Makalah Zakat Wakaf Dan Pajak

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ZAKAT, WAKAF, DAN PAJAK


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
AGAMA ISLAM
Dosen Pengampu :
Dr. Winarto., M.Pdl

Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Alda Sevila Handayani NIM 22106620098
2. Nadia Dwi Ocktaviani NIM 22106620115

KELAS C
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM BALITAR
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa ada halangan yang berarti sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Dr. Winarto., M.Pdl
sebagai dosen pengampu mata kuliah Agama Islam yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna, tapi penulis tentunya
bertujuan untuk menjelaskan atau memaparkan isi dari makalah ini sesuai dengan
pengetahuan yang kami peroleh baik dari buku, maupun sumber-sumber yang
lain. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita. Bila ada kesalahan tulisan atau
kata-kata didalam makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Blitar, 26 November 2022

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................4
C. Tujuan ................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat.................................................................................6
B. Hukum Zakat......................................................................................8
C. Macam-macam Zakat.........................................................................9
D. Syarat-syarat Zakat.............................................................................9
E. Pengertian Wakaf..............................................................................11
F. Rukun dan Syarat Wakaf..................................................................13
G. Macam-macam Wakaf......................................................................14
H. Pengertian Pajak...............................................................................15
I. Karakteristik Pajak............................................................................15
J. Hukum Pajak Dalam Islam...............................................................16
BAB III PENUTUP
Kesimpulan...................................................................................................18
Saran.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pokok bahasan dalam Agama Islam adalah Zakat, Wakaf, dan Pajak.
Zakat adalah satu-satunya rukun islam yang secara spesifik berbicara tentang
pemberdayaan ekonomi umat. Wakaf adalah salah satu akad sosial yang bertujuan
untuk kesejahteraan umum. Sedangkan pajak adalah harta yang diwajibkan Allah
SWT kepada kaum muslim untuk membiayai berbagai kebutuhan dan pos-pos
pengeluaran yang memang diwajibkan atas mereka.
Zakat, Wakaf, dan Pajak sangat penting dalam menunaikan kewajiban
sebagai muslim dan warga negara yang patuh akan kewajiban. Oleh karena itu,
penulis akan memaparkan lebih jauh mengenai Zakat,Wakaf, dan Pajak dalam
makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah
ini sebagai berikut :
1. Apa itu pengertian zakat?
2. Apa hukum dalam zakat?
3. Apa saja macam-macam zakat?
4. Apa syarat-syarat zakat?
5. Apa itu pengertian wakaf?
6. apa rukun dan syarat wakaf?
7. Apa saja macam-macam wakaf?
8. Apa itu pengertian pajak dalam islam?
9. Apa saja karakteristik pajak dalam islam?
10. Apa hukum pajak dalam islam?
C. TUJUAN MASALAH
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu zakat
2. Untuk mengetahui dan memahami hukum zakat
3. Untuk mengetahui dan memahami macam-macam zakat
4. Untuk mengetahui dan memahami syarat-syarat zakat
5. Untuk mengetahui dan memahami apa itu wakaf
6. Untuk mengetahui dan memahami rukun dan syarat wakaf
7. Untuk mengetahui dan memahami macam-macam wakaf
8. Untuk mengetahui dan memahami apa itu pajak dalam islam
9. Untuk mengetahui dan memahami apa saja karakteristik pajak dalam
islam
10. Untuk mengetahui dan memahami hukum pajak dalam islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian zakat
Zakat menurut bahasa berarti nama’ (kesuburan, tumbuh dan
berkembang), thaharah (kesucian), barakah (kerkahan) dan tazkiyah,
tathhir (mengsucikan jiwa dan harta). Zakat diharapkan akan
mendatangkan kesuburan dan tumbuhnya pahala-pahala dari amal ini. Juga
diharapkan akan mengsucikan jiwa-jiwa orang yang telah berzakat
(muzakki) dan harta yang telah dizakati menjadi suci dari hal-hal yang
mengotori dari segala sesuatu yang syubhat.3 Rasulullah SAW bersabda :
Harta tidak berkurang karena sedekah (zakat), dan sedekah tidak diterima
dari penghianatan (pelaksanaan yang tidak sesuai dengan syari’at Islam).
(HR. Muslim).
Zakat juga dinamakan bersih (thaharah), karena dengan membayar
zakat harta dari seorang yang berzakat menjadi bersih dari kotoran dan
dosa yang menyertainya, yang disebabkan oleh harta yang dimiliki
tersebut, adanya hak-hak orang lain menempel padanya. Maka, apabila
tidak dikeluarkan zakatnya, harta tersebut mengandung hak-hak orang
lain, yang apabila kita menggunakannya atau memakannya berarti telah
memakan harta orang lain dan demikian hukumnya haram.
Sedangkan zakat ditinjau dari istilah adalah kadar harta yang wajib
dikeluarkan telah ditetapkan Allah SWT kepada setiap muslim yang
mampu untuk mencapai keridhaan Allah SWT, berfungsi untuk
membersihkan jiwa orang yang berzakat dan membebaskan beban orang
yang membutuhkan.
Adapun kata-kata lain dengan yang bermakna zakat dan termaktub
di dalam al-Qur’an antara lain :
1. Zakat itu sendiri sebagaimana firman Allah SWT:

“Dan dirikan sholat dan keluarkan zakat”


Qs. al Baqarah ayat: 43
2. Shadaqah (sedekah)

“Apakah mereka tidak mengetahui bahwasanya Allah menerima taubat


dari hamba-hambanya dan mengambil sedekah-sedekah (zakat).”
Qs. at-Taubah ayat: 104

“Ambillah dari harta mereka sebagai sedekah (zakat) yang akan


memersihkan harta dan jiwanya.”
Ibid, ayat : 9
3. Hak

“Makanlah sebagian dari buahnya apabila dia berbuah dan berikanlah


haknya (zakatnya) di hari menuainya”
Qs. al-An’am ayat: 14
4. Nafaqah

“Dan Orang-orang yang menyimpan emas dan perak, dan mereka tidak
menginfakkan (mengzakatinya) di jalan Allah, maka beri mereka kabar
gembira dengan azab yang pedih”
Qs. at-Taubah ayat: 34
5. Afwu

“Ambilah Afw (zakat) dan suruhlan yang ma’ruf (baik)”


6 Qs. al-A’raf ayat: 199

B. Hukum Zakat
Zakat adalah rukun Islam ketiga dari rukun Islam yang lima, ia
merupakan pilar agama yang tidak dapat berdiri tanpa menunaikan zakat.
Hukumnya wajib Ain (kewajiban individu) bagi setiap muslim apabila
telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan syari’at. Kewaiban
tersebut diisyaratkan alQur’an dan as-Sunnah serta berdasarkan ijma’
ulama. Allah SWT berfirman:

“Dan dirikan sholat dan keluarkan zakat”


Sedangkan sabda Rasulullah SAW :

“Dari Ibn Umar ra berkata: Rasulullah SAW bersabda: Islam dibangun


atas lima perkara, yaitu bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah
dan Muhammada itu utusan Allah dan mendirikan sholat dan
mengeluarkan zakat serta menunaikan haji dan menunaikan puasa
ramadhan”

Zakat bukan merupakan hibah atau pemberian, bukan pula


tabarru’atau sumbangan, tetapi ia adalah penunaian kewajiban orang-orang
yang mampu (kaya) atas hak orang miskin dan beberapa mustahiq lainnya.
Para ulama berpendapat bahwa posisi orang-orang yang fakir dan miskin
atas orang kaya sangatlah besar dan berperan penting, yaitu dilihat dari sisi
keutamaan mereka yang menjadi sebab orang-orang kaya memperoleh
pahala dengan membayar zakat tersebut.

C. Macam-Macam Zakat
1. Zakat mal
Zakat mal adalah bagian dari harta kekayaan seseorang (juga badan
hukum), yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu
setelah dimiliki dalam jangka waktu tertentu dan dalam jumlah minimal
tertentu. Zakat mal dapat berupa emas dan perak, binatang ternak, tanaman
dan buah-buahan (pertanian), harta perniagaan ( tijarah), barang tambang,
zakat hasil laut, dan zakat lain yang telah mencapai nisab dan haul.
2. Zakat Fitrah
Zakat fitrah merupakan zakat yang disyari’atkan dalam agama Islam
berupa satu sho’ dari makanan (pokok) yang dikeluarkan seorang muslim
di akhir bulan Ramadhan, dalam rangka menampakkan rasa syukur atas
nikmat-nikmat Allah SWTdalam berbuka dari puasa Ramadhan dan
penyempurnaan nya. Oleh karena itu dinamakan shodaqoh fitrah atau
zakat fithrah.

D. Syarat-Syarat Wajib Zakat


1. Kepemilikan secara sempurna
pemilik harta adalah orang diberi wewenang oleh Allah SWT pada
harta tersebut, sekalipun harta tersebut di tangan orang lain yang
menjadi pinjaman, maka akan dianggap sebagai kepemilikan
secara penuh apabila orang yang meminjam dimungkinkan untuk
mengembalikan harta tersebut.
2. Berkembang secara riil
berkembang secara riil atau dalam hitungan estimasi, yaitu dengan
pertumbuhan dan pertambahan akibat perkembangbiakan atau
pendagangan dan investasi. Sedangkan yang dimaksud dengan
estimasi adalah harta yang nilainya berkemungkinan bertambah,
seperti emas, perak dan mata uang yang semuanya memiliki
penambahan nilai dengan menperjualbelikannya.
3. Sampai nisab
Nisab adalah jumlah minimal harta yang dimiliki sebagaimana
ditetapkan oleh syari’at. Seperti nisab mata uang yang senilai 20
Dinar.
4. Melebihi dari kebutuhan pokok
Harta yang menjadi aset berkembang dimiliki secara sempurna
merupakan kelebihan dari kebutuhan pokok keluarga yang menjadi
tanggungannya.
5. Kepemilikian satu tahun (haul)
Haul adalah perputaran harta satu nisab dalam 12 bulan, harta yang
tunduk kepada zakat tersebut telah dimiliki selama satu haul secara
sempurna.
6. Terbebas dari hutang
Dari syarat kepemilikan harta sampai nisab, yang berada pada
tangan atau kekuasaan seseorang, maka haruslah terbebas dari
adanya hutang, atau harta orang lain yang mengakibatkan
sampainya kadar nisab. Karena sesungguhya harta yang dimiliki
dalam bentuk hutang adalah hak dan milik orang lain (pemberi
hutang), sedangkan peminjam (penghutang) bukanlah pemilik
utama dari harta tersebut. Maka oleh karenanya tidak ada
kewajiban kepada seseorang yang di tangannya ada harta sampai
nisab yang berupa hutang.
Golongan yang berhak menerima zakat :
1. Fakir dan miskin
2. Amil
3. Muallaf
4. Riqab
5. Gharim
6. Fi Sabilillah
7. Ibn sabil
E. Pengertian Wakaf
Wakaf menurut Bahasa Arab berarti al-habsu, yang berasal dari kata
kerja habasa-yahbisu-habsan, menjauhkan orang dari sesuatu atau
memenjarakan. Kemudian, kata ini berkembang menjadi habbasa dan
berarti mewakafkan harta karena Allah SWT. Kata wakaf sendiri berasal
dari kata kerja waqofa (fiil madi), yaqifu (fiil mudori’), waqfan (isim
masdar) yang berarti berhenti atau berdiri.
Sedangkan wakaf manurut syara’ adalah menahan harta yang mungkin
diambil manfaatnya tanpa menghabiskan atau merusakkan bendanya
(ainnya) dan digunakan untuk kebaikan. Secara terminologis fiqih tampak
diantara para ahli (fuqoha), baik Maliki, Hanafi, Syafi’i maupun Hambali
berbeda pendapat terhadap batasan pendefinisian wakaf. Realitas dan
kenyataan ini disebabkan karena adanya perbedaan landasan dan
pemahaman serta penginterpretasiannya terhadap ketentuan-ketentuan
yang ada dalam berbagai hadits yang menerangkan tentang wakaf.
Berbagai rumusan tentang definisi wakaf ditemukan dalam beberapa
literatur yang dikemukakan oleh para ulama dan cendekiawan, yaitu
sebagai berikut:
1. Menurut Abu Hanifah (Imam Hanafi), wakaf adalah suatu sedekah atau
pemberian, dan tidak terlepas sebagai milik orang yang berwakaf, selama
hakim belum memutuskannya, yaitu bila hukum belum mengumumkan
harta itu sebagai harta wakaf, atau disyaratkan dengan ta’liq sesudah
meninggalnya orang yang berwakaf. Umpamanya dikatakan: “Bila saya
telah meninggal, harta saya (rumah) ini, saya wakafkan untuk keperluan
madrasah anu”. Jadi dengan meninggalnya orang yang berwakaf barulah
harta yang ditinggalkan itu jatuh menjadi harta wakaf bagi madrasah
anutersebut.
2. Menurut Imam Syafi’i, wakaf ialah suatu ibadah yang disyariatkan.
Wakaf itu berlaku sah apabila orang yang berwakaf (waqif) telah
menyatakan dengan perkataan : “Saya telah wakafkan (waqaffu) sekalipun
tanpa diputus oleh hakim.” Bila harta telah dijadikan harta wakaf, orang
yang berwakaf tidak berhak lagi atas harta itu walaupun harta itu tetap
ditangannya, atau dengan perkataan lain walaupun harta itu
tetapdimilikinya.
3. Menurut Sayid Ali Fikri Dalam “Al Muamalatul Madiyah Wal
Adabiyah” pendapat golongan Maliki (Mazhab Maliki) tentang wakaf
adalah menjadikan menfaat benda yang dimiliki, baik berupa sewa atau
hasilnya untuk diserahkan kepada orang yang berhak, dengan bentuk
penyerahan berjangka waktu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
orang yang mewakafkan.
4. Sayid Ali Fikri menyatakan bahwa menurut pendapat golongan Hambali
(Mazhab Hambali) wakaf itu adalah menahan kebebasan pemilik harta
dalam membelanjakan hartanya yang bermanfaat dengan tetap utuhnya
harta dan memutuskan semua hak penguasaan terhadap harta itu,
sedangkan manfaatnya dipergunakan pada suatu kebaikan untuk
mendekatkan diri kepadaAllah.
5. The Shorter Encyclopaedia of Islam menyebutkan pengertian wakaf
menurut islilah Hukum Islam yaitu “to protect a thing, to prevent it from
becoming of a third person.” Artinya, memelihara suatu barang atau benda
dengan jalan menahannya agar tidak menjadi milik pihak ketiga. Barang
yang ditahan itu haruslah benda yang tetap dzatnya yang dilepaskan oleh
yang punya dari kekuasaannya sendiri dengan cara dan syarat tertentu,
tetapi dapat dipetik hasilnya dan dipergunakan untuk keperluan amal
kebajikan yang ditetapkan oleh ajaran Islam.
6. Ahmad Azhar Basyir mengemukakan bahwa wakaf berarti menahan
harta yang dapat diambil manfaatnya tanpa musnah seketika dan untuk
penggunaan yang mubah, serta dimaksudkan untuk mendapatkan
keridhaan Allah.
7. Rachmat Djatmika mengemukakan wakaf berarti menahan harta (yang
menmpunyai daya tahan lama dipakai) dan peredaran transaksi, dengan
tidak memperjualbelikannya, tidak mewariskannya, dan tidak pula
menghibahkannya, dan menyedekahkan manfaatnya untuk kepentingan
umum, dengan ini harta benda yang diwakafkan, beralih menjadi milik
Allah, bukan lagi menjadi milik wakif.
8. Dalam Ensiklopedia Islam Indonesia yang disusun oleh Tim IAIN
Syarif Hidayatullah yang diketahui oleh Harun Nasution, disebutkan
bahwa waqaf berasal dari kata waqafa yang menurut bahasa berarti
menahan atau berhenti. Dalam hukum fiqih istilah tersebut berarti
menyerahkan sesuatu hak milik yang tahan lama dzatnya kepada seseorang
atau Nadzir (penjaga wakaf) atau kepada suatu badan pengelola, dengan
ketentuan bahwa hasil atau manfaatnya digunakan pada hal-hal yang
sesuai dengan ajaran syariat Islam. Dalam hal tersebut benda yang
diwakafkan bukan lagi hak milik yang mewakafkan dan bukan pula hak
milik yang menyerahkan melainkan ia menjadi hak Allah (hak umum).
9. Rumusan dalam Pasal 215 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam (KHI)
disebutkan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau
kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda
miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan
ibadat atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam

F. Rukun Dan Syarat Wakaf


Dalam fiqih Islam dikenal ada 4 (empat) rukun atau unsur wakaf, antara
lain adalah:
1. Orang yang berwakaf (waqif)
2. Benda yang diwakafkan (mauquf)
3. Penerima wakaf (nadzir)
4. Lafaz atau pernyataan penyerahan wakaf

Pelaksanaan wakaf dianggap sah apabila terpenuhi syaratsyarat yaitu:


1. Wakaf harus orang yang sepenuhnya menguasai sebagai pemilik benda
yang akan diwakafkan. Si Wakif tersebut harus mukallaf (akil baligh) dan
atas kehendak sendiri.
2. Benda yang akan diwakafkan harus kekal zatnya, berarti ketika timbul
manfaatnya zat barang tidak rusak. Harta wakaf hendaknya disebutkan
dengan terang dan jelas kepada siapa dan untuk apa diwakafkan.
3. Penerima wakaf haruslah orang yang berhak memiliki sesuatu, maka
tidak sah wakaf kepada hamba sahaya
4. Ikrar wakaf dinyatakan dengan jelas baik dengan lisan maupun tulisan.
5. Dilakukan secara tunai dan tidak ada khiyar (pilihan) karena wakaf
berarti memindahkan wakaf pada waktu itu. Jadi, peralihan hak terjadi
pada saat ijab qobul ikrar wakaf oleh Wakif kepada Nadzir sebagai
penerima benda wakaf

G. Macam-Macam Wakaf
Menurut Ameer Ali, wakaf dibagi dalam tiga golongan yaitu:
1. Untuk kepentingan yang kaya dan yang miskin dengan tidakberbeda
2. Untuk keperluan yang kaya dan sesudah itu baru untuk yang miskin
3. Untuk keperluan yang miskin semata-mata

Menurut Ahmad Azhar Basyir golongan wakaf sebagai berikut:


1. Wakaf Ahli (keluarga atau khusus) ialah wakaf yang ditujukan kepada
orang orang tertentu, seorang atau lebih. Baik keluarga wakif atau bukan.
Misalnya: “mewakafkan buku-buku untuk anak-anak yang mampu
mempergunakan, kemudian cucu-cucunya.” Wakaf semacam ini
dipandang sah dan yang berhak menikmati harta wakaf adalah mereka
yang ditunjuk dalam pernyataan wakaf.
2. Wakaf Khairi atau wakaf umum ialah wakaf yang sejak semula
ditujukan untuk kepentingan umum, tidak dikhususkan untuk orang-orang
tertentu. Wakaf khairi ini sejalan dengan jiwa amalan wakaf yang amat
digembirakan dalan ajaran Islam, yang dinyatakan bahwa pahalanya akan
terus mengalir, sampai bila waqif telah meninggal, selagi harta wakaf
masih tetap dapat diambil manfaatnya.
H. Pengertian Pajak
Secara etimologi, pajak dalam bahasa Arab disebut dengan istilah

Dharibah, yang berasal dari kata dasar yang artinya: mewajibkan,


menetapkan, menentukan, memukul, menerangkan atau membebankan,
dan lain-lain. Sedangkan secara terminologi Dharibah adalah harta yang
dipungut secara wajib oleh negara untuk selain Al-Jizyah, dan Al-Kharaj
sekalipun keduanya secara awam bisa dikategorikan dharibah. Dalam kitab
Al Ahkam al Sulthaniyah karya Imam Al Mawardi, Kharaj diterjemahkan
dengan kata pajak, sedangkan Jizyah tidak diterjemahkan dengan pajak,
melainkan tetap disebut jizyah. Dalam kitab Shahih Abu Daud, seorang
pemungut jizyah diterjemahkan dengan seorang pemungut pajak, padahal
yang dimaksud adalah petugas jizyah. Dalam kitab Al-Umm karya Imam
Syafi’i, jizyah diterjemahkan dengan pajak. Dari berbagai penerjemahan
ini tampaknya pengertian jizyah,kharaj, dan lain-lain disatukan ke dalam
istilah pajak.

I. Karakteristik Pajak Dalam Islam


Ada beberapa ketentuan tentang pajak (dharibah) menurut syariat islam
yang sekaligus membedakannya dengan pajak dalam sitem kapitalis, yaitu:
1. Pajak (dharibah) bersifat temporer, tidak bersifat kontinu, hanya boleh
dipungut ketika di baitul mal tidak ada harta atau kurang. Ketika baitul
mal sudah terisi kembali, maka kewajiban pajak bisa dihapuskan. Berbeda
dengan zakat, yang tetap dipungut, sekalipun tidak ada lagi pihak yang
membutuhkan (mustahik).Sedangkan pajak dalam perspektif konvensional
adalah selamanya (abadi).
2. Pajak (dharibah) hanya boleh dipungut untuk pembiayaan yang
merupakan kewajiban bagi kaum muslimin dan sebatas jumlah yang
diperlukan untuk pembiayaan wajib tersebut, tidak boleh lebih. Sedangkan
pajak dalam perspektif konvensional ditujukan untuk seluruh warga tanpa
membedakan agama.
3. Pajak (dharibah) hanya diambil dari kaum muslim, tidak kaum non-
muslim. Sedangkan teori pajak konvensional tidak membedakan muslim
dan non-muslim dengan alasan tidak boleh ada diskriminasi.
4. Pajak (dharibah) hanya dipungut dari kaum muslim yang kaya, tidak
dipungut dari selainnya. Sedangkan pajak dalam perspektif konvensional,
kadangkala juga dipungut atas orang miskin, seperti PBB.
5. Pajak (dharibah) hanya dipungut sesuai dengan jumlah pembiayaan
yang diperlukan, tidak boleh lebih.
6. Pajak (dharibah) dapat dihapus bila sudah tidak diperlukan. Menurut
teori pajak konvensional, tidak akan dihapus karena hanya itulah sumber
pendapatan.

J. Hukum Pajak Dalam Islam


Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat ulama terdapat perbedaan
pendapat mengenai pajak dalam islam, yaitu:
Pendapat pertama menyatakan bahwa pajak tidak boleh dibebankan
kepada kaum muslimin karena kaum muslimin sudah dibebani kewajiban
zakat. Berdasarkan firman Allah swt dalam surat An Nisa 29: “Hai orang-
orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil.” (QS. AnNisa: 29)
Dalam ayat ini Allah melarang hamba-Nya saling memakan harta
sesamanya dengan jalan yang tidak dibenarkan. Dan pajak adalah salah
satu jalan yang batil untuk memakan harta sesamanya. Adapun dalil secara
khusus, ada beberapa hadits yang menjelaskan keharaman pajak dan
ancaman bagi para penariknya, di antaranya bahwa Rasulullah SAW
bersabda: “Sesungguhnya pelaku/pemungut pajak diadzab di neraka.” (HR
Ahmad dan Abu Dawud). Hadits inilah yang sering sekali digunakan
untuk mengharamkan memungut pajak, dan juga sebagai dalih untuk tidak
bayar pajak.Serta untuk mengharamkan apapun itu pajak. Dan
ancamannya juga tidak main-main, yaitu api neraka yang pedih.
Pendapat Kedua Para ulama menyatakan kebolehan mengambil pajak
dari kaum muslimin, jika memang negara sangat membutuhkan dana, dan
untuk menerapkan kebijaksanaan inipun harus terpenuhi dahulu beberapa
syarat. Diantara ulama yang membolehkan pemerintahan Islam mengambil
pajak dari kaum muslimin adalah Imam Ghazali, Imam Syatibi dan Imam
Ibnu Hazm. Dan ini sesuai dengan Hadis yang diriwayatkan dari Fatimah
binti Qais, bahwa dia mendengar Rasulullah saw bersabda:

" Sesungguhnya pada harta ada kewajiban/hak (untuk dikeluarkan) selain


zakat.” (HR Tirmidzi, No: 595 dan Darimi, No : 1581, di dalamnya ada rawi
Abu Hamzah (Maimun). Menurut Ahmad bin Hanbal dia adalah dho’if hadist
dan menurut Imam Bukhari dia tidak cerdas)
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Zakat, Wakaf, dan Pajak adalah kewajiban yang harus dikeluarkan/dibayarkan
oleh setiap orang yang memiliki harta (kekayaan). Zakat merupakan harta
yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim yang mampu kepada mereka yang
membutuhkan seperti fakir miskin. Wakaf adalah menahan suatu benda yang
menurut hukum tetap diwakif dalam rangka mempergunakan manfaatnya
untuk kebajikan. Sedangkan, Pajak adalah kewajiban yang harus
disetorkan/dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara.

Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
untuk itu penulis mengharapkan kepada pembaca untuk dapat memberikan
kritik dan saran demi kemajuan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Gusfahmi. Pajak Menurut Syariah. 2010 Jakarta : Rajawali Pers
Qardawi, Yusuf. Hukum Zakat. 1988, Bandung : PT Pustaka Mizan
Priantara, Diaz. 2013. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Mitra Wacana Media
Zulkifli. Memahami Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, dan Pajak. 2020, Yogyakarta
: Kalimedia

Anda mungkin juga menyukai