Pemeriksaan Sistem Persyarafan
Pemeriksaan Sistem Persyarafan
Pemeriksaan Sistem Persyarafan
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU 2023
2
Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan instruksional umum
Setelah mengikuti skill lab ini mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada
pada pasien dengan gangguan system neurologi.
C. Landasan Teori
1. Keluhan utama
1) Gangguan vaskuler
Gannguan vaskuler dapat berupa stroke baik iskemik dan hemoragik.
Pada kasus ini akan terdapat karakteristik berupa kelumpuhan anggota
badan sebelah (hemiparesis/ hemiplegi). Gejala klinis tersebut dapat
disertai dengan mual, muntah, kejang, afasia, disartria, disfagia dan
3
3) Leasig sign
Pada pemeriksaan ini, pasien yang sedang berbaring salah satu kakinya
difleksikan pada sendi panggulnya dalam keadaan lurus sampai
membentuk sudut 70 derajat. Bila ada tahanan dan rasa nyeri sebelum
atau kurang dari sudut 70 derajat, maka dikatakan leasig positif.
4) Brudzinski I
Pasien berbaring dalam sikap terlentang, dengan tangan yang ditempatkan
dibawah kepala pasien yang sedang berbaring , tangan pemeriksa yang
satu lagi sebaiknya ditempatkan didada pasien untuk mencegah
diangkatnya badan kemudian kepala pasien difleksikan sehingga dagu
menyentuh dada..Test ini adalah positif bila gerakan fleksi kepala disusul
dengan gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul kedua tungkai secara
reflektorik.
Gambar 3: Brudzinski I
5) Brudzinski II
Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan pada
sendi lutut, kemudian tungkai atas diekstensikan pada sendi panggul.
Bila timbul gerakan secara reflektorik berupa fleksi tungkai kontralateral
pada sendi lutut dan panggul ini menandakan test ini postif.
Minta klien menebak apa nama zat tersebut. Lakukan hal yang sama untuk
kedua lubang hidung klien. Ketidakmampuan untuk mengenal bau
(anosmia) dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti adanya penyakit
sinusitis, infeksi saluran nafas, tumor pada sulkus olfaktorius, meningitis,
perdarahan subarachnoid, fraktur basal tengkorak atau cedera kepala yang
mengenai serabut saraf yang melalui lamina kribrosa.
Gambar 4: Tes syaraf kranial 1
b) Lapang pandang
Pemeriksaan lapang pandang dilakukan dengan meminta klien
menutup salah satu matanya sambil menghadap lurus ke depan.
Pemeriksa menggerakkan pensil atau jari memasuki area lapang
pandang dari empat arah. Klien diminta menyebutkan kapan pensil
atau jari mulai terlihat memasuki lapang pandang. Lakukan
pemeriksaan ini pada kedua mata klien. Hasilnya kemudian
dibandingkan dengan hasil pemeriksaan si pemeriksa, yang dianggap
normal. Kerusakan retina dapat menimbulkan blind spot. Lesi saraf
8
c) Pemeriksaan papil
Pemeriksaan papil saraf optikus dapat dilakukan dengan menggunakan
optalmoskop. Dua hal yang sering ditemukan adalah papil edema
dan atropi saraf optikus. Perubahan pada papil dapat terjadi karena
tumor, infeksi atau trauma. Dapat juga terlihat eksudat, perdarahan
atau kelainan vaskuler yang ada hubungannya dengan diabetes atau
hipertensi.
Gambar 7: Tes syaraf kranial 2 (Papil edema)
melihat pita suara jika klien mengeluh gangguan suara. Trauma atau
tumor daerah foramen jugular, pembedahan leher, miastenia gravis, dan
sklerosis lateral amiotropik dapat menyebabkan gangguan pada kedua
saraf ini.
Gambar 14: Syaraf kranial IX dan X
Referensi:
Lumbantobing, S. M. (2011). Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental (Cetakan ke-
14). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Brunner, L. S. (2010). Brunner & Suddarth's textbook of medical-surgical nursing (Vol. 1). S. C.
C. Smeltzer, B. G. Bare, J. L. Hinkle, & K. H. Cheever (Eds.). Lippincott Williams & Wilkins.
Nama Mahasiswa:
NMPM :
Penguji :
Tgl Ujian :
NILAI BOBOT X
NO KEGIATAN BOBOT
(10-100) NILAI
1 Anamnesa sesuai kasus 1
2 Pemeriksaan kesadaran kulaitatif 3
3 Pemeriksaan GCS 3
4 Pemeriksaan kaku kuduk 1
5 Pemeriksaan kernig 1
6 Pemeriksaan leasig 1
7 Pemeriksaan bruzinki I 1
8 Pemeriksaan bruzinki II 1
9 Pemeriksaan saraf cranial a 1
10 Pemeriksaan saraf cranial b 1
11 Pemeriksaan saraf cranial c 1
JUMLAH
Nilai = ……………………………
Penguji,
(…………………………………………….)