Tujuan Ilmu Tasawuf
Tujuan Ilmu Tasawuf
Tujuan Ilmu Tasawuf
Oleh :
1. Winda Khairani
2. Imam Irsan
3. Raja Ishak
4. Febri Dayanti
5. Nur Hawani
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang.Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tasawuf ........................................................................ 2
2.2 Tujuan Tasawuf .............................................................................. 3
2.3 Cara Mencapai Tujuan Tasawuf ..................................................... 4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 8
3.2 Saran .............................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tasawuf islam merupakan bagian integral dari ajaran srpitual Islam yang
bersumber dari Al-Qur’an dan al-sunnah, lahir bersamaan dengan lahirnya agama
Islam itu sendiri. Namun tasawuf berdiri sendiri sebagai sebuah disiplin ilmu baru
muncul pada abad kedua dan ketiga istilah tasawuf belum dikenal dikalangan
masyarakat muslim akan tetapi bukan berarti ajaran tasawuf belum ada pada
permulaan islam, ia sudah ada tapi tidak secara ekslisit sebagaimana layaknya
sebuah disiplin ilmu. Bila kita merujuk lebih jauh kebelakang tidak hanya tasawuf
yang tidak dikenal pada periode awal islam, disiplin ilmu yang lainpun seperti
fiqih, tauhid, tafsir, ilmu hadists belum dikenal pada masa Rasulullah.
Melalui studi tasawuf ini seseorang dapat mengetahui tentang cara-cara
melakukan pembersihan diri serta mengamalkannya dengan benar. Dari
pengetahuan ini diharapkan ia akan tampil sebagai orang yang pandai
mengendalikan dirinya pada saat berinteraksi dengan orang lain, atau pada saat
melakukan berbagai aktivitas dunia yang menuntut kejujuran, keikhlasan,
tanggung jawab, kepercayaan dan sebagainya. Dari suasana yang demikian itu,
tasawuf diharapkan dapat mengatasi berbagai penyimpangan moral yang
mengambil bentuk seperti manipulasi, korupsi, kolusi, penyalahgunaan kekuasaan
dan kesempatan, penindasan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
kekekalan-Nya sehingga sampai kepada pengenalan hati yang dalam akan Allah.
Sedangkan sufi adalah orang yang menjalankan tasawuf.1
1
Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002), h. 15
3
ekonomi serta dapat menyelamatkan bangsa-bangsa yang ada dari alenasi
dan kehancuran.2
4
9. Mahabbah
10. Ma’rifah
c. Abu Sa’id bin Abu Khair
1. Niat
2. Inabah/penyesalan
3. Tobat
4. Iradah/kemauan
5. Mujahadah
6. Muraqabah
7. Sabar
8. Zikir
9. Ridha
10. Dan lain-lain
Pengembaraan spiritual yang dilakukan seorang sufi untuk menemukan
hakikat dan ma’rifah tersebut seringkali memiliki kecenderungan yang berbeda,
sehingga muncullah beberapa tokoh sufi yang menonjol dalam pengalaman rohani
tertentu seperti zuhud, mahabbah, fana’, hulul, wahdatul wujud dan lain-lain.4
1. Zuhud
Zuhud artinya menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berkaitan dengan
dunia. Di antara beberapa tokoh zuhud yang terkenal adalah:
a. Sa’id bin Musayyab (91 H), murid dari Abu Hurairah
b. Hasan Bashri (21 H)
c. Sufyan Ats-Tsauri, lahir di Kuffah 97 H.
d. Ibrahim bin Adham (w. 165 H) lahir di Balkh, Persia. Ia merupakan
seorang pangeran muda yang menanggalkan baju kebesarannya, lalu
terjun ke dunia zuhud.
2. Mahabbah
Tokoh mahabbah yang terkenal adalah Rabi’ah Al-Adawiyah (w. 185 H).
Rabi’ah dilahirkan di Basrah, hidupnya bermula sebagai hamba sahaya
yang kemudian mengabdikan hidupnya dengan shalat dan berdzikir
sepanjang malam. Bagi Rabi’ah, zuhud harus dilandasi dengan mahabbah
4
Sayyid Nur Bin Sayyid Ali, Tasawuf Syar’i, (Hikmah, Jakarta, 2003), 13
5
(rasa cinta) yang mendalam, kepatuhan kepada Allah bukanlah tujuannya,
karena ia tidak mengharapkan nikmat surge dan tidak takut adzab neraka,
tetapi ia mematuhi-Nya karena cinta kepada-Nya. Menurut Rabi’ah, cinta
kepada Ilahi mempunyai dua bentuk, yaitu cinta rindu dan cinta karena ia
layak dicintai.
3. Fana’ dan baqa’ (lewat penghancuran muncullah kekekalan)
Fana’ artinya sirna, hancur, lebur atau hilang, sedangkan baqa’ artinya
kekal, abadi dan senantiasa ada. Jadi ketika sufi mencapai tingkat ini ia
merasa fana’ yaitu sirnanya sifat yang tercela dan munculnya sifat yang
terpuji.
4. Ittihad
Ittihad yaitu pengalaman kesatuan seorang sufi. Seorang sufi akan mabuk
dalam kenikmatan bersatu dengan Allah. Dalam kondisi seperti ini tidak
jarang muncul ucapan-ucapan yang ganjil seperti kata-kata Ana Al-Haq
(Aku adalah Al-Haq), aku adalah Yang Satu. Kata-kata initerlontar hanya
seketika, karena merasa begitu menyatunya dengan Yang Haq yaitu Allah
SWT. Tokoh yang popular dalam ittihad ini adalah Abu Yazid Al-
Bastami.
5. Hulul
Tokoh yang terkenal dalam hulul adalah Abu Mansyur AlHallaj.
Menurutnya tingkat fana’ yang dicapai oleh para sufi bukan hanya
membawanya kepada ittihad, tetapi lebih jauh lagi yaitu hulul. Hulul yaitu
bertempatnya sifat ketuhanan kepada sifat kemanusiaan. Dalam hal ini, Al-
Hallaj dipandang sebagai sufi controversial sehingga harus berakhir di
tiang gantungan.
6. Wandatul Wujud
Doktrin ini bertolak dari pandangan, bahwa semua wujud hanya
mempunyai satu realitas, realitas tunggal itu ialah Allah SWT. Adapun
alam semesta yang serba ganda ini hanyalah wadah penampakan diri dari
nama dan sifat-sifat Allah dalam wujud terbatas. Tokoh yang terkemuka
dalam wandatul wujud adalah Ibnu Arabi.
6
Dari beberapa maqamat dan pengalaman sufi di atas, dapat kita teladani dalam
hidup keseharian sesuai dengan kapasitas kemampuan kita, dengan sendirinya
akan bermunculan akhlak terpuji yang bias membangun kehidupan
bermasyarakat.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di dalam tasawuf mengandung ajaran-ajaran tentang kehidupan
keruhanian, kebersihan jiwa, cara- cara membersihkannya dari berbagai penyakit
hati, godaan nafsu, kehidupan duniawi, cara- cara mendekatkan diri kepada Allah
seta fana dalam kekekalan-Nya sehingga sampai kepada pengenalan hati yang
dalam akan Allah. Sedangkan sufi adalah orang yang menjalankan tasawuf.
Tujuan tasawuf diantaranya adalah:
a. Berupaya menyelamatkan diri dari akidah-akidah syirik dan batil.
b. Melepaskan diri (takhalli) dari penyakit kalbu.
c. Menghiasi diri (tahalli) dengan akhlak islam yang mulia.
d. Menggapai derajat ihsan dalam ibadah (tajalli).
e. Menstabilkan akidah shuhbah ilahiyah (persahabatan ketuhanan).
Para ulama’ atau sufi banyak berbeda pendapat mengenai pengkategorian
susunan tahapan atau maqamat ini, seperti Abu Nasr As-Sarraj mengemukakan
ada tujuh yang harus ditempuh oleh seorang sufi, hal ini berbeda dengan Abu
Khair, yang menyebutkan sampai 40 maqamat yang harus ditempuh oleh seorang
sufi. Perbedaan ini karena di antara para sufi itu memiliki pengalaman rohani yang
berbeda-beda ketika menemouh maqamat tersebut.
3.2 Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalanm
makalah kami.Sehingga kami mengharapkan keritikan dan saran dari para
pembaca yang sifatnya membangun untuk penbuatan makalah kami berikutnya.
Harapan kami semoga makalah kami dapat memberi manfaat bagi penulis
pada khususnya dan pada pembaca umumnya.
8
DAFTAR PUSTAKA
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Pt. Bina Ilmu, Surabaya, 1976.
Sayyid Nur Bin Sayyid Ali, Tasawuf Syar’i, Hikmah, Jakarta, 2003.