
penerimaan terjadi hanya pada pasien yang dapat mengatasi kesedihan dan
kegelisahannya.
e.Tahap Penerimaan (Acceptance) Tahap akhir merupakan organisasi ulang perasaan
kehilangan. Fokus pemikiran terhadap sesuatu yang hilang mulai berkurang. Penerimaan
terhadap kenyataan kehilangan mulai dirasakan, sehingga sesuatu yang hilang tersebut
mulai dilepaskan secara bertahap dan dialihkan kepada objek lain yang baru. Individu
akan
mengungkapkan, “Saya sangat mencintai anak saya yang telah pergi, tetapi dia lebih
bahagia di alam yang sekarang dan saya pun harus berkonsentrasi kepada pekerjaan
saya.........”Seorang individu yang telah mencapai tahap penerimaan akan mengakhiri
proses berdukanya dengan baik. Jika individu tetap berada di satu tahap dalam waktu
yang sangat lama dan tidak mencapai tahap penerimaan, disitulah awal terjadinya
gangguan jiwa. Suatu saat apabila terjadi kehilangan kembali, maka akan sulit bagi
individu untuk mencapai tahap penerimaan dan kemungkinan akan menjadi sebuah
proses yang disfungsional.
Terdapat beberapa sumber yang menjelaskan mengenai tanda dan gejala yang sering
terlihat pada individu yang sedang berduka. Buglass (2010) menyatakan bahwa tanda dan
gejala berduka melibatkan empat jenis reaksi, meliputi:
1. Reaksi perasaan, misalnya kesedihan, kemarahan, rasa bersalah, kecemasan,
menyalahkan diri sendiri, ketidakberdayaan, mati rasa, kerinduan.
2. Reaksi fisik, misalnya sesak, mual, hipersensitivitas terhadap suara dan cahaya, mulut
kering, kelemahan.
3. Reaksi kognisi, misalnya ketidakpercayaan, kebingungan, mudah lupa, tidaksabar,
ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, ketidaktegasan.
4. Reaksi perilaku, misalnya, gangguan tidur, penurunan nafsu makan, penarikan sosial,
mimpi buruk, hiperaktif, menangis.
Tanda dan gejala berduka juga dikemukakan oleh Videbeck (2008), yang
mencakup ke dalam lima respon, yaitu respon kognitif, emosional, spiritual, perilaku, dan
fisiologis yang akan dijelaskan dalam tabel dibawah ini.:
G. PROSES ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
KEHILANGAN DAN BERDUKA
1. Pengkajian
Data yang dapat dikumpulkan adalah :
a. Perasaan sedih, menangis.
b. Perasaan putus asa, kesepian
c. Mengingkari kehilangan
d. Kesulitan mengekspresikan perasaan
e. Konsentrasi menurun
f. Kemarahan yang berlebihan
g. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
i. Reaksi emosional yang lambat
j. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas
2.Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah / kronis.
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis berhubungan dengan koping
individu tak efektif sekunder terhadap respon kehilangan pasangan.
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas.
3. Rencana Tindakan Asuhan Keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah / kronis
1) Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
2) Tujuan Khusus :
a) Klien dapat membina hubungan saling perbaya dengan
perawat.
b) Klien dapat memahami penyebab dari harga diri : rendah.
c) Klien menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya.
d) Klien dapat mengekspresikan perasaan dengan tepat, jujur dan
terbuka.
e) Klien mampu mengontrol tingkah laku dan menunjukkan
perbaikan komunikasi dengan orang lain.
3) Intervensi
a) Bina hubungan saling percaya dengan klien. Rasa percaya
merupakan dasar dari hubungan terapeutikyang mendukung dalam
mengatasi perasaannya.
b) Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan fikiran dan
perasaannya. Motivasi meningkatkan keterbukaan klien.
c) Jelaskan penyebab dari harga diri yang rendah. Dengan
mengetahui penyebab diharapkan klien dapat beradaptasi dengan
perasaannya.
d) Dengarkan klien dengan penuh empati, beri respon dan tidak
menghakimi. Empati dapat diartikan sebagai rasa peduli terhadap
perawatan klien, tetapi tidak terlibat secara emosi.
e) Berikan motivasi klien untuk menyadari aspek positif dan
negatif dari dirinya. Meningkatkan harga diri.
f) Beri dukungan, Support dan pujian setelah klien mampu
melakukan aktivitasnya. Pujian membuat klien berusaha lebih
keras lagi.
g) Ikut sertakan klien dengan aktifitas yang mengikut sertakan
klien dalam aktivitas sehari-hari yang dapat meningkatkan harga
diri klien.
b. Gangguan konsep diri; harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tak
efektif sekunder terhadap respon kehilangan pasangan.
1)Tujuan :
a) Klien merasa harga dirinya naik.
b) Klien mengunakan koping yang adaptif.
c) Klien menyadari dapat mengontrol perasaannya.
2) Intervensi
a) Merespon kesadaran diri dengan cara :
Membina hubungan saling percaya dan keterbukaan.
Bekerja dengan klien pada tingkat kekuatan ego yang dimilikinya.
Memaksimalkan partisipasi klien dalam hubungan terapeutik. Kesadaran diri
sangat diperlukan dalam membina hubungan terapeutik perawat klien.
b)Menyelidiki diri dengan cara :
Membantu klien menerima perasaan dan pikirannya.
Membantu klien menjelaskan konsep dirinya dan hubungannya dengan orang lain
melalui keterbukaan.
Berespon secara empati dan menekankan bahwa kekuatan untuk berubah ada pada
klien. Klien yang dapat memahami perasaannya memudahkan dalam penerimaan
terhadap dirinya sendiri.
c) Mengevaluasi diri dengan cara :
Membantu klien menerima perasaan dan pikiran.
Mengeksplorasi respon koping adaptif dan mal adaptif terhadap masalahnya.
Respon koping adaptif sangat dibutuhkan dalam penyelesaian masalah secara
konstruktif.
d) Membuat perencanaan yang realistik.
Membantu klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah.
Membantu klien menkonseptualisasikan tujuan yang realistik.
Klien membutuhkan bantuan perawat untuk mengatasi permasalahannya dengan
cara menentukan perencanaan yang realistik.
e) Bertanggung jawab dalam bertindak.
Membantu klien untuk melakukan tindakan yang penting untuk merubah respon
maladaptif dan mempertahankan respon koping yang adaptif.
A. Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan
atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan
suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik
sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional.Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
dalam merespon kehilangan yang actual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan,
objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masihdalam
batas normal.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali
pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktualatau nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori
kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang
sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan
kehilangan kehidupan/meninggal
B. Saran
Setiap orang harus dapat menerima suatu kehilangan terhadap seseorang atau suatu benda
dan selalu mensyukuri suatu kehilangan atau berduka . Peran perawat adalah untuk mendapatkan
gambarang tentang perilaku berduka,mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku serta
memberikan dukungan dalam bentuk empati.
DAFTAR PUSTAKA