0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
138 tayangan9 halaman

Laporan Pendahuluan Fek

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 9

LAPORAN PENDAHULUAN

FISTULA ENTERO CUTANEUS

Disusun Oleh :
Nama : Annisa Novia Hasanah
NIM : 1811040092
Ruang : Dahlia

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018
I. DEFINISI
Fistula adalah suatu ostium abnormal, berliku-liku antara dua organ berongga
internal atau antara organ internal dengan tubuh bagian luar. Fistula ani adalah Luka
bernanah / borok sulit sembuh disamping anus. Fistula ani atau Fistel paraanal adalah
saluran yang menyerupai pipa (fistula, latin = pipa). Sering teraba menyerupai
pipa/saluran yang mengeras. Saluran ini terbentuk mulai dari dalam anus (anorektal)
menembus keluar bokong (perineum).
Fistul adalah hubungan abnormal antara dua struktur tubuh baik interna
( antara dua struktur ) atau eksterna ( antara struktur interna dan permukaan luas
tubuh). Entero Cutaneous fistul : gastrointestinal fistul Setiap hubungan abnormal
antara dua buah permukaan atau rongga tubuh.
Entero – enteral atau enterocutaneous fistula adalah saluran abnomal terjadi
pada perut atau usus besar/ usus kecil dengan organ lain, bisa terjadi pada usus yang
satu dengan usus lainnya ( enteroenteral ) atau usus dengan kulit enterocutaneous
fistul).

II. ETIOLOGI
Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau
rektum. Kadang-kadang fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses
anorektal. Tetapi lebih sering, penyebabnya tidak dapat diketahui.
Fistula sering ditemukan pada penderita:
─ penyakit Crohn
─ tuberkulosis
─ divertikulitis
─ kanker atau cedera anus maupun rektum.
─ Akibat pembedahan
─ Trauma, khususnya trauma penestrasi seperti luka bacok atau luka tembak
─ Proses inflamasi
─ Infeksi
Fistula enterokutaneus biasanya diakibatkan :
a. Spontaneous (15% sampai 25%)
- Radang usus buntu
- Lubang duodenal ulcers
- Radiasi
- Penyakit diverticular
- Ischemic usus
- Malignancies.
b. Postoperative (75% hingga 85%)
- Kegagalan anastomotic
- Penutupan abdominal.
- Operasi kanker
- Lysis yang adhesions
III. MANIFESTASI KLINIS
Entero cutaneous fistula tidak mempunyai tanda- gejala spesifik tergantung
pada segmen usus yang terkena , antara lain :
- Diare
- Malabsorption of nutrisi
- Dehidrasi
- Terjadi kebocoran pada usus dan ada yang menembus sampai kulit
IV. PATOFISIOLOGI
Salah satu etiologi dari terbentuknya fistel adalah dari pembedahan. Biasanya
karena terjadi kurangnya ke sterilan alat atau kerusakan intervensi bedah yang
merusak abdomen. Maka kuman akan masuk kedalam peritoneum hingga terjadinya
peradangan pada peritoneum sehingga keluarnya eksudat fibrinosa (abses),
terbentuknya abses biasanya disertai dengan demam dan rasa nyeri pada lokasi abses.
Infeksi biasanya akan meninggalkan jaringan parut dalam bentuk pita jaringan
(perlengketan/adesi), karena adanya perlengketan maka akan terjadinya kebocoran
pada permukaan tubuh yang mengalami perlengketan sehingga akan menjadi
sambungan abnormal diantara 2 permukaan tubuh. Maka dari dalam fistel akan
meneluarkan drain atau feses.
Karena terjadinya kebocoran pada permukaan tubuh yang mengalami
perlengketan maka akan menyumbat usus dan gerakan peristaltik usus akan berkurang
sehingga cairan akan tertahan didalam usus halus dan usus besar (yang bisa
menyebabkan edema), jika tidak di tangani secara cepat maka cairan akan merembes
kedalam rongga peritoneum sehingga terjadinya dehidrasi.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laborat
Hitung darah lengkap untuk mengkaji HMT , Kadar Hb yang biasanya menurun
serta hitung sel darah putih ( yang mungkin meningkat ). Laju Sedimentasi
biasanya akan meningkat. Kadar albumin dan protein menurun yang
menunjukkan malnutrisi
2. Pemeriksaan Rontgen
Dengan radio pague untuk mengetahui antomi fistule
Bila fistel terjadi pada colon penggunaan contras enema ( pemberian contras di
berikan melalui rektum ) lebih bermanfaat
3. CT Scan Abdomen
Untuk mengetahui peradangan atau infeksi
4. Fistulogram
Dengan memberikan cairan radio opaque disuntikan dalam fistul
enterocutaneus,kemudian di rontgen maka hasilnya akan tampak lebih bagus.

II. PENATALAKSANAAN
1. Fistul akan menutup dengan sendirinya setelah beberapa minggu sampai
beberapa bulan. Tergantung keadaan kliniknya, yaitu klien mendapatkan
tambahan nutrisi per IV , tanpa suplemen makanan fistul akan menutup
2. Masukan diit dan cairan
Cairan oral , diit rendah residu tinggi protein tinggi kalori dan terapi suplemen
vitamin dan pengganti zat besi untuk diberikan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi.
3. Terapi obat-obatan
Obat-obatan sedatif dan antidiare atau antiperistaltik digunakan untuk mengurangi
peristaltic sampai minimun untuk mengistirahatkan usus yang terinflamasi
4. Pembedahan
Pembedahan akan dilakukan pada bagian tertentu, untuk membuka bagian usus
tertentu seandainya mengalami kesulitan penyembuhan
5. Segera periksa :
─ Bila anda menemukan perubahan yang signifikan pada kebiasaan eliminasi,
diare yang hebat
─ Ada kebocoran dari usus atau kebocoran dari kulit setelah pembedahan
III. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien fisula adalah :
a. Infeksi
b. Gangguan fungsi reproduksi
c. Gangguan dalam berkemih
d. Gangguan dalam defekasi
e. Ruptur/ perforasi organ yang terkait
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan fistel enterokutaneus :
a. Kekurangan gizi
b. Dehidrasi
c. Masalah kulit
d. keracunan darah
IV. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD (efek pembesaran ginjal)
b. Eliminasi
Gejala : Penurunan kekuatan /dorongan aliran urin, tetesan
Tanda : Feses keluar melalui fistula
c. Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia; mual dan muntah
Tanda : Penurunan Berat Badan
d. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri suprapubik, daerah fistula dan nyeri punggung bawah
e. Keamanan
Gejala : Demam
f. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Rencana pembedahan
Rencana Pemulangan :
Memerlukan bantuan dengan manajemen terapi
V. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, proses inflamasi
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, proses
pembedahan
c. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan pola defekasi.
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan
interpretasi.
VI. RENCANA TINDAKAN
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, proses inflamasi
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi Rasional
a. Dorong pasien untuk a) Mencoba untuk mentoleransi
melaporkan nyeri. nyeri tanpa analgesik.
b. Kaji laporan kram abdomen b) Nyeri sebelum defekasi sering
atau nyeri, catat lokasi, terjadi pada KU dengan tiba-
lamanya, intensitas. tiba, dimana dapat berat dan
c. Catat petunjuk non-verbal, terus-menerus.
mis.gelisah, menolak untuk c) Dapat digunakan pada
bergerak, berhati-hati hubungan petunjuk verbal untuk
dengan abdomen. mengidentifikasi luas/ beratnya
d. Kaji ulang faktor-faktor masalah
yang meningkatkan/ d) Dapat menunjukkan dengan
menghilangkan nyeri tepat pencetus atau faktor
e. Bersihkan area rektal pemberat
dengan sabun ringan dan e) Melindungi kulit dari asam
air/lap setelah defekasi dan usus, mencegah ekskoriasi.
berikan perawatan kulit. f) Dapat menunjukkan terjadinya
f. Observasi/ catat distensi obstruksi usus karena inflamasi,
abdomen, peningkatan edema, dan jaringan parut.
suhu, penurunan TD

b. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, proses


pembedahan
Tujuan : Klien bebas dari tanda-tanda infeksi
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital, 1. Suhu malam hari memuncak yang
perhatikan peningkatan suhu. kembali ke normal pada pagi hari
adalah karakteristik infeksi.
2. Obeservasi penyatuan luka,
adanya inflamasi 2. Perkembangan infeksi dapat
3. Pantau pernapasan, bunyi memperlambat pemulihan
napas. Pertahankan kepala 3. Infeksi pulmonal dapat terjadi
tempat tidur tinggi 35-45 karena depresi pernapasan,
derajat, bantu pasien untuk ketidakefektifan batuk, dan
membalik, batuk, dan napas distensi abdomen.
dalam. 4. Meskipun persiapan usus
4. Observasi terhadap tanda/ dilakukan sebelum pembedahan,
gejala peritonitis, mis, demam, peritonitis dapat terjadi bila usus
peningkatan nyeri, distensi terganggu, mis, ruptur praoperasi,
abdomen. kebocoran anastomosis.
5. melindungi pasien dari
5. Pertahankan perawatan luka
kontaminasi silang selama
aspetik. Pertahankan balutan
penggantian balutan. Balutan
kering.
basah bertindak sebagai retrograd,
menyerap kontaminan eksternal.
6. Berikan obat antibiotik sesuai
6. Diberikan secara profilaktik dan
indikasi.
untuk mengatasi infeksi.

c. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan pola defekasi.


Tujuan : Terjadi peningkatan rasa harga diri
Intervensi Rasional
a. Kaji respon dan reaksi pasien dan a. Menyediakan data tentang masalah
keluarga terhadap penyakit dan pada pasien dan keluarga dalam
penanganannya menghadapi perubahan dalam hidup
b. Kaji hubungan antara pasien b. Mengindentifikasi penguatan dan
dengan anggota keluarga dukungan terhadap pasien.
c. Kaji pola koping pasien dan c. Pola koping yang efektif diasa lalu
anggota keluarga mungkin potensial destruktif ketika
d. Ciptakan diskusi terbuka tentang memandang pembatasan yang
perubahan yang terjadi akibat ditetapkan.
penyakit dan penanganannya. d. Pasien dapat mengindentifikasi
masalah dan langkah-langkah yang
diperlukan untuk menghadapinya.
.
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan : Kecemasan berkurang atau teratasi
Intervensi Rasional
a. Catat petunjuk perilaku mis, a. Stres dapat terjadi sebagai akibat
gelisah, peka rangsang, menolak, gejala fisik kondisi, juga reaksi
kurang kontak mata, perilaku lain.
menarik perhatian. b. membuka hubungan terapeutik.
b. Dorong menyatakan perasaan. Membantu dalam meng-
Berikan umpan balik indentifikasi masalah yang
c. Akui bahwa ansietas dan masalah menyebabkan stres.
mirip yang diekspresikan orang c. Validasi bahwa perasaan normal
lain. Tingkatkan perhatian dapat membantu menurunkan
mendengan pasien. stres.
d. Berikan informasi yang akurat d. Keterlibatan pasien dalam
dan nyata tentang apa yang perencanaan perawatan
dilakukan. memberikan rasa kontrol dan
e. Berikan lingkungan tenang dan membantu menurunkan ansietas.
istirahat. e. meningkatkan relaksasi,
f. Dorong pasien/orang terdekat membantu menurunkan ansietas.
untuk menyatakan perhatian, f. tindakan dukungan dapat
perilaku perhatian. membantu pasien merasa stres
g. Bantu pasien belajar mekanisme berkurang.
koping baru, mis teknikmeningkatkan kontrol penyakit.
mengatasi stres.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan


interpretasi.
Tujuan : Klien/ keluarga menyatakan pemahaman tentangproses penyakit dan
pengobatan.
Intervensi Rasional
a. Tentukan persepsi pasien/ a. Membuat pengetahuan dasar dan
keluarga tentang proses penyakit. memberikan kebutuhan belajar
b. Kaji ulang proses penyakit, individu.
penyebab/ efek hubungan faktor b. Pengetahuan dasar yang akurat
yang menimbulkan faktor memberikan kesempatan pasien
pendukung. untuk membuat keputusan
c. Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, informasi/pilihan tentang masa
dosis, dan kemungkinan efek depan dan kontrol penyakit.
samping. c. Meningkatkan pemahaman dan
d. Tekankan pentingnya perawatan dapat meningkatkan kerjasama
kulit, mis, teknik cuci tangan dalam program.
dengan baik dan perawatan d. menurunkan penyebaran bakteri
perineal yang baik. dan resiko iritasi kulit/kerusakan,
e. Penuhi kebutuhan evaluasi jangka infeksi.
panjang dan evaluasi periodik. e. Pasien dengan inflamasi beresiko
untuk kanker dan evaluasi
diagnostik teratur dapat
diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed.3. EGC. Jakarta.
Mansjoer Arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Ed 3. Penerbit Media Aesculapuis
FKUI. Jakarta.
Smeltzer Suzanne. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 8. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai