Bab Ii - 201804069
Bab Ii - 201804069
Bab Ii - 201804069
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dijelaskan tentang teori yang mendukung penelitian meliputi
2. 1. 1 Definisi
Diare merupakan peningkatan isi air, volume, atau frekuensi defekasi dan
bisa bersifat akut atau kronik. Diare biasanya didefnisikan sebagai defekasi tiga
kali atau lebih dengan fases cair atau lembek dalam 24 jam (Sue & Kathryn,
2017). Menurut Gale & Wilson (2016) Diare didefinisikan sebagai peningkatan
frekuensi tinja, hingga 3 kali atau lebih per hari atau lebih dari 200 g tinja per hari
Definisi lain dari diare adalah bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Dewi, 2017). Dalam jurnal karya Kotloff
(2017) mendefinisikan diare sebagai keluarnya tiga kali atau lebih feses/kotoran
encer atau cair per hari (atau lebih sering keluar dari biasanya untuk individu).
peningkatan frekuensi buang air besar (BAB) dalam bentuk cairan lebih dari tiga
kali dalam satu hari, dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih.
7
8
2. 1. 2 Klasifikasi Diare
Secara klinik, diare dibedakan menjadi empat macam sindrom antara lain :
1. Diare Akut
Diare akut ialah diare yang terjadi secara mendadak pada anak yang
kurang dari 7 hari) dengan disertai pengeluaran fases lunak atau cair, sering tanpa
darah, mungkin disertai muntah dan panas. Penyebab diare akut adalah rotavirus,
Crytosporidium (Sodikin, 2011). Menurut Gale & Wilson (2016) diare akut
didefinisikan sebagai frekuensi tinja yang meningkat, hingga 3 kali atau lebih per
hari atau lebih dari 200 g tinja per hari yang berlangsung kurang dari 14 hari.
2. Diare Kronik
juga tidak (Bernstain & Shelow, 2016). Penyebab diare kronik pada usia toodler
adalah enteritis virus, giardiasis, tumor (diare sekretori), kolitis ulseratif, penyakit
seliak (Terri & Susan, 2014), defisiensi laktosa sekunder pascainfeksi, irritable
3. Disentri
darah dalam fases, menyebabkan anoreksia, penurunan berat badan cepat, dan
4. Diare Persisten
Diare persisten adalah diare yang pada mulanya yang bersifat akut tetapi
berlangsung lebih dari 14 hari, kejadian dapat dimulai sebagai diare cair atau
disentri.
2. 1. 3 Etiologi Diare
1) Faktor Infeksi
Yersinia enterocolitica.
2) Faktor Malabsorbsi
Bila diare menetap, disertai penurunan berat badan dan defisiensi nutrisi
global atau spesifik, telah terjadi sindrom malabsorpsi. Menifestasi awal yang
biasa terjadi adalah sering buang air besar, tinja besar dan berminyak, tinja berbau
Menifestasi akhir adalah kegagalan penambahan berat badan atau penurunan berat
10
badan, gagal tumbuh, penyusutan otot, perut buncit, defisiensi imun sekunder dan
B12, folat dan besi yang mengakibatkan anemia, dan kalsium yang menyebabkan
limfatik, obat - obat, infeksi, penyakit kolagen vaskuler, dan kelaianan endokrin
3) Faktor Makanan
beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran dan buah buahan), dan makanan
yang kurang matang. Perilaku yang dapat mengurangi risiko terjadinya diare
adalah mencuci sayur dan buah sebelum dikonsumsi, karena salah satu
penyebaran diare adalah melalui penyajian makanan yang tidak matang atau
mentah.
4) Faktor Lingkungan
dapat memberikan pengaruh positif terhadap status kesehatan yang baik. Ruang
air kotor (limbah). Faktor lingkungan yang dominan dalam penyebaran penyakit
diare pada anak yaitu pembuangan tinja dan sumber air minum.
5) Faktor Perilaku
Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan kebiasaan mencuci tangan
dan menurunkan risiko terjadinya diare. Terdapat hubungan antara pemberian ASI
eksklusif dengan diare pada bayi dibawah 3 tahun. Bayi yang tidak mendapat ASI
eksklusif sebagian besar (52.9%) menderita diare, sedangkan bayi dengan ASI
eksklusif hanya 32.31% yang menderita diare. Selain ASI, terdapat pula personal
dirinya untuk memeroleh kesehatan fisik dan psikologis. Kebiasaan tidak mencuci
tangan dengan sabun setelah buang air besar merupakan kebiasaan yang dapat
membahayakan anak.
6) Faktor sosiodemografi
yaitu pendidikan dan pekerjaan orang tua, serta umur anak. Pendidikan seseorang
yang tinggi memudahkan orang tersebut dalam penerimaan informasi, baik dari
orang lain maupun media masa. Banyaknya informasi yang masuk akan membuat
pendidikan, status sosial ekonomi, risiko cedera, atau masalah kesehatan dalam
Kejadian diare lebih sering muncul pada bayi dan balita yang status ekonomi
kesehatan yang dimiliki mereka akan baik pula, seperti penyediaan air bersih yang
terjamin, penyediaan jamban sendiri, dan jika mempunyai ternak akan diberikan
kandang yang baik dan terjaga kebersihannya. Faktor sosiodemografi lain yang
dapat memengaruhi kejadian diare adalah umur. Semakin muda usia anak,
semakin tinggi kecenderungan terserang diare. Daya tahan tubuh yang rendah
2. 1. 4 Patofisiologi Diare
mikroorganisme pathogen ini meyebabkan infeksi pada sel-sel, atau melekat pada
dinding usus pada penderita diare. Penelusuran diare bisa melaluli fekal oral dari
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan montilitas usus yang
2015).
Utami & Luthfiana (2016) menyatakan bahwa diare juga dapat terjadi
yang dominan dalam penyebaran penyakit diare pada anak yaitu pembuangan
tinja dan sumber air minum. Perilaku ibu dalam pemberian air susu ibu (ASI)
anak yaitu pendidikan dan pekerjaan orang tua, serta umur anak. Pendidikan
mereka akan baik pula. Semakin muda usia anak, semakin tinggi kecenderungan
terserang diare. Daya tahan tubuh yang rendah membuat tingginya angka kejadian
diare.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi kehilangan
ekonomi yang rendah, pendidikan orang tua yang rendah, serta kurangnya
2. 1. 5 Pathway
Tidak
F. Sosiodemografi memberikan
ASI eklusif
Pendidikan ortu, Dia dan personal
pekerjaan ortu, hygiene
umur anak
Frekuensi BAB
Gangguan
keseimbangan
cairan dan elektrolit
Dehidrasi
1) Gejala Umum
a) Penderita mengalami berak cair atau lembek dan sering adalah gejala
khas diare.
d) Gejala dehidrasi, yaitu mata dan ubun - ubun cekung, ketegangan kulit
g) Anus lecet.
2) Gejala Spesifik
a) Vibro cholera diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau
amis.
2. 1. 7 Komplikas Diare
2) Gangguan sirkulasi.
Pada diare akut, kehilang cairan dapat terjadi dalam waktu yang singkat.
Bila kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan, pasien dapat mengalami
(hipovolemia).
Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elekrolot (bikarbonat) dari dalam
meningkatkan pH arteri.
menjadi hipotonik dan air masuk ke dalam cairan intraseluler sehingga terjadi
5) Gangguan gizi.
Gangguan gizi terjadi karena asupan makanan yang kurang dari output
yang berlebih. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian makanan
17
2. 1. 8 Penatalaksanaan Diare
2011) adalah :
Pada keadaan ini, buang air besar terjadi 3-4 kali sehari atau disebut
mulai mencret. Anak yang mengalami kondisi ini masih lincah dan masih mau
makan dan minum seperti biasa pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh ibu
atau anggota keluarga lainnya dengan memberikan makanan dan minuman yang
ada di rumah seperti air kelapa, larutan gula garam (LGG), air tajin, air teh
maupun oralit.
c) Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam tiga hari
5% dari berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi kehilangan cairan 6 –
10% dari berat badan. Untuk mengobati penyakit diare pada derajat dehidrasi
Tabel 2. 1 Cara pengobatan diare pada derajat dehidrasi ringan atau sedang
biasanya lebih dari10 kali disertai muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat
badan. Diare ini diatasi dengan terapi C, yaitu perawatan di pukesmas atau rumah
Menurut Amina & Suzan (Amina & Suzan, 2011) pemberian cairan pada
c) Kemudian berikan cairan rehidrasi oral 100 mL/kg selama 4 jam atau D5W
b) Untuk bayi, ASI tetap diberikan bila sebelumnya mendapatkan ASI, namun
formula
19
Peran antiemetik atau antidiare pada terapi diare pada anak masih
terbatas/ diperdebatkan :
b) Aktreotid (sadratatin)
c) Obat anti diare yang mengeraskan tinja dan absorpsi zat toksin yaitu Arang,
antibiotik dalam penatalaksanaan kasus diare karena tidak bermanfaat dan efek
sampingnya bahkan merugikan penderita. Kecuali telah jelas ada infeksi bakteri
keratin dan berat jenis urin dipakai sebagai indikator hidrasi dan untuk
2) Pemeriksaan tinja
adanya kolitis sebagai respon terhadap invasi bakteri yang luas pada
20
3) Pemeriksaan kultur fases dianjurkan pada diare yang persisten, klinik toksik,
7) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar na, K, Kalsium dan Posfot (Nurarif &
Kusuma, 2015)
intoleransi karbohidrat.
usus dapat mengindikasi konstipasi atau impaksi fases (massa fases yang
2. 1. 10 Pencegahan Diare
(Karen, dkk, 2018) upaya pencegahan diare yang benar dan efektif yang
3) Memakai alas kaki, terutama ditempat yang becek atau terdapat genangan
4) Ingatkan anak untuk mencuci tangan sebelum makan, sesudah makan, dan
6) Menjaga hieginitas makanan dengan cara cuci buah dan sayur yang akan
hingga 70oC
Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatakan daya tahan tubuh untuk
kehidupan.
3) Imunisasi campak
2. 2 Konsep Hipovolemia
2. 2. 1 Definisi
kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi
2. 2. 2 Etiologi
(PPNI, 2017) adalah kehilangan cairan aktif melalui (kulit, gastrointestinal, dan
Tanda dan gejala menurut standar diagnosis keperawatan indonesia (PPNI, 2017)
yaitu :
Tanda dan gejala yang harus ada pada pasien yang mengalami hipovolemia
Tanda dan gejala yang mungkin terjadi pada pasien yang mengalami
1) Muntah
2) Diare
metabolik
2. 2. 5 Rumus Hipovolemia
b) Ginjal : 1500 ml
d) Kulit : 600-900 ml
e) Paru-paru : 400 ml
f) Feses : 100-200 ml
b) 11 – 20 kg : 1000 ml + 50 ml/kg/BB
2) Dewasa
30 – 50 ml/kg/BB
25
1) Dehidrasi ringan
2) Dehidrasi sedang
3) Dehidrasi berat
2. 3 Konsep Anak
2. 3. 1 Definisi Anak
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun)
2. 3. 2 Tumbuh Kembang
berlangsung terus – menerus mulai dari masa konsepsi sampai dengan dewasa.
Pertumbuhan dan perkembangan adalah dua hal yang berbeda yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain (Nurlaila et al, 2018). Adapun definisi dari
1) Pertumbuhan
2) Perkembangan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
1) Masa Prenatal
Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus. Pada
pertamayang dapat terjadi perubahan yang cepat dari ovum menjadi suatu
organisme dan terbentuknya manusia. Pada fase fetus terjadi sejak usia 9 minggu
fungsi organ, yaitu bertambah ukuran panjang dan berat badan terutama
2) Masa Postnatal
Masa post natal terdiri atas masa neonatus, masa bayi, masa usia prasekolah,
a) Masa neonates
masaneonatus (0-28 hari). Pada masa ini terjadi kehidupan yang baru di
dalam ektrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua sistem organ tubuh.
b) Masa bayi
28
susunan saraf. Tahap kedua (usia 1-2 tahun) : kecepatan pertumbuhan pada
motorik.
c) Masa prasekolah
Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan masih terjadi
d) Masa sekolah
Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam kemampuan fisik dan
e) Masa remaja
laki-laki. Pada umumnya wanita 2 tahun lebih cepat untuk masuk ke dalam
4. 1. 1 Pengkajian
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawtan
yang dihadapi pasien baik fisik, mental, sosial, maupun spiritual (Andra & Putri,
2013).
1) Identitas pasien
Identitas pasien meliputi nama pasien, umur pasien, tanggal lahir pasien, jenis
kelamin pasien. Diare lebih sering terjadi pada bayi dan pada anak, frekuensi
diare untuk neonatus > 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam
sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat
2) Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari tiga kali sehari. BAB < 4 kali dengan
berlangsung < 14 hari adalahdiare akut. Bila diare berlangsung 14 hari atau
b) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna
c) Anus dan daerah disekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan
e) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi
mulai nampak.
dehidrasi. Urin normal pada diare tanpa dihidrasi. Urin sedikit gelap pada
dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urin dalam waktu enam jam
(dehidrasi berat).
4) Riwayat kesehatan
lebih sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak campak atau yang
c) Riwayat penyakit yang sering pada anak di bawah dua tahun biasanya
batuk, panas (demam), pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama,
31
atau setelah diare. Hal ini untuk melihat tanda atau gejala infeksi lain
pneumonia, ensefalitis.
d) Tumbuh kembang
kasar apakah sudah biasa naik/turun tangga tanpa dibantu, dan motorik
atau kehilangan air melalui proses insensible water loss (IWL) (Saudah,
dkk, 2015).
e) Hospitalisasi
f) Toilet training
Kemampuan anak untuk mengerti buang air kecil dan besar, kemampuan
timbulnya buang air kecil dan besar, sudah tidak mengompol setelah
seperti buang air kecil dan besar pada tempatnya serta etika dalam buang
5) Riwayat nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi hal sebagai berikut:
dengan botol atau dot, karena botol yang tidak berisi akan mudah terjadi
pencemaran.
b) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus
ingin minum banyak sedangkan pada dehidrasi berat anak malas minum
6) Pemeriksaan fisik
a) B1 (Breathing)
b) B2 (Blood)
darah. Akibat turunnya volume darah, maka curah jantung pun menurun
sehingga tekanan darah, denyut nadi cepat dan lemah, serta pasien
c) B3 (Brain)
seperti halusinasi.
d) B4 (Bladder)
ginjal akut.
e) B5 (Bowel)
akan didapatkan :
(1) Inspeksi : pada pasien dehidrasi berat akan terlihat lemas, sering
distensi abdomen.
Pemerikasaan anus dan sekitarnya lecet karena sering BAB dan fases menjadi
lebih aman akibat banyaknya asam laktat. Pada pemerikaaan fases, didapatkan
fases :
(2) Fases bercampur lendir dan darah yang berhubungan dengan ulserasi
kolon
(3) Fases seperti air tajin (air beras) pada pasien kolera
f) B6 (Bone)
kelemahan fisik umum. Pada kondisi diare kronis denga defisit nutrisi
Integumen : pada kondisi lanjut akan didapat tanda dan gejala dehidrasi.
Meliputi :
(4) Diaforesis
35
(1) Menentukan kekenyalan kulit, kulit perut ‘’dijepit’’ antara ibu dan
(2) Berdasarkan skor yang terdapat pada seorang penderita maka dapat
(3) Pada anak – anak dengan ubun – ubun besar sudah menutup, nilai
7) Pemeriksaan penunjang
(kausa) yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat pula.
a) Pemeriksaan tinja
pada anak, terdapat data-data penting yang harus dikaji. Data-data ini selanjutnya
37
untuk mengklasifikasikan diare. Klasifikasi ini bukan diagnosa medis, tapi dapat
digunakan untuk menentukan tindakan apa yang harus diambil oleh petugas di
4. 1. 2 Diagnosa Keperawatan
nadi meningkat dan teraba lemah, turgor kulit menurun, membra mulosa kering,
4. 1. 3 Rencana Keperawatan
nadi meningkat dan teraba lemah, turgor kulit menurun, membra mulosa kering,
Kriteria Hasil :
membaik (basah), keluaran urin terkontrol, mata tidak cowong dan ubun-
3) Konsistensi BAB lembek dan frekuensi 1 kali dalam sehari (Andra & Putri,
2013)(PPNI, 2018).
38
4. 1. 4 Implementasi Keperawatan
asuhan keperawatan dalam pengumpulan data (Andra & Putri, 2013). Tahap
nursing order untuk membantu pasien mencapai tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat sesuai dengan masalah yang pasien hadapi. Tahap pelaksaanaan terdiri atas
dalam melakukan pelaksanaan agar tercapainya tujuan dan kriteria hasil yang
sudah di buat dalam intervensi (Rohmah & Walid, 2016). Adapun implementasi
5) Menimbang pempres
40
antibiotik)
11) Menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit, penyebab, dan akibat diare
pada anak
4. 1. 5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri
observasi perawat secara langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien setelah
yang pasien hadapi yang telah di buat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil
Diagnosa Evaluasi
Keperawatan
Hipovolemia pada S (Subjektif)
Anak Diare Data yang di peroleh dari respon pasien secara verbal
a. Ibu mengatakan BAB anaknya sudah normal ± 2
kali dan konsistensi lembek
O (Objektif)
Data yang diperoleh dari respon pasien secara non verbal
atau melalui pengamatan perawat
a. Tanda – tanda dehidrasi menurun (turgor kulit
elastis, membra mukosa membaik (lembab),
keluaran urin terkontrol, mata tidak cowong dan
ubun – ubun tidak cekung)
b. Tanda – tanda vital normal
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
dipertahankan secara optimal
A (anlisis)
Tindak lanjut dan penentuan apakah implementasi akan
dilanjutkan atau sudah terlaksana dengan baik.
a. Tujuan tercapai apabila respon pasien sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil
b. Tujuan belum tercapai apabila respon tidak sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan
P (Planning)
a. Pertahankan kondisi pasien apabila tujuan tercapai
b. Lanjtkan intervensi apabila terdapat tujuan yang
belum mampu dicapai oleh pasien
Sumber : (Rohmah & Walid, 2016)