ASUHAN KEPERAWATAN PADA An
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An
D DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN : ISPA (INFEKSI
SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI PUSKESMAS RAMBUNG
DALAM KECAMATAN BINJAI SELATAN
KOTA BINJAI TAHUN 2020
Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Menyelesaikan Program Stugi D-III Kelas RPL
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan
DAMERIA BR.KARO
P07520119167
Dengan ini saya nyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah tidak terdapat
Karya yang pernah diajukan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
sepengetahuan saya tidak terdapat Karya atau pendapat yang pernah di tulis
atau di terbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di ajukan dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
DAMERIA BR.KARO
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : P07520119167
Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Diuji Pada Sidang Ujian Akhir Program
Prodi D-III Kelas RPL
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan
Ketua Penguji
Penguji I Penguji II
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang maha Esa, atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.D DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAFASAN : ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI
PUSKESMAS RAMBUNG DALAM KECAMATAN BINJAI SELATAN KOTA
BINJAI TAHUN 2020”.
Penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan dari kekurangan-kekurangan yang ada, sehingga
karya tulis ini ini bisa bermanfaat. Bersama ini kami mengucapkan terimakasih
dan penghargaan kepada :
Medan,
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian .................................................................................. 35
4.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................... 36
4.3 Perencanaan/ Implementasi ........................................................ 37
4.4 Evaluasi ...................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
Lima provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%),
Papua (31,1%), Sumatera Utara (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan
Jawa Timur (28,3%). Pada Riskesdas 2017, Nusa Tenggara Timur juga
merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA. Period prevalence ISPA Indonesia
menurut Riskesdas 2013, (25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2017 (25,5%).
Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur
1-4 tahun (25,8%). Menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara laki- laki dan
perempuan. Penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok penduduk dengan
kuintil indeks kepemilikan terbawah dan menengah bawah (Kemenkes RI, 2018).
Sampai dengan tahun 2018, angka cakupan penemuan ISPA balita tidak
mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar antara 20%-30%. Pada tahun
2019, terjadi peningkatan angka cakupan penemuan ISPA sebesar 63,45%.
Angka kematian akibat ISPA pada balita sebesar 0,16%, lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun 2017 yang sebesar 0,08%. Pada kelompok bayi
angka kematian sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 0,17% dibandingkan pada
kelompok umur 1-4 tahun yang sebesar 0,15% (Kemenkes RI, 2018).
Pada tahun 2018 cakupan penemuan ISPA Sumatera Utara mencapai 67
%. Faktor resiko yang berkontribusi terhadap insidens ISPA tersebut antara lain
gizi kurang, ASI eksklusif rendah, polusi udara dalam ruangan, kepadatan,
cakupan imunisasi campak rendah dan BBLR. (DinKes Prov Sumut, 2018).
Kejadian ISPA pada balita merupakan penyakit terbanyak yang dialami oleh
balita dibandingkan dengan penyakit-penyakit lainnya seperti diare, cacingan,
asma, dan lain-lain.
Menurut Sudiharto (2015), puskesmas mempunyai peran yang sangat
penting dalam peningkatan mutu dan daya saing sumber daya manusia di
indonesia maupun internasional. Puskesmas bertanggung jawab mengupayakan
kesehatan pada jenjang tingkat pertama dan berkewajiban menanamkan budaya
hidup sehat kepada setiap keluarga. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu
menyelenggarakan asuhan keperawatan keluarga.
Strategi untuk pengobatan, pencegahan dan melindungi anak dari ISPA
adalah dengan memperbaiki manajemen kasus pada semua tingkatan, vaksinasi,
pencegahan dan manajemen infeksi HIV, dan memperbaiki gizi anak. Pemberian
antibiotika segera pada anak yang terinfeksi dapat mencegah kematian. UNICEF
dan WHO telah mengembangkan pedoman untuk diagnosis dan pengobatan
ISPA di negara berkembang yang telah terbukti baik, dapat diterima dan tepat
2
sasaran.
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan pada tanggal 3 Maret
2020, kunjungan pasien ISPA dalam 3 bulan terakhir berjumlah 526 orang. ISPA
ini terbagi atas 3 bagian yaitu pneumonia berat, pneumonia dan batuk bukan
pneumonia. Di Puskesmas Rambung Dalam tidak ada pasien yang datang
berkunjung dengan kasus pneumonia berat, sementara untuk kasus pneumonia
sebanyak 28 orang dan batuk bukan pneumonia sebanyak 498 orang. Saat
dilakukan wawancara dengan petugas puskesmas, beliau mengatakan bahwa
hampir setiap hari ada balita yang datang berobat dengan diagnosa ISPA.
Setelah dilakukan wawancara, salah satu orang tua pasien mengatakan kondisi
anaknya mengalami batuk-batuk, pilek, demam dan disertai sesak nafas. Gejala
awal yang dirasakan pasien yaitu bersin- bersin dan batuk. Disini orang tua
hanya menganggap anaknya demam biasa.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas penulis telah
melakukan studi kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Anak “D” dengan ISPA di Puskesmas Rambung
Dalam Tahun 2020”
3
1.2 Tujuan
1. Umum
Untuk menggambarkan secara umum asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan sistem pernafasan : ISPA di Puskesmas Rambung Dalam
Kecamatan Binjai Selatan Kota Binjai Tahun 2020.
2. Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian yang tepat dengan masalah
gangguan sistem pernafasan : ISPA di Puskesmas Rambung Dalam
Kecamatan Binjai Selatan Kota Binjai Tahun 2020.
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat dengan
masalah gangguan sistem pernafasan : ISPA di Puskesmas Rambung
Dalam Kecamatan Binjai Selatan Kota Binjai Tahun 2020.
c. Mampu menentukan rencana keperawatan yang tepat dengan masalah
gangguan sistem pernafasan : ISPA di Puskesmas Rambung Dalam
Kecamatan Binjai Selatan Kota Binjai Tahun 2020.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dengan tepat masalah
gangguan sistem pernafasan : ISPA di Puskesmas Rambung Dalam
Kecamatan Binjai Selatan Kota Binjai Tahun 2020.
e. Mampu melaksanakan evaluasi hasil dengan tepat dari tindakan
keperawatan yang sudah dilakukan dengan tepat masalah gangguan
sistem pernafasan : ISPA di Puskesmas Rambung Dalam Kecamatan
Binjai Selatan Kota Binjai Tahun 2020.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis studi kasus ini adlah untuk pengembangan ilmu
keperawatan dalam pembuatan Asuhan Keperawatan tentang klien ISPA agar
perawat mampu memenuhi kebutuhan dasar pasien selama dirawat di
Puskesmas.
4
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat
Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, pencegahan dan
penatalaksanaan kepada masyarakat terkait dengan gangguan sistem
pernafasan : ISPA
b. Bagi Puskesmas
Dapat meningkatkan mutu perawatan pelayanan pada kasus
pneumona dan bisa memperhatikan kondisi dan kebutuhan pasien pneumonia
dengan masalah gangguan sistem pernafasan : ISPA.
c. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset
keperawatan, khususnya studi kasus tentang penyakit ISPA dengan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
d. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
tentang penyakit ISPA dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
BAB II Landasan Teoritis terdiri dari Konsep Dasar (Definisi, Etiologi, Manifestasi
Klinik, Patofisiologi, Penatalaksanaan, Konsep Asuhan keperawatan
(Pengkajian Keperawatan, Diagnosa Keperawatan, Fokus Perencanaan/
Implementasi, dan Evaluasi)
BAB III Tinjauan Kasus terdiri Pengkajian, Analisa Data, Diagnosa Keperawatan,
Rencana keperawatan, Implementasi & Evaluasi.
5
BAB II LANDASAN
TEORI
6
(coxsackie viruses Adan B), Adenovirus, Parainfluenza, dan Human
metapneumo viruses. Agen infeksius selain virus juga dapat menyebabkan
ISPA, staphylococcus, haemophilus influenza, Chlamydia trachomatis,
mycoplasma, dan pneumococcus (Wilson, 2015).
Misnadiarly (2016), menyebutkan bahwa selain agen infeksius, agen non-
infeksius juga dapat menyebabkan ISPA seperti inhalasi zat-zat asing seperti
racun atau bahan kimia, asap rokok, debu, dan gas.
Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut lebih dari 300 jenis bakteri,
virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antar lain dari genus streptokokus,
stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella dan korinebacterium. Virus
penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus,
pikornavirus, mikroplasma dan herpervirus. Bakteri dan virus yang paling sering
menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan sterptokokus serta
virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran
pernapasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung (Sari, 2015).
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia di bawah
2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan
musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA
pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan
buruknya sanitasi lingkungan (Sari, 2015).
2.1.3. Pafofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen kesaluran pernapasan akan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran napas bergerak ke
atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu rangkapan refleks
spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan
epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan (Kending, 2014).
7
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder
bakteri. Akibat infeksi tersebut terjadi kerusakan mekanisme mokosiloris yang
merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernapasan sehingga
memudahkan infeksi baakteri-bakteri patogen patogen yang terdapat pada
saluran pernapasan atas seperti streptococcus pneumonia, Haemophylus
influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut.
Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas. Infeksi
oleh bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul
mekanisme pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi di rongga
hidung, refleksi batuk, refleksi epiglotis, pembersihan mukosilier dan fagositosis.
Karena menurunnya daya tahan tubuh penderita maka bakteri pathogen dapat
melewati mekanisme sistem pertahanan tersebut akibatnya terjadi invasi di
daerah-daerah saluran pernafasan atas maupun bawah (Fuad, 2016).
8
Pathway Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA);
Multi faktor
(Bakteri, Virus, mikroplasma, dll)
9
2.1.4. Tanda dan Gejala
Saluran Pernafasan merupakan bagian tubuh yang seringkali terjangkit
infeksi oleh berbagai jenis mikroorganisme. Tanda dan gejala dari infeksi yang
terjadi pada sluran pernafasan tergantung pada fungsi saluran pernafasan yang
terjangkit infeksi, keparahan proses infeksi, dan usia seseorang serta status
kesehatan secara umum (Porth, 2014).
Djojodibroto (2016), menyebutkan tanda dan gejala ISPA sesuai dengan
anatomi saluran pernafasan yang terserang yaitu:
a. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas. Gejala yang sering timbul
yaitu pengeluaran cairan (discharge) nasal yang berlebihan, bersin, obstruksi
nasal, mata berair, konjungtivitis ringan, sakit tenggorokan yang ringan
sampai berat, rasa kering pada bagian posterior palatum mole dan uvula,
sakit kepala, malaise, lesu, batuk seringkali terjadi, dan terkadang timbul
demam.
b. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Gejala yang timbul
biasanya didahului oleh gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas seperti
hidung buntu, pilek, dan sakit tenggorokan. Batuk yang bervariasi dari ringan
sampai berat, biasanya dimualai dengan batuk yang tidak produktif. Setelah
beberapa hari akan terdapat produksi sputum yang banyak; dapat bersifat
mucus tetapi dapat juga mukopurulen. Pada pemeriksaan fisik, biasanya
akan ditemukan suara wheezing atau ronkhi yang dapat terdengar jika
produksi sputum meningkat.
Dan juga tanda dan gejala lainnya dapat berupa batuk, kesulitan
bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala. Sebagian besar dari
gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, kesulitan
bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotic (Rahmayatul, 2016).
1
gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk,
terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
c. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan
menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.
d. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama
bayi tersebut mengalami sakit.
e. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran
pernafasan akibat infeksi virus.
f. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
g. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan
lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
h. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan,
mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
i. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak
terdapatnya suara pernafasan (Wong, 2015).
2.1.5. Penatalaksanaan
Menurut WHO (2017), penatalaksanaan ISPA meliputi :
1. Suportif
Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian
multivitamin
2. Antibiotik
a) Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab.
b) Utama ditujukan pada pneumonia, influenza dan Aureus
c) Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol 1mg, amoksisillin 3 x ½
sendok teh, amplisillin (500mg) 3 tab puyer/x bungkus / 3x sehari/8 jam,
penisillin prokain 1 mg.
d) Pneumonia berat yaitu Benzil penicillin 1 mg, gentamisin (100 mg) 3 tab
puyer/x bungkus/3x bungkus/3x sehari/8 jam.
e) Antibiotik baru lain yaitu sefalosforin 3 x ½ sendok teh, quinolon 5 mg,dll.
f) Beri obat penurun panas seperti paracetamol 500 mg, asetaminofen 3 x
½ sendok teh. Jika dalam 2 hari anak yang diberikan antibiotik tetap sama
ganti antibiotik atau rujuk dan jika anak membaik teruskan antibiotik
1
sampai 3 hari (Kepmenkes RI, 2017).
1
Data yang perlu dikaji pada pasien ISPA dapat berupa :
a. Identifikasi klien yang meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
agama, suku bangsa, alamat, tanggal MRS dan diagnose medis.
b. Riwayat penyakit meliputi : keluhan utama, biasanya klien datang dengan
keluhan batuk pilek serta panas, kesehatan sekarang, kesehatan yagn lalu,
riwayat kesehatan keluarga, riwayat nutrisi, eliminasi, personal hygiene.
c. Pemeriksaan fisik berfokus pada system pencarnaan meliputi : keadaan
umum (penampilan, kesadaran, tinggi badan, BB dan TTV), kulit, kepala
dan leher, mulut, abdomen.
d. Aktivitas dan isrirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, cape atau lelah, insomnia, tidak bisa tidur
pada malam hari, karena badan demam.
e. Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak, bau, atau berair
Tanda : kadang – kadang terjadi peningkatan bising usus.
f. Makanan atau cairan
Gejala : klien mengalami anoreksia dan muntah, terjadi penurunan BB.
Tanda : kelemahan, turgor kulit klien bisa buruk, membrane mukosa pucat
1
d. Diagnosa Keperawatan Syndrom : penilaian klinis memjelaskan kelompok
khusus diagnosa keperawatan yang terjadi bersama dan paling tepat
dihadapi secara bersama-sama dan melalui intervensi yang serupa.
Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan :
a. Interpretasi data, perawat bertugas membuat interpretasi atas data yang
sudah dikelompokkan dalam bentuk masalah keperawatan atau masalah
kolaboratif. Untuk menuliskan diagnosa keperawatan Gordon menguraikan
komponen yang harus ada sebagai berikut :
1) Diagnosa aktual : komponen terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a) Problem/masalah = P
b) Etiologi/penyebab = E
c) Sign and symptom/tanda dan gejala = S
2) Diagnosa resiko, potensial/possible : P+E
b. Perumusan diagnosa keperawatan, setelah perawat mengelompokan,
mengidentifikasi dan memvalidasi data-data yang signifikan maka tugas
perawat pada tahap ini adalah merumuskan suatu diagnosa keperawatan
(Nursalam, 2015).
Menurut Nurarif, dkk (2015) masalah keperawatan yang lazim timbul pada pasien
ispa:
1) Ketidakefektifanbersihan jalan nafas, berhubungan dengan peningkatan
jumlah sekret.
2) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh (proses penyakit).
3) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan
tonsil.
4) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi bronkospasme,
respon pada dinding bronkus.
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake inadekuat, penurunan nafsu makan, nyeri
menelan.
6) Ansietas berhubungan dengan perkembangan penyakit dan perubahan
status kesehatan.
1
2.2.3 Perencanaan
Perencanaan adalah proses kegiatan mental yang memberi pedoman
atau pengarahan secara tertulis kepada perawat atau anggota tim kesehatan
lainnya tentang intervensi/tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada
pasien. Rencana keperawatan merupakan rencana tindakan keperawatan tertulis
yang menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan,
tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik.
Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian
dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan
keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau
untuk memenuhi kebutuhan klien (Nursalam, 2015).
Rencana keperawatan merupakan serangkai kegiatan atau intervensi
untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi
keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan oleh
pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. (Wong, 2016).
Tujuan yang direncanakan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda,
tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien, dapat
diukur, didengar, diraba, dirasakan, dicium. Tujuan keperawatan harus dapat
dicapai serta dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan harus mempunyai waktu
yang jelas. Pedoman penulisan kriteria hasil berdasarkan “SMART”
S : Spesifik, tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda
M : Measureble, tujuan keperawatan harus dapat diukur, khusunya tentang
prilaku klien, dapat dilihat, didengar, diraba, dan dirasakan
A : Achievable, tujuan harus dapat dicapai
R : Reasonable, tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan
T : Time, harus memiliki batas waktu yang sesuai
a. Kegiatan dalam tahap perencanaan, meliputi :
1) Menentukan prioritas masalah keperawatan.
2) Menetapkan tujuan dan kriteria hasil.
3) Merumuskan rencana tindakan keperawatan.
4) Menetapkan rasional rencana tindakan keperawatan.
b. Tipe rencana tindakan keperawatan, meliputi :
1) Observasi keperawatan, diawali kata kerja: kaji, monitor, pantau,
observasi, periksa, ukur, catat, amati.
1
2) Terapi keperawatan, diawali kata kerja: lakukan, berikan, atur, bantu,
ubah, pertahankn, latih.
3) Pendidikan kesehatan, diawali kata kerja: ajarkan, anjurkan, jelaskan,
sarankan, informasikan.
4) Kolaborasi/pemberian obat/pengaturan nutrisi, diawali kata kerja: rujuk,
instrusikan, laporkan, delegasikan, berikan, lanjutkan, pasang.
1
Adapun intervensi keperawatan pada pasien ispa, berupa :
6. Kolaborasi 6. Menurunkan
dalam pemberian kekentalan
obat dan sekret dan
humidifikasi, mengeluarkan
seperti nebulizer. sekret.
1
2. Hipertermi Tujuan : 1. Kaji/pantau 1. Perubahan TTV
berhubungan Setelah dilakukan TTV. dalam rentang
dengan tindakan abnormal
peningkatan keperawatan mengindikasikan
suhu tubuh selama 3x24 jam adanya respon
(proses suhu tubuh kembali tubuh.
penyakit). normal.
2. Berikan 2. Terjadinya
Kriteria hasil : kompres vasodilatasisehi
Tanda-tanda vital hangat. ngga suhu tubuh
(TTV) dalam batas cepat kembali
normal; normal.
TD : 120/80
mmHg. 3. Anjurkan klien 3. Mencegah
N : 80 x/ment. untuk terjadinya
RR : 20 x/menit. memperbanyak kekurangan
0
S : 37,0 C minum air putih. cairan karena
dehidrasi.
4. Kolaborasi 4. Pemberian
dalam pemberian terapi
terapi obat. mempercepat
proses
penyembuhan.
2. Ketidaksesuaian
Kriteria hasil : 2. Kaji pernyataan antara verbal
verbal dan non dan non verbal
Tampak rileks dan verbal nyeri menunjukan.der
tidur/istrahat pasien. ajat nyeri.
dengan baik.
Melaporkan nyeri 3. Memberikan
hilang/terkontrol. 3. Evaluasi obat
Berpatisipasi keefektifan berdasarkan
dalam aktivitas pemberian obat. aturan.
yang diinginkan.
18
4. Meningkatkan
4. Berikan relaksasi dan
tindakan pengalihan
kenyamanan, perhatian.
ubah posisi,
pijatan punggung
dll.
5. Penurunan
5. Berikan stress,
lingkungan menghemat
tenang. energi.
6. Mempertahanka
6. Kolaborasi: n kadar obat,
Berikan analgesik menghindari
rutin s/d indikasi. puncak periode
nyeri.
4. Ketidakefektifan Tujuan : 1. Kaji frekuensi . Kecepatan
pola napas kedalaman biasanya
berhubungan Setelah dilakukan pernapasan dan mencapai
dengan obstruksi tindakan ekspansi dada. kedalaman
bronkospasme, keperawatan pernapasan
respon pada selama 3x24 jam bervariasi
dinding bronkus. pola napas kembali tergantung derajat
efektif. gagal napas.
4. Kolaborasi . Memaksimalkan
pemberian bernapas dan
oksigen. menurunkan kerja
napas.
.
5. Ketidakseimbang Tujuan : 1. Kaji kebiasaan . Pasien distress
an nutrisi kurang diet. Evaluasi pernapasan akut
1
dari kebutuhan Setelah dilakukan berat badan sering anoreksia
tubuh tindakan dan ukuran karena dispnea,
berhubungan keperawatan tubuh. produksi sputum,
dengan selama 3x24 dan obat-obatan.
penurunan intake jampasien akan
inadekuat, menunjukan 2. Aukultasi bising . Membantu dalam
penurunan nafsu perbaikan nutrisi. usus. menentukan
makan, nyeri respon untuk
menelan. makan atau
berkembangnya
Kriteria hasil:
komplikasi.
. Tidak tampak mual
muntah, 3. Berikan . Meningkatkan
. Peningkatan makanan dalam proses
pengecapan dan jumlah kecil dan pencernaan dan
menelan. dalam waktu toleransi pasien
. Nafsu makan yang sering dan terhadap nutrisi
meningkat. teratur. yang diberikan
dan dapat
meningkatkan
kerjasama pasien
saat makan.
2
Kriteria hasil : dan dorong mengidentifikasi
mengekspresikan perasaan.
. Tampak rileks perasaan.
. Klien dapat
beristrahat. 3. Libatkan . Dapat
. Dapat bekerja pasien/orang memperbaiki
sama dalam terdekat dalam perasaan kontrol.
program terapi. perencanaan
keperawatan.
2.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan atau
melaksanakan rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2015).
Pada tahap pelaksanaan ini kita benar-benar siap untuk melaksanakan
intervensi keperawatan dan aktivitas-aktivitas keperawatan yang telah dituliskan
dalam rencana keperawatan pasien. Dalam kata lain dapat disebut bahwa
pelaksanaan adalah peletakan suatu rencana menjadi tindakan yang mencakup :
a. Penulisan dan pengumpulan data lanjutan
b. Pelaksanaan intervensi keperawatan
c. Pendokumentasian tindakan keperawatan
d. Pemberian laporan/mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan
respon pasien terhadap intervensi keperawatan
Pada kegiatan implementasi diperlukan kemampuan perawat terhadap
penguasaan teknis keperawatan, kemampuan hubungan interpersonal, dan
kemampuan intelektual untuk menerapkan teori-teori keperawatan kedalam
praktek.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana
keperawatan (Nursalam, 2015).
Dalam evaluasi pencapaian tujuan ini terdapat 3 (tiga) alternatif yang
dapat digunakan perawat untuk memutuskan/menilai sejauh mana tujuan yang
telah ditetapkan dalam rencana keperawatan tercapai, yaitu :
2
a. Tujuan tercapai.
b. Tujuan sebagian tercapai.
c. Tujuan tidak tercapai.
Evaluasi dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu :
2
Evaluasi pencapaian tujuan memberikan umpan balik yang penting bagi
perawat untuk mendokumentasikan kemajuan pencapaian tujuan atau evaluasi
dapat menggunakan kartu/format bagan SOAP (Subyektif, Objektif, Analisis dan
Perencanaan).
Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada pasien ispa harus sesuai
dengan rencana tujuan yang telah ditetapkan yaitu :
a. Jalan napas menjadi efektif.
b. Suhu tubuh dalam batas normal.
c. Nyeri berkurang/hilang.
d. Pola napas kembali efektif.
e. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
f. Ansietas hilang/ berkurang.
2
BAB III
TINJAUAN
KASUS
3.1 Pengkajian
1. Identitas Anak
Nama : An. D
Umur : 9 tahun
Jenis : Laki-laki
kelamin : Islam
Agama : SD
Pendidikan : 3 Maret 2020
Tanggal pengkajian : ISPA
2. Identitas orang tua
Nama : Tn. R
Umur : 30 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Ayah kandung
Pendidikan ` : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
3. Anamnese
a. Keluhan utama
Data subjektif : Orang tua klien mengatakan anaknya batuk, batuk
berdahak susah dikeluarkan, pilek sejak 2 hari yang lalu, orang tua
klien mengatakan anaknya malas makan, porsi makan tidak
dihabiskan.
Data Objektif : Klien tampak kurus, klien tampak pucat, klien tampak
lemas, BB 24 ( menurun ), IMT: 18,7 (24 kg/128 cm x 100=18,7),TTV:
2
2). Riwayat penyakit sekarang
Orang tua klien mengatakan anaknya batuk, pilek serta terasa
panas,dan susah makan sejak 2 hari yang lalu yaitu tanggal 1 Maret
2020.
3). Riwayat penyakit keluarga / menurun
Orang tua klien mengatakan dalam keluarga baik bapak maupun
ibu tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit menurun seperti
asma, jantung, ginjal, hepatitis, hipertensi, DM, dan penyakit
menular seperti TBC dan pneumonia.
4).Riwayat sosial
a. Pengasuh
Orang tua klien mengatakan anaknya diasuh oleh mereka sendiri
dan keduanya saling membantu dan keduannya saling
membantu dalam hal mengurus anak.
b. Hubungan dengan anggota keluarga
Orang tua klien mengatakan hubungan anaknya dengan anggota
keluarga sangat baik.
c. Hubungan dengan teman sebaya
Orang tua klien mengatakan hubungan anaknya dengan teman
sebayanya sangat baik.
d. Lingkungan rumah
Orang tua klien mengatakan linkungan rumah aman, rapi dan
bersih, letak rumah berdekatan dengan rumah yang lain.
5). Pola kebiasaan sehari-hari
a). Nutrisi
Makanan yang disukai : orang tua klien mengatakan anaknya
menyukai makanan seperti ikan, telur dan sayur-sayuran.
Makanan yang tidak disukai : orang tua klien mengatakan bahwa
tidak ada makanan yang tidak disukai oleh anaknya.
b). Pola makan
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan sebelum sakit nafsu
makan anaknya sangat baik, frekuensi makan tiga kali sehari dan
makanan yang dikonsumsi yaitu nasi, ikan, telur dan sayur-
sayuran.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan selama sakit nafsu
2
makan anaknya berkurang, frekuensi makan dua kali sehari dan
hanya memakan bubur selama dirumah sakit.
c). Istrahat / tidur
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya tidur siang
kurang lebih 3 jam dan tidur malam kurang lebih 8 jam.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya tidur siang
kurang lebih 1 jam dan tidur malam kurang lebih 5 jam dan
kadang sering terbangun.
d). Personal hygiene
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya mandi 2
kali sehari, rajin menggosok gigi, dan ganti baju sewaktu- waktu
ketika baju kotor.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya mandi tetap
2x sehari walaupun sakit
e). Aktivitas
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya sangat aktif
bermain dengan teman-teman sebayanya.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya kurang aktif,
lemah, dan sering mengeluhkan batuknya.
f.). Eliminasi
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya BAB 2-3
x/hari dengan konsistensi padat dan berwarna kecoklatan, dan
BAK 5-6 x/hari, dan berwarna kuning jernih.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya 1-2 x/hari,
konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan dan BAK 5-6 x/hari,
warna kuning pekat dan bau khas.
g). Pemeriksaan fisik (data objektif).
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : composmentis
Mukosa bibir : tampak kering
2
Pemeriksaan Data Objektif
Kepala bentuk simetris, rambut berwarna hitam
dan tidak rontok dan tidak ada lesi pada kulit kepala.
27
4. Analisa data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Infeksi saluran nafas Ketidakseimbangan
- Orangtua klien nutrisi kurang dari
mengatakan anaknya kebutuhan tubuh
batuk, pilek diserta Merangsang refluks
demam sejak 2 hari peristaltik
yang lalu, anaknya
malas makan selama
dirawat dan porsi Menekan lambung
makannya tidak
dihabiskan
DO : Nafsu makan menurun
- Klien tampak lemah,
pucat, kurus, BB 24
kg Ketidakseimbangan
- IMT : 24/128cm x 100 nutrisi kurang dari
= 18,7 kebutuhan tubuh
- TTV : R: 42x/menit, N
: 106x/menit, S :
0
37,3 C
2. DS : Virus bakteri, jamur Bersihan jalan nafas
- orangtua klien tidak efektif
mengatakan anaknya Infeksi saluran nafas
batuk berdahak dan atas
susah bernafas
DO : Kuman berlebih
- keadaan umum dibronkus
lemah, kesadaran
compos mentis Proses peradangan
- klien tampak batuk
berdahak, suara nafas Akumulasi sekret di
vesikuler basah bronkus
disertai ronchi dan
perkusi sonor Bersihan jalan nafas
memendek, RR : tidak efektif
0
42x/menit, S : 37,3 C,
N : 106x/menit
28
DO :
- klien tampak lemah, Batuk berdahak, sesak
mata cekung
- klien tampak batuk
berdahak, suara nafas Gangguan pola tidur
vesikuler basah disertai
ronchi dan perkusi sonor
memendek, RR :
0
42x/menit, S : 37,3 C, N :
106x/menit
3.2.2 Perencanaan
N Diagnosa Tujuan dan
Intervensi Rasional
O Keperawatan Kriteria hasil
1 Bersihan jalan Tujuan : 1. Posisikan 1. Posisi
napas tidak efektif Menunjukan pasien untuk semifowler
berhubungan bersihan jalan memaksimalka n membantu
dengan akumulasi nafas yang ventilasi. klien
secret di bronkus efektif memaksimalka n
Kriteria hasil : ventilasi
Setelah sehingga
dilakukan kebutuhan
tindakan oksigen
keperawatan terpenuhi.
selama 3x24 2. Auskultasi 2. Memastikan
jam maka suara napas, suara napas
kriteria hasil catat adanya vesikuler.
yang suara
diharapkan
tambahan.
yaitu :
3. Ajarkan batuk 3. Batuk efektik
kemudahan efektif. membantu klien
bernafas,
untuk
frekuensi dan
mengeluarkan
irama bernafas,
sekret sehingga
pergerakan
pernafasan
sputum keluar
tidak terganggu.
dari jalan
4. Penurunan
nafas,
saturasi
pergerakan 4. Monitor repirasi
dan status O2
29
sumbatan oksigen dapat
keluar dari menunjukan
jalan nafas perubahan
status
kesehatan
klien yang
dapat
mengakibatkan
terjadinya
hipoksia.
5. Pemberian terapi
5. Kolaborasi
sesuai program
dengan tim
membantu
medis lain
memngeluarka n
dalam
atau
pemberian
mengencerkan
terapi sesuai
secret pada
program
saluran napas.
6. Memastikan
klien mengerti
6. Memberikan
mengenai ISPA
edukasi
dan mudah
mengenai ISPA
untuk
kepada keluarga
berkerjasama.
klien.
30
menunjukkan desain ruangan hiburan
peningkatan kepada anak
fungsi agar mau
pengecapan makan
dari menelan
31
3.2.3 Implementasi/ Evaluasi
N Tanggal/
Diagnosa Implementasi Evaluasi
O Waktu
1 3 Maret Bersihan jalan 1. Membina hubungan S:
2020 napas tidak saling percaya pada Ibu klien mengatakan klien
09.00 efektif pasien dan keluarga masih batuk dan demam dan
wib berhubungan pasien untuk menjalin batuknya masih terdengar
dengan kerja sama yang baik grok-grok.
akumulasi dalam komunikasi
secret di terapeutik O:
bronkus 2. Memberikan edukasi Keadaan umum :
tentang ISPA pada lemah
orangtua pasien Kesadaran :
3. Mengajarkan teknik composmentis GCS 4-
batuk efektif 5-6, CRT < 2 detik
4. Memposisikan klien Nampak batuk
semifowler berdahak
5. Memonitoring suara Suara napas : ronki
nafas klien dengan dan perkus i:
auskultasi hipersonor.
6. Mengukur tanda- Tanda vital : RR :
tanda vital 40x/menit, Suhu : 38
o
7. Mengkolaborasikan C, Nadi : 120x/menit
dengan dokter dalam Klien Nampak lemah,
pemberian terapi : tidak rewel, akral hangat.
- Nebulizer : Tidak terpasang
ventolin 1 cc + oksigen.
Nacl 1 cc
- Ambroxol syrup, A:
sanbe kid oral, Masalah teratasi
antrain 110mg/IV, sebagian
vitamin A
200.000/IV P:
Intervensi di lanjutkan
( 2,3,4,5,6,7)
Terapi
Nebulizer : ventolin 2cc +
NaCl 2cc
Ambroxsol syrup3x
cth/oral
Sanbe kid 2x cth /oral
Antrain 110 mg/IV (jika
demam)
Vitamin A 200.000/IV
32
tubuh sering. makan dan porsi makan tidak
Berhubungan 3. Meyakinkan orang dihabiskan
dengan tua klien bahwa diet
anoreksia yang dimakan O:
mengandung tinggi klien tampak pucat, lemas
serat.. BB: 24 kg
4. Berkolaborasi dengan IMT: 18,7
untuk menentukan porsi makan tampak tidak
jumlah kalori dan nutrisi diihabiskan.
yang dibutuhkan TTV: P : 24 kali per menit, N:
pasien. 106 kali per menit, S:
5. Memberikan permainan 38,3 oC.
atau desain ruangan. Klien tampak suka dengan
kamarnya
A:
masalah belum teratasi
P:
intervensi dilanjutkan dihari
kedua.
3 Maret Gangguan 1. Jelaskan pentingnya S:
2020 pola tidur tidur yang adekuat orangtua klien mengatakan
13.30 berhubungan 2. Fasilitasi untuk anaknya belum dapat tidu
wib dengan mempertahankan nyenyak, masih sering
sekret aktivitas sebelum tidur terbangun pada malam hari
berlebih 3. Ciptakan lingkungan
yang nyaman O:
4.Anjurkan klien minum Klien tampak lemah, mata
air hangat sebelum cekung
tidur TTV: P : 24 kali per menit,
5.Kolaborasi pemberian N: 106 kali per menit, S:
obat jika diperlukan
38,3 oC.
Klien tampak suka dengan
kamarnya
Klien tidak menghabiskan
minum air hangatnya
A:
masalah belum teratasi
P:
intervensi dilanjutkan dihari
kedua
33
semifowler 5-6, CRT < 2 detik
5. Mengauskultasi suara Klien nampak
nafas klien batuk
6. Mengukur tanda-tanda Suara napas :ronki
vital klien Tanda vital :
7. Mengkolaborasikan RR : 38x/menit, Suhu :
2o
pemberian terapi 37 C, Nadi : 100x/menit
Klien nampak lemah, tidak
rewel, akral hangat.
Klien nampak bisa
istirahat
Tidak terpasang
oksigen.
A:
masalah teratasi sebagian
P:
intervensi di lanjutkan
2,3,4,5,6,7)
Terapi
Nebulizer: ventolin 2cc +
NaCl 2cc
Ambroxsol syrup3x cth/oral
Sanbe kid 2x cth /oral Antrain
110 mg/IV (jika demam)
Vitamin A 200.000/IV
34
sekret aktivitas sebelum tidur sering terbangun pada
berlebih 3. Ciptakan lingkungan malam hari, tidur 6 jam
yang nyaman malam hari
4.Anjurkan klien minum O:
air hangat sebelum Klien tampak lemah, mata
tidur cekung
5.Kolaborasi pemberian TTV: P : 24 kali per menit,
obat jika diperlukan Nadi: 100 kali per menit,
Suhu: 37.8 oC.
Klien tampak suka dengan
kamarnya
Klien mulai menghabiskan
minum air hangatnya
A:
masalah teratasi sebagian
P:
intervensi dilanjutkan dihari
ketiga
3 5 Maret Bersihan jalan 1. Mengajarkan batuk S:
2020 napas tidak efektif Ibu klien mengatakan
08.30 efektif 2. Mengajarkan teknik batuk klien sudah reda
wib berhubungan cupping pada dada O:
dengan dan punggung Keadaan umum : baik
akumulasi 3. Memposisikan pasien Kesadaran :
secret di semifowler composmentis GCS 4-
bronkus 4. Mengauskultasi suara 5-6, CRT < 2 detik
nafas klien Batuk nampak
5. Mengukur tanda-tanda berkurang
vital klien Suara napas
6. Mengkolaborasikan :vesikuler
pemberian terapi Tanda vital :
RR : 28x/menit,
o
Suhu : 36 C, Nadi
: 90x/menit
Klien Nampak baik,
tidak rewel, akral
hangat.
Tidak terpasang oksigen. A :
Masalah teratasi
P:
klien rencana Pulang
35
dengan ahli gizi BB: 24 kg
dalam memberikan IMT: 18,7
variasi makanan pada porsi makan tampak
anak sudah dihabiskan.
4. Mengajarkan TTV: P : 22 kali per menit, N:
orangtua teknik 100 kali per menit, S:
distraksi 37,3 oC.
dalampemberian A:
makan anaknya masalah telah teratasi
P:
Intervensi dihentikan.
36
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
ISPA pada umumnya infeksi pertama menyerang anak-anak karena
kekebalan tubuh yang di alami oleh anak belum terbentuk sempurna sehingga
saat sistem imun menurun dan infeksi ISPA semakin lama proses
penyembuhanya karena setelah terpapar virus ISPA sehingga dibutuhkan suatu
sistem pertahanan yang efektif dan efisien dari sistem saluran pernafasan.
Ketahanan saluran pernafasan terhadap infeksi maupun partikel dan gas yang
ada di udara sangat tergantung pada 3 unsur alamiah yang selalu terdapat pada
orang sehat, yaitu: utuhnya epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli,
dan antibodi. Infeksi saluran pernafasan akut dapat terjadi menjadi jalan masuk
bagi virus. Hal ini dapat terjadi pada kondisi yang penuh sesak. kuman
mengilfitrasi lapisan epitel, jika epitel terkikis maka jaringan inofoid superficial
bereaksi sehingga terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimor fonuklear. Jadi yang terjadi kerusakan adalah lapisan epitel dari saluran
nafas akibatnya akan terjadi radang, dan virus akan di keluarkan melalu batuk
sehingga klien akan mengalami batuk untuk mengeluarkan virus, dan klien akan
mengalami pilek karena respon tubuh terhadap virus atau bakteri yang masuk ke
dalam tubuh akan terjadi akumulasi secret (Tamsuri, 2016).
Menurut Simon (2015), batuk terjadi lebih lama karena klien masih anak-
anak. Sistem imum pada anak belum bekerja secara sempurna dan
menyebabkan proses penyembuhan menjadi lambat karena sistem imun tidak
bekerja secara sempurna untuk melawan infeksi bakteri atau virus dalam tubuh
jika tidak didukung oleh nutrisi yang baik.
Berdasarkan data objektif An.D tampak batuk dan sulit mengeluarkan
sekret. Menurut Muttaqin (2015), sesak terjadi karena adannya infeksi virus dan
bakteri. Faktor utama yang berperan timbulnya sesak adalah infeksi bakteri atau
virus akan menyebabkan invansi saluran pernapasan akut, sehingga adanya
kuman di bronkus, kuman akan menginfeksi saluran pernafasan sehingga tubuh
akan merespon dengan produksi sekret sehingga adanya akumulasi sekret
berlebih di bronkus. Jika klien tidak dapat mengeluaran sekret secara efektif ,
penumpukan sekret di bronkus akan bertambah sehingga klien kesulitan
bernapas dan menyebabkan klien sesak napas.
3
Berdasarkan data yang diperoleh selama sakit An.D malas makan,
makanan tidak dihabiskan. Menurut Duarthe et al (2010), menyebutkan bahwa
salah satu faktor penyebab yang dapat menimbulkan terjadinya ISPA pada anak
adalah status gizi, dimana status gizi yang kurang merupakan hal yang
memudahkan proses terganggunya sistem hormonal dan pertahanan tubuh
pada anak. Kekurangan protein/gizi yang terjadi dapat menurunkan sistem imun
yang pada akhirnya akan menyebabkan tubuh lebih mudah terpapar penyakit
infeksi. Salah satu Masalah yang sering timbul pada anak dengan infeksi saluran
pernapasan akut yaitu penurunan nafsu makan hal ini di sebabkan oleh proses
terganggunya sistem hormonal dan pertahanan tubuh pada anak.
3
4.3 Perencanaan/ Implementasi
Menurut penulis perencanaan keperawatan pada klien yang meliputi
kelengkapan data, serta data penunjang lainnya, dan dilakukan menurut dengan
kondisi klien, sehingga penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara
teori dengan kasus dilahan praktik.
Pemberian terapi nebulizer dengan ventolin di tentukan berdasarkan
kebutuhan klien serta usia dan berat badan. Menurut Wijaya (2015), pengelolaan
dari perwujudan intervensi meliputi kegiatan yaitu validasi, rencana keperawatan,
mendokumentasikan rencana, memberikan askep dalam pengumpulan data,
melaksanakan advis dokter sesuai sesuai kondisi klien.
Berdasarkan kasus An. D tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan
intervensi yang disusun pada diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Intervensi yang
dilakukan oleh penulis untuk mengatasi ketidakseimbangan nutrisi dengan
pendekatan non farmakologi untuk mengendalikan ketidakseimbangan nutrisi
yaitu dengan pemberian porsi makan dengan porsi kecil tapi sering guna untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
Menurut Rahardjo (2016), mengatakan mengkonsumsi makanan dalam
porsi kecil tapi sering lebih sehat dan dapat melancarkan metabolisme tubuh
dibanding dengan makan 3 porsi besar setiap harinya. Terapi ini dapat
mempercepat penyembuhan, Hal ini telah dibuktikan oleh para ahli seperti yang
dilakukan ahmad al khadi bahwa mengkonsumsi porsi makan kecil tapi sering
memliki pengaruh signifikan dalam mengendalikan ketidakseimbangan nutrisi.
3
mengetahui perkembangan penyakit pada klien ISPA diperlukan suatu
pemeriksaan fisik dan penunjang yang dapat menggambarkan kondisi langsung
dari ISPA dan mendeteksi adanya perkembangan atau penurunan kestabilan
klien setiap waktu sehingga bisa diketahui efektifitas dari intervensi yang telah
dilakukan. Apabila terdapat perubahan pada keadaan seseorang yang sakit
kemudian mendapatkan perawatan, dan selanjutnya dikatakan sembuh karena
seseorang tersebut memiliki factor pendukung yang meliputi keinginan, harapan,
kepatuhan, dan dukungan.
Evaluasi keperawatan pada An. D dengan masalah keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia evaluasi yang didapat dari pelaksanaan terapi pemberian makan
dalam porsi kecil tapi sering selama 3 hari.
Tanggal 3 Maret 2020 pemberian terapi dalam pemberian makan dalam
porsi kecil tapi sering diberikan tiga kali sehari, dan hasilnya An.D masih kurang
nafsu makan dan porsi makan belum dihabiskan, masalah belum teratasi.
Tanggal 4 Maret 2020 pelaksanaan terapi dalam pemberian makan dalam porsi
kecil tapi sering disertai dengan menganjurkan kepada orang tua klien untuk
menyajikan makanan dalam keadaan hangat dan pemberian obat(vitamin C),
hasilnya nafsu makan An. D sudah mulai membaik dan porsi makan hampir
dihabiskan masalah belum teratasi. Tanggal 5 Maret 2020 pelaksanaan terapi
dalam pemberian makan dalam porsi kecil tapi sering disertai kolaborasi dengan
ahli gizi dan pemberian obat (aceminophen dan vitamin C) pada hari ketiga,
hasilnya An. D sudah mulai nafsu makan dan porsi makan telah dihabiskan
masalah teratasi.
4
BAB V
KESIMPPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pengkajian terhadap masalah ISPA telah dilakukan secara komperhensif
dan diperoleh hasil yaitu terdapat keluhan utama batuk, pilek, susah
mengeluarkan sekret, disertai demam dan malas makan, keadaan umum
sedang, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital: pernapasan: 42
4
dapat teratasi pada hari ketiga dan intervensi dihentikan.
5.2 Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan ISPA,
penulis memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya dibidang
kesehatan antara lain:
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Hal ini diharapkan Puskesmas dapat memberikan pelayanan kesehatan
dan mempertahankan hubungan kerja sama antar tim kesehatan maupun
klien. sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan yang optimal pada umumnya dan pasien ISPA khususnya,
diharapkan pelayanan kesehatan dapat menyediakan fasilitas serta
sarana dan prasarana yang mendukung kesembuhan pasien.
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien agar lebih maksimal,
khususnya pada pasien dengan ISPA. Perawat diharapkan dapat
memberikan pelayanan profesonal dan komprehensif.
3. Bagi institusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas
dan profesional sehingga dapat tercipta perawat tang profesional,
terampil, inovatif danbermutu yang mampu memberikan asuhan
keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
4
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. (2014). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Rahajoe. dkk. (2014). Buku Ajar Respirologi Anak. Cetakan Ketiga Dokter
Indonesia.
4
Wilson, et al. (2013). Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. United States of
America : Mosby Elsevier
Ziady, L E., dan Nico Small. (2016). Prevent and Control Infection : Application
Made Easy. South Africa : Juta and Company Ltd.
4
KEGIATAN BIMBINGAN
NIM : P07520119167
Tanda
No Tanggal Materi Bimbingan Saran Tangan
Pembimbing
ACC judul
2 Perbaikan Judul Lanjut Bab I
ACC Bab I
4 Perbaikan Bab I Lanjut Bab II
ACC Bab II
6 Perbaikan Bab II Lanjut Bab III
4
ACC Bab III
8 Perbaikan Bab III Lanjut Bab IV
ACC Bab IV
10 Perbaikan Bab IV Lanjut Bab V
Revisi Bab V,
11 Konsul Bab V kesimpulan askep
12 ACC Bab V
Perbaikan Bab V
Revisi Daftar
13 Konsul Daftar Pustaka Pustaka, cara
penulisan
ACC Daftar
14 Perbaikan Daftar Pustaka pustaka
Pembimbing