Makalah Filsafat Empirisme
Makalah Filsafat Empirisme
Makalah Filsafat Empirisme
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
FAKULTAS TARBIYAH
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah
memberikan kemampuan, serta keberkahan baik itu berupa waktu, tenaga,
maupun pikiran sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Semoga kita mendapatkan
syafaatnya di yaumul akhir nanti. Aamiin ya rabbal alaamiin.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna karena masih
banyak kekurangan dan kelemahan pada penyusunan maupun penulisan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini serta bisa lebih baik lagi
dalam pembuatan makalah di waktu yang akan datang. Kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan yang berguna dan
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
( Kelompok 3 )
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan ............................................................................................ 1
A. Kesimpulan .................................................................................... 9
B. Saran ............................................................................................... 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
1
F. Budi Hardiman, Pemikiran-Pemikiran Membentuk Dunia Modern, (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 56.
1
PEMBAHASAN
A. Pengertian Empirisme
Para pemikir di Inggris bergerak ke arah yang berbeda dengan tema yang
telah dirintis oleh Descartes. Mereka lebih mengikuti Jejak Francis Bacon,
yaitu aliran empirisme. Akan tetapi tidak berarti bahwa rasionalisme ditolak
sama sekali. Dapat dikatakan bahwa rasionalisme dipergunakan dalam
kerangka empirisme, atau rasionalisme dilihat dalam bingkai empirisme.
B. Teori Empirisme
2
Beni Ahmad Saebeni, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 265.
3
Harun, H, Sari Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: Kisanius, 2014), hlm. 32.
2
Para ahli yang mengikuti pendirian Empirisme mempunyai pendapat yang
berbeda dengan aliran Nativisme. Pengikut aliran nativisme berpendapat
bahwa perkembangan itu semata-mata tergantung pada faktor dasar,
sedangkan empirisme mengatakan bahwa dalam perkembangan anak menjadi
manusia dewasa ditentukan oleh lingkungan dan pendidikan.
Tokoh utama aliran ini adalah John Locke. Doktrin aliran empirisme yang
sangat masyhur adalah “tabula rasa” yang berarti batu tulis atau lembaran
yang kosong. Doktrin ini menekankan arti penting pengalaman, lingkungan
dan pendidikan, faktor orang tua dan keluarga terutama sifat dan keadaan
mereka sangat menentukan arah perkembangan masa depan anak.
2. Lingkungan Dalam
3. Lingkungan Sosial
C. Jenis-Jenis Empirisme
Empirio-Kritisisme
4
Atang Abdul Hakim, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 270.
5
Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat & Etika, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 111-112.
3
Disebut juga Machisme. Sebuah aliran filsafat yang bersifat subyaktif-
idealistik. Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti aliran ini
adalah ingin “membersihkan” pengertian pengalaman dari konsep
substansi, keniscayaan, dan kausalitas. Sebagai gantinya aliran ini
mengajukan konsep dunia sebagai kumpulan jumlah elemen-elemen
netral. Aliran ini dapat dikatakan sebagai kebangkitan kembali ide
Barkeley dan Hume tatapi secara sembunyi-sembunyi, karena dituntut
oleh tuntunan sifat netral filsafat. Aliran ini juga anti metafisik.
Empirisme Logis
Empiris Radikal
6
Jufri Naldo, Buku Ajar Filsafat Umum, (Medan: Merdeka Kreasi, 2022), hlm. 85.
4
John Locke lahir di Warrington, Somersetshire, Inggris pada tahun
1632. Ayahnya yang senang dengan dunia politik dan mendukung
pemerintahan parlemen berpengaruh besar pada dirinya. Dalam masalah
politik, awalnya ia tidak sependapat dengan ayahnya. Ia lebih mendukung
sistem pemerintahan monarki. Akan tetapi, setelah menjadi sekretaris Lord
Ashley (Keluarga Shaftesbury), ia mengubah pemikirannya. Ia berganti
mendukung pemerintahan parlemen sebagaimana ayahnya.
7
Masykur Arif Rahman, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2013), hlm. 262.
5
menerjemahkan karya Homeros dan pada akhirnya ia meninggal dalam
usia 91 tahun, tepatnya pada tahun 1679.8
8
Masykur Arif Rahman, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2013), hlm. 256.
9
Masykur Arif Rahman, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2013), hlm. 271.
6
Kritik terhadap empirisme yang diungkapkan oleh Honer dan Hunt (1968)
dalam Suriasumantri (1994) terdiri atas tiga bagian, yaitu :
11
Restu Kartiko Widi, Menggelorakan Penelitian; Pengenalan dan Penuntun Pelaksanaan Penelitian,
(Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm. 32.
7
dapat memberi suatu pengetahuan yang kebenarannya adalah universal dan
bernilai penting. Kritik lain yang juga diungkapkan oleh Brower dan Heryadi
(1986) bahwa tidak mungkin unsur-unsur khusus menghasilkan suatu kebenaran
yang bersifat universal. Meskipun diakui bahwa munculnya pengetahuan berasal
dari pengamatan, tetapi pada kenyataan tidak semua sumber pengetahuan hanya
terdapat dalam pengamatan.12
Dari sudut pandang yang lain, kritik terhadap empirisme perlu juga
dipahami sebagai kritik terhadap ilmu pengetahuan. Dengan adanya keterbatasan
dalam empirisme sebagai salah satu prosedur dari metode ilmiah, memberi
gambaran kepada kita bahwa kebenaran dalam ilmu pengetahuan bukanlah satu-
satunya kebenaran yang ada. Tetapi sebagai ilmuwan, kita harus dengan rendah
hati mengakui bahwa di luar ilmu pengetahuan masih terdapat kebenaran lain.
Dengan demikian, kebenaran ilmu pengetahuan tidak bisa berjalan sendiri, tetapi
didalam membangun keharmonisan dan keseimbangan hidup, kebenaran ilmu
pengetahuan perlu berdampingan dengan kebenaran-kebenaran dari pengetahuan
lain, seperti seni, etika dan agama. Pengetahuan lain di luar ilmu pengetahuan
ilmiah perlu dipahami dengan baik oleh para ilmuwan agar dapat menciptakan
atau menghasilkan nuansa yang lebih dinamis pada pengetahuan ilmiah.14
BAB III
PENUTUP
12
Himawan Putranta, Perkembangan Filsafat Abad Modern, (Yogyakarta: UNY, 2017), hlm. 47-49.
13
B.E Matindas, Meruntuhkan Benteng Ateisme Modern, (Yogyakarta: PBMR ANDI, 2010), hlm, 40.
14
F. Budi Hardiman, Filsafat Modern, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm. 133-134.
8
A. Kesimpulan
B. Saran
Menyadari hal yang masih jauh dari kata sempurna, karena kami sebagai
penulis makalah ini hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan
dosa. Kedepannya kami akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan
masalah-masalah yang sudah kita bahas dengan sumber-sumber yang bisa
dipertanggungjawabkan. Jika ada kritik atau saran silahkan disampaikan
kepada kami sebagai penulis.
DAFTAR PUSTAKA
9
Hakim, Atang Abdul. 2008. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Naldo, Jufri. 2022. Buku Ajar Filsafat Umum. Medan: Merdeka Kreasi.
Rahman, Masykur Arif. 2013. Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: IRCiSoD.
Widi, Restu Kartiko. 2018. Menggelorakan Penelitian; Pengenalan dan Penuntun Pelaksanaan
Penelitian. Yogyakarta: Deepublish.
10