Bab Ii - 17330033
Bab Ii - 17330033
Bab Ii - 17330033
TINJAUAN PUSTAKA
UNIVERSITAS DHARMAWANGSA
2.1.2. Morfologi Ikan Nila(Oreochromis niloticus)
Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Saanin (1968),
mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh bulat pipih, punggung lebih tinggi, pada badan
dan sirip ekor (caundal fin) ditemukan garis lurus (vertikal). Pada sirip punggung
ditemukan garis lurus memanjang. Ikan Nila (Oreochormis niloticus) dapat hidup
diperairan tawar dan mereka menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip
dada dan penutup insang yang keras untuk mendukung badannya. Nila memiliki
lima buah Sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip data (pectoral fin) sirip
perut (ventral fin), sirip 3 anal (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip
punggungnya memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip
ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan
sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah
sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat.
UNIVERSITAS DHARMAWANGSA
Menurut Santoso (1996), pH optimum bagi pertumbuhan nila yaitu antara
7-8 dan warna di sekujur tubuh ikan dipengaruhi lingkungan hidupnya. Bila
dibudidayakan di jaring terapung (perairan dalam) warna ikan lebih hitam atau
gelap dibandingkan dengan ikan yang dibudidayakan di kolam (perairan dangkal).
Pada perairan alam dan dalam sistem pemeliharaan ikan, konsentrasi
karbondioksida diperlukan untuk proses fotosintesis oleh tanaman air. Nilai CO2
ditentukan antara lain oleh pH dan suhu. Jumlah CO2 di dalam perairan yang
bertambah akan menekan aktivitas pernapasan ikan dan menghambat pengikatan
oksigen oleh hemoglobin sehingga dapat membuat ikan menjadi stress.
Kandungan CO2 dalam air untuk kegiatan pembesaran nila sebaiknya kurang dari
15 mg/liter (Sucipto dan Prihartono, 2005).
UNIVERSITAS DHARMAWANGSA
2.3. Sintasan / Survival Rate (SR)
Faktor biotik dan abiotik mempengaruhi sintasan ikan. Sintasan
(kelulushidupan) merupakan perbandingan antara jumlah individu pada akhir
percobaan dengan jumlah individu pada awal percobaan. Faktor biotik yang
mempengaruhi sintasan yaitu parasit, kompetitor, predasi, umur, kemampuan
adaptasi, penanganan manusia dan kepadatan populasi. Faktor abiotik yang
mempengaruhi sintasan yaitu sifat fisik dan kimia dari suatu lingkungan air (Rika,
2008).
UNIVERSITAS DHARMAWANGSA
ikan membutuhkan protein sekitar 35 – 50% dalam pakannya (Hepher, 1990).
Ikan–ikan omnivora seperti ikan nila (Oreochromis niloticus) yang berukuran
juvenil membutuhkan protein 35%.
Menurut NRC (1983) mengemukakan bahwa kekurangan asam amino
dapat mengakibatkan penurunan pertumbuhan. Protein dalam pakan dengan nilai
biologis tinggi akan memacu penimbunan protein tubuh lebih besar dibanding 8
dengan protein yang bernilai biologis rendah. Peningkatan kelebihan energi dari
pakan yang dikonsumsi menyebabkan jumlah total protein yang ditimbun
menurun, akan tetapi bagian energi yang diretensi akibat meningkatnya energi
yang dikonsumsi menyebabkan terjadinya penimbunan lemak tubuh. Atas dasar
ini maka pemberian protein pada pakan ikan harus berada pada batas tertentu agar
dapat memberikan pertumbuhan maksimum bagi ikan dan efisiensi pakan yang
tinggi.
Ketersediaan pakan yang baik bagi pertumbuhan ikan nila harus mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Aspek kebutuhan gizi pada ikan sama dengan
makhluk lain, yang berperan dalam proses fisiologis dan biokimia aktivitas harian,
mencakup (O-fish, 2007)
a. Protein
Protein diperlukan ikan dalam memelihara sel-sel tubuh, mengganti
jaringan tubuh yang rusak, pembentukan jaringan, dan dapat dijadikan sebagai
sumber energi cadangan.
b. Lemak
Lemak merupakan sumber energi utama dalam metabolisme, memelihara
bentuk dan fungsi membran atau jaringan sel yang penting bagi organ tertentu,
membantu dalam proses penyerapan vitamin, mempertahankan daya apung tubuh,
dan sebagai antioksidan. Lemak pada pakan mempunyai peranan penting bagi
ikan, karena berfungsi sebagai sumber energi dan asam lemak esensial.
c. Karbohidrat
Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi, kekurangan energi dapat
berakibat negatif bagi pertumbuhan ikan.
UNIVERSITAS DHARMAWANGSA
d. Vitamin
Vitamin dalam pakan untuk pertumbuhan yang normal, perawatan tubuh,
dan reproduksi. Vitamin adalah senyawa organik kompleks, biasanya ukuran
molekulnya kecil. Vitamin dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit
sehingga keberadaannya dalam pakan dalam jumlah yang sedikit pula (1–4% dari
total komponen pakan).
e. Mineral
Fungsi utama mineral dalam tubuh ikan adalah untuk pembentukan
struktur rangka, memelihara sistem koloid (tekanan osmosis, viskositas, difusi),
dan regulasi keseimbangan asam basa.
UNIVERSITAS DHARMAWANGSA
khususnya terhadap kehidupan dan pertumbuhan ikan. Laju pertumbuhan ikan
dapat meningkat sejalan dengan kenaikan suhu dan dapat menekan kehidupan
ikan bahkan dapat menyebabkan kematian pada ikan jika suhu mengalami
kenaikan secara drastis. Faktor yang dapat menjaga kestabilan suhu dalam air
adalah kedalaman air (Jangkarau, 1995 dalam Nurcahyo, 2008).
Suhu merupakan salah satu parameter kualitas air yang sangat penting bagi
ikan dan hewan air lainnya. Suhu yang ideal untuk kehidupan ikan di daerah
tropis sekitar 25-32°C (Mulyanto 1992). Pada umumnya, ikan mempunyai
toleransi yang rendah terhadap perubahan suhu yang mendadak. Oleh karena itu,
perubahan suhu yang cepat atau pemindahan ikan secara tiba-tiba ke tempat yang
memiliki suhu lebih tinggi atau sangat rendah, dapat menyebabkan ikan tersebut
mati meskipun suhu perairan yang baru itu masih dibawah titik mati jenis ikan
tersebut (Boyd dan Lichkoppler 1979).
Fluktuasi suhu yang terlalu besar akan menyebabkan beberapa pengaruh
terhadap kesehatan ikan karena bila suhu terlalu rendah maka ikan akan kurang
aktif, nafsu makan menurun sehingga laju metabolismepun menurun. Sebaliknya,
bila suhu terlalu tinggi, maka ikan akan sangat aktif, nafsu makan
meningkatsehingga kebutuhan oksigen akan meningkat serta laju metabolismepun
akan meningkat (Lesmana 2001). Menurut Sucipto (2008) peningkatan suhu juga
menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh bakteri.
Suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan Nila adalah
25-30°C. pertumbuhan akan terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari
14°C atau pada suhu tinggi 38°C. Ikan Nila akan mengalami kematian pada suhu
6°C atau 42°C (Arie, 1999).
Suhu yang masih bisa ditolerir benih ikan nila dalah 15-370 C, namun ikan
nila akan tumbuh optimal pada suhu 25-300 C (Wiryanta et al, 2010). Kordi M
(2009), menjelaskan bahwa suhu berpengaruh terhadap kehidupan dan
pertumbuhan biota air. Perubahan suhu yang tinggi dapat mematikan biota
budidaya karena terjadi perubahan daya angkut darah. Kemudian peningkatan
suhu juga dapat mempengaruhi penurunan kelarutan kadar oksigen di perairan
(Effendi, 2000).
10
UNIVERSITAS DHARMAWANGSA
Menurut Lesmana (2001), suhu pada air mempengaruhi kecepatan reaksi
kimia, baik dalam media luar maupun dalam tubuh ikan.Suhu makin naik, maka
reaksi kimia akan semakin cepat, sedangkan konsentrasi gas akan semakin turun,
termasuk oksigen. Akibatnya, ikan akan membuat reaksi toleran dan tidak toleran.
Naiknya suhu, akan berpengaruh pada salinitas, sehingga ikan akan melakukan
proses osmoregulasi. Oleh karena itu ikan dari d aerah air payau akan melakukan
toleransi yang tinggi dibandingkan ikan laut dan ikan tawar.
Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu
penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu
perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan
biota air.Secara umumlaju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu,
dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila
peningkatan suhu sampaiekstrim (Kordi dan Andi,2009).
11
UNIVERSITAS DHARMAWANGSA
terlarut kurang dari 4 mg/L menimbulkan efek yang kurang menguntungkan bagi
hampir semua organisme akuatik (Effendie 2003). Pada kandungan oksigen
terlarut kurang dari 4-5 mg/L, nafsu makan ikan berkurang serta pertumbuhannya
terhambat. Kandungan oksigen terlarut yang baik dalam perairan adalah 5-7 mg/L
(Mulyanto 1992). Menurut SNI 7550 (2009) yang menyebutkan bahwa oksigen
terlarut yang optimal untuk kegiatan pembesaran ikan nila adalah ≥3 mg/L.
12
UNIVERSITAS DHARMAWANGSA
Peningkatan konsumsi pakan setelah ikan tersebut dipuasakan mengakibatkan
ikan mengalami hiperfagia yakni suatu kondisi ikan mengalami peningkatan nafsu
makan selama beberapa waktu 2-3 hari setelah ikan dipuasakan pada periode
tertentu dan nafsu makan ini akan kembali ke nafsu makan yang normal.
Peningkatan konsumsi pakan ini dapat menyebabkan pertumbuhan kompensatori
(Nikki et al., 2004).
Menurut Chatakondi dan Yant (2001), Wu et al., (2001) dalam Yuwono et
al.,(2005) efisiensi penggunaan pakan mengalami peningkatan pada ikan yang
mengalami daur ulang puasa satu hari bahkan daur tiga hari diikuti dengan
pemberian pakan kembali yang cukup. Namun, efisiensi pakan menurun jika ikan
dipuasakan lebih tiga hari (Gaylord et al., 2001 dalam Yuwono et al.,2005).
13
UNIVERSITAS DHARMAWANGSA