0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
89 tayangan5 halaman

Konsep Kehilangan, Kematian Dan Berduka

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 5

PENDAHULUAN

A.

Latar belakang
Setiap orang dalam hidupnya pasti akan menghadapi yang namanya masalah, Sikap
seseorang dalam menghadapi masalah sangat ditentukan oleh keyakinan mereka masing-
masing. Keyakinan yang dimiliki setiap orang selalu dikaitkan dengan kepercayaan atau
agama. Spiritual, keyakinan dan agama merupakan hal yang berbeda namun seringkali
diartikan sama. Penting sekali bagi seorang perawat memahami perbedaan antara Spiritual,
keyakinan dan agama guna menghindarkan salah pengertian yang akan
mempengaruhi pendekatan perawat dengan pasien. Pasien yang sedang dirawat dirumah
sakit membutuhkan asuhan keperawatan yang holistic dimana perawat dituntut untuk mampu
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif bukan hanya pada masalah secara fisik
namun juga spiritualnya. Untuk itulah materi spiritual diberikan kepada calon perawat guna
meningkatkan pemahaman dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan kebutuhan spiritual. Adapun Lahir, kehilangan, dan kematian adalah
kejadian yang unuiversal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual
dalam pengalaman hidup seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam
pandangan umum berarti sesuatu yang kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini
dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi/ego dari diri yang
bersangkutan atau disekitarnya. Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi
seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri
tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga
intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004). Perawat berkerja sama dengan klien
yang mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk
memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan
mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita
setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi,
mental dan sosial yang serius. Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi
dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan
keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami
kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami
kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan,
pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi
mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama
kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005). Dengan dasar itu lah penulis membuat
makalah ini untuk lebih memahami konsep dasar spiritual dan konsep kehilangan,kematian
dan berduka agar bisa di aplikasikan kepada klien baik di rumah sakit atau pun di
masyarakat.
B.

Rumusan masalah
1.
Apa pengertian konsep kesehatan spiritual ? 2.

Apa pengertian agama dan hubungannya dengan sehat dan sakit ? 3.

Apa saja faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual ? 4.

Apa itu support keagamaan. 5.

Apakah arti dari kehilangan dan berduka? 6.

Apa saja jenis-jenis berduka dan kehilangan? 7.

Apa saja dampak dan respon dari berduka dan kehilangan?

C.

Tujuan
1.

Untuk menambah wawasan mengenai konsep kesehatan spiritual. 2.

Untuk mengetahui pengertian agama dan hubungannya dengan sehat dan sakit. 3.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual. 4.

Untuk menambah pengetahuan mengenai support keagamaan. 5.

Untuk mengetahui arti dari berduka dan kehilangan 6.

Untuk mengetahui jenis-jenis berduka dan kehilangan. 7.

Untuk mengetahui dampak dan respon berduka dan kehilangan

Pengertian berduka,kehilangan dan kematian.


1.

Pengertian Berduka Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan
yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan
lain-lain. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
i)

Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan,
objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam
batas normal. ii)
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke
tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan
6. Jenis-jenis berduka dan kehilangan
Ada 4 Jenis Berduka : (a)

Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap
kehilangan.Misalnya, kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan menari diri dari
aktivitas untuk sementara. (b)

Berduka antisipatif, yaitu proses’melepaskan diri’ yng muncul


sebelum kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi.Misalnya, ketika menerima
diagnosis terminal, seseorang akan memulai proses perpisahan dan menyesuaikan beragai
urusan didunia sebelum ajalnya tiba. (c)

Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya,yaitu
tahap kedukaan normal.Masa berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir dan dapat
mengancam hubungan orang yang bersangkutan dengan orang lain. (d)

Berduka tertutup, yaitu kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara
terbuka.Contohnya:Kehilangan pasangan karena AIDS, anak mengalami kematian orang tua
tiri, atau ibu yang kehilangan anaknya di kandungan atau ketika bersalin.

Teori dari Proses Berduka Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani
proses berduka. Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk
mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi
untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran perawat
adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh
berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati

7. Dampak dan Respon dari kehilangan,kematian dan berduka.


Ada beberapa teori antara lain :

Teori Engels Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal. Antara lain (i)

Fase I (shock dan tidak percaya) Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin
menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan,
diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan. (ii)

Fase II (berkembangnya kesadaran) Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara


nyata/akut dan mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi,
depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi. (iii) Fase III (restitusi) Berusaha mencoba
untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap
tidak dapat menerima perhatian yang baru dari
seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang. (iv)
Fase IV Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa
merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap
almarhum. (v)

Fase V Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada
fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah
berkembang.

Teori Kubler-Ross Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah
berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut: a)

Penyangkalan (Denial) Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat
menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan
seperti “Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan
terjadi pada sa
ya!” umum dilontarkan klien.
b)

Kemarahan (Anger) Individu mempertahankan kehilangan


dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap
orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan
lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping
individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya
menghadapi kehilangan. c)

Penawaran (Bargaining) Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang
halus atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari
pendapat orang lain. d)

Depresi (Depression) Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna
kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati
kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
e)

Penerimaan (Acceptance) Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-
Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi kenyataan
dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa. 3. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang
tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung
pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus menerus
dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin
berlanjut sampai 3-5 tahun

Teori Rando Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori: a)

Penghindaran Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya. b)

Konfrontasi Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara
berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan
dirasakan paling akut. c)
Akomodasi Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk
menjalani hidup dengan kehidupan mereka.

BAB III PENUTUP


A.

Kesimpulan
Perawat berupaya untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari
kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan
spiritual klien tersebut, walaupun perawat dan klien mempunyai keyakinan spiritual atau
keagamaan yang berbeda. Peran agama dalam keperawatan sangat berpengaruh. Agama
dijadikan pedoman yang digunakan perawat dalam melakukan suatu tindakan terhadap klien
oleh karena itu,pemahamaan tentang peranan agama sangat penting dan pendasar dalam
memberikan asuhan keperawatan dimana nilai spiritual pasien selalu menjadi pertimbangan
dan dihormati. Dengan demikian setiap perawat harus menunjukkan sikap etis profesional
yang baik dalam setiap penampilan dan tindakannya, termasuk dalam mengambil keputusan
ketika merespon sebuah situasi yang sulit. Selain bertugas untuk merawat klien, perawat juga
mempunyai tugas untuk mensupport klien agar tetap semangat menjalani hidup dengan
berserah diri kepada Tuhan dan menerima ketentuan yang ada. Menerima ketentuan yang ada
bukan berarti berdiam diri, tetapi harus disertai dengan usaha dan
diiringi dengan do’a. Dengan begitu klien tidak akan merasa kesepian dan
merasa sendiri dalam menghadapi penyakit yang dideritanya Kehilangan merupakan suatu
kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang
dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kematian merupakan suatu keadaan individu
berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada dan berduka merupakan
respon normal pada semua kejadian kehilangan.
B. Saran
Sebagai Penulis, kami merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini,
maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan
agar kami bisa memperbaikinya di makalah yang selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA
Kuliat,Budi,Anna(1994), Proses Keperawatan.Jakarta:EGC Doengoes,Mary,Marlyn (1995).
Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan.Edisi 2.Jakarta:EGC Husain,M.
(1993), MAKALAH KEHILANGAN DAN BERDUKA MAKALAH DHF, MAKALAH
KEPERAWATAN, MAKALAH KESEHATAN, MAKALAH SOSIOLOGI

Anda mungkin juga menyukai