0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
188 tayangan110 halaman

238 18019 Elfiramaulita Kti

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 110

ANALISIS INTERVENSI MENGAJARKAN CARA BERSOSIALISASI :

BERKENALAN DENGAN ORANG LAIN PADA PASIEN YANG


MENGALAMI ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT
JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN
JAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH

ELFIRA MAULITA

NIRM. 18019

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA


JAKARTA
2021
ANALISIS INTERVENSI MENGAJARKAN CARA BERSOSIALISASI :
BERKENALAN DENGAN ORANG LAIN PADA PASIEN YANG
MENGALAMI ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT
JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN
JAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahlimadya Keperawatan
Program Diploma Tiga Keperawatan

ELFIRA MAULITA

NIRM. 18019

PROGRAM DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA
JAKARTA
2021
KARYA TULIS ILMIAH

Judul

ANALISIS INTERVENSI MENGAJARKAN CARA BERSOSIALISASI :


BERKENALAN DENGAN ORANG LAIN PADA PASIEN YANG
MENGALAMI ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT
JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN
JAKARTA

Dipersiapkan dan disusun oleh :

ELFIRA MAULITA

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 14 Agustus 2021

DEWAN PENGUJI

Pembimbing Utama : Sri Atun Wahyuningsih, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.J ( )

Ketua Dewan Penguji : Ricky Riyanto Iksan, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom ( )

Anggota Penguji I : Khumaidi, Ns.,M.Kep.Sp.Kep.MB ( )


SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME

Saya yang bertanggung jawab di bawah ini dengan sebenarnya

menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini, saya susun tanpa tindak plagiarisme

sesuai peraturan yang berlaku di Akademi Keperawatan PELNI Jakarta. Jika

dikemudian hari saya melakukan tindak plagiarisme, saya sepenuhnya akan

bertanggung jawab dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Akademi

Keperawatan PELNI Jakarta, termasuk pencabutan gelar dan ijazah yang saya

terima.

Jakarta, 14 Agustus 2021

Peneliti

Elfira Maulita

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Elfira Maulita Nirm 18019 dengan judul “Analisis

Intervensi Mengajarkan Cara Bersosialisasi: Berkenalan Dengan Orang Lain Pada

Pasien Yang Mengalami Isolasi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto

Heerdjan Jakarta” telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Jakarta, 14 Agustus 2021

Mengetahui,

Pembimbing

Sri Atun Wahyuningsih, Ns,M.Kep.,Sp.Kep.J


NIDN : 0315076910

ii
ABSTRAK

Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat berinteraksi


dengan orang lain, tidak mampu dan tidak mau bersosialisasi dengan orang lain.
Intervensi berkenalan dengan orang lain yaitu salah satu upaya terapi non
farmakologi, latihan yang digunakan untuk mempertahankan dan memperbaiki
tingkat sosialisasi. Penelitian ini bertujuan untuk teridentifikasi pengaruh
intervensi berkenalan dengan orang lain terhadap tingkat sosialisasi pada pasien
dengan masalah isolasi sosial. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan
pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berkenalan dengan
orang lain di nilai dengan Pretest dan Postest. Adanya perubahan tingkat
sosialisasi setelah dilakukan intervensi berkenalan dengan orang lain dari tingkat
sosialisasi tidak baik menjadi cukup baik. Dibuktikan dengan hasil responden
pertama mengalami peningkatan, sebelum dilakukan intervensi hasil skor 24
menjadi 31, responden kedua mengalami peningkatan sosialisasi, sebelum
dilakukan intervensi hasil skor 23 menjadi 40. Kesimpulan dari penelitian ini
penerapan intervensi berkenalan dengan orang lain berpengaruh terhadap tingkat
sosialisasi, dibuktikan dengan data karakteristik pasien isolasi sosial yaitu usia,
jenis kelamin, dan interaksi seperti faktor jarang berbicara dengan orang lain dan
skor tingkat sosialisasi, hal ini menunjukkan semakin sering melakukan intervensi
berkenalan dengan orang lain dapat mempengaruhi tingkat sosialisasi pada pasien
isolasi sosial.

Kata Kunci : Berkenalan; Bersosialisasi; Interaksi; Isolasi sosial; Tingkat

Sosialisasi

iii
ABSTRACT

Social isolation is a situation where a person can not interact with other people,
unable and unwilling to socialize wither others. Intervention to get to know other
people is one of the non-pharmacological therapy efforts, excercises that are
carried out to maintain or improve the level of socialization. This study aims to
determine the effect of intervention of getting to know other people on the level of
socialization in patients with social isolation problems. This type of research is
descriptive with a case study approach. The result showed that getting to know
other people was assessed with the Pretest and Posttest scores. There is a change
in the level of socialization after the intervention to get to know other people from
not good socialization level to good enough. Evidenced by the results of the first
respondent has increased, before intervention the score is 24 becomes 31, second
respondent experienced increased socialization, before intervention the score 23
becomes 40. The conclusion of this study is that application of intervention get to
know other people has an effect in the level of socialization, as evidenced by the
data on the characteristics of social isolation patient, namely age, gender and
interactions such as factors that rarely talk to other people and the score of the
level socialization, this shows that the more frequent the intervention getting to
know other people can be carried out affect the level of socialization in social
isolation patients.

Keyword : Get to Know; Interaction; Socialize; Social Isolation;

Socialization Levels

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini dengan judul “Analisis Intervensi Mengajarkan Cara Bersosialisasi :

Berkenalan Dengan Orang Lain Pada Pasien Yang Mengalami Isolasi Sosial di

Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta”. Rangkaian penyusunan

laporan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi

untuk mencapai gelar Ahlimadya Keperawatan di Akademi Keperawatan PELNI

Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak/Ibu/Saudara yang

saya hormati yaitu :

1. Ahmad Samdani.,SKM.,MPH, Ketua YAYASAN SAMUDRA APTA

2. Dr. Desmiarti, SpKJ.,MARS, Direktur Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto

Heerdjan Jakarta

3. Buntar Handayani, S.Kp.,M.Kep.,MM, Direktur Akademi Keperawatan

PELNI Jakarta

4. Sri Atun Wahyuningsih, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.J, Ketua Program Studi

Diploma III Keperawatan PELNI Jakarta, Pembimbing Karya Tulis Ilmiah

5. Ricky Riyanto Iksan,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom, Ketua Dewan Penguji

Karya Tulis Ilmiah

6. Khumaidi,Ns.,M.Kep,Sp.Kep.MB, Anggota Penguji I Karya Tulis Ilmiah

v
7. Para Dosen dan Tenaga Kependidikan Akademi Keperawatan PELNI

Jakarta yang telah memberikan dukungan dan do’a serta ilmu yang sangat

bermanfaat.

8. Kedua orang tua, saudara, keluarga dan teman-teman yang telah

memberikan semangat, do’a dan dukungannya untuk menyelesaikan

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Teman-teman Akademi Keperawatan PELNI Jakarta angkatan XXIII yang

sama-sama sedang berjuang, memberi dukungan dan do’a satu sama lain

dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

masih banyak kekurangan, masukan dan saran diharapkan dari semua

pihak. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk kemajuan

ilmu keperawatan.

Jakarta, 14 Agustus 2021

Elfira Maulita

vi
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME ......................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
ABSTRACT .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR SKEMA ................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xii
LEMBAR HADIR OPPONENT....................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 8
1. Orang Dengan Gangguan Jiwa ........................................................ 8
2. Isolasi Sosial .................................................................................... 8
a. Pengertian ................................................................................. 8
b. Rentang Respon Neurobiologis ................................................ 9
c. Etiologi ................................................................................... 11
d. Manifestasi Klinis................................................................... 15
e. Mekanisme Koping ................................................................ 16
f. Komplikasi ............................................................................. 16
g. Penatalaksanaan...................................................................... 17
h. Peran dan fungsi Perawat Jiwa ............................................... 20
3. Asuhan Keperawatan ..................................................................... 23
a. Pengkajian .............................................................................. 23
b. Diagnosis keperawatan pada pasien isolasi sosial .................. 25
c. Rencana tindakan keperawatan pada pasien isolasi sosial ..... 26

vii
d. Implementasi .......................................................................... 31
e. Evaluasi .................................................................................. 33
4. Kerangka Konsep .......................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ................................................................................ 36
B. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 36
C. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 38
D. Definisi Operasional ........................................................................... 38
E. Instrumen Penelitian ........................................................................... 39
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 40
G. Analisa Data ....................................................................................... 41
H. Etika Penelitian .................................................................................. 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 46
B. Pembahasan ........................................................................................ 52
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan......................................................................................... 56
B. Saran ................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 58

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Gejala dan tanda mayor isolasi sosial …………………………. 15


Tabel 2.2 Gejala dan tanda minor isolasi sosial ………………………….. 15
Tabel 3.1 Definisi operasional …………………………………………… 39
Tabel 4.1 Distribusi karakteristik responden …………………………….. 46
Tabel 4.2 Distribusi pertemuan pertama …………………………………. 47
Tabel 4.3 Distribusi pertemuan kedua ………………………………….…49
Tabel 4.4 Distribusi pertemuan ketiga …………………………………….50
Tabel 4.5 Distribusi pertemuan keempat ………………………………….51
Tabel 4.6 Distribusi hasil responden ………………………………...........52

ix
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Rentang respon isolasi sosial ……………………………….... 9


Skema 2.2 Kerangka konsep …………………………………………...... 35

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Surat Keterangan Plagiarisme

Lampiran 3. Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian

Lampiran 4. Lembar Persetujuan

Lampiran 5. Lembar Wawancara

Lampiran 6. Kuesioner (Sebelum diberikan intervensi)

Lampiran 7. Kuesioner (Setelah diberikan intervensi)

Lampiran 8. Lembar Observasi

Lampiran 9. Strategi Pelaksanaan

Lampiran 10. Dokumentasi

Lampiran 11. Surat Lulus Etik

Lampiran 12. Daftar Riwayat Hidup

xi
DAFTAR SINGKATAN

KEMENKES RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

ODGJ : Orang Dengan Gangguan Jiwa

ODMK : Orang Dengan Masalah Kejiwaan

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

TUK : Tujuan Khusus

TUM : Tujuan Umum

SDKI : Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

WHO : World Health Organization

TAK : Terapi Aktivitas Kelompok

SP : Strategi Pelaksanaan

TAKS : Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

SOAP : Subjek Objektif Analisa Perencanaan

xii
LEMBAR HADIR OPPONENT

Nama : Elfira Maulita


Nirm : 18019
Nama
No Hari/Tgl Mahasiswa Judul TTD KDP
Sidang
1 Jum’at, Aprilia Sari
Pengembangan SOP Pemberian Ekstra
23 April Virgin Minyak Zaitun Untuk Mencegah
2021 Dekubitus Pada Pasien Stroke Non
Hemoragik
2 Senin, 7 Ardina Marwah Analisis Intervensi Pendidikan
Juni 2021 Kesehatan Pemanfaatan Obat Secara
Benar Pada Pasien Halusinasi di Rumah
Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan
Jakarta
3 Jumat, 3 Putri Ananda Analisis Intervensi Fungsi Keluarga
September Salsabila Dalam Penerapan Asuhan Keperawatan
2021 Pada Pasien Stroke di Wilayah
Puskesmas Kelurahan Meruya Utara
Jakarta Barat
4 Kamis, 9 Syifa Mufida Pengembangan SOP Pemberian
September Kompres Bawang Merah Terhadap
2021 Penurunan Suhu Tubuh Anak di era
Pandemi Covid-19

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan jiwa

merupakan sebagai seseorang yang merasa sehat dan bahagia, mampu

menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima orang lain sebagaimana

seharusnya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.

Kesehatan jiwa juga merupakan kondisi dimana seorang individu dapat

berkembang secara fisik, mental, spriritual, dan sosial sehingga individu

tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat

bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk

komunitasnya (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Kesehatan jiwa sebagai

suatu pengendalian diri dalam menghadapi stressor di lingkungan sekitar

dengan selalu berfikir positif dalam keselarasan tanpa adanya tekanan fisik,

psikologis, secara internal maupun eksternal yang mengarah pada kestabilan

emosi (Nasir dan Mutmuhidh, 2011).

Kategori kondisi kesehatan jiwa seseorang terbagi menjadi 2 yaitu

ODMK dan ODGJ. Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) merupakan

orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan

perkembangan atau kualitas hidup sehingga memiliki resiko gangguan jiwa.

Sedangkan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) merupakan orang yang

mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang

1
2

termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala atau perubahan yang

bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam

menjalankan fungsi atau organ manusia (Kementrian Kesehatan RI, 2018).

Gangguan jiwa merupakan bentuk dari penyimpangan perilaku akibat

adanya penyimpangan emosi sehingga ditemukan adanya ketidakwajaran

dalam bertingkah laku. Gangguan jiwa merupakan gangguan otak yang

ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku dan persepsi.

Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita dan

keluarganya (Stuart, 2016). Gangguan jiwa dapat dibedakan menjadi dua

yaitu gangguan mental emosional dan gangguan jiwa berat. Gangguan jiwa

berat dikenal juga dengan sebutan psikosis, salah satunya skizofrenia.

Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan

penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas

(halusinasi atau waham), efek yang tidak wajar atau tumpul, gangguan

kognitif (tidak mampu berpikir abstrak) serta mengalami kesukaran

melakukan aktivitas sehari-hari (Afnuhazi, 2015). Skizofrenia juga

merupakan gangguan jiwa yang kompleks karena penyakit ini mempengaruhi

esensi identitas otak dan fungsi paling kompleks yang dimediasi oleh otak,

yang dapat mengakibatkan seseorang mengalami gangguan kognitif, persepsi,

emosi perilaku dan sosialisasi (Townsend, 2015). Salah satu gejala negatif

skizofrenia adalah menarik diri dari pergaulan sosial atau biasa disebut isolasi

sosial.
3

Isolasi sosial merupakan keadaan seseorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang

lain di sekitarnya (Endang, 2015). Isolasi sosial dapat disebabkan karena

orang tersebut mengalami frustasi, harga diri rendah, dan kurangnya

komunikasi dalam keluarga. Pasien dengan isolasi sosial mengalami

gangguan dalam berinteraksi dan mengalami perilaku yang tidak ingin

berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri dan

menghindar dari orang lain atau lingkungan sekitarnya (Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia, 2016).

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak lepas dari sebuah

keadaan yang bernama interaksi dan senantiasa melakukan hubungan dan

pengaruh timbal balik dengan manusia yang lain dalam rangka memenuhi

kebutuhan dan mempertahankan kehidupannya. Dalam mengatasi masalah

gangguan interaksi pada pasien gangguan jiwa khususnya pasien isolasi sosial

dapat dilakukan upaya-upaya tindakan keperawatan bertujuan untuk melatih

klien melakukan interaksi sosial sehingga klien merasa nyaman ketika

berhubungan dengan orang lain. Salah satu tindakan keperawatan tersebut

yaitu bersosialisasi berkenalan dengan orang lain.

Berdasarkan penelitian World Healthy Organization (WHO) prevalensi

gangguan jiwa di seluruh dunia pada tahun 2019, terdapat 264 juta orang

mengalami depresi, 45 juta orang menderita gangguan bipolar, 50 juta orang

mengalami demensia, dan 20 juta orang mengalami skizofrenia. Serta

pravelensi gangguan jiwa di seluruh dunia pada tahun 2016 terdapat sekitar
4

35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang

terkena skizofrenia, serta 47,5 juta orang terkena dimensia.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari Kementrian Kesehatan

Indonesia tahun 2018, menunjukkan bahwa prevalensi skizofrenia/psikosis di

Indonesia sebanyak 7% per 1000 rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa

dari 1000 rumah tangga, terdapat 70 rumah tangga yang mempunyai anggota

rumah tangga (ART) dengan pengidap skizofrenia/psikosis berat.

Berdasarkan catatan Kemenkes RI pada tahun 2019, prevalensi gangguan

kejiwaan tertinggi terdapat di Provinsi Bali dan DI Yogyakarta dengan

masing-masing prevalensi menunjukkan angka 11,1% dan 10,4% per 1000

rumah tangga yang memiliki ART pengidap skizofrenia. Selanjutnya diikuti

oleh provinsi-provinsi lain diantaranya : Provinsi Nusa Tenggara Barat,

Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Aceh, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah,

Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat secara berurutan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Metias Prabowo (2020) dengan

judul Latihan Peningkatan Interaksi Sosial Pada Pasien Isolasi Sosial di

Komunitas atau Masyarakat Kabupaten Magelang. Peneliti melakukan

intervensi pada 2 responden yaitu Tn. R dan Tn. S. Fokus penelitian peneliti

itu penerapan latihan dengan strategi pelaksanaan pertama, kedua dan ketiga

dan menekankan lebih lanjut pada terapi melatih peningkatan interaksi sosial

dengan tujuan meningkatkan klien agar dapat berinteraksi dengan baik dan

benar terhadap orang lain dan memiliki rasa percaya diri saat berinteraksi atau

bergaul dengan orang lain disekitarnya. Kesimpulan yang diperoleh setelah


5

diberikan latihan peningkatan interaksi sosial pada Tn.R dan Tn.S sudah

teratasi dan mengalami pengingkatan sosialisasi secara bertahap. Peneliti

memprioritaskan masalah isolasi sosial sebagai diagnosa utama klien. Dalam

menangani klien dengan isolasi peneliti melakukan latihan interaksi sosial

pada Tn.R dan Tn.S yang dilakukan selama 6 kali pertemuan dengan

menggunakan strategi pelaksaan satu, dua, dan tiga.

Berdasarkan angka kejadian sesuai dengan pengalaman dinas di Rumah

Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan pada tanggal 30 November 2020 sampai 4

Desember 2020 didapatkan pasien dengan gangguan sensori persepsi yaitu

halusinasi sebanyak 70%, pasien dengan defisit perawatan diri sebanyak 8%,

pasien dengan harga diri rendah sebanyak 2%, pasien dengan risiko perilaku

kekerasan sebanyak 15%, dan pasien dengan isolasi sosial sebanyak 5%,

peneliti menemukan pasien gangguan jiwa yang mengalami isolasi sosial

terdapat pasien yang tidak dapat berinteraksi dengan orang lain.

Berdasarkan angka kejadian dan dampak yang ditimbulkan gangguan

jiwa isolasi sosial dengan ini perawat memiliki kewajiban untuk

meningkatkan derajat sosialisasi pada pasien isolasi sosial agar dapat

berinteraksi dengan orang lain dan menghindarkan agar tidak terjadi dampak

negatif yang berkepanjangan. Terkait fenomena diatas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul analisis intervensi mengajarkan cara

bersosialisasi berkenalan dengan orang lain pada pasien isolasi sosial di

Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.


6

B. Rumusan Masalah

Pasien Skizofrenia dengan diagnosis keperawatan isolasi sosial

sebanyak 5%, sebagian besar pasien tidak dapat bersosialisasi dan mengalami

kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain. Berdasarkan latar belakang

masalah tersebut maka disimpulkan rumusan masalah yaitu “Bagaimana

penerapan tindakan dengan cara bersosialisasi berkenalan dengan orang lain

pada pasien dengan isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan

Jakarta”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Teridentifikasi pengaruh intervensi bersosialisasi berkenalan dengan

orang lain pada pasien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto

Heerdjan Jakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Teridentifikasinya karakteristik responden pada pasien isolasi sosial

di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.

b. Teridentifikasinya mampu bersosialisasi atau tidak pada pasien

isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.

c. Teridentifikasinya hasil sebelum dan sesudah dilakukannya

intervensi berkenalan dengan orang lain pada pasien isolasi sosial di

Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.


7

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pasien

Meningkatkan interaksi sosial pada orang lain bagi pasien yang

mengalami isolasi sosial.

2. Bagi Tempat Penelitian

Dapat mengembangkan metode mengajarkan cara bersosialisasi pada

pasien yang mengalami isolasi sosial. Sebagai salah satu cara untuk

meningkatkan sosialisasi pada pasien isolasi sosial.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil intervensi ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber dalam

pembaharuan intervensi terhadap pasien isolasi sosial yang mengalami

masalah dengan sosialisasi dengan cara berkenalan dengan orang lain.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Orang Dengan Gangguan Jiwa
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) adalah orang yang

mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang

termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan

perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan

hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia (Kementrian

Kesehatan RI, 2014).

Gangguan jiwa merupakan gejala dari bentuk penyimpangan

perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran

dalam bertingkah laku. Hal itu terjadi karena menurunnya semua fungsi

kejiwaan. Gangguan jiwa merupakan gangguan otak yang ditandai oleh

terganggunya emosi, proses berfikir, perilaku, dan persepsi (Stuart,

2016).

2. Isolasi Sosial
a. Pengertian
Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seorang individu

mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu

berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa

ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina

hubungan yang berarti dengan orang lain (Kusnadi, 2018).

8
9

Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (Tim Pokja

SDKI DPP PPNI, 2016) Isolasi sosial merupakan ketidakmampuan

untuk membina hubungan yang erat, hangat, terbuka, dan

interdependen dengan orang lain.

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari

interaksi dengan orang lain atau menghindari hubungan dengan

orang lain. Penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan

melepaskan diri baik perhatian ataupun minatnya terhadap

lingkungan sosial secara langsung dan dapat bersifat sementara

ataupun menetap. Jadi menarik diri merupakan keadaan dimana

seseorang menentukan kesulitan dalam membina hubungan dan

menghindari interaksi dengan orang lain secara langsung yang dapat

bersifat sementara atau menetap (Abdul Muhith, 2015).

b. Rentang Respon Neurobiologis

Skema 2.1., Rentang respon isolasi sosial

Respon adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Kesendirian Manipulasi

Otonomi Mengisolasi diri Impulsif

Kebersamaan Ketergantungan Narkisme

Saling tergantung

Sumber : (Stuart, 2016)


10

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan

masalah yang masih dapat diterima oleh norma sosial dan budaya

yang umum berlaku, respon ini meliputi :

1) Solitute (Menyendiri) : Solitut atau menyendiri merupakan respon

yang dibutuhkan seorang untuk merenung apa yang telah

dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara untuk

menentukan langkahnya.

2) Otonomi : kemampuan individu untuk menentukan dan

menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.

3) Kebersamaan (Mutualisme) : Perilaku saling ketergantungan

dalam membina hubungan interpersonal.

4) Saling ketergantungan (Interdependen) : Suatu kondisi dalam

hubungan interpersonal dimana hubungan tersebut mampu untuk

saling memberi dan menerima.

Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan

masalah yang menyimpang dari norma sosial dan budaya

lingkungannya, respon yang sering ditemukan meliputi :

1) Mengisolasi diri : Gangguan yang terjadi apabila seseorang

memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lain untuk

mencari ketenangan sementara waktu.

2) Manipulasi : Individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau

pada tujuan bukan berorientasi pada orang lain. Tidak dapat dekat

dengan orang lain.


11

3) Ketergantungan : Individu gagal mengembangkan rasa percaya

diri dan kemampuan yang dimiliki.

4) Impulsif : Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan

sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, mempunyai

penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.

5) Narkisme : Harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan

dan pujian, sikap egosentris, pencemburu, marah bila orang lain

tidak mendukung (Deden & Rusdi, 2013).

c. Etiologi

Gangguan ini terjadi akibat adanya faktor predisposisi dan faktor

prespitasi. Kegagalan pada gangguan ini akan menimbulkan

ketidakpercayaan pada individu, menimbulkan rasa pesimis, ragu,

takut salah, tidak percaya pada orang lain dan merasa tertekan.

Keadaan yang seperti ini akan menimbulkan dampak seseorang tidak

ingin untuk berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri, lebih

suka berdiam diri dan tidak mementingkan kegiatan sehari hari (

Direja, 2011).

1) Faktor Predisposisi

Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya

perilaku isolasi sosial

a) Faktor perkembangan

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari

masa bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus


12

seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial

mengisolasi diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat

mempengaruhi terjadinya mengisolasi diri. Organisasi

anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profesional

untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang

hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga.

Pendekatan kolaboratif sewajarnya dapat mengurangi masalah

respon sosial.

b) Faktor komunikasi dalam keluarga

Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor

pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.

c) Faktor sosial budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial

merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam

hubungan sosial.

d) Faktor biologis

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial

maladaptif. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung

gangguan jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi,

pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak

serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan

skizofrenia.
13

e) Faktor Sosiokultural

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan

berhubungan. Ini merupakan akibat dari norma yang tidak

mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak

menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif,

seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi

dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem

nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.

Harapan yang tidak realitis terhadap hubungan merupakan

faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini (Deden &

Rusdi, 2013).

2) Faktor Presipitasi

Menurut (Stuart, 2016) ada beberapa faktor presipitasi yang

dapat menyebabkan seseorang mengisolasi diri. Faktor-faktor

tersebut dapat berasal dari berbagai stresor antara lain :

a) Stressor sosiokultural

Salah satu stresor sosial budaya adalah ketidakstabilan

keluarga. Perceraian adalah penyebab yang umum terjadi.

Mobilitas dapat memecahkan keluarga besar, merampas

orang yang menjadi sistem pendukung yang penting pada

semua usia. Kurang kontak yang terjadi antara generasi.

Tradisi, yang menyediakan hubungan yang kuat dengan masa

lalu dan rasa identitas dalam keluarga besar, sering kurang


14

dipertahankan ketika keluarga terfregmentasi. Ketertarikan

pada etnis dan ”budaya” mencerminkan upaya orang yang

terisolasi untuk menghubungkan dirinya dengan identitas

tertentu.

b) Stressor psikologik

Tingkat ansietas yang tinggi mengakibatkan gangguan

kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.

Kombinasi ansietas yang berkepanjangan atau terus menerus

dengan kemampuan koping yang terbatas dapat

menyebabkan masalah hubungan yang berat. Orang dengan

gangguan kepribadian borderline kemungkinan akan

mengalami tingkat ansietas yang membuatnya tidak mampu

dalam menanggapi peristiwa kehidupan yang memerlukan

peningkatan otonomi dan pemisahan contohnya lulus dari

sekolah, pernikahan pekerjaan. Orang yang memiliki

gangguan kepribadian narsistik cenderung mengalami

ansietas yang tinggi, dan menyebabkan kesulitan

berhubungan, ketika orang berarti tidak memadai lagi

memperhatikan untuk memelihara harga diri seseorang yang

rapuh.
15

d. Manifestasi Klinis

Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI

DPP PPNI, 2016) tanda dan gejala isolasi sosial sebagai berikut :

1) Tanda dan gejala Mayor isolasi sosial

Tabel : 2.1., Gejala dan tanda mayor isolasi sosial

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
Merasa ingin sendiri Menarik diri
Merasa tidak aman di tempat umum Tidak berminat/menolak
berinteraksi dengan orang lain
atau lingkungan
Sumber : (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
2) Tanda dan gejala Minor

Tabel 2.2., Gejala dan tanda minor isolasi sosial

Gejala dan tanda Minor


Subjektif Objektif
Merasa berbeda dengan orang lain Afek datar
Merasa asik dengan pikiran Afek sedih
sendiri
Merasa tidak mempunyai tujuan Riwayat ditolak
yang jelas
Menunjukkan permusuhan

Tidak mampu memenuhi harapan


oarang lain
Kondisi difabel

Tindakan tidak berarti

Tidak ada kontak mata

Perkembangan terlambat

Tidak bergairah/lesu

Sumber : (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)


16

e. Mekanisme Koping

Mekanisme koping digunakan pasien sebagai usaha mengatasi

kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam

dirinya. Kecemasan koping yang sering digunakan adalah regresi,

represi dan isolasi. Sedangkan contoh sumber koping yang dapat

digunakan misalnya keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam

keluarga dan teman, hubungan dengan hewan peliharaan,

menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal

seperti kesenian, musik, atau tulisan (Deden & Rusdi, 2013).

f. Komplikasi

Pasien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan

dan tingkah laku masa lalu primitif antara lain pembicaraan yang

autistik dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan,

sehingga berakibat lanjut menjadi risiko gangguan sensori persepsi:

halusinasi, mencederai diri sendiri, orang lain serta lingkungan dan

penurunan aktivitas sehingga dapat menyebabkan defisit perawatan

diri (Deden & Rusdi, 2013).


17

g. Penatalaksanaan

1) Terapi individu

Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan dengan

pendekatan strategi pelaksanaan (SP) pada pasien dapat dilakukan

sebagai berikut :

a) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada pasien :

Pengkajian isolasi sosial, dan melatih bercakap-cakap antara

pasien dan keluarga

(1) Membina hubungan saling percaya

(2) Membantu pasien menyadari masalah isolasi sosial

(3) Melatih bercakap-cakap secara bertahap antara pasien dan

anggota keluarga

b) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada pasien :

Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 2

orang lain), latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan

harian.

(1) Mengevaluasi tanda dan gejala isolasi sosial

(2) Memvalidasi kemampuan berkenalan (berapa orang)

(3) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan

kegiatan harian (latih 2 kegiatan)

(4) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan

berkenalan 2-3 orang


18

c) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien :

Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 4-5

orang), latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan

harian baru.

(1) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial

(2) Validasi kemampuan berkenalan (berapa orang) dan bicara

saat melakukan dua kegiatan harian

(3) Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan

(4) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan

kegiatan harian (latih 2 kegiatan baru)

(5) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan 4-5 orang

d) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada pasien :

(1) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial

(2) Validasi kemampuan berkenalan (beberapa orang) dan

bicara saat melakukan empat kegiatan harian

(3) Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan

(4) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan

kegiatan sosial

2) Terapi kelompok

Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang

dilakukan sekelompok pasien bersama sama dengan jalan

berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh


19

seorang therapis atau petugas kesehatan jiwa. Terapi ini bertujuan

memberi stimulus bagi pasien dengan gangguan interpersonal.

Terapi aktivitas kelompok : sosialisasi TAKS merupakan

suatu rangkaian kegiatan yang sangat penting dilakukan untuk

membantu dan memfasilitasi klien isolasi sosial untuk mampu

bersosialisasi secara bertahap melalui tujuh sesi untuk untuk

kemampuan sosialisasi klien. Ketujuh sesi tersebut diarahkan pada

tujuan khusus TAKS, yaitu : kemampuan memperkenalkan diri,

kemampuan berkenalan, kemampuan bercakap-cakap,

kemampuan menyampaikan dan membicarakan topik tertentu,

kemampuan menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan

TAKS. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan TAKS yaitu :

tahap persiapan, orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi dengan

menggunakan metode dinamika kelompok, diskusi atau tanya

jawab serta bermain peran stimulasi (Surya, 2012).

Terapi aktivitas kelompok berfokus untuk menyadarkan

pasien, meningkatkan hubungan interpersonal, membuat

perubahan atau ketiganya (Keliat & Akemat, 2005 cit Handayani

et.,al, 2013).

3) Terapi lingkungan

Menurut Rusdi (2013), manusia tidak dapat dipisahkan dari

lingkungan sehingga aspek lingkungan harus mendapatkan

perhatian khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan memelihara


20

kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat dengan stimulus

psikologis seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan,

karena lingkungan tersebut akan memberikan dampak baik pada

kondisi fisik maupun kondisi psikologis seseorang.

h. Peran dan fungsi Perawat Jiwa

1) Peran perawat

Peran perawat kesehatan jiwa sangat bervariasi dan spesifik

adapun peranan perawat jiwa memiliki aspek kolaborasi dan

kemandirian diantaranya, yaitu (Dalami, 2010).

a) Pelaksana asuhan keperawatan

Perawat sebagai pelaksana asuhan kperawatan memberikan

pelayanan kepada individu, keluarga dan komunitas. Dalam

melaksanakan perannya sebagai perawat, perawat

menggunakan konsep perilaku manusia, perkembangan

kepribadian dan konsep kesehatan jiwa serta gangguan jiwa.

Perawat menjalankan asuhan keperawatan secara menyeluruh

melalui pendekatan proses keperawatan jiwa, yaitu

pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan, perencanaan

tindakan keperawatan, dan melaksanakan tindakan

keperawatan serta evaluasi terhadap tindakan tersebut.

b) Pelaksana pendidikan keperawatan

Perawat menjalankan tugasnya sebagai pelaksana

pendidikan kesehatan jiwa secara menyeluruh agar individu,


21

kelurga dan komunitas dapat melakukan perawatan untuk

dirinya sendiri, keluarga dan anggota keluarga yang lain.

Sehingga setiap masyarakat diharapkan dapat

bertanggungjawab terhadap kesehatan jiwa.

c) Pengelola keperawatan

Perawat harus mampu menjadi pemimpin yang

bertanggungjawab dalam mengelola asuhan keperawatan jiwa.

Perawat juga diminta untuk menerapkan teori manajemen dan

kepemimpinan. Serta dapat berperan aktif dalam pengelolaan

kasus dan mengorganisir kegiatan terapi modalitas

keperawatan.

d) Pelaksana penelitian

Perawat sebagai pelaksana penelitian diharapkan mampu

mengidentifikasi masalah yang terjadi di bidang keperawatan

jiwa dan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan

keperawatan jiwa diharapkan dapat menggunakan hasil

penelitian dan perkembangan ilmu dan teknologi yang

tersedia.

2) Fungsi perawat jiwa

Memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan tidak

langsung adalah fungsi perawat jiwa (Erlinafsiah, 2010). Fungsi

tersebut dapat dicapai melalui aktifitas perawat jiwa, yaitu :


22

a) Memberikan lingkungan terapeutik yaitu lingkungan yang

dibuat nyaman secara fisik, mental dan sosial sehingga dapat

membantu proses penyembuhan pasien.

b) Bekerja untuk mengatasi masalah pasien “here and now” yaitu

disaat sedang membantu mengatasi masalah dengan segera dan

tidak menunda yang dapat mengakibatkan terjadinya masalah

yang lainnya.

c) Sebagai model peran yaitu saat sedang membantu pasien

menjadikan diri sebagai peraga seperti memberikan contoh

perilaku.

d) Memperdulikan segi fisik dari masalah kesehatan pasien adalah

hal yang sangat penting. Perawat harus melakukan pengkajian

biologis secara menyeluruh kepada pasien sebagai identifikasi

dini adanya penyakit fisik sehingga dapat diatasi dengan cepat

dan tepat.

e) Memberikan pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada

pasien, keluarga dan komunitas yang mencakup pendidikan

kesehatan jiwa, gangguan jiwa, ciri-ciri sehat jiwa, penyebab

gangguan jiwa, ciri-ciri gangguan jiwa, fungsi dan tugas

keluarga, dan upaya perawatan pasien gangguan jiwa.

f) Sebagai perantara sosial yaitu perawat berfungsi sebagai

perantara antara pihak satu dengan lainnya dalam melakukan

pelayanan pemecahan masalah pasien.


23

g) Kolaborasi dengan tim lain yaitu perawat membantu pasien

untuk kolaborasi dengan petugas kesehatan lain yaitu dokter

jiwa, perawat kesehatan masyarakat (perawat komunitas),

pekerja sosial, psikolog, dll.

h) Memimpin dan membantu tenaga perawatan yaitu memberikan

asuhan keperawatan jiwa yang didasari oleh manajemen

keperawatan kesehatan jiwa.

i) Menggunakan sumber di masyarakat sehubungan dengan

kesehatan mental. Hal ini penting diketahui oleh perawat

bahwa sumber-sumber yang ada dimasyarakat perlu

diidentifikasi untuk digunakan sebagai faktor pendukung dalam

mengatasi masalah kesehatan jiwa yang ada di masyarakat.

3. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan pasien isolasi sosial terdiri dari :

a. Pengkajian

Menurut Deden dan Rusdi, (2013) Tiap individu mempunyai

potensi untuk terlibat berhubungan sosial sebagai tingkat hubungan

yaitu hubungan intim dan hubungan saling ketergantungan dalam

menghadapi dan mengatasi berbagai kebutuhan setiap hari. Pada

pengkajian klien-klien sulit diajak bicara, pendiam, suka melamun dan

menyendiri di sudut-sudut.

Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakpuasan

individu terhadap pasien hubungan yang disebabkan oleh kurangnya


24

peran peserta respon lingkungan yang negatif, kondisi ini dapat

mengembangkan rasa tidak percaya pada orang lain. Untuk mengkaji

pasien isolasi sosial, kita dapat menggunakan wawancara dan

observasi kepada pasien dan keluarga.

a) Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan

wawancara, adalah : pasien menceritakan perasaan kesepian

atau ditolak oleh orang lain.

b) Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain

c) Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang

lain

d) Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

e) Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

f) Pasien merasa tidak berguna

g) Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat diobservasi :

a) Tidak memiliki teman dekat

b) Menarik diri

c) Tidak komunikatif

d) Tindakan berulang dan tidak bermakna

e) Asyik dengan pikirannya sendiri

f) Tak ada kontak mata

g) Tampak sedih, afek tumpul


25

b. Diagnosis keperawatan pada pasien isolasi sosial

Menurut (Kusumawati dan Hartono, 2010) diagnosis keperawatan

merupakan suatu pernyataan masalah keperawatan pasien mencakup

baik respon sehat adaptif atau maladaptif serta stressor yang

menunjang. Diagnosis keperawatan yang diangkat adalah :

a. Isolasi Sosial

b. Resiko perilaku kekerasan

c. Gangguan sensori persepsi halusinasi

d. Harga diri rendah

e. Gangguan konsep diri

Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan sensori persepsi halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Gangguan Konsep Diri

Sumber : Badar, 2016


26

c. Rencana tindakan keperawatan pada pasien isolasi sosial

Perencanaan adalah menyusun dan menetapkan strategi serta

alternatif untuk mencapai hasil yang diharapkan pasien. Perencanaan

dibuat berkolaborasi dengan pasien, keluarga, dan tim medis lain

(Stuart, 2016) Berikut perencanaan pada pasien isolasi sosial:

a. Isolasi Sosial

Tujuan umum dari masalah keperawatan isolasi sosial yaitu

pasien dapat berinteraksi dengan orang lain (Sutejo, 2017) dan

dengan tujuan khusus sebagai berikut

1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya

Setelah dilakukan 1x interaksi pasien menunjukan

tanda-tanda percaya kepada atau terhadap perawat : wajah

cerah, tersenyum, mau berkenalan, ada kontak mata,

bersedia menceritakan perasaan, bersedia

mengungkapkan masalahnya. Dengan intervensi yang

dilakukan yaitu bina hubungan saling percaya dengan

mengucapkan salam teurapetik, sapa pasien dengan

ramah, berjabat tangan dengan pasien, perkenalkan diri

dengan sopan, tanyakan nama lengkap pasien dan nama

panggilan yang disukai pasien, jelaskan tujuan

pertemuan, membuat kontrak (topik, waktu , dan tempat

)setiap kali bertemu pasien, tunjukan sikap empati dan

menerima pasien apa adanya, beri perhatian kepada


27

pasien dan perhatian kebutuhan dasar pasien. Rasionalnya

yaitu membina hubungan saling percaya dengan pasien

kontak yang jujur, singkat , dan konsisten dengan perawat

dapat memebantu pasien mebina kembali interaksi penuh

percaya dengan orang lain.

2) Pasien mampu menyebutkan penyebab isolasi sosial

Setelah dilakukan 1x interaksi pasien dapat

menyebutkan minimal satu penyebab isolasi sosial.

Penyebab isolasi sosial yaitu diri sendiri, orang lain,

lingkungan. Intervensi yang dilakukan tanyakan pada

pasien tentang orang yang tinggal serumah atau dengan

sekamar pasien, orang yang paling dekat dengan pasien

dirumah atau diruangan perawatan, hal apa yang

membuat pasien dekat dengan orang tersebut, orang yang

tidak dekat dengan pasien dirumah atau diruangan

perawat , apa yang membuat pasien tidak dekat dengan

orang tersebut, upaya yang sudah dilakukan agar dekat

dengan orang tersebut. Diskusikan dengan pasien

penyebab isolasi sosial / tidak mau bergaul dengan orang

lain. Beri pujian terhadap kemampuan pasien

mengungkapkan perasaanya. Rasionalnya yaitu dengan

mengetahui tanda dan gejala isolasi sosial yang muncul

perawat dapat menentukan langkah intervensi selanjutnya


28

3) Pasien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan

sosial dan kerugian isolasi sosial

Setelah dilakukan 2x interaksi dengan pasien dapat

menyebutkan keuntungan berhubungan sosial, misalnya

banyak teman, tidak kesepian, bisa diskusi, saling

menolong. Kerugian isolasi sosial misalnya sendiri,

kesepian, tidak bisa diskusi. Intervensi yang dilakukan

yaitu tanyakan pada pasien tentang manfaat hubungan

sosial dan kerugian isolasi sosial, diskusikan bersama

pasien tentang manfaat berhubungan sosial dan kerugian

isolasi sosial, beri pujian terhadap kemampuan pasien

dalam mengungkapkan perasaannya. Rasionalnya yaitu

perbedaan seputar manfaat hubungan sosial dan kerugian

isolasi sosial membantu pasien mengidentfikasi apa yang

terjadi pada dirinya sehingga dapat diambil langkah untuk

mengatasi masalah ini serta penguatan (reinforcement)

dapat membantu menigkatkan harga diri pasien .

4) Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara

bertahap

Setelah dilakukan 3x interaksi pasien dapat

melaksanakan hubungan soosial secara bertahap dengan :

perawat, perawat lain, pasien lain, keluarga, kelompok.

Intervensinya yaitu dengan observasi perilaku pasien


29

ketika berhubungan sosial, jelaskan pada pasien cara

berinteraksi dengan orang lain, beri contoh cara berbicara

dengan orang lain, beri kesempatan pasien mempraktikan

cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan di

hadapan perawat, bantu pasien berinteraksi dengan satu

orang teman atau anggota keluarga, bila pasien sudah

menunjukan kemajuan tingkatkan jumlah interaksi

dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya. Beri pujian

untuk setiap kemajuan interasksi yang telah dilakukan

oleh pasien. Latih pasien bercakap-cakap dengan anggota

keluarga sat melakukan kegiatan harian dan kegiatan

rumah.

5) Pasien mampu menjelaskan perasaannya setelah

berhubungan sosial

Setelah dilakukan 3x interaksi pasien dapat

menyebutkan perasaanya setelah berhubungan sosial

dengan orang lain dan kelompok. Intervensi yang

dilakukan yaitu diskusikan dengan pasien tentang

perasaanya setelah berhubungan sosial dengan orang lain

dan kelompok, beri pujian terhadap kemampuan pasien

mengungkapkan perasaaanya. Rasionalnya yaitu ketika

pasien merasa dirinya lebih baik dan mempunyai makna

interaksi sosial dengan orang lain dapat ditingkatkan


30

6) Pasien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas

hubungan sosial

Setelah dilakukan 3x pertemuan, keluarga dapat

menjelaskan ,isolasi sosial beserta tanda dan gejalanya,

penyebab dan akibat dari isolasi sosil serta cara merawat

pasien isolasi sosial. Intervensi yang digunakan yaitu

diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai

pendukung untuk mengatasi perilaku isolasi sosial.

Diskusikan potensi keluarga untuk membantu pasien

mengatasi perilaku isolasi sosial. Jelaskan pada keluarga

tentang, pengertian isolasi sosial, isolasi sosial beserta

tanda dan gejalanya, penyebab dan akibat isolasi sosial

dan cara merawat pasien isolasi sosial. Latih keluarga

cara merawat pasien isolasi sosial. Tanyakan perasaan

keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan. Beri

motivasi keluarga agar membantu pasien bersosialisasi.

Beri pujian pada keluarga atas keterlibatannya merawat

pasien dirumah sakit. Rasionalnya dengan dukungan dari

keluarga merupakan bagian penting dari rehabilitasi.

7) Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik

Setelah dilakukan 3x interaksi pasien dapat

menyebutkan manfaat minum obat, kerugian yang

ditimbulkan akibat tidak minum obat. Nama, warna,


31

dosis, efek terapi, efek samping obat. Akibat berhenti

minum obat tanpa konsultasi. Intervensinya yaitu

diskusikan dengan pasien tentang manfaaat dan kerugian

tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi,

dan efek samping penggunaan obat. Pantau pasien saat

penggunaan obat. Beri pujian jika pasien menggunakan

obat dengan benar. Diskusikan akibat berhenti minum

obat tanpa konsultasi dengan dokter. Anjurkan pasien

untuk konsultasi kepada dokter atau perawat jika terjadi

hal-hal yang tidak diinginkan. Rasionalnya yaitu

membantu dalam meningkatkan perasaan kendali dan

keterlibatan dalam perawatan kesehatan pasien.

d. Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi,

2010). Pelaksanaan tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan

rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan

keperawatan yang sudah di rencanakan, perawat perlu memvalidasi

apakah rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai

dengan kondisi pasien saat ini (Kusumawati & Hartono, 2010).

Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan isolasi sosial

:
32

a. Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada pasien :

Pengkajian isolasi sosial, dan melatih bercakap-cakap antara

pasien dan keluarga

1) Membina hubungan saling percaya

2) Membantu pasien menyadari masalah isolasi sosial

3) Melatih bercakap-cakap secara bertahap antara pasien dan

anggota keluarga

b. Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada pasien :

Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 2

orang lain), latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan

harian

1) Mengevaluasi tanda dan gejala isolasi sosial

2) Memvalidasi kemampuan berkenalan (berapa orang)

3) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan

harian (latih 2 kegiatan)

4) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan

2-3 orang

c. Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien :

Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 4-5

orang), latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian

baru

1) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial


33

2) Validasi kemampuan berkenalan (berapa orang) dan bicara

saat melakukan dua kegiatan harian

3) Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan

4) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan

harian (latih 2 kegiatan baru)

5) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latiha 4-5 orang

d. Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada pasien :

Mengevaluasi kemampuan berinteraksi, melatih cara bicara saat

melakukan kegiatan sosial

1) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial

2) Validasi kemampuan berkenalan (berapa orang) dan bicara

saat melakukan empat kegiatan harian

3) Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan

4) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan

sosial

e. Evaluasi

Menurut Stuart, (2016) evaluasi merupakan timbal balik

berdasarkan tujuan awal yang teridentifikasi tentang pasien dan

keluarga serta kepuasan mereka dengan proses dan hasil asuhan.

Menurut Kusumawati dan Hartono (2010) evaluasi merupakan proses

yang berkelanjutan dilakukan terus menerus untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Menurut Keliat,


34

(2011) Ada dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan

keperawatan yaitu :

a. Evaluasi proses

Fokus tipe evaluasi ini adalah aktivitas dari proses

keperawatan dari hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan.

Evaluasi proses harus dilaksanakan untuk membantu keefektifan

terhadap tindakan.

b. Evaluasi hasil

Proses evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status

kesehatan pasien pada akhir tindakan keperawatan pasien. Tipe

evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan Evaluasi dapat

dilakukan dengan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir.

S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang

telah dilaksanakan.

O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang

telah dilaksanakan.

A : Analisa terhadap data subjektif dan objektif untuk

menyimpulkan apakah masalah masih ada atau tidak telah

teratasi atau muncul masalah baru.

P : Perencanaan tindak lanjut berdasarkan hasil analisa respon


35

4. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang

hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel

yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2012).

Skema 2.2 Kerangka konsep


Orang Dengan Gangguan
Jiwa
(ODGJ)

Skizofrenia

1. Halusinasi
2. Waham
3. Isolasi Sosial
4. RPK
5. DPD

Tanda Gejala Mayor


Subjektif :
1. Merasa ingin sendiri
2. Merasa tidak aman di tempat umum
Objektif :
1. Menarik diri
2. Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan

1. Berkenalan dengan orang lain


2. Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi meningkat Isolasi sosial

Sumber : (Stuart, 2016) dan (Deden & Rusdi, 2013) dan sudah di
modifikasi oleh Peneliti
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi

kasus. Studi kasus adalah serangkaian kegiatan ilmiah yang digunakan secara

intensif, terinci, dan mendalam mengenai suatu program, peristiwa, dan

aktivitas seseorang, kelompok orang, lembaga atau suatu peristiwa secara

aktual (Nursalam, 2016).

Penelitian deskriptif ini adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk

merumuskan atau mendefinisikan suatu gejala yang terdiri di dalam

masyarakat (Notoatmojo, 2010). Tujuan studi kasus pada Karya Tulis Ilmiah

ini untuk memberikan gambaran mengenai penerapan cara bersosialisasi

berkenalan dengan orang lain pada pasien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa

Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi wilayah terdiri atas objek dan subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya oleh peneliti untuk

menentukan populasi (Sugiono, 2018). Populasi yang akan digunakan

sebagai penelitian adalah pasien dengan isolasi sosial yang dirawat di

Rumah Sakit Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.

36
37

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sejumlah anggota yang dipilih atau diambil dari suatu

populasi. Sampel dari penelitian ini terdiri dari 2 responden. Dalam

penelitian keperawatan ini kriteria sampel meliputi 2 kriteria yaitu

kriteria inkulis dan kriteria eksklusi (Zulfiana Prasetya, 2016). Dengan

kriteria-kriteria yang telah ditentukan antara lain:

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada

populasi target dan populasi terjangkau.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Pasien dengan gangguan jiwa yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa

Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta

2) Pasien berjenis kelamin laki-laki

3) Pasien dengan diagnosis isolasi sosial

4) Pasien yang mengalami isolasi sosial

5) Pasien yang tidak mengalami gangguan kognitif

6) Pasien yag mampu berkomunikasi dengan baik

7) Pasien yang menyendiri

b. Kriteria Ekslusi :

Kriteria eksklusi adalah mengeluarkan sebagian subyek yang

memenuhi inklusi dari penelitian karena berbagai sebab.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Pasien yang sudah mampu bersosialisasi


38

2) Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan

Jakarta, pada pasien dengan isolasi sosial. Penelitian ini dilaksanakan dari

tanggal 14 Juni 2021 – 18 Juni 2021.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variabel-variabel diamati atau di teliti, perlu sekali variabel-

variabel tersebut diberi batasan yang bermanfaat untuk mengarah kepada

pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan

serta pengembangan instrumen (Notoadmojo, 2012).

(Sugiyono, 2018) mendefinisikan variabel penelitian merupakan segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulannya.” Variabel indipenden merupakan variabel yang

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (terikat). Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi

atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.”


39

Tabel 3.1., Definisi Operasional


No Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur

1 Dependen : Isolasi sosial merupakan Lembar observasi Semakin banyak skor


Pasien isolasi sosial suatu perubahan terdiri dari 17 “tidak”, menunjukkan
yang sedang di rawat di menyendiri yang pertanyaan dengan bahwa responden
Rumah Sakit Jiwa Dr. dialami oleh seseorang menggunakan skala mengalami
Soeharto Heerdjan dan memiliki perasaan guttman : peningkatan dalam
Jakarta segan untuk berinteraksi 1. Ya isolasi sosial.
dengan orang lain. 2. Tidak

2 Independen : Mengajarkan cara Lembar kuesioner 0-30 = tingkat


Mengajarkan cara bersosialisasi sosialisasi dengan sosialisasi tidak baik
bersosialisasi berkenalan dengan menggunakan skala 31-55 = tingkat
berkenalan dengan orang lain merupakan likert sosialisasi cukup baik
orang lain tindakan yang mudah di 56-70 = tingkat
lakukan dan dapat sosialisasi baik
dilakukan kapanpun,
berkenalan dengan
orang lain dapat
meningkatkan
kemampuan interaksi
dengan orang lain

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang digunakan pada

penelitian ini adalah lembar observasi pasien yang terdiri dari 17 pertanyaan,

2 pertanyaan tanda gejala mayor subjektif, 2 pertanyaan tanda gejala mayor

objektif, 3 pertanyaan tanda gejala minor subjektif, 10 pertanyaan tanda

gejala minor objektif, dengan menggunakan skala guttman yaitu “ya” dan

“tidak”, semakin banyak skor tidak, menunjukkan bahwa responden

mengalami penurunan dalam isolasi sosial. Kemudian lembar kuesioner yang

digunakan untuk mengukur tingkat sosialisasi, dengan skala likert 4 (S) =

Selalu, 3 (P) = Pernah, 2 (J) = Jarang, 1 (TP) = Tidak Pernah, semakin tinggi

skor yang didapat, menunjukkan tingkat sosialisasi yang baik.


40

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu metode yang ada di

dalam pengumpulan data dengan menggunakan teknik atau cara yang

digunakan oleh para peneliti untuk mengumpulkan data (Riduwan, 2017).

Adapun teknik pengumpulan data penelitian ini dibagi ke dalam 3 tahap

yaitu :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini adalah kegiatan sebelum memulai mengumpulkan data

dan pengolahannya. Pada tahap persiapan ini menyusun rangkaian

kegiatan yang akan dilakukan dengan tujuan agar waktu dan pekerjaan

yang dilakukan bisa efektif.

Peneliti melakukan plagiarisme, uji etik dan dinyatakan lulus.

Kemudian peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian yang

dikeluarkan oleh Akademi Keperawatan PELNI Jakarta dan ditujuksn

kepada Direktur Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.

Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti berkoordinasi dengan

kepala ruangan yang akan digunakan untuk tempat penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Peneliti mengumpulkan data pasien dan menyiapkan sampel

penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Kemudian peneliti

memperkenalkan diri pada responden dan menjelaskan tentang maksud,


41

tujuan penelitian dengan memberikan Surat Pengantar Penelitian. Peneliti

meminta persetujuan dari calon responden untuk berpartisipasi dalam

penelitian. Setiap responden diberikan kebebasan untuk memberikan

persetujuan atau menolak untuk menjadi subjek penelitian. Setelah itu

calon responden diminta untuk menandatangani lembar informed consent

yang telah disiapkan peneliti. Setelah responden mengisi lembar

informed consent, kemudian responden diminta mengisi data demografi

meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan nomor kontak. Kemudian

melakukan pengkajian awal pada responden menggunakan lembar

kuesioner yang diisi oleh responden. Selanjutnya membuat kontrak

waktu untuk pelaksaan intervensi berkenalan dengan orang lain.

Mengobservasi pelaksanaan berkenalan dengan orang lain kepada pasien

isolasi sosial.

3. Tahap Terminasi

Melaksanakan penilaian sebelum dan sesudah dilakukan cara

berkenalan dengan orang lain pada pasien isolasi sosial untuk mengukur

tingkat sosialisasi. Menjelaskan kepada responden bahwa proses

penelitian sudah berakhir dan mengucapkan terimakasih atas

ketersediaan dan kerjasama responden selama proses penelitian.

G. Analisa Data

Analisa data merupakan proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengordinasikan data kedalam kategori, dan


42

membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun

orang lain. (Sugiono, 2018).

Analisis yang digunakan pada penelitian ini untuk menggambarkan

tentang masing-masing karakteristik variabel yang diteliti yaitu pasien dengan

gangguan jiwa, pasien skizofrenia, pasien dengan isolasi sosial.

H. Etika Penelitian

1. Prinsip Etik

Dalam penelitian ini sebelum peneliti mendatangi calon partisipan untuk

kesediaan menjadi partisipasi penelitian. Peneliti meminta persetujuan

dari Rumah Sakit Dr. Soeharto Heerdjan setelah mendapat persetujuan

dari Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan kemudian peneliti

mendatangi calon partisipan untuk menjadi partisipan penelitian.

Setelah mendapat persetujuan barulah dilaksanakan penelitian dengan

memperhatikan etika-etika penelitian. Etika penelitian bertujuan untuk

menghormati otonomi partisipasi, menjaga privasi pasien dan

menghindari konsekuensi negatif terhadap penelitian (Hidayat, 2017),

masalah etika ini terutama ditekankan pada:


43

1) Sel Determination

Peneliti memberikan informasi tentang bersosialisasi dengan cara

berkenalan dengan orang lain, kegiatan ini diberikan kepada

responden I dan responden II. Kemudian peneliti memberikan

kebebasan kepada responden untuk memilih atau menyetujui

tindakan yang akan dilakukan. Responden I dan responden II

menyetujui sehingga peneliti memberikan informed consent.

2) Privacy

Peneliti menjaga kerahasiaan responden I dan responden II

terhadap lingkungan saat melakukan intervensi dengan cara mencari

tempat yang tidak bercampur dengan pasien yang lain, tidak

menuliskan nama lengkap responden dan diganti dengan

menggunakan inisial nama, tidak menceritakan intervensi yang

dilakukan peneliti ke orang lain.

Peneliti menjaga kerahasiaan semua informasi dari responden I dan

responden II, dengan mendokumentasikan foto dengan cara di blur,

dan tidak memberikan data-data dan dokumen responden kepada

orang lain yang tidak berhak.

3) Anonymity (tanpa nama)

Saat melakukan penelitian dan pengkajian, peneliti tidak

menuliskan nama lengkap responden dan menggantinya dengan

inisial. Responden I berinisial Tn.O dan responden II berinisial Tn.U.


44

4) Confidentialy (kerahasiaan)

Peneliti menjamin hasil data yang di dapat saat intervensi dengan

cara tidak meletakkan data responden di sembarang tempat dan tidak

memberitahukan hasil intervensi kepada orang lain.

5) Right to self-determination (hak untuk ikut menjadi subjek

penelitian)

Setelah peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian ke

responden, peneliti memberikan kebebasan hak kepada responden

untuk memutuskan apakah bersedia menjadi subjek ataupun tidak,

tanpa adanya sanksi apapun. Hasilnya responden I dan II menyetujui

untuk menjadi subjek penelitian.

6) Right to full disclosure (hak untuk mendapatkan jaminan dari

perlakukan yang diberikan)

Peneliti dengan benar melakukan tindakan menjelaskan kepada

responden tentang cara bersosialisasi berkenalan dengan orang lain

dan peneliti menjelaskan untuk pertanggung jawaban serta menjamin

jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek penelitian.

7) Informed consent

Setelah peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada

responden, peneliti memberikan lembar informed consent yang telah

dibuat kepada responden sehingga responden bersedia mengikuti

kegiatan peneliti dan responden bersedia mengikuti kegiatan dalam


45

penelitian dan responden dapat mengundurkan diri dari penelitian ini

kapan saja tanpa konsekuensi apapun dan terjaga kerahasiaannya.

Peneliti akan menjamin dan mencantumkan perlindungan hak-hak

responden dalam lembar persetujuan yang telah dibuat, serta akan

memberikan penjelasan hingga responden dapat memahami penelitian

yang akan dilakukan meliputi tujuan penelitian, risiko dan

ketidaknyamanan dalam penelitian, manfaat yang didapatkan, bersedia

mengikuti kegiatan penelitian, dan responden dapat mengundurkan diri

dari penelitian ini kapan saja tanpa konsekuensi apapun dan terjaga

kerahasiaannya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Lokasi Pelaksanaan Praktik Intervensi dan Implementasi

Keperawatan

Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta merupakan

rumah sakit jiwa yang terletak di Kelurahan Jelambar. Rumah Sakit Jiwa

Dr. Soeharto Heerdjan berbatasan dengan Rumah Duka Cahaya Abadi di

sebelah barat, dengan gedung Faria Cargo di sebelah timur, dengan

Stasiun Grogol di sebelah utara, dan dengan GKPI Jemaat Khusus Satria

Grogol di sebelah selatan. Fasilitas Kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Dr.

Soeharto Heerdjan meliputi Instalasi Diklat, Instalasi Gawat Darurat,

Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Kesehatan Jiwa Masyarakat,

Pelayanan Penunjang.

Tempat atau lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah di

Ruang Elang Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan. Ruang elang

adalah ruangan khusus laki-laki sekaligus ruang pertama setelah pasien

dari IGD, rata-rata jumlah pasien di ruang elang yaitu dengan diagnosis

halusinasi. Di ruang elang dilakukan intervensi dan implementasi

mengajarkan cara bersosialisasi berkenalan dengan orang lain dengan

jumlah 2 responden. Berdasarkan pengamatan, di ruangan elang sangat

bersih dan rapih. Di bagian luar ruangan elang terdapat nurse station,

ruang ganti perawat, meja dokter, lemari pakaian pasien, toilet perawat

46
47

dan 4 ruang isolasi di depan. Di tiap ruang isolasi mempunyai toilet dan

tempat tidur. Di bagian dalam ruangan elang terdapat halaman berumput

yang terbuka tempat pasien biasa berjemur, 3 kamar pasien yang terdapat

20 tempat tidur dan toilet di setiap kamarnya. Terdapat juga meja makan

untuk pasien dan toilet luar.

2. Karakteristik Responden

Tabel 4.1

Distribusi Karakteristik Responden dengan Tingkat Sosialisasi Pasien


Isolasi Sosial Sebelum Melakukan Berkenalan dengan
Orang Lain di Ruang Elang Rumah Sakit Jiwa
Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta 2021 (n=2)
Responden Umur Jenis Kelamin Lama Dirawat Tingkat
Sosialisasi
Responden 1 40 Tahun Laki-laki 5 Hari Tidak baik

Responden 2 27 Tahun Laki-laki 4 Hari Tidak baik


Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa gambaran isolasi

sosial usia 27-40 tahun yang menjadi responden sebanyak 2 orang di

Ruang Elang Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan didapatkan pasien

isolasi sosial yang mengalami tingkat sosialisasi tidak baik 100%.


48

3. Pelaksanaan Intervensi dan Implementasi Keperawatan

Hasil Penerapan

Tabel 4.2

Distribusi Pertemuan Pertama Skor Tingkat Sosialisasi Responden


Sebelum Melakukan Berkenalan dengan Orang Lain di Ruang
Elang Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan
Jakarta 2021 (n=2)
Tanggal Responden Skor Tingkat
Sosialisasi Sebelum
Keterangan
Intervensi
Hari Pertama
Responden 1 24 Tingkat sosialisasi tidak baik
Selasa, 15 Juni
2021
Responden 2 23 Tingkat sosialisasi tidak baik
Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 2

responden sebelum melakukan intervensi berkenalan dengan orang lain

hari pertama dilakukan pemeriksaan skor tingkat sosialisasi didapatkan

hasil berada kisaran 23 sampai 24 yang menunjukkan bahwa tingkat

sosialiasi pada ke 2 responden sesuai dengan lembar kuesioner berada di

kategori tidak baik.

Tabel 4.3

Distribusi Pertemuan Kedua Skor Tingkat Sosialisasi Responden


Sesudah Melakukan Berkenalan dengan Orang Lain Hari
Pertama di Ruang Elang Rumah Sakit Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan Jakarta 2021 (n=2)
Skor Tingkat
Sosialisasi Sesudah
Tanggal Responden Keterangan
Intervensi
Hari Pertama
Responden 1 24 Tidak ada peningkatan
sosialisasi
Rabu, 15 Juni
2021 Responden 2 28 Tidak ada peningkatan
sosialisasi
Sumber : Data Primer, 2021
49

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa dari 2

responden setelah melakukan intervensi berkenalan dengan orang lain

hari pertama dilakukan pemeriksaan skor tingkat sosialisasi

menggunakan lembar kuesioner didapatkan hasil berada di kisaran 24

sampai 28. Dari ke 2 responden tersebut, tidak ada yang mengalami

peningkatan sosialisasi, pada responden 2 mengalami peningkatan skor

dari 23 menjadi 28, berdasarkan lembar kuesioner skor tersebut

menunjukkan tingkat sosialisasi tidak baik. Sedangkan responden 1 skor

masih tetap sama yaitu 24, tidak mengalami peningkatan.

Tabel 4.4

Distribusi Pertemuan Ketiga Skor Tingkat Sosialisasi Responden


Sesudah Melakukan Berkenalan dengan Orang Lain Hari
Kedua di Ruang Elang Rumah Sakit Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan Jakarta 2021 (n=2)
Skor Tingkat
Sosialisasi Sesudah
Tanggal Responden Keterangan
Intervensi
Hari Kedua
Responden 1 25 Tidak ada peningkatan
Kamis, 15 sosialisasi
Juni 2021
Responden 2 31 Ada peningkatan sosialisasi
Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa dari 2

responden sesudah melakukan intervensi berkenalan dengan orang lain

hari kedua dilakukan pemeriksaan skor tingkat sosialisasi didapatkan

hasil berada di kisaran 25 sampai 31. Dari ke 2 responden, keduanya

mengalami peningkatan skor. Responden 1 dari 24 menjadi 25, skor

tersebut menunjukkan bahwa responden 1 masih berada di tingkat


50

sosialisasi tidak baik. Sedangkan responden 2 mengalami peningkatan

skor dari 28 menjadi 31, skor tersebut menunjukkan bahwa responden 2

berada di tingkat sosialiasi cukup baik.

Tabel 4.5

Distribusi Pertemuan Keempat Skor Tingkat Sosialisasi Responden


Sesudah Melakukan Berkenalan dengan Orang Lain Hari
Ketiga di Ruang Elang Rumah Sakit Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan Jakarta 2021 (n=2)
Skor Tingkat
Sosialisasi Sesudah
Tanggal Responden Keterangan
Intervensi
Hari Ketiga
Responden 1 31 Ada peningkatan sosialisasi
Jumat, 16
Juni 2021 Tidak ada peningkatan
Responden 2 40 sosialisasi
Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa dari 2

responden sesudah melakukan intervensi berkenalan dengan orang lain

hari ketiga dilakukan pemeriksaan skor tingkat sosialisasi didapatkan

hasil berada di kisaran 31 sampai 40. Dari ke 2 responden, keduanya

mengalami peningkatan skor. Responden 1 dari 25 menjadi 31, skor

tersebut menunjukkan bahwa responden 1 berada di tingkat sosialiasi

cukup baik. Sedangkan responden 2 mengalami peningkatan skor dari 31

menjadi 40, skor tersebut menunjukkan bahwa responden 2 berada di

tingkat sosialisasi cukup baik.


51

Tabel 4.6

Distribusi Hasil Responden Sebelum dan Sesudah Melakukan


Berkenalan dengan Orang Lain di Ruang Elang Rumah
Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta 2021 (n=2)
Sebelum melakukan Sebelum melakukan
Intervensi Berkenalan Intervensi Berkenalan
dengan Orang Lain dengan Orang Lain
Data

Frekuensi % Frekuensi %

Sosialisasi tidak baik


2 100 - -
Sosialisasi cukup baik
- - 2 100
Sosialisasi baik
- - - -
Jumlah 2 100 2 100
Sumber : Data Primer, 2021

Rerata tingkat sosialisasi sebelum dilakukan intervensi berkenalan

dengan orang lain kepada 2 responden didapatkan 100% mengalami

tingkat sosialisasi tidak baik. Setelah dilakukan intervensi berkenalan

dengan orang lain kepada 2 responden didapatkan dengan tingkat

sosialisasi cukup baik sebanyak 100%.


52

B. Pembahasan
Hasil analisis mengenai karakteristik responden yang mengalami

isolasi sosial terjadi pada responden yang berjenis kelamin laki-laki dan

berusia 25-40 tahun.

Penelitian ini juga sejalan dengan yang dikemukakan oleh (Eyvin,

Sefty, Michael, 2016) menunjukkan usia responden terbanyak adalah usia

>40 tahun yaitu sebanyak 17 orang, sedangkan responden yang <40 tahun

sebanyak 13 orang (43,3%).

Hasil analisis mengenai sosialisasi berkenalan dengan orang lain

menunjukkan bahwa dari 2 responden sebelum dilakukan berkenalan dengan

orang lain dilakukan pengukuran tingkat sosialisasi didapatkan data

responden 1 dan 2 mengalami tingkat sosialisasi tidak baik.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dikemukakan oleh (Raka

Prihutomo, 2017), dimana sebelum menentukan intervensi berkenalan dengan

orang lain untuk mengetahui tingkat sosialiasi pasien dilakukannya

pengukuran tingkat sosialisasi dengan lembar kuesioner dengan hasil

responden mengalami tingkat sosialisasi tidak baik.

Hasil penelitian hari pertama, didapatkan dari ke 2 responden tidak

ada yang mengalami peningkatan sosialisasi, pada responden 2 mengalami

peningkatan skor dari 23 menjadi 28, berdasarkan lembar kuesioner skor

tersebut menunjukkan tingkat sosialisasi tidak baik. Sedangkan responden 1

skor masih tetap sama yaitu 24, tidak mengalami peningkatan. Dari hasil

observasi Responden I masih menarik diri, tidak ingin berinteraksi dengan

orang lain, terlihat masih menyendiri, malas melakukan kegiatan, tidak ada
53

kontak mata. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa responden 1 masih

mengalami isolasi sosial. Sedangkan Responden II terlihat masih suka

menyendiri, mau melakukan kegiatan, mau berbicara dengan orang lain,

kontak mata kurang, tersenyum bila bertemu dengan orang lain, melamun

kadang-kadang, wajah masih tampak sedih, masih tidak bergairah/lesu, saat

bicara suara kecil. Dari hasil tersebut responden 2 juga masih mengalami

isolasi sosial.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Metias

Prabowo, 2020) dimana setelah dilakukan peningkatan interaksi sosial

dengan cara berinteraksi melalui strategi pelaksanaan 2 (SP 2) berkenalan

dengan 1 sampai 2 orang responden kooperatif saat melakukan intervensi

namun belum ada peningkatan interaksi sosial.

Hasil penelitian hari kedua, didapatkan dari ke 2 responden keduanya

mengalami peningkatan skor. Responden 1 dari 24 menjadi 25, skor tersebut

menunjukkan bahwa responden 1 masih berada di tingkat sosialisasi tidak

baik. Sedangkan responden 2 mengalami peningkatan skor dari 28 menjadi

31, skor tersebut menunjukkan bahwa responden 2 berada di tingkat sosialiasi

cukup baik. Dari hasil obervasi Responden I terlihat masih malas melakukan

kegiatan, kontak mata ada, tersenyum bila bertemu dengan orang lain, mau

berkenalan dengan orang lain, mau melakukan kegiatan jika diajak teman.

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa responden 1 mengalami penurunan

isolasi sosial secara bertahap. Sedangkan Responden II suara sudah mulai

terdengar lebih jelas saat berbincang dengan orang lain, menatap lawan
54

bicara, tersenyum bila bertemu orang lain, penambilan bersih dan rapi. Dari

hasil tersebut menunjukkan bahwa responden 2 juga mengalami penurunan

isolasi sosial secara bertahap.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Raka Prihutomo, 2017) menunjukkan bahwa ada pengaruh berkenalan

dengan orang lain terhadap sosialisasi secara bertahap pada salah satu pasien

isolasi sosial mengalami peningkatan menjadi sosialisasi cukup baik, pasien

berkenalan secara bertahap namun belum mampu untuk ikut berbicara dalam

aktivitas kelompok.

Hasil penelitian hari ketiga, didapatkan dari ke 2 responden, keduanya

mengalami peningkatan skor. Responden 1 dari 25 menjadi 31, skor tersebut

menunjukkan bahwa responden 1 berada di tingkat sosialiasi cukup baik.

Sedangkan responden 2 mengalami peningkatan skor dari 31 menjadi 40,

skor tersebut menunjukkan bahwa responden 2 berada di tingkat sosialisasi

cukup baik. Dari hasil observasi Responden I terlihat sedang melakukan

aktivitas bersama teman, berbincang dengan 2 orang, penampilan bersih,

menatap lawan bicara saat berbincang, tersenyum bila bertemu orang lain,

terkadang masih suka menyendiri. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa

responden 1 mengalami penurunan isolasi sosial secara bertahap. Sedangkan

Responden II terkadang masih suka melamun dan menyendiri, mau mengajak

bicara orang lain, melakukan aktivitas bersama teman. Dari hasil tersebut

responden 2 juga mengalami penurunan isolasi sosial secara bertahap.


55

Penelitian ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Eyvin, Septy, Michael, 2016) menunjukkan bahwa ada pengaruh sosialisasi

berkenalan dengan orang lain pada pasien isolasi sosial mengalami

peningkatan menjadi sosialisasi cukup baik setelah dilakukan latihan

keterampilan sosialisasi terhadap kemampuan berinteraksi pasien isolasi

sosial.
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Analisis intervensi berkenalan dengan orang lain pada 2 responden di

Ruang Elang Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan telah menunjukkan

peningkatan sosialisasi yang signifikan, hal ini terlihat dari penjelasan secara

rinci seperti berikut :

1. Penerapan intervensi berkenalan dengan orang lain berpengaruh terhadap

peningkatan sosialisasi pada pasien isolasi sosial, dibuktikan dengan data

karakteristik pasien isolasi sosial yaitu usia, jenis kelamin, dan interaksi

seperti faktor jarang berbicara dengan orang lain dan skor tingkat

sosialisasi. Faktor jarang interaksi, tidak berbicara dengan orang lain

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tidak meningkatnya

sosialisasi.

2. Penerapan berkenalan dengan orang lain pada pasien isolasi sosial terjadi

peningkatan pada sosialisasi, mulai dari skor tingkat sosialisasi

responden 1 yaitu 24 menjadi 31 dan responden 2 dari 23 menjadi 40.

3. Perubahan skor tingkat sosialisasi pada pasien isolasi sosial setelah

diberikan intervensi berkenalan dengan orang lain, hal ini menunjukkan

bahwa semakin sering melakukan intervensi berkenalan dengan orang

lain dapat mempengaruhi skor tingkat sosialisasi pada pasien isolasi

sosial.

56
57

B. Saran

1. Bagi Pasien

Melanjutkan dan menerapkan intervensi berkenalan dengan orang

lain secara bertahap sebagai upaya meningkatkan sosialisasi pada pasien

isolasi sosial.

2. Bagi Tempat Penelitian

Bagi perawat diharapkan dapat mensosialisasikan alternative baru

ini, berupa mengajarkan cara berkenalan dengan orang lain untuk

meningkatkan sosialisasi dengan orang lain pada pasien isolasi sosial

serta melakukan intervensi pendukung seperti terapi akivitas kelompok

sosialiasi untuk meningkatkan sosialiasi pada pasien isolasi sosial.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu adanya penambahan-penambahan proses intervensi berkenalan

dengan orang lain dalam pengembangan dan penyempurnaan intervensi

keperawatan dalam bersosialisasi pada pasien isolasi sosial.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Muhith.2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : CV. Andi


Offset

Afnuhazi, R. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa. Selman,


Yogyakarta : Goysen Publishing

Andira, S & Nuralita, N, S. (2018). Pengaruh perbedaan Jenis Kelamin Terhadap


Simtom Depresi Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR... M.
IlDR..em Kota Medan Sumatera Utara , Artikel Penelitian, vol. 3 no. 2.

Badar. 2016. Asuhan Keperawatan Profesional Jiwa Pada Pasien Isolasi Sosial :
Samarinda

Berhimpong, Eyvin., Sefty Rompas & Michael Karundeng. 2016. Pengaruh


Latihan Keterampilan Sosialisasi Terhadap Kemampuan Berinteraksi
Klien Isolasi Sosial Di Rsj Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.E-
Journal Keperawatan (EKP) Vol. 4 No.1 Februari 2016. Available from :
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/11282. (Diakses :
23 Februari 2018).

Dalami. E. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta :Trans Info Media

Dermawan, D dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa : Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Goysen Publishing

Direja, A. H. S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha


Medika

Endang Nihayati, Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Erlinafsiah. 2010. Model Perawat Dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta :


Trans Info Media

Hidayat, A. A. 2017. Metode Penelitian Keperawatan dan Kesehatan. Jakarta :


Salemba Medika

Keliat, Budi Anna, and Akemat Pawirowiyono. 2016. Keperawatan Jiwa Terapi
Aktifitas Kelompok. 2nd ed. ed. bhetsy Angelina. Jakarta: EGC

Kemenkes RI. (2018) Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta: Indonesia
Kemenkes RI

Kusnadi. 2018. Keperawatan Jiwa. Pamulang: Binarupa Aksara

58
59

Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta : Salemba Medika

Nasir dan Abdul Muhith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa, Pengantar dan
Teori. Jakarta : Salemba Medika

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka


Cipta

Nursalam. 2013. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:


EGC

Polit & Beck. 2016. Essential Of Nursing Research : Appraising Evidence For
Nursing Practice (Seventh Edition Ed) : Lippincot Williams & Willkins

Pusdiklatnakes. 2012. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa


Masyarakat. Jakarta : Badan PPSDM Kesehatan

Riduwan. 2017. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:


Alfabeta

Riskesdas. (2013). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar . Dari


http://www.depkes.go.id , 26 Desember 2018

Setiadi. (2010). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : CV


Alfabeta.

Sutejo. (2017). Keperawatan jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Stuart. Gail W. (2016). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 1 Alih Bahasa Akhir
Yani S. Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1. Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia

Townsend, M. C,. 2015. Psychiatric Mental Health Nursing : Concepts of Care in


Evidence-based Practice. 8th penyunt. Philadelphia : F.A. Davis Company

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa

Wu, F., & Sheng, Y. (2020). Difference in social isolation between young and old
elderly in urban areas of Beijing, China : A cross-sectional study.
International Journal of Nursing Sciences, 7(1), 49-53.
https://doi.org/j.ijnss.2019.11.003

Yusuf. (2014). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
LAMPIRAN
Lampiran 1

Jadwal Penelitian

Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
Pengajuan

judul

BAB I

BAB II

BAB III

Seminar

proposal

Revisi

proposal

Mengurus izin

penelitian
Penelitian

Analisa data

BAB IV dan V

Sidang hasil

Publikasi
Lampiran 2
SURAT KETERANGAN PLAGIARISME
Lampiran 3

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

(PSP)

1. Kami adalah Peneliti berasal dari Akademi Keperawatan PELNI Jakarta


dengan ini meminta saudara /i untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam
penelitian yang berjudul “Analisis Intervensi Mengajarkan Cara
Bersosialisasi Pada Pasien Yang Mengalami Isolasi Sosial di Rumah Sakit
Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta”.
2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah untuk menggambarkan
intervensi mengajarkan cara bersosialisasi pada pasien yang mengalami
isolasi sosial di rumah sakit jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta, yang
dapat memberi manfaat berupa sosialisasi dengan pasien lain.
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin
dengan menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung lebih
kurang 10-15 menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan
tetapi saudara /i tidak perlu khawatir karena penelitian ini untuk
kepentingan pengembangan asuhan/ pelayanan keperawatan.
4. Keuntungan yang saudara /i peroleh dalam keikutsertaan saudara /i pada
penelitian ini adalah saudara /i turut terlibat aktif mengikuti perkembangan
asuhan / tindakan yang diberikan.
5. Nama dan jati diri saudara /i beserta seluruh informasi yang saudara
sampaikan akan tetap dirahasiakan.
6. Jika saudara /i membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,
silahkan menghubungi penelitian pada nomor Hp : 081213012261.

Peneliti

(Elfira Maulita)
Lampiran 4
Lampiran 5

LEMBAR WAWANCARA

ANALISIS INTERVENSI MENGAJARKAN CARA BERSOSIALISASI :


BERKENALAN DENGAN ORANG LAIN PADA PASIEN YANG
MENGALAMI ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT
JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN
JAKARTA

Tanggal Pengisian : 14 Juni 2021

Inisial Nama : Tn. O

Jenis Kelamin : √ Laki-laki Perempuan

Tanggal lahir/usia :

Status Perkawinan : Menikah √ Belum menikah

Bercerai

Pendidikan : Tidak sekolah √ SMP

SD SMA Perguruan Tinggi

Pekerjaan : Tidak bekerja


LEMBAR WAWANCARA

ANALISIS INTERVENSI MENGAJARKAN CARA BERSOSIALISASI :


BERKENALAN DENGAN ORANG LAIN PADA PASIEN YANG
MENGALAMI ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT
JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN
JAKARTA

Tanggal Pengisian : 14 Juni 2021

Inisial Nama : Tn. U

Jenis Kelamin : √ Laki-laki Perempuan

Tanggal lahir/usia :

Status Perkawinan : Menikah √ Belum menikah

Bercerai

Pendidikan : Tidak sekolah SMP

√ SD SMA Perguruan Tinggi

Pekerjaan : Kuli bangunan


Lampiran 6 Responden 1

KUESIONER
( Sebelum Diberikan Intervensi)
Nama Pasien : Tn. O

Ruangan : Elang

Petunjuk Pengisian :

1. Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda

sesungguhnya atau kehidupan anda sehari – hari.

2. Berilah tanda (√) pada pilihan anda berdasarkan kriteria :

4 (S) = Selalu (Lebih dari 3 kali sehari)

3 (P) = Pernah (2 – 3 kali sehari)

2 (J) = Jarang (kurang dari 2 kali sehari)

1 (TP) = Tidak Pernah (tidak pernah sama sekali)

3. Dalam hal ini tidak ada jawaban yang salah, jawaban yang benar adalah

jawaban yang sesuai dengan keadaan anda sesungguhnya.

4. Kami sangat menghargai kejujuran dan keterbukaan anda.

No. PERTANYAAN S P J TP

1. Saya malas melakukan √


kegiatan diruangan
2. Saya dapat menyelesaikan √
tugas saya kerjakan dengan
tepat waktu
3. Tugas yang diserahkan √
kepada saya, saya kerjakan
dengan sungguh-sungguh
4. Saya mengikuti terapi √
aktivitas kelompok
5. Saya berpenampilan bersih √
dan rapi
6. Dalam percakapan saya √
lebih banyak menjadi
pendengar saja
7. Saya mengajak bicara orang √
lain tanpa memandang siapa
dirinya
8. Saya memperkenalkan diri √
kepada orang lain yang
belum saya kenal
9. Saya menyampaikan √
pendapat saya tanpa ragu-
ragu
10. Saya bicara dengan orang √
lain dengan nada suara yang
jelas dan bisa dimengerti
orang lain
11. Saya menatap lawan bicara √
saat melakukan percakapan
12. Saya tersenyum bila √
bertemu dengan orang lain
13. Saya mempunyai teman √
dekat
14. Saya lebih suka menyendiri √

15. Saya memulai suatu √


pembicaraan dengan orang
12 12
Jumlah 24

Rentang Nilai:

Tingkat sosialisasi tidak baik = 0 – 30

Tingkat sosialisasi cukup baik = 31 – 55

Tingkat sosialisasi baik = 56 – 70

Keterangan :

Semakin tinggi skor yang didapat, menunjukan tingkat sosialisasi yang baik
KUESIONER Responden 2
( Sebelum Diberikan Intervensi)
Nama Pasien : Tn. U

Ruangan : Elang

Petunjuk Pengisian :

1. Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda

sesungguhnya atau kehidupan anda sehari – hari.

2. Berilah tanda (√) pada pilihan anda berdasarkan kriteria :

4 (S) = Selalu (Lebih dari 3 kali sehari)

3 (P) = Pernah (2 – 3 kali sehari)

2 (J) = Jarang (kurang dari 2 kali sehari)

1 (TP) = Tidak Pernah (tidak pernah sama sekali)

3. Dalam hal ini tidak ada jawaban yang salah, jawaban yang benar adalah

jawaban yang sesuai dengan keadaan anda sesungguhnya.

4. Kami sangat menghargai kejujuran dan keterbukaan anda.

No. PERTANYAAN S P J TP

1. Saya malas melakukan √


kegiatan diruangan
2. Saya dapat menyelesaikan √
tugas saya kerjakan dengan
tepat waktu
3. Tugas yang diserahkan √
kepada saya, saya kerjakan
dengan sungguh-sungguh
4. Saya mengikuti terapi √
aktivitas kelompok
5. Saya berpenampilan bersih √
dan rapi
6. Dalam percakapan saya √
lebih banyak menjadi
pendengar saja
7. Saya mengajak bicara orang √
lain tanpa memandang siapa
dirinya
8. Saya memperkenalkan diri √
kepada orang lain yang
belum saya kenal
9. Saya menyampaikan √
pendapat saya tanpa ragu-
ragu
10. Saya bicara dengan orang √
lain dengan nada suara yang
jelas dan bisa dimengerti
orang lain
11. Saya menatap lawan bicara √
saat melakukan percakapan
12. Saya tersenyum bila √
bertemu dengan orang lain
13. Saya mempunyai teman √
dekat
14. Saya lebih suka menyendiri √

15. Saya memulai suatu √


pembicaraan dengan orang
8 3 12
Jumlah 23

Rentang Nilai :

Tingkat sosialisasi tidak baik = 0 – 30

Tingkat sosialisasi cukup baik = 31– 55

Tingkat sosialisasi baik = 56 – 70

Keterangan :

Semakin tinggi skor yang didapat, menunjukan tingkat sosialisasi yang baik
Lampiran 7 Responden 1

KUESIONER
( Setelah Diberikan Intervensi Hari Pertama)
Nama Pasien : Tn. O

Ruangan : Elang

Petunjuk Pengisian :

1. Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda

sesungguhnya atau kehidupan anda sehari – hari.

2. Berilah tanda (√) pada pilihan anda berdasarkan kriteria :

4 (S) = Selalu (Lebih dari 3 kali sehari)

3 (P) = Pernah (2 – 3 kali sehari)

2 (J) = Jarang (kurang dari 2 kali sehari)

1 (TP) = Tidak Pernah (tidak pernah sama sekali)

3. Dalam hal ini tidak ada jawaban yang salah, jawaban yang benar adalah

jawaban yang sesuai dengan keadaan anda sesungguhnya.

4. Kami sangat menghargai kejujuran dan keterbukaan anda.

No. PERTANYAAN S P J TP

1. Saya malas melakukan √


kegiatan diruangan
2. Saya dapat menyelesaikan √
tugas saya kerjakan dengan
tepat waktu
3. Tugas yang diserahkan √
kepada saya, saya kerjakan
dengan sungguh-sungguh
4. Saya mengikuti terapi √
aktivitas kelompok
5. Saya berpenampilan bersih √
dan rapi
6. Dalam percakapan saya √
lebih banyak menjadi
pendengar saja
7. Saya mengajak bicara orang √
lain tanpa memandang siapa
dirinya
8. Saya memperkenalkan diri √
kepada orang lain yang
belum saya kenal
9. Saya menyampaikan √
pendapat saya tanpa ragu-
ragu
10. Saya bicara dengan orang √
lain dengan nada suara yang
jelas dan bisa dimengerti
orang lain
11. Saya menatap lawan bicara √
saat melakukan percakapan
12. Saya tersenyum bila √
bertemu dengan orang lain
13. Saya mempunyai teman √
dekat
14. Saya lebih suka menyendiri √

15. Saya memulai suatu √


pembicaraan dengan orang
12 12
Jumlah 24

Rentang Nilai :

Tingkat sosialisasi tidak baik = 0 – 30

Tingkat sosialisasi cukup baik = 31 – 55

Tingkat sosialisasi baik = 56 – 70

Keterangan :

Semakin tinggi skor yang didapat, menunjukan tingkat sosialisasi yang baik
KUESIONER Responden 2
( Setelah Diberikan Intervensi Hari Pertama)
Nama Pasien : Tn. U

Ruangan : Elang

Petunjuk Pengisian :

1. Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda

sesungguhnya atau kehidupan anda sehari – hari.

2. Berilah tanda (√) pada pilihan anda berdasarkan kriteria :

4 (S) = Selalu (Lebih dari 3 kali sehari)

3 (P) = Pernah (2 – 3 kali sehari)

2 (J) = Jarang (kurang dari 2 kali sehari)

1 (TP) = Tidak Pernah (tidak pernah sama sekali)

3. Dalam hal ini tidak ada jawaban yang salah, jawaban yang benar adalah

jawaban yang sesuai dengan keadaan anda sesungguhnya.

4. Kami sangat menghargai kejujuran dan keterbukaan anda.

No. PERTANYAAN S P J TP

1. Saya malas melakukan √


kegiatan diruangan
2. Saya dapat menyelesaikan √
tugas saya kerjakan dengan
tepat waktu
3. Tugas yang diserahkan
kepada saya, saya kerjakan √
dengan sungguh-sungguh
4. Saya mengikuti terapi √
aktivitas kelompok
5. Saya berpenampilan bersih √
dan rapi
6. Dalam percakapan saya √
lebih banyak menjadi
pendengar saja
7. Saya mengajak bicara orang √
lain tanpa memandang siapa
dirinya
8. Saya memperkenalkan diri √
kepada orang lain yang
belum saya kenal
9. Saya menyampaikan √
pendapat saya tanpa ragu-
ragu
10. Saya bicara dengan orang √
lain dengan nada suara yang
jelas dan bisa dimengerti
orang lain
11. Saya menatap lawan bicara √
saat melakukan percakapan
12. Saya tersenyum bila √
bertemu dengan orang lain
13. Saya mempunyai teman √
dekat
14. Saya lebih suka menyendiri √

15. Saya memulai suatu √


pembicaraan dengan orang
9 14 5
Jumlah 28

Rentang Nilai :

Tingkat sosialisasi tidak baik = 0 – 30

Tingkat sosialisasi cukup baik = 31 – 55

Tingkat sosialisasi baik = 56 – 70

Keterangan :

Semakin tinggi skor yang didapat, menunjukan tingkat sosialisasi yang baik
Responden 1

KUESIONER
( Setelah Diberikan Intervensi Hari Kedua)
Nama Pasien : Tn. O

Ruangan : Elang

Petunjuk Pengisian :

1. Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda

sesungguhnya atau kehidupan anda sehari – hari.

2. Berilah tanda (√) pada pilihan anda berdasarkan kriteria :

4 (S) = Selalu (Lebih dari 3 kali sehari)

3 (P) = Pernah (2 – 3 kali sehari)

2 (J) = Jarang (kurang dari 2 kali sehari)

1 (TP) = Tidak Pernah (tidak pernah sama sekali)

3. Dalam hal ini tidak ada jawaban yang salah, jawaban yang benar adalah

jawaban yang sesuai dengan keadaan anda sesungguhnya.

4. Kami sangat menghargai kejujuran dan keterbukaan anda.

No. PERTANYAAN S P J TP

1. Saya malas melakukan √


kegiatan diruangan
2. Saya dapat menyelesaikan √
tugas saya kerjakan dengan
tepat waktu
3. Tugas yang diserahkan √
kepada saya, saya kerjakan
dengan sungguh-sungguh
4. Saya mengikuti terapi √
aktivitas kelompok
5. Saya berpenampilan bersih √
dan rapi
6. Dalam percakapan saya
lebih banyak menjadi √
pendengar saja
7. Saya mengajak bicara orang √
lain tanpa memandang siapa
dirinya
8. Saya memperkenalkan diri √
kepada orang lain yang
belum saya kenal
9. Saya menyampaikan √
pendapat saya tanpa ragu-
ragu
10. Saya bicara dengan orang
lain dengan nada suara yang √
jelas dan bisa dimengerti
orang lain
11. Saya menatap lawan bicara √
saat melakukan percakapan
12. Saya tersenyum bila √
bertemu dengan orang lain
13. Saya mempunyai teman √
dekat
14. Saya lebih suka menyendiri √

15. Saya memulai suatu √


pembicaraan dengan orang
12 2 11
Jumlah 25

Rentang Nilai :

Tingkat sosialisasi tidak baik = 0 – 30

Tingkat sosialisasi cukup baik = 31 – 55

Tingkat sosialisasi baik = 56 – 70

Keterangan :

Semakin tinggi skor yang didapat, menunjukan tingkat sosialisasi yang baik
KUESIONER Responden 2
( Setelah Diberikan Intervensi Hari Kedua)
Nama Pasien : Tn. U

Ruangan : Elang

Petunjuk Pengisian :

1. Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda

sesungguhnya atau kehidupan anda sehari – hari.

2. Berilah tanda (√) pada pilihan anda berdasarkan kriteria :

4 (S) = Selalu (Lebih dari 3 kali sehari)

3 (P) = Pernah (2 – 3 kali sehari)

2 (J) = Jarang (kurang dari 2 kali sehari)

1 (TP) = Tidak Pernah (tidak pernah sama sekali)

3. Dalam hal ini tidak ada jawaban yang salah, jawaban yang benar adalah

jawaban yang sesuai dengan keadaan anda sesungguhnya.

4. Kami sangat menghargai kejujuran dan keterbukaan anda.

No. PERTANYAAN S P J TP

1. Saya malas melakukan √


kegiatan diruangan
2. Saya dapat menyelesaikan √
tugas saya kerjakan dengan
tepat waktu
3. Tugas yang diserahkan √
kepada saya, saya kerjakan
dengan sungguh-sungguh
4. Saya mengikuti terapi √
aktivitas kelompok
5. Saya berpenampilan bersih √
dan rapi
6. Dalam percakapan saya √
lebih banyak menjadi
pendengar saja
7. Saya mengajak bicara orang √
lain tanpa memandang siapa
dirinya
8. Saya memperkenalkan diri √
kepada orang lain yang
belum saya kenal
9. Saya menyampaikan √
pendapat saya tanpa ragu-
ragu
10. Saya bicara dengan orang √
lain dengan nada suara yang
jelas dan bisa dimengerti
orang lain
11. Saya menatap lawan bicara √
saat melakukan percakapan
12. Saya tersenyum bila √
bertemu dengan orang lain
13. Saya mempunyai teman √
dekat
14. Saya lebih suka menyendiri √

15. Saya memulai suatu √


pembicaraan dengan orang
9 20 2
Jumlah 31

Rentang Nilai :

Tingkat sosialisasi tidak baik = 0 – 30

Tingkat sosialisasi cukup baik = 31 – 55

Tingkat sosialisasi baik = 56 – 70

Keterangan :

Semakin tinggi skor yang didapat, menunjukan tingkat sosialisasi yang baik
Responden 1

KUESIONER
( Setelah Diberikan Intervensi Hari Ketiga)
Nama Pasien : Tn. O

Ruangan : Elang

Petunjuk Pengisian :

1. Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda

sesungguhnya atau kehidupan anda sehari – hari.

2. Berilah tanda (√) pada pilihan anda berdasarkan kriteria :

4 (S) = Selalu (Lebih dari 3 kali sehari)

3 (P) = Pernah (2 – 3 kali sehari)

2 (J) = Jarang (kurang dari 2 kali sehari)

1 (TP) = Tidak Pernah (tidak pernah sama sekali)

3. Dalam hal ini tidak ada jawaban yang salah, jawaban yang benar adalah

jawaban yang sesuai dengan keadaan anda sesungguhnya.

4. Kami sangat menghargai kejujuran dan keterbukaan anda.

No. PERTANYAAN S P J TP

1. Saya malas melakukan √


kegiatan diruangan
2. Saya dapat menyelesaikan √
tugas saya kerjakan dengan
tepat waktu
3. Tugas yang diserahkan
kepada saya, saya kerjakan √
dengan sungguh-sungguh
4. Saya mengikuti terapi √
aktivitas kelompok
5. Saya berpenampilan bersih √
dan rapi
6. Dalam percakapan saya √
lebih banyak menjadi
pendengar saja
7. Saya mengajak bicara orang √
lain tanpa memandang siapa
dirinya
8. Saya memperkenalkan diri √
kepada orang lain yang
belum saya kenal
9. Saya menyampaikan √
pendapat saya tanpa ragu-
ragu
10. Saya bicara dengan orang √
lain dengan nada suara yang
jelas dan bisa dimengerti
orang lain
11. Saya menatap lawan bicara √
saat melakukan percakapan
12. Saya tersenyum bila √
bertemu dengan orang lain
13. Saya mempunyai teman √
dekat
14. Saya lebih suka menyendiri √

15. Saya memulai suatu √


pembicaraan dengan orang
12 16 3
Jumlah 31

Rentang Nilai :

Tingkat sosialisasi tidak baik = 0 – 30

Tingkat sosialisasi cukup baik = 31 – 55

Tingkat sosialisasi baik = 56 – 70

Keterangan :

Semakin tinggi skor yang didapat, menunjukan tingkat sosialisasi yang baik
KUESIONER Responden 2
( Setelah Diberikan Intervensi Hari Ketiga)
Nama Pasien : Tn. U

Ruangan : Elang

Petunjuk Pengisian :

1. Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda

sesungguhnya atau kehidupan anda sehari – hari.

2. Berilah tanda (√) pada pilihan anda berdasarkan kriteria :

4 (S) = Selalu (Lebih dari 3 kali sehari)

3 (P) = Pernah (2 – 3 kali sehari)

2 (J) = Jarang (kurang dari 2 kali sehari)

1 (TP) = Tidak Pernah (tidak pernah sama sekali)

3. Dalam hal ini tidak ada jawaban yang salah, jawaban yang benar adalah

jawaban yang sesuai dengan keadaan anda sesungguhnya.

4. Kami sangat menghargai kejujuran dan keterbukaan anda.

No. PERTANYAAN S P J TP

1. Saya malas melakukan √


kegiatan diruangan
2. Saya dapat menyelesaikan √
tugas saya kerjakan dengan
tepat waktu
3. Tugas yang diserahkan √
kepada saya, saya kerjakan
dengan sungguh-sungguh
4. Saya mengikuti terapi √
aktivitas kelompok
5. Saya berpenampilan bersih √
dan rapi
6. Dalam percakapan saya √
lebih banyak menjadi
pendengar saja
7. Saya mengajak bicara orang √
lain tanpa memandang siapa
dirinya
8. Saya memperkenalkan diri √
kepada orang lain yang
belum saya kenal
9. Saya menyampaikan √
pendapat saya tanpa ragu-
ragu
10. Saya bicara dengan orang √
lain dengan nada suara yang
jelas dan bisa dimengerti
orang lain
11. Saya menatap lawan bicara √
saat melakukan percakapan
12. Saya tersenyum bila √
bertemu dengan orang lain
13. Saya mempunyai teman √
dekat
14. Saya lebih suka menyendiri √

15. Saya memulai suatu √


pembicaraan dengan orang
8 21 10 1
Jumlah 40

Rentang Nilai :

Tingkat sosialisasi tidak baik = 0 – 30

Tingkat sosialisasi cukup baik = 31 – 55

Tingkat sosialisasi baik = 56 – 70

Keterangan :

Semakin tinggi skor yang didapat, menunjukan tingkat sosialisasi yang baik
Lampiran 8 Responden 1

LEMBAR OBSERVASI

Nama pasien : Tn. O

Usia : 40 th

Hari ke I Hari ke II Hari ke III


Data Tanda dan gejala
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Mayor √ √ √
Subjektif 1. Merasa ingin sendiri
2. Merasa tidak aman di
√ √ √
tempat umum
Objektif 3. Menarik diri √ √ √
4. Tidak berminat/menolak
berinteraksi dengan
√ √ √
orang lain atau
lingkungan
Minor
5. Merasa berbeda dengan √ √ √
Subjektif
orang lain
6. Merasa asik dengan
√ √ √
pikiran sendiri
7. Merasa tidak
mempunyai tujuan yang √ √ √
jelas
8. Afek datar √ √ √
9. Afek sedih √ √ √
10. Riwayat ditolak √ √ √
11. Menunjukkan
√ √ √
permusuhan
12. Tidak mampu
Objektif memenuhi harapan √ √ √
orang lain
13. Kondisi difabel √ √ √
14. Tindakan tidak berarti √ √ √
15. Tidak ada kontak mata √ √ √
16. Perkembangan terlambat √ √ √
17. Tidak bergairah / lesu √ √ √
Sumber : (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
Ket :

Semakin banyak skor tidak, menunjukkan bahwa pasien mengalami peningkatan


dalam isolasi sosial.

Beri tanda (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” apabila tanda dan gejala yang
tertera sesuai pengamatan
Responden 2
LEMBAR OBSERVASI

Nama pasien : Tn. U

Usia : 27 th

Hari ke I Hari ke II Hari ke III


Data Tanda dan gejala
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Mayor √ √ √
Subjektif 1. Merasa ingin sendiri
2. Merasa tidak aman di
√ √ √
tempat umum
Objektif 3. Menarik diri √ √ √
4. Tidak berminat/menolak
berinteraksi dengan
√ √ √
orang lain atau
lingkungan
Minor
√ √ √
Subjektif
5. Merasa berbeda dengan
orang lain
6. Merasa asik dengan
√ √ √
pikiran sendiri
7. Merasa tidak
mempunyai tujuan yang √ √ √
jelas
8. Afek datar √ √ √
9. Afek sedih √ √ √
10. Riwayat ditolak √ √ √
11. Menunjukkan
√ √ √
permusuhan
12. Tidak mampu
Objektif memenuhi harapan √ √ √
orang lain
13. Kondisi difabel √ √ √
14. Tindakan tidak berarti √ √ √
15. Tidak ada kontak mata √ √ √
16. Perkembangan terlambat √ √ √
17. Tidak bergairah / lesu √ √ √
Sumber : (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
Ket :

Semakin banyak skor tidak, menunjukkan bahwa pasien mengalami peningkatan


dalam isolasi sosial.

Beri tanda (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” apabila tanda dan gejala yang
tertera sesuai pengamatan
Lampiran 9

STRATEGI PELAKSANAAN 3 PASIEN : MENGAJARKAN CARA

BERKENALAN DENGAN PASIEN LAIN

Tujuan Khusus :

1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya

Tujuan Keperawatan :

1. Bina hubungan saling percaya dengan mengucapkan salam terapeutik dan

melakukan perkenalan

A. Strategi komunikasi

1. Orientasi

a. Salam terapeutik :

“Selamat pagi pak, perkenalkan saya suster Elfira, bapak bisa panggil

saya Elfira, saya yang akan merawat bapak selama 3 hari kedepan,

selama bapak dirumah sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya

dipanggil apa?”

b. Evaluasi/Validasi :

“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah masih ada perasaan

kesepian? Bagaimana semangatnya untuk bercakap-cakap dengan

teman? Apakah bapak sudah mulai berkenalan dengan orang lain?

Bagaimana perasaan bapak setelah mulai berkenalan”

c. Kontrak (Topik, waktu dan tempat) :

“Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan latihan

bagaimana berkenalan dan bercakap-cakap dengan 2 orang lain agar


bapak semakin banyak teman. Apakah bapak bersedia? Berapa lama

mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10-15 menit? Bapak mau

berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di ruang makan?

d. Tujuan :

“Tujuannya agar bapak bisa tahu bagaimana cara berkenalan dengan

orang lain”

2. Kerja

Baiklah hari ini saya datang bersama dua orang perawat yang juga dinas

di ruangan … ini, bapak bisa mulai berkenalan. Apakah bapak masih

ingat bagaimana cara berkenalan? (beri pujian jika pasien masih ingat,

jika pasien lupa, bantu pasien mengingat kembali cara berkenalan). Nah

silahkan bapak mulai (fasilitasi perkenalan antara pasien dengan perawat

lain). Wah bagus sekali pak, selain nama, alamat, hobi apakah ada yang

ingin bapak ketahui tentang perawat C dan D? (bantu pasien

mengembangkkan topik pembicaraan). Wah bagus sekali, nah bapak apa

kegiatan yang biasa bapak lakukan pada jam ini? Bagaimana kalau kita

menemani teman bapak yang sedang makan siang di ruang makan sambil

menolong teman bapak bisa bercakap-cakap dengan teman yang lain.

Mari pak (dampingi pasien). Apa yang ingin bapak bicarakan dengan

teman bapak. Tentang cara menata kursi untuk makan silahkan pak (jika

pasien diam dapat dibantu oleh perawat). Coba bapak tanyakan

bagaimana cara menata kursi kepada teman bapak? Apakah harus rapi

atau tidak? Silahkan pak, apalagi yang ingin bapak bicarakan, silahkan.
Oke sekarang kursinya sudah rapi, bagaimana kalau bapak dengan teman

bapak melakukan menyusun makanan diatas meja bersama. Silahkan

bapak bercakap-cakap.

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi

1) Evaluasi subjektif :

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berkenalan dengan

perawat C dan D dan bercakap-cakap dengan teman bapak saat

menyiapkan makan siang di ruang makan?

2) Evaluasi objektif :

“Coba bapak sebutkan kembali bagaimana caranya berkenalan”

b. Rencana tindak lanjut

Bagaimana jika ditambah lagi kegiatan bercakap-cakap ketika

membantu teman sedang menyiapkan makan siang. Mau jam berapa

bapak latihan? Ketika makan pagi dan makan siang?

c. Kontrak yang akan datang (topik, waktu dan tempat)

Baiklah bapak bagaimana kalau besok saya akan mendampingi bapak

berkenalan dengan 4 orang lain dan latihan bercakap-cakap saat

melakukan kegiatan harian lain, apakah bapak bersedia? Bapak mau

jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Bapak maunya dimana kita

berbincang-bincang? Bagaimana kalau diruang makan? Baiklah

bapak, besok saya akan kesini jam 10.00 sampai jumpa besok pak.

Saya permisi Assalamualaikum Wr.Wb.


Lampiran 10

DOKUMENTASI

Adapun yang terlampir disini yaitu foto-foto yang dijadikan dokumen guna untuk

melengkapi penelitian ini :

1. Lembar Persetujuan (Senin, 14 Juni 2021)

Gambar 1 Gambar 2

Keterangan :

Gambar 1 : Tn. O 40 th, mengalami isolasi sosial sudah 5 hari dirawat di


Ruang Elang
Gambar 2 : Tn. U 27 th, mengalami isolasi sosial sudah 4 hari dirawat di
Ruang Elang

2. Intervensi Berkenalan dengan Orang Lain (15 Juni 2021)

Gambar 1 Gambar 2

Keterangan : Setelah dilakukan pendekatan, kedua responden melakukan

intervensi berkenalan dengan orang lain.


Lampiran 11

SURAT LULUS ETIK


Lampiran 12

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Elfira Maulita

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 13 Juni 2000

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Jl. Lebak sari Gg. Sairi I no.23, Kebayoran lama

Email : elfiramaulita00@gmail.com

No. Hp : 081213012261

Pekerjaan : Mahasiswa

Golongan Darah : A

Kewarganegaraan : Indonesia

B. Riwayat Pendidikan

No Nama Sekolah Lama Pendidikan

1 SDN Cipulir 11 Pagi 2006-2012

2 SMPN 153 Jakarta 2012-2015

3 SMAN 29 Jakarta 2015-2018

Anda mungkin juga menyukai