0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
137 tayangan15 halaman

Review Jurnal Kel. 2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 15

REVIEW ARTIKEL JURNAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan


Dosen Pengampu: Nurudin, SE., MM

Disusun oleh :
1. Fuji Rondlotul Haniah (2105026004)
2. Fildza Mafazin Nisa (2105026021)
3. Aulia Az-Zahra (2105026036)
4. Ilham Jarong (2105026167)

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BSINIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2023
Edunomika – Vol. 03, No. 02 (Agustus 2019)

MEMBANGUN TRADISI ENTREPRENEURSHIP PADA MASYARAKAT

Helisia Margahana1, Eko Triyanto2


1
STIE Trisna Negara Sumatera Selatan, 2STIE Surakarta
Email : 1helisiagaraika87@gmail.com, 2triyantoeko376@gmail.com

Abstrak : Entrepreneurship menjadi jalan yang paling efektif di tengah himpitan ekonomi yang
semakin besar dan lapangan pekerjaan yang semakin sempit, untuk membangkitkan kembali
kehidupan perekonomian masyarakat. Indonesia masih perlu mempersiapkan lahirnya generasi
entrepreneur karena para entrepreneurship inilah yang akan menjadi penggerak pembangunan
ekonomi di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
membangun tradisi entrepreneurship pada masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode
kajian pustaka (Literature Review) untuk membahas topik yang dikaji. Kajian Pustaka
dimaksudkan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan
kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Hasil dari telaah pustaka
menyimpulkan bahwa ketiga tradisi yang diciptakan oleh keluarga, pendidikan dan pemerintah
mampu mendorong tumbuhnya tradisi entrepreneur pada masyarakat.

Kata kunci : Tradisi, Entrepreneurship, Masyarakat.

1. PENDAHULUAN
Entrepreneurship menjadi jalan yang paling efektif di tengah himpitan ekonomi yang
semakin besar dan lapangan pekerjaan yang semakin sempit untuk membangkitkan kembali
kehidupan perekonomian masyarakat. Menurut David Mc Clelland, suatu negara dapat menjadi
makmur jika sedikitnya memiliki 2% entrepreneurship dari jumlah penduduknya. Menteri
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga mengatakan
rasio entrepreneurship di Indonesia terbaru sudah meningkat menjadi 7% lebih dari total
penduduk Indonesia. Pada 2014, rasio entrepreneurship di Tanah Air baru 1,55% kemudian
meningkatkan menjadi 1,65% di tahun 2016, dan hingga akhir 2017 telah mencapai lebih dari
3,1%. Berarti angka tersebut sudah di atas standar Internasional yang mematok 2%. Namun,
disisi lain angka tersebut masih tertinggal jauh dibandingkan dengan negara-negara tetangga,
seperti Malaysia di angka 5%, Singapura berada di angka 7%, dan Thailand pun di angka 4,5%.
Untuk itu Indonesia masih perlu mempersiapkan penggerak pembangunan ekonomi di Indonesia.
Berbagai instansi pendidikan tinggi pun telah banyak memberikan program-program untuk
menumbuhkan dan mengembangkan jiwa entrepreneurship kepada peserta didiknya.
Usaha menumbuhkan jiwa entrepreneurship tentunya harus dimulai saat seseorang masih
berusia muda bahkan sejak kecil. Namun apabila dilihat dari prakteknya yang terjadi di
Indonesia saat ini adalah fokus yang diutamakan lebih pada mempersiapkan seorang anak untuk
memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Hal ini dapat dilihat dari pembelajaran lebih
ditekankan pada kemampuan baca, tulis, dan hitung, padahal pembentukan karakter tidak kalah
penting dengan penguasaan kemampuan tersebut dan peran orang tua sangat besar dalam
pembentukan karakter seorang anak, salah satunya dalam usaha menumbuhkan jiwa
entrepreneurship sejak awal, karena karakter dapat berkembang jika ditanamkan sejak usia
tersebut. Mereka justru menyerahkan anak-anak mereka kepada lembaga pendidikan,
dikarenakan kurangnya waktu atau kurangnya pengetahuan mengenai pendidikan dalam

300
Helisia Margahana, Eko Triyanto / Edunomika Vol. 03 No. 02 (Agustus 2019)

keluarga. Padahal apabila dibiasakan dalam kehidupan keluarga tentunya hal tersebut menjadi
tradisi yang sangat diingat oleh anak-anak mereka.
Ciputra, seorang entrepreneurship Indonesia mengatakan bahwa tidak semua orang yang
memiliki usaha sendiri dapat dikatakan seorang entrepreneurship , seorang entrepreneurship
sudah pasti seorang pengusaha, sedangkan seorang pengusaha belum tentu dapat dikatakan
entrepreneurship. Ciri-ciri seorang entrepreneurship diantaranya adalah ia merasakan peluang
dan mengejar peluang yang ia rasa cocok dengan dirinya serta percaya bahwa keberhasilan pasti
dapat dicapai. Entrepreneurship bukanlah seorang yang memilih usaha di semua bidang, tetapi
memilih bidang usaha yang cocok dengan kemampuan dan minat yang dimiliki, lalu
mempelajari, mengamati dari dekat, mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, lalu bergerak
dengan pengetahuannya itu untuk membangun usaha. Entrepreneurship tidak mudah menyerah
dikarenakan mereka yakin akan berhasil dengan bidang yang mereka pilih. Entrepreneurship
juga merupakan orang yang bertindak melakukan inovasi serta berani mengambil resiko, baik
resiko mental maupun resiko finansial. Jika seseorang telah memenuhi ciri-ciri itu baru dapat
dikatakan sebagai entrepreneurship.
Jiwa entrepreneurship sangatlah penting untuk kita miliki. Berikut beberapa alasan
penting memiliki jiwa entrepreneurship di Indonesia :
1) Jumlah lapangan pekerjaan semakin bertambah
2) Jenis lapangan pekerjaan semakin beragam
3) Mengurangi tingkat pengangguran
4) Mengurangi penyakit sosial di masyarakat
5) Meningkatkan kesejahteraan secara ekonomi
6) Meningkatkan taraf ekonomi suatu wilayah
7) Meningkatkan stabilitas ekonomi bangsa Indonesia.
Pertumbuhan entrepreneur diberbagai sektor terus tumbuh dangan sangat pesat. Badan
Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2016 mencatat adanya kenaikan 4 juta entrepreneur dalam
kurun waktu 10 tahun belakangan. Salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan paling pesat
diantaranya startup digital. Data Asosiasi Fintech Indonesia mencatat sudah ada sekitar 140
startup yang bergerak khusus di fintech saja pada tahun 2016.(Suara.com, 18/03/2017)
Pertumbuhan entrepreneur mampu mendorong tumbuhnya perekonomian Indonesia
Dengan demikian tradisi entrepreneurship hendaknya dibangun dalam kehidupan
masyarakat. Permasalahannya bagaimana membangun tradisi entrepreneurship pada masyarakat
?”

2. METODE
Tulisan ini menggunakan metode kajian pustaka (Literature Review) untuk membahas
topik yang dikaji. Kajian Pustaka dimaksudkan untuk memecahkan suatu masalah yang pada
dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang
relevan. Telaah pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau informasi dari berbagai
sumber pustaka yang diperlukan sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran atau gagasan
baru sebagai bahan dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang sudah ada, sehingga
kerangka teori baru dapat dikembangkan, atau sebagai dasar pemecahan masalah.
Sumber-sumber pustaka yang dikaji dalam tulisan ini berupa: buku, hasil penelitian, jurnal,
dan artikel ilmiah lainnya. Langkah-langkah pembuatan literature review dijabarkan sebagai
berikut: (a) menetapkan sumber-sumber untuk bahan literature review yang sesuai dengan topik
kajian tulisan ini; (b) mengevaluasi isi yang dimuat di dalam sumber-sumber studi pustaka yang
ditetapkan; bagian ini dapat memuat hal-hal yang berkaitan dengan anggapan-anggapan dasar
atau fakta-fakta yang dipandang benar tanpa adanya verifikasi dan keterbatasan, yaitu aspek-

301
Helisia Margahana, Eko Triyanto / Edunomika Vol. 03 No. 02 (Agustus 2019)

aspek tertentu yang dijadikan kerangka berpikir; analisis ini diperlukan untuk menyusun alur
berpikir dalam memecahkan masalah; (c) membuat summary terhadap isi sumber-sumber studi
pustaka; (d) menggali pemikiran dan gagasan baru terhadap topik yang menjadi bahan kajian
untuk menetapkan positioning konsep sebagai bahan penelitian berikutnya.

3. TINJAUAN PUSTAKA

Tradisi
Menurut Wikipedia, tradisi atau kebiasaan adalah suatu yang telah dilakukan untuk sejak
lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu
negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama.
Tradisi merupakan suatu gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam
waktu lama dan dilakukan secara turun temurun dimulai dari nenek moyang. Tradisi yang telah
membudaya akan menjadi sumber dalam berakhlak dan berbudi pekerti seseorang. Tradisi atau
kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk
sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu
negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi
adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan,
karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Selain itu, tradisi juga dapat diartikan sebagai
kebiasaan bersama dalam masyarakat manusia, yang secara otomatis akan mempengaruhi aksi
dan reaksi dalam kehidupan sehari—hari para anggota masyarakat itu.

Entrepreneurship
Istilah entrepreneur pertama kali dikemukakan oleh Richard Cantillon (1755) pada saat
melakukan penelitian tentang IQ enterpreneur. Entrepreneurship berasal dari bahasa Prancis
yaitu "entreprendre" yang artinya barusaha atau mengusahakan. Dalam encyclopedia of America
(1984) berarti pengusaha yang memiliki keberanian untuk mengambil risiko dengan
menciptakan produksi tearmasuk modal, tenaga kerja, bahan baku, dan dari usaha bisnis
mendapat profit. Entrepreneurship juga berasal dari bahasa Prancis "entrepreneurial" yang
berarti "to undertaker”. Jika mengacu dari Keputusan Mentari Koperasi dan Pembinaan
Pengusahan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, disebutkan bahwa: Enterpreneur adalah orang
yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan Entrepreneurship .
Enterprenurship dan enterprenur merupakan faktor produksi aktif yang dapat
menggerakkan dan memanfaatkan sumberdaya seperti sumber daya alam, modal dan sehingga
dapat menciptakan kekayaan dan kemakmuran melalui penciptaan lapangan kerja, penghasilan
dan produk yang diperlukan masyarakat, karena itu pengembangan enterprenurship merupakan
suatu keharusan dalam pembangunan (Wirasasmita, 2003).
Lambing dan Kuehl (2000:19-20) mengemukakan beberapa keuntungan dan kerugian
enterprenurship. Adapun keuntungan enterprenurship sebagai berikut:
1) Otonomi. dimana pengelolaan yang bebas dan tidak terikat membuat enterprenur menjadi
seorang "bos” yang penuh kepuasan.
2) Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi. Tantangan awal atau perasaan bermotivasi
yang tinggi merupakan hal menggembirakan. Peluang untuk mengembangkan konsep usaha
yang dapat menghasilkan keuntungan sangat memotivasi enterprenur.
3) Kontrol finansial, dimana bebas dalam mengelola keuangan, dan merasa kekayaan sebagai
milik sendiri.

302
Helisia Margahana, Eko Triyanto / Edunomika Vol. 03 No. 02 (Agustus 2019)

Masyarakat
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki keempat ciri yaitu: 1) Interaksi antar
warga-warganya, 2). Adat istiadat, 3) Kontinuitas waktu, 4) Rasa identitas kuat yang mengikat
semua warga (Koentjaraningrat, 2009).
Menurut Soerjono Soekanto (2006), pengertian masyarakat adalah proses terjadinya
interaksi sosial, suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua
syarat yaitu interaksi sosial dan komunikasi.
Ciri-ciri masyarakat :
1) Berada di wilayah tertentu
2) Hidup secara berkelompok
3) Terdapat suatu kebudayaan
4) Terjadi perubahan
5) Terdapat interaksi sosial
6) Terdapat pemimpin
7) Terdapat stratafikasi sosial.

4. PEMBAHASAN
Setiap bahasan mengenai entrepreneurship atau kewirausahaan memberikan beragam
definisi. Entrepreneurship dapat diartikan sebagai kegiatan enterpreneur. Terdapat banyak
definisi tentang entrepreneurship, yang secara garis besarnya, entrepreneurship dapat diartikan
sebagai kemampuan individu dalam menciptakan peluang ekonomis dari sebuah ide usaha baik
skala kecil maupun skala besar.
Jiwa entrepreneurship bagi masyarakat seharusnya dilakukan oleh berbagai kalangan baik
pemerintah, instansi akademik, maupun instansi swasta. Kebutuhan kuantitas enterpreneur
Indonesia memang sangat mendesak. Dengan adanya perdagangan bebas yang akan terjadi
beberapa tahun ke depan, dibutuhkan enterpreneur- enterpreneur yang banyak dan berkualitas
untuk membendung laju pengaruh usaha dan bisnis dari luar negeri.
Selain itu, entrepreneurship mampu memberikan dampak yang baik bagi perkembangan
ekonomi Indonesia. Semakin banyak enterpreneur maka makin kuatlah daya tahan benturan
terhadap krisis ekonomi. Enterpreneur mampu memberikan alternatif yang baik untuk
mengurangi bahkan menghapus angka pengangguran yang membesar. Ketahanan terhadap krisis
ekonomi mampu ditopang dengan adanya enterpreneur yang mampu menampung pekerja dalam
suatu perusahaan. Apalagi jika jumlah enterpreneur semakin banyak. Tentunya ketahanan
terhadap krisis ekonomi diharapkan semakin meningkat. Nagel, 2016 mengungkapkan bahwa di
negara-negara maju seperti di Amerika dan Eropa misalnya, persentase pengusaha terhadap total
jumlah penduduknya hampir dipastikan jauh melebihi angka 2% yang merupakan syarat jumlah
minimum ideal kuantitas pengusaha jika negara tersebut ingin mandiri. Bahkan, negara tetangga
kita seperti Malaysia, jumlah wirausaha yang dimilikinya sudah mencapai 5% dari total jumlah
penduduknya, terlebih Singapura yang sudah mencapai 7% dari jumlah penduduknya.
Seseorang yang memiliki kewirausahaan tinggi dan digabung dengan kemampuan
manajerial yang memadai akan menyebabkan dia sukses dalam usahanya (Priyanto, 2005). Dari
sisi psikologis, kewirausahaan adalah suatu jiwa yang yang memiliki semangat, mimpi, berani
mencoba, keinginan besar, kreatif, memiliki need for achievement, visi hidup dan independen.
Jiwa yang demikian ini bisa dimiliki oleh siapapun, apakah itu pedagang, pengusaha, karyawan
maupun masyarakat pada umumnya, yang mampu mengelola diri dan lingkungannya sehingga
akan dihasilkan ide, inovasi, penemuan baru, kreatifitas, semangat baru dan pasar yang baru.

303
Helisia Margahana, Eko Triyanto / Edunomika Vol. 03 No. 02 (Agustus 2019)

Yang sering kita dengar dan artikan bahwa kewirausahaan Sama dengan atau selalu identik
dengan pemahaman usaha manufaktur dan dagang. Saat ini pemaknaan kewirausahaan telah
berkembang tidak hanya pemaknaan seseorang sebagai “pengusaha” namun orang yang mampu
mengelola diri dan lingkungannya sehingga akan dihasilkan ide, inovasi, penemuan baru,
kreatifitas, semangat baru dan pasar yang baru. Kewirausahaan merupakan sesuatu yang ada
didalam jiwa seseorang, masyarakat dan organisasi yang karenanya akan dihasilkan berbagai
macam aktivitas (sosial, politik, pendidikan), usaha dan bisnis. Kewirausahaan merupakan
bidang yang sangat luas aktivitasnya, mulai dari individual entrepreneurship, industrial
entrepreneurship sampai yang terakhir berkembang adalah social entrepreneurship ((Maguni,
2014).

MEMBANGUN TRADISI ENTREPRENEURSHIP


Tradisi Entrepreneurship Dalam Keluarga
Setiap manusia dibekali sifat enterpreneur sejak lahir, karena sejak lahir sudah dibekali
keberanian, kreativitas dan inisiatif, untuk belajar disekelilingnya, namun setelah tumbuh tidak
semua anak dibekali untuk hidup dinamis dan kreatif. Akibatnya pertumbuhan kepribadian dan
kepercayaan diri tidak tumbuh optimal. Entrepreneurship ini tidak hanya diperlukan untuk
berbisnis saja, karena hampir seluruh bidang dibutuhkan jiwa enterpreneur, baik untuk
keberhasilan kerja ataupun keberhasilan organisasi.
Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama seseorang dalam kehidupanya.
Lingkungan keluarga terdiri dari orang tua, saudara serta keluarga terdekat lainnya. Dalam
lingkungan keluarga salah satunya orang tua akan mempengaruhi anaknya dalam menentukan
masa depanya misalnya saja dalam hal pemilihan pekerjaan. Menjadi seorang wirausaha tidak
lepas dari dukungan orang tua atau keluarganya, apabila keluarga memberi dukungan serta
pengaruh positif terhadap minat berwirausaha maka seseorang akan memiliki minat
berwirausaha, namun apabila keluarga tidak mendukung seseorang untuk berwirausaha maka
minat berwirausaha akan semakin kecil atau tidak memiliki minat berwirausaha (Setiawan,
2016)
Kebanyakan orang tua pada sebuah keluarga kurang memberi arahan kepada anaknya agar
mempunyai jiwa enterpreneur. Sejak kecil orang tua kebanyakan lebih mengarahkan anaknya
untuk memiliki cita-cita seperti dokter, insinyur, guru dan pekerjaan formal lainnya. Dalam
upaya menumbuhkan jiwa enterpreneur sejak kecil sangat ditentukan oleh pendidikan dari kedua
orang tuanya. Oleh karena itulah peran dari orang tua sangat menentukan dalam keluarga.
Keluarga sangat memberikan pengaruh yang kuat terhadap minat seseorang untuk menggeluti
dunia entrepreneurship . Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Setiawan, 2016 bahwa
Sikap dan aktivitas sesama anggota keluarga saling mempengaruhi baik secara langsung maupun
tidak langsung, misalnya saja orang tua yang berwirausaha, maka dapat menimbulkan minat
seseorang untuk berwirausaha. Apabila keluarga mendukung seseorang untuk berwirausaha
maka akan semakin tinggi pula minat seseorang untuk menjadi wirausaha dibandingkan jika
tidak didukung dari lingkungan keluarga.
Hasil penelitian Anggraini dan Harnanik 2015 menemukan bahwa terdapat pengaruh yang
positif antara lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha siswa kelas XI SMK Islam
Nusantara Comal kabupaten Pemalang tahun ajaran 2014/2015. Hal ini membuktikan bahwa
lingkungan keluarga sangat berperan terhadap pembentukan karakter dan profesi entrepreneur
seseorang. Sehingga tradisi keluarga mampu menumbuhkan jiwa entrepreneur.

304
Helisia Margahana, Eko Triyanto / Edunomika Vol. 03 No. 02 (Agustus 2019)

Pendidikan Berbasis Enterpreneur


Saat ini kita tidak lagi bisa mendidik anak seperti dahulu kala. Zaman sekarang kita harus
kreatif dan inovatif dalam mendidik. Disamping orang tua, pendidik memegang peran penting
dalam mendidik atau menanamkan mindset untuk menjadi seorang enterpreneur.
Pendidikan kewirausahaan dapat membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku pada peserta
didik menjadi seorang wirausahawan (entrepreneur) sejati sehingga mengarahkan mereka untuk
memilih berwirausaha sebagai pilihan karir. Pendidikan akan membentuk wirausaha dengan
meningkatkan pengetahuan tentang bisnis dan membentuk atribusi psikologi seperti halnya
kepercayaan diri, penghargaan terhadap diri sendiri dan Self-Efficacy (Kuarilsky & Waistrad
1998 dalam Wahyu, 2016).
Hal ini dijelaskan juga oleh Sukidjo (2011) bahwa tujuan dari pengembangan
kewirausahaan di sekolah, perguruan tinggi dan masyarakat adalah 1) Meningkatkan jumlah
wirausahawan yang berkualitas. 2) Mewujudkan kemampuan dan memantabkan para wirausaha
untuk menghasilkan kemampuan dan kesejahteraan masyarakat. 3) Membudayakan semangat,
sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan dikalangan pelajar, mahasiswa dan masyarakat
pada umumnya. 4) Menumbuhkan kesadaran dan orientasi kewirausahaan yang tangguh dan kuat
terhadap siswa, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.
Entrepreneurship tidak dapat diajarkan dengan pemaksaan atau proses pengarbitan,
meskipun sebagian besar entrepreneurship memang lahir dari keterpaksaan atau kesulitan hidup
yang memaksanya sejak kecil harus berusaha untuk bisa survive (Bambang Trim, 2010).
Entrepreneurship adalah sebuah semangat perjuangan, mempertahankan hidup, mengembangkan
kreasi dan daya inovasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad, dkk (2013), menjelaskan melalui
pendidikan, seorang entrepreneur dapat diajarkan dan diciptakan. Pendidikan entreprenurship
adalah pendidikan yang berbasis experiential atau pengalaman, yang lebih mengedepankan
praktek di lapangan yang didukung oleh pengetahuan dasar di kelas. Dan diperoleh hasil bahwa
terdapat pengaruh dari entrepreneurship education terhadap perilaku entrepreneur
mahasiswanya, yang dapat ditunjukkan dengan dimilikinya perilaku achievement, personal
control dan self-esteem-nya setelah mahasiswa mendapatkan pendidikan kewirausahaan.
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan atau
entrepreneur berpengaruh positif terhadap motivasi berwirausaha, hal ini mampu mengarahkan
generari muda untuk memilih profesi entreprenuer segenap jiwa raga. Dengan pendidikan
entrepreneur membantu terciptanya generasi dan tradisi entrepreneur yang mandiri .

Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Enterpreneur


Tingginya tingkat pengangguran dalam suatu negara tidak hanya terjadi di negara kita.
Namun pada negara-negara yang maju juga mengalami hal yang sama. Besarnya tingkat
pengangguran akan menimbulkan masalah sosial yang dapat berimbas terhadap seluruh aspek
kehidupan. Memperluas lapangan kerja merupakan hal yang sangat mutlak untuk mengatasinya.
Dengan memberdayakan seluruh lapisan masyarakat melalui kegiatan usaha yang produktif,
kreatif dan inovatif baik untuk usaha formal maupun informal.
Pengembangan entrepreneurship tidak hanya tanggung jawab pemerintah, namun
diperlukan sinergi antara masyarakat kaum intelektual dan pemerintah. Objek dari entrepreneur
adalah masyarakat dengan aktifitas usaha atau bisnis. Aktifitas usaha yang dilakukan
masyarakat tentunya akan berdampak terhadap perekonomian secara keseluruhan, meningkatkan
pendapatan masyarakat dan pada akhirnya menambah pendapatan negara. Campur tangan
pemerintah dalam bentuk kebijakan dalam kemudahan memperoleh modal usaha dari lembaga
pembiayaan, sangatlah diperlukan.

305
Helisia Margahana, Eko Triyanto / Edunomika Vol. 03 No. 02 (Agustus 2019)

Pemerintah sudah melakukan upaya yang komperehensif untuk meningkatkan dan


menggalakkan kewirausahaan. Pada tahun 1995 terbitlah Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4
tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan
(GNMMK). Tindak lanjut gerakan ini cukup bergema. Seminar, lokakarya, simposium, diskusi,
sampai pelatihan kewirausahaan gaungnya begitu kuat. Pada tahun 2009, keluar Instruksi
Presiden nomor 6 terkait dengan pengembangan ekonomi kreatif. Hal tersebut menjadi landasan
pengembangan kewirausahaan di bidang industri kreatif yang cukup kuat. Ditambah lagi,
terbentuk sebuah perguruan tinggi negeri vokasi yang akan memenuhi kebutuhan sumber daya
manusia di bidang Industri Kreatif. Peraturan Menteri nomor 60 tahun 2008 tentang
pembentukan Politeknik Negeri Media Kreatif. Perguruan tinggi ini diharapkan dapat menjadi
jembatan kesenjangan antara pengangguran dan penciptaan lapangan kerja.(Nagel, 2012).

Enterpreneur dan Peranannya dalam perekonomian


Rasionalisasinya adalah jika seseorang memiliki kewirausahaan, dia akan memiliki
karakteristik motivasi/mimpi yang tinggi (need of achievement), berani mencoba (risk taker),
innovative dan independence. Dengan sifatnya ini, dengan sedikit saja peluang dan kesempatan,
dia mampu merubah, menghasilkan sesuatu yang baru, relasi baru, akumulasi modal, baik berupa
perbaikan usaha yang sudah ada (upgrading) maupun menghasilkan usaha baru. Usaha ini akan
menggerakan material/bahan baku untuk “berubah bentuk” yang lebih bernilai sehingga akhirnya
konsumen mau membelinya. Pada proses ini akan terjadi pertukaran barang dan jasa, baik berupa
sumber daya alam, uang, sumber daya sosial, kesempatan maupun sumber daya manusia. Dalam
ilmu ekonomi, jika terjadi hal demikian, maka itu berarti ada pertumbuhan ekonomi, dan
pertumbuhan ekonomi berarti ada pembangunan (Maguni, 2014).
Frinces, 2010 mengungkapkan bahwa dalam dimensi yang lebih luas, wirausaha sangat
diperlukan karena perannya di dalam mendinamisasikan kegiatan ekonomi bisnis keluarga,
masyarakat, daerah dan Negara, yaitu dengan munculnya para pelaku ekonomi bisnis baru yang
disebut wirausaha. Bila dinamisasi kegiatan ekonomi bisnis ini dapat dipertahankan dan bahkan
ditingkatkan dalam waktu yang cukup lama, maka hal ini akan dapat membuat fondasi yang kuat
bagi ketahanan (resilience) ekonomi negara terhadap fluktuasi dan krisis ekonomi global (Z.
Heflin Frinces, 2004 dan 2009) seperti yang pernah terjadi pada tahun 1998 dan 2008 hingga
saat ini. Bentuk kegiatan ekonomi bisnis baru yang dapat dilahirkan oleh wirausaha antara lain:
1) Memunculkan kegiatan bisnis baru:
a. Impor dan ekspor produk dan jasa serta adanya pertukaran tenaga ahli atau tenaga teknis
akibat kerjasama bisnis.
b. Sebagai penghasil bahan baku, penghasil produk dan jasa dan juga berperan menciptakan
unit usaha baru lainnya.
c. Terciptanya pedagang atau pengusaha perantara dalam berbagai skala mikro, kecil dan
menengah.
d. Munculnya banyak pengusaha mikro dan kecil yang berperan sebagai agensi dari
perusahaan yang berskala menengah / besar.
e. Menciptakan dinamisme dan strategi pemasaran baru bagi usaha untuk memenangkan
persaingan bisnis dengan menggunakan berbagai bentuk media untuk promosi dan
pemasaran.
f. Munculnya berbagai jenis dan skala usaha atau kegiatan bisnis seperti tersebut di atas
membawa manfaat yang besar bagai masyarakat untuk dapat mencari lapangan kerja, dan
juga memunculkan lapangan alternatif usaha baru.

306
Helisia Margahana, Eko Triyanto / Edunomika Vol. 03 No. 02 (Agustus 2019)

2) Memunculkan pembudayaan semangat persaingan bisnis yang tinggi:


a. Membangun lingkungan kerja dan organisasi serta budaya korporat yang kondusif untuk
pertumbuhan kreativitas sumber daya manusia (SDM) dan persaingan antar staf untuk
berprestasi tidak saja dalam hal inovasi produk, jasa, dan system baru, tetapi juga lebih
peka / sensitif terhadap pemuasan kepada konsumen dan antisipatif dalam pemecahan
masalah yang dihadapi oleh organisasi.
b. Untuk menang dalam persaingan bisnis para pelaku bisnis harus mempunyai daya saing
yang tinggi. Untuk mempunyai ini seorang wirausaha harus mempunyai kreativitas yang
tinggi agar dapat memunculkan berbagai inovasi baru baik dalam penciptaan produk dan
jasa, dalam desain, kemasan dan kualitas, strategi dan pemasaran, dan dalam penguasaan
keahlian dan teknologi.
3) Pemenuhan kebutuhan pasar dengan cepat:
Salah satu watak atau perilaku seorang wirausaha adalah kemampuannya untuk membaca
kondisi pasar. Hasil bacaan tersebut kemudian dihitung dengan cepat dan pada akhirnya akan
dapat disimpulkan besarnya keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil dari usaha aktif
dalam pemenuhan kebutuhan pasar, dan juga akan diketahui dengan jelas berapa besar skala
potensi pasar tersebut.
Apa yang akan dilakukan oleh wirausaha tersebut akan memunculkan hal-hal sbb:
a. Menyediakan banyaknya pilihan atau pilihan alternatif produk dan jasa baru dalam pasar
(new products and services) .
b. Menciptakan alternatif tempat / lokasi baru untuk transaksi bisnis ( new place of business
transaction) .
c. Menciptakan konsumen baru dengan munculnya produk dan jasa baru (new buyers) .
d. Cara baru dalam berbisnis ( new way of doing business) .
e. Mencoba menciptakan kepemimpinan baru dalam pasar ( new market leader).

5. KESIMPULAN
Dari berbagai kajian dan literature pustaka yang telah dibahas diatas dapat disimpulkan
bahwa untuk menumbuhkan jiwa dan tradisi entrepreneur kepada masyarakat dibutuhkan waktu
yang panjang dan berkelanjutan, tidak dengan instan jiwa dan tradisi entrepreneur ini muncul
pada diri masyarakat.
Menumbuhkan jiwa dan tradisi entrepreneur dimulai dari lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga adalah tempat pertama kali manusia belajar dan membentuk karakter.
Tradisi keluarga mengarahkan manusia untuk berjiwa mandiri, inovatif, kreatif, pantang
menyerah, dan ulet.
Selanjutnya adalah pendidikan yang mengarahkan peserta didik untuk terbiasa belajar
berjiwa entrepreneur. Dengan kurikulum pendidikan yang berbasis entrepreneur peserta didik di
biasakan berperilaku entrepreneur sehingga tradisi ini membawa kebiasan mereka untuk
memilih profesi entrepreneur.
Terakhir adalah dukungan pemerintah terhadap tradisi entrepreneur. Berbagai program
telah dilakukan oleh pemerintah untuk menumbuh kembangkan entrepreneur-entrepreneur
muda. Diantara program tersebut adalah seminar, pelatihan, kompetisi bisnis plan, penerapan
kurikulum berbasis entrepreneur, entrepreneur, hingga hibah pendanaan UMKM.
Ketiga tradisi yang diciptakan oleh keluarga, pendidikan dan pemerintah mampu
mendorong tumbuhnya tradisi entrepreneur pada masyarakat.

307
Helisia Margahana, Eko Triyanto / Edunomika Vol. 03 No. 02 (Agustus 2019)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,T., Trihastuti, D., & Runtuk, J.K., (2013). Analisis Pengaruh Entrepreneurship
Education Terhadap Perilaku Entrepreneur Mahasiswa, Jurnal Gema Aktualita, Vol. 2
No. 1, Juni, hal.34-43.

Anggraini, Bety dan Harnanik. 2015. Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan Dan Lingkungan
Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas Xi Smk Islam Nusantara Comal
Kabupaten Pemalang. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dinamika Pendidikan Vol. X No. 1 Juni
2015 Hal. 42 – 52

Frinces, Z. Heflin. 2010. Pentingnya Profesi Wirausaha Di Indonesia. Jurnal Ekonomi &
Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010 . STIE Mitra Indonesia Yogyakarta.

Herefa, Andrias, dkk. 2007. The Ciputra’s Way : Praktik Terbaik Menjadi Enterpreneur Sejati..
Jakarta : Gramedia.

http : //www.wartaekonomi.co.id/ berita183507/ hipmi – jumlah – penguasa - ri- tertinggal-


jauh.html. Diakses pada tanggal 30 November 2018.

Koentjaraningrat, 2009. Pengantar Ilmu Antropology. Yogyakarta : Rineka Cipta

Koentjaraningrat, 2009. Perspektif Budaya. Yogyakarta : Rineka Cipta

Lambing, Peggy & Charles R. Kvehi. 2000. Entrepreneurship . New Jersey: Prentice Hall.Inc.

Maguni, Wahyudin. 2014. Konsep pendidikan kewirausahaan di masyarakat dalam membangun


ekonomi. Jurnal Ilmiah Al Adl. Vol. 7 No. 1, Januari 2014.

Mc Grath, R.G. & Mac Millan, I.C.2000. The enterpreneurial mindset : Strategies for
Continuosly Creating Oppurtunity in an age of uncertainty. Boston, Mass : Harvard.

Nagel, P. Julius F. 2012. Wirausahawan Sebagai Penggerak Utama Pembangunan Ekonomi.


Dalam prosiding Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi diselenggarakan oleh
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura 27 Juni 2012. ISBN : 978 – 602 – 19131
– 16

Nagel, P. Julius F. 2016. Pengembangan Jiwa Dan Kecerdasan Wirausaha Untuk Kemandirian
Bangsa. Seminar Nasional IENACO – 2016. ISSN: 2337 – 4349

Paramita S, Irma Dkk. 2015. Konstruksi Model Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneurship)
Sebagai Gagasan Inovasi Sosial Bagi Pembangunan Perekonomian. Jurnal Universitas
Pembangunan Jaya Volume 2 Maret 2015

Prianto, Agus. 2015. Urgensi Penguatan Budaya Wirausaha Untuk Meningkatkan Daya Saing
Indonesia di Era MEA. Jurnal Economia, Volume 11, Nomor 1, April 2015. STKIP PGRI
Jombang

308
Helisia Margahana, Eko Triyanto / Edunomika Vol. 03 No. 02 (Agustus 2019)

Priyanto, Sony Heru dan Iman Sandjojo (2005). Relationship between entrepreneurial learning,
entrepreneurial competencies and venture success: empirical study on SMEs. Int. J.
Entrepreneurship and Innovation Management, Vol. 5, Nos. 5/6, 2005

Setiawan, Deden dan Sukanti. 2016. Pengaruh Ekspektasi Pendapatan, Lingkungan Keluarga
Dan Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha. Jurnal Profita Edisi 7
Tahun 2016. Universitas Negeri Yogyakarta

Soekanto, Soerjono dan Budi Sulistiowati. 2006. Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali
Pers.

Soeprapto, Adi. 2017. Sinergi Kalangan Akademik, Dunia Usaha Dan Pemerintah Dalam
Program Pengembangan Budaya Kewirausahaan Mahasiswa. Yogyakarta : Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”

Suharti, Lieli dan Hani Sirine. 2011. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Niat
Kewirausahaan (Entrepreneurial Intention). Jurnal manajemen dan kewirausahaan, vol.13,
no. 2, september 2011: 124-134. Universitas Kristen Satya Wacana

Sukidjo. 2011. Membudayakan Kewirausahaan, WUNY Majalah Ilmiah Populer Tahun XII,
Nomor 1, Januari, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Wahyu P.R, Dwi. 2016. Membangun Perilaku Entrepreneur Pada Mahasiswa Melalui
Entrepreneurship Education. JBMA – Vol. III, No. 1, Maret 2016

Wirasasmita, Yuyun. 2003. Pembangunan Ekonomi dan Kewirausahaan (analisis ekonomi Jawa
Barat). Bandung : Unpad Press.

309
Review Jurnal
Nama Jurnal Edunomika
Judul Jurnal Membangun Tradisi Entrepreneurship Pada
Masyarakat
Volume dan Halaman Vol. 3, No. 2. Halaman 300-309
Tahun Agustus 2019
Penulis - Helisia Margahana
- Eko Triyanto
Reviewer - Fuji Rondlotul H (2105026004)
- Fildza Mafazin N (2105026021)
- Aulia Az-Zahra (2105026036)
- Ilham Jarong (2105026167)
Tanggal Review 03 September 2023

Abstrak Abstrak dari jurnal ini memberi gambaran tentang


pentingnya entrepreneurship atau kewirausahaan
merevitalisasi perekonomian dan menumbuhkan
tradisi entrepreneurship di masyarakat. Penelitian ini
bertujuan untuk menggali bagaimana membangun
tradisi entrepreneurship di masyarakat. Studi ini
menggunakan metode tinjauan pustaka digunakan
untuk menganalisis sumber-sumber yang relevan dan
memberikan wawasan mengenai topik tersebut. Hasil
penelitian menunjukkna bahwa ketiga tradisi yang
dibangun oleh keluarga, pendidikan, dan pemerintah
dapat mendorong tumbuhnya tradisi kewirausahaan di
masyarakat. Secara keseluruhan, abstrak secara efektif
merangkum poin-poin utama penelitian dan
memberikan pemahaman yang jelas tentang topik dan
tujuan penelitian.
Pendahuluan Pendahuluan dalam jurnal ini memberikan alasan yang
jelas akan pentingnya kewirausahaan dalam
merevitalisasi perekonomian dan mengatasi tantangan
akan terbatasnya kesempatan kerja. Penulis menyoroti
Helisia Margahana, Eko Triyanto / Edunomika Vol. 03 No. 02 (Agustus 2019)
perlunya mempersiapkan generasi wirausaha baru
untuk mendorong pembangunan ekonomi di Indonesia.
Pendahuluan memberikan konteks penelitian yang
jelas dan secara efektif melibatkan pembaca dalam
memahami topik dan tujuan penelitian penelitian.
Metode Penelitian Metode penelitian dalam jurnal ini secara efektif
menggambarkan penggunaan tinjauan pustaka sebagai
metode penelitian untuk mengeksplorasi topik
membangun tradisi entrepreneurship di masyarakat.
Penulis menjelaskan tujuan tinjauan pustaka sebagai
saran untuk menganalisis secara kritis sumber-sumber
yang relevan dan mengumpulkan informasi untuk
mengembangkan ide dan konsep baru. Langkah-
langkah yang terlibat dalam melakukan tinjauan
pustaka diuraikan secara jelas, termasuk pemilihan
sumber yang tepat, mengevaluasi isi yang dimuat
dalam studi pustaka, membuta ringkasan, dan
mengidentifikasi gagasan baru.
Pembahasan Pembahasan dalam jurnal ini memberikan
komprehensif atas temuan tijauan pustaka tentang
membangun tradisi entrepreneurship di masyarakat.
Penulis mengidentifikasikan terdapat tiga tradisi utama
yang berkontribusi terhadap pengembangan tradisi
kewirausahaan yaitu keluarga, pendidikan, dan
pemerintah. Keluarga memegang peranan penting
dalam menanamlan nilai-nilai kewirausahaan dan
memberikan dukungan kepada calon wirausaha atau
wirausaha baru. Pendidikan, baik formal maupu non
formal, menjadi faktor penting dalam membina
keterampilan dan pola pikir kewirausahaan.
Pemerintah, menciptakan lingkungan yang mendukung
melalui kebijakan dan inisiatif yang mendukung
kewirausahaan.
Pembahasan ini secara efektif memaparkan keterkaitan

2
Helisia Margahana, Eko Triyanto / Edunomika Vol. 03 No. 02 (Agustus 2019)
antara ketiga tradisi tersebut dan dampakanya dalam
membangun tradisi entrepreneurship di masyarakat.
Kesimpulan Secara keseluruhan, kesimpulan memberikan
rangkuman secara singkat dan komprehensif mengenai
poin-poin utama yang dibahas dalam jurnal dari
tinjauan pustaka tentang membangun tradisi
entrepreneurship di masyarakat. Hal ini menekankan
pentingnya upaya jangka panajang dan berkelanjutan
dalam memupuk semangat dan tradisi kewirausahaan
di kalangan individu. Peran keluarga dalam
menenamkan nilai-nilai kewirausahaan dan pentingnya
pendidikan dalam mengembangkan keterampilan dan
pola pikir kewirausahaan. Upaya pemerintah dalam
mempromosikan dan mendukung kewirausahaan
melalui kebijakan dan inisiatif juga diakui.
Kesimpulannya menekankan perlunya lingkungan
kondusif yang mendorong kreativitas, inovasi, dan
daya saing guna menumbuhkan kewirausahaan.
Kelebihan • Jurnal ini memberikan pemahaman yang baik
tentang pentingnya membangun tradisi
entrepreneurship di masyarakat.
• Metode kajian pustaka yang digunakan
memberikan kerangka teoritis yang kuat untuk
mendukung temuan-temuan yang disajikan
dalam jurnal.
• Jurnal ini memberikan wawasan yang
komprehensif.
Kekurangan • jurnal ini tidak membahas hambatan atau
tanatangan yang mungkin dihadapi dalam
membangun tradisi entrepreneurship di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai