Makalah Filsafat Empirisme

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FILSAFAT EMPIRISME DAN TOKOH-TOKOH EMPIRISME

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Umum

Dosen Pengampu : Akh. Faqih, M. Pd

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

1. Achmad Fajarisman Muharrom (23381071003)

2. Ula Hidayatul Ikhroma (23381072071)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah
memberikan kemampuan, serta keberkahan baik itu berupa waktu, tenaga,
maupun pikiran sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Semoga kita mendapatkan
syafaatnya di yaumul akhir nanti. Aamiin ya rabbal alaamiin.

Penulisan makalah yang berjudul “Filsafat Empirisme dan Tokoh-Tokoh


Empirisme” bertujuan untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Filsafat Umum.
Selain itu, kami ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak
Akh. Faqih, M. Pd selaku Dosen Pengampu pada Mata Kuliah Filsafat Umum.
Karena, tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan tentang Filsafat Umum yaitu khususnya Filsafat Empirisme.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna karena masih
banyak kekurangan dan kelemahan pada penyusunan maupun penulisan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini serta bisa lebih baik lagi
dalam pembuatan makalah di waktu yang akan datang. Kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan yang berguna dan
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Pamekasan, 23 September 2023

( Kelompok 3 )

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................. 2

A. Pengertian Empirisme .................................................................... 2

B. Teori Empirisme ............................................................................ 3

C. Jenis-Jenis Empirisme .................................................................... 4

D. Tokoh-Tokoh Empirisme ............................................................... 5

E. Kritik Terhadap Paham Empirisme ................................................ 7

BAB III PENUTUP ...................................................................... 9

A. Kesimpulan .................................................................................... 9

B. Saran ............................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu paham yang memaparkan tentang sumber pengetahuan adalah


paham empirisme. Empirisme adalah paham yang mencoba memaparkan dan
menjelaskan bahwa, sumber pengetahuan manusia itu adalah pengalaman.
Pada prinsipnya ilmu pengetahuan menjadi sangat urgen ketika manusia
dihadapkan pada perkembangan zaman yang semakin maju dengan ilmu
pengetahuan.1

Ada beberapa aliran-aliran filsafat yaitu: Filsafat materialisme, idealisme,


Realisme, Rasionalisme. Empirisme, Eksistensialisme, Intuisionisme,
Fenomenalisme, Skeptisisme. Namun pada makalah ini kami mengkaji
tentang Filsafat Empirisme.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Empirisme?

2. Bagaimana Teori Empirisme?

3. Apa Saja Jenis-Jenis Empirisme?

4. Siapa Saja Tokoh-Tokoh Empirisme?

C. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian Empirisme

2. Mengetahui Teori Empirisme

3. Mengetahui Jenis-Jenis Empirisme

4. Mengetahui Tokoh-Tokoh Empirisme

BAB II
1
F. Budi Hardiman, Pemikiran-Pemikiran Membentuk Dunia Modern, (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 56.

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Empirisme

Empirisme adalah salah satu aliran dalam filosof yang menekankan


peranan pengalamanan dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu
sendiri, dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme diambil dari bahasa
yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu
doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme.

Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang


sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber
dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan
kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.2

Para pemikir di Inggris bergerak ke arah yang berbeda dengan tema yang
telah dirintis oleh Descartes. Mereka lebih mengikuti Jejak Francis Bacon,
yaitu aliran empirisme. Akan tetapi tidak berarti bahwa rasionalisme ditolak
sama sekali. Dapat dikatakan bahwa rasionalisme dipergunakan dalam
kerangka empirisme, atau rasionalisme dilihat dalam bingkai empirisme.

Orang pertama pada abad ke-17 yang mengikuti aliran empirisme di


Inggris adalah Thomas Hobbes (1588-1679). Jika Bacon lebih berarti dalam
bidang metode penelitian, maka Hobbes dalam bidang doktrin atau ajaran.
Hobbes telah menyusun suatu sistem yang lengkap berdasar kepada
empirisme secara konsekuen. Meskipun ia bertolak pada dasar-dasar empiris,
namun ia menerima juga metode yang dipakai dalam ilmu alam yang bersifat
matematis. Ia telah mempersatukan empirisme dengan rasionalisme
matematis. Ia mempersatukan empirisme dengan rasionalisme dalam bentuk
suatu filsafat materialistis yang konsekuen pada zaman modern.3

B. Teori Empirisme

2
Beni Ahmad Saebeni, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 265.

3
Harun, H, Sari Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: Kisanius, 2014), hlm. 32.

2
Para ahli yang mengikuti pendirian Empirisme mempunyai pendapat yang
berbeda dengan aliran Nativisme. Pengikut aliran nativisme berpendapat
bahwa perkembangan itu semata-mata tergantung pada faktor dasar,
sedangkan empirisme mengatakan bahwa dalam perkembangan anak menjadi
manusia dewasa ditentukan oleh lingkungan dan pendidikan.

Aliran empirisme berpengaruh besar di Amerika Serikat. Banyak ahli yang


walaupun tidak secara ekplisit menolak peranan dasar itu, namun karena dasar
tersebut sukar ditentukan, maka praktis yang dibicarakan hanya lingkungan.
Aliran empirisme ini dapat berkembang menjadi paham environmentalisme,
namun ternyata aliran ini pada dasarnya tidak dapat dipertahankan.4

Tokoh utama aliran ini adalah John Locke. Doktrin aliran empirisme yang
sangat masyhur adalah “tabula rasa” yang berarti batu tulis atau lembaran
yang kosong. Doktrin ini menekankan arti penting pengalaman, lingkungan
dan pendidikan, faktor orang tua dan keluarga terutama sifat dan keadaan
mereka sangat menentukan arah perkembangan masa depan anak.

Dalam lingkungan sekitar terdapat banyak faktor yang mempengaruhi


perkembangan dan tingkah laku, akan tetapi lingkungan yang aktual hanyalah
faktor-faktor dalam dunia sekeliling yang benar-benar mempengaruhi.
Lingkungan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Lingkungan Alam atau Luar

2. Lingkungan Dalam

3. Lingkungan Sosial

Dari ketiga lingkungan tersebut, lingkungan sosial yang berpengaruh


paling dominan terhadap pertumbuhan rohani dan pribadi anak.5

C. Jenis-Jenis Empirisme

 Empirio-Kritisisme
4
Atang Abdul Hakim, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 270.

5
Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat & Etika, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 111-112.

3
Disebut juga Machisme. Sebuah aliran filsafat yang bersifat subyaktif-
idealistik. Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti aliran ini
adalah ingin “membersihkan” pengertian pengalaman dari konsep
substansi, keniscayaan, dan kausalitas. Sebagai gantinya aliran ini
mengajukan konsep dunia sebagai kumpulan jumlah elemen-elemen
netral. Aliran ini dapat dikatakan sebagai kebangkitan kembali ide
Barkeley dan Hume tatapi secara sembunyi-sembunyi, karena dituntut
oleh tuntunan sifat netral filsafat. Aliran ini juga anti metafisik.

 Empirisme Logis

Empirisme Logis berpegang pada beberapa pandangan-pandangan


yaitu, ada batas-batas bagi Empirisme. Prinsip system logika formal dan
prinsip kesimpulan induktif tidak dapat dibuktikan dengan mengacu pada
pengalaman. Semua proposisi yang benar dapat dijabarkan pada proposisi-
proposisi mengenai data inderawi yang kurang merupakan data indera
yang ada seketika. Pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat kenyataan
yang terdalam pada dasarnya tidak mengandung makna.

 Empiris Radikal

Suatu aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat


dilacak sampai pada pengalaman inderawi. Apa yang tidak dapat dilacak
secara demikian itu, dianggap bukan pengetahuan. Ada pihak yang belum
dapat menerima pernyataan bahwa penyelidikan empiris hanya dapat
memberikan kita suatu pengetahuan yang belum pasti. Mereka
mengatakan bahwa pernyataan- pernyataan empiris, dapat diterima sebagai
pasti jika tidak ada kemungkinan untuk mengujinya lebih lanjut dan
dengan begitu tak ada dasar untuk keraguan.6

D. Tokoh Tokoh Empirisme

 John Locke (1632-1704)

6
Jufri Naldo, Buku Ajar Filsafat Umum, (Medan: Merdeka Kreasi, 2022), hlm. 85.

4
John Locke lahir di Warrington, Somersetshire, Inggris pada tahun
1632. Ayahnya yang senang dengan dunia politik dan mendukung
pemerintahan parlemen berpengaruh besar pada dirinya. Dalam masalah
politik, awalnya ia tidak sependapat dengan ayahnya. Ia lebih mendukung
sistem pemerintahan monarki. Akan tetapi, setelah menjadi sekretaris Lord
Ashley (Keluarga Shaftesbury), ia mengubah pemikirannya. Ia berganti
mendukung pemerintahan parlemen sebagaimana ayahnya.

Locke bersama keluarganya pernah diasingkan oleh Kerajaan Inggris


karena dianggap berkomplot dengan orang-orang yang memusuhi raja,
yaitu berkomplot dengan keluarga Shafttesbury. Setelah Raja James II
turun tahta, ia kembali ke Inggris dan bekerja untuk sementara waktu
sebagai pegawai negeri.

Ketika belajar di Universitas Oxford, Locke menekuni ilmu filsafat,


ilmu alam, dan kedokteran. Sejak tahun 1961, Locke memutuskan untuk
hidup di pedesaan, tepatnya di Oates/Essex, hingga meninggal pada tahun
1704 dalam usia 72 tahun.7

 Thomas Hobbes (1588-1679)

Thomas Hobbes lahir pada tahun 1588 di Malmesbury, dekan London,


Inggris. Masa hidupnya dipenuhi oleh kekacauan politik di negerinya.
Sehingga, kekacauan politik itulah yang menjadi latar belakang renungan-
renungannya dalam karya-karyanya.

Pada usia 15 tahun, ia pergi ke Oxford untuk belajar filsafat, tetapi ia


tidak betah disana dengan alasan pemikiran gurunya beraliran aristotelian.
Ia juga pernah menjadi dosen privat pada beberapa keluarga bangsawan.
Dalam perjalanannya ke Paris ke Italia, ia berkenalan dengan Descartes
dan pemikirannya. Selain itu, ia juga sempat menjadi sekretaris pribadi
Francis Bacon dan sempat mengadakan kontak dengan Galileo. Thomas
Hobbes menghabiskan sisa hidupya dengan menulis autobiografinya dan

7
Masykur Arif Rahman, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2013), hlm. 262.

5
menerjemahkan karya Homeros dan pada akhirnya ia meninggal dalam
usia 91 tahun, tepatnya pada tahun 1679.8

 David Hume (1711-1776)

David Hume lahir di Edinburgh, Skotlandia pada tahun 1711. Ia


terlahir dari keluarga terpandang. Ayahnya meninggal sewaktu ia masih
kecil. Orangtuanya menghendaki dirinya belajar hukum. Namun, ia sama
sekali tidak tertarik pada hukum dan malah menekuni filsafat serta
kesusastraan, sehingga ia belajar filsafat dan kesusastraan secara
autodidak.

David Hume termasuk dalam aliran empirisme radikal yang


menyatakan, bahwa ide-ide dapat dikembalikan pada ransangan indra.
Manusia memiliki dua jenis persepsi, yaitu kesan dan gagasan. Kesan
adalah hasil pengindraan kita dan gagasan adalah ingatan kita akan kesan
(ingatan akan pengindraan kita). Hasil pengindraan itu dipotong-potong
lalu digabungkan menghasilkan suatu imajinasi. Hume melakukan
pembedaan antara kesan dan ide. Kesan adalah penginderaan langsung
atas realitas lahiriah, sementara ide yaitu ingatan atas kesan-kesan.

Pemikirannya yang liberal dan cenderung atheis membuat Hume


ditolak menjadi profesor di Universitas Edinburgh pada tahun 1744. 19
tahun kemudian, tepatnya tahun 1763, diutus sebagai sekretaris duta besar
Inggris ke Paris. Di tempat kerjanya, ia menjalin kontak dengan tokoh-
tokoh pencerahan Prancis. Lalu, pada tahun 1767, ia bekerja sebagai
sekretaris di London, dan kembali ke kampung halamannya pada tahun
1769. Di kampung halamannya, ia menghabiskan sisa hidupnya hingga
meninggal pada tahun 1776.9

E. Kritik Terhadap Paham Empirisme

8
Masykur Arif Rahman, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2013), hlm. 256.

9
Masykur Arif Rahman, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2013), hlm. 271.

6
Kritik terhadap empirisme yang diungkapkan oleh Honer dan Hunt (1968)
dalam Suriasumantri (1994) terdiri atas tiga bagian, yaitu :

 Pengalaman yang merupakan dasar utama empirisme seringkali tidak


berhubungan langsung dengan kenyataan objektif. Pengalaman
ternyata bukan semata-mata sebagai tangkapan panca indera saja.
Sebab seringkali pengalaman itu muncul disertai dengan penilaian.
Dengan kajian yang mendalam diperoleh bahwa konsep pengalaman
merupakan pengertian yang tidak tegas untuk dijadikan sebagai dasar
dalam membangun suatu teori pengetahuan yang sistematis.
Disamping itu pula, tidak jarang ditemukan bahwa hubungan berbagai
fakta tidak seperti apa yang diduga sebelumnya.

 Dalam mendapatkan pengalaman pada alam nyata, manusia sangat


bergantung pada persepsi pancaindera. Pegangan empirisme yang
demikian menimbulkan bentuk kelemahan lain. Pancaindera manusia
memiliki keterbatasan, dengan keterbatasan pancaindera, persepsi
suatu obyek yang ditangkap dapat saja keliru dan menyesatkan.10

 Di dalam empirisme pada prinsipnya pengetahuan yang diperoleh


bersifat tidak pasti. Prinsip ini sekalipun merupakan kelemahan, tapi
sengaja dikembangkan dalam empirisme untuk memberikan sifat kritis
ketika membangun sebuah pengetahuan ilmiah. Dewey menyebutkan
bahwa hal yang paling buruk dari metode empiris adalah pengaruhnya
terhadap sikap mental manusia. Beberapa bentuk mental negatif yang
dapat ditimbulkan oleh metode empiris yaitu, sikap kemalasan dan
konservatif yang salah. Sikap mental seperti ini menurutnya, lebih
berbahaya daripada sekedar memberi kesimpulan yang salah.11

Terhadap empirisme, Immanuel Kant juga memberi kritiknya bahwa


meskipun empirisme menolak pengetahuan yang berasal dari rasio, tetapi
pengalaman dan persepsi yang merupakan dasar kebenaran dalam empirisme tidak
10
Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Persepektif, (Jakarta: Yayasan Pustaka, 2015), hlm. 138.

11
Restu Kartiko Widi, Menggelorakan Penelitian; Pengenalan dan Penuntun Pelaksanaan Penelitian,
(Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm. 32.

7
dapat memberi suatu pengetahuan yang kebenarannya adalah universal dan
bernilai penting. Kritik lain yang juga diungkapkan oleh Brower dan Heryadi
(1986) bahwa tidak mungkin unsur-unsur khusus menghasilkan suatu kebenaran
yang bersifat universal. Meskipun diakui bahwa munculnya pengetahuan berasal
dari pengamatan, tetapi pada kenyataan tidak semua sumber pengetahuan hanya
terdapat dalam pengamatan.12

Telaah terhadap kritik yang ditujukan kepada empirisme tidak


dimaksudkan untuk menimbulkan keraguan tentang peranan empirisme dalam
pembentukan pengetahuan melalui metode ilmiah. Kritik kepada empirisme
haruslah dipandang sebagai acuan dalam mencari solusi alternatif mengatasi
kelemahan-kelemahan dalam empirisme.13

Dari sudut pandang yang lain, kritik terhadap empirisme perlu juga
dipahami sebagai kritik terhadap ilmu pengetahuan. Dengan adanya keterbatasan
dalam empirisme sebagai salah satu prosedur dari metode ilmiah, memberi
gambaran kepada kita bahwa kebenaran dalam ilmu pengetahuan bukanlah satu-
satunya kebenaran yang ada. Tetapi sebagai ilmuwan, kita harus dengan rendah
hati mengakui bahwa di luar ilmu pengetahuan masih terdapat kebenaran lain.
Dengan demikian, kebenaran ilmu pengetahuan tidak bisa berjalan sendiri, tetapi
didalam membangun keharmonisan dan keseimbangan hidup, kebenaran ilmu
pengetahuan perlu berdampingan dengan kebenaran-kebenaran dari pengetahuan
lain, seperti seni, etika dan agama. Pengetahuan lain di luar ilmu pengetahuan
ilmiah perlu dipahami dengan baik oleh para ilmuwan agar dapat menciptakan
atau menghasilkan nuansa yang lebih dinamis pada pengetahuan ilmiah.14

BAB III

PENUTUP

12
Himawan Putranta, Perkembangan Filsafat Abad Modern, (Yogyakarta: UNY, 2017), hlm. 47-49.

13
B.E Matindas, Meruntuhkan Benteng Ateisme Modern, (Yogyakarta: PBMR ANDI, 2010), hlm, 40.

14
F. Budi Hardiman, Filsafat Modern, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm. 133-134.

8
A. Kesimpulan

Empirisme merupakan paham yang meyakini bahwa pengetahuan atau


kebenaran terbentuk dari hasil pengalaman lahiriah maupun batiniah, yang
oleh karena itu hasilnya akan sangat subjektif tergantung kepada pihak yang
melakukan pengamatan atau memiliki pengalaman tersebut. Karena hanya
mengandalkan pengalaman inderawi manusia yang terbatas, maka
empirisisme potensial memiliki kelemahan dalam kepastian hasil
kebenarannya. Oleh karena itu untuk pengembangan ilmu pengetahuan
kerjasama antara paham empirisisme dan rasionalisme akan menguntungkan,
karena kelemahan yang satu dapat dilengkapi dengan kelebihan yang lainnya
dan sebaliknya. Kerjasama di atas bisa terjadi dalam sebuah penelitian
maupun antar penelitian.

B. Saran

Menyadari hal yang masih jauh dari kata sempurna, karena kami sebagai
penulis makalah ini hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan
dosa. Kedepannya kami akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan
masalah-masalah yang sudah kita bahas dengan sumber-sumber yang bisa
dipertanggungjawabkan. Jika ada kritik atau saran silahkan disampaikan
kepada kami sebagai penulis.

DAFTAR PUSTAKA

9
Hakim, Atang Abdul. 2008. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Hardiman, F. Budi. 2004. Filsafat Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hardiman, F. Budi. 2011. Pemikiran-Pemikiran Membentuk Dunia Modern. Jakarta: Erlangga.

Harun. 2014. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Kisanius.

Matindas, B. E. 2010. Meruntuhkan Benteng Ateisme Modern. Yogyakarta: PBMR ANDI.

Naldo, Jufri. 2022. Buku Ajar Filsafat Umum. Medan: Merdeka Kreasi.

Praja, Juhaya S. 2005. Aliran-Aliran Filsafat & Etika. Jakarta: Kencana.

Putranta, Himawan. 2017. Perkembangan Filsafat Abad Modern. Yogyakarta: UNY.

Rahman, Masykur Arif. 2013. Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: IRCiSoD.

Saebeni, Beni Ahmad. 2008. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Suriasumantri, Jujun S. 2015. Ilmu dalam Persepektif. Jakarta: Yayasan Pustaka.

Widi, Restu Kartiko. 2018. Menggelorakan Penelitian; Pengenalan dan Penuntun Pelaksanaan
Penelitian. Yogyakarta: Deepublish.

10

Anda mungkin juga menyukai