20702-Article Text-66494-2-10-20220627

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Asmaul Husna: Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Gula Darah Pasien DM Tipe II di Puskesmas

Tamalanrea Makassar
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN GULA DARAH
PASIEN DM TIPE II DI PUSKESMAS TAMALANREA MAKASSAR

THE CORRELATION OF COMPLIANCE OF MEDICATION CONSUMPTION


WITH BLOOD GLUCOSE IN TYPE II DM PATIENTS IN THE TAMALANREA
PUBLIC HEALTH CENTER MAKASSAR

Asmaul Husna1, Nurhaedar Jafar1, Healthy Hidayanti1, Djunaidi M. Dachlan1, Abdul


Salam1
(Email/Hp: husnaasmaul218@gmail.com/082153678002)

1
Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar
Corresponding Author : eda.gizi@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Diabetes melitus merupakan penyatkit metabolik yang ditandai dengan kadar
gula darah tinggi (hiperglikemia), maka kadar gula darah dari pasien DM perlu untuk
dikontrol. Salah satu bentuk pengendalian DM adalah dengan mengkonsumsi obat, namun
masih banyak pasien yang kurang patuh selama pengobatan sehingga gula darah menjadi
tidak terkontrol. Tujuan: Mengetahui hubungan dari kepatuhan minum obat dengan gula
darah pasien DM Tipe II di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea. Metode: Penelitian ini
menggunakan desain Cross-sectional. Sampel merupakan 85 orang pasien diabetes melitus
tipe II di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea yang dipilih dengan simple random sampling.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu MMAS-8 untuk mengukur kepatuhan
mengonsumsi obat dan alat Easy Touch GCU untuk mengukur gula darah. Hasil: Diperoleh
hasil bahwa sebagian besar pasien memiliki tingkat kepatuhan minum obat yang rendah
(61,2%). Mayoritas memiliki gula darah yang tidak terkontrol (77,6%). Hasil uji chi-square
menunjukkan nilai p-value 0,000 (<0,05). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kepatuhan
minum obat dengan gula darah pasien DM Tipe II di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea.
Untuk kedepannya diharapkan pasien dapat meningkatkan kepatuhan dalam mengonsumsi
obat sebagai bentuk pengendalian penyakit DM yang diderita.

Kata kunci: Kepatuhan, Diabetes Melitus, Gula Darah

ABSTRACT
Introduction: Diabetes mellitus is a metabolic disease characterized by high blood sugar
levels (hyperglycemia), so the blood sugar levels of DM patients need to be controlled. One
way of controlling DM is to take medication, but there are still many patients who are not
compliant during treatment so that blood sugar becomes uncontrolled. Objective: To
determine the correlation between medication compliance and blood glucose in Type II DM
patients in the Tamalanrea Public Health Center working area. Methods: This study used a
cross-sectional design. The sample is 85 patients with Type II DM in the working area of the
Tamalanrea Health Center which were selected by simple random sampling. The instruments
used in the study were MMAS-8 to measure compliance with medication consumption and the
Easy Touch GCU tool to measure blood glucose. Results: The results showed that most of the
patients had a low level of medication compliance (61.2%). The majority had uncontrolled
blood sugar (77.6%). The results of the chi-square test showed a p-value of 0.000 (<0.05).
Conclusion: There was a correlation between medication compliance and blood glucose in
Type II DM patients in the working area of the Tamalanrea Health Center.

20
JGMI : The Journal of Indonesian Community Nutrition Vol. 11 No. 1, 2022
Keywords: Compliance, Diabetes Mellitus, Blood Glucose

PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang
menunjukkan kadar gula darah berada di atas batas normal yang disebabkan oleh
ketidakmampuan tubuh dalam melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. Insulin
merupakan hormon yang berfungsi untuk membantu gula berpindah ke dalam sel agar dapat
menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi.1 Diabetes melitus ditandai
dengan hiperglikemia kronis yang menunjukkan gejala seperti poliuria (banyak berkemih),
polidipsia (banyak minum), dan polifagia (banyak makan) dengan penurunan berat badan.
Kondisi ini dapat memberikan dampak buruk berupa kerusakan gangguan fungsi seperti
kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah lainnya.2
Penderita DM mengalami peningkatan setiap tahunnya dan sering disebut sebagai
“silent killer” karena dapat menyebabkan kerusakan vaskular bahkan sebelum penyakit ini
terdeteksi. Dalam jangka panjang, DM dapat menyebabkan gangguan metabolik yang
berdampak pada kelainan patologis makrovaskular dan mikrovaskular.3 Menurut data World
Health Organization (WHO), prevalensi penderita diabetes di seluruh dunia telah mengalami
peningkatan dalam beberapa dekade terakhir hingga mencapai angka 422 juta jiwa pada tahun
2014. WHO juga menyebutkan bahwa pasien diabetes terbanyak berasal dari negara-negara
berkembang salah satunya Indonesia. WHO memperediksi adanya kenaikan jumlah pasien
DM di Indonesia sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 mendatang.4 Tak hanya itu, didukung
oleh data Riskesdas yang menunjukkan bahwa prevalensi DM di Indonesia semakin
meningkat yang sebelumnya pada tahun 2013 sebanyak 9,1 juta jiwa menjadi 16 juta jiwa
pada tahun 2018.4,5 Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi DM terbanyak di Sulawesi
Selatan menunjukkan Kota Makassar menempati urutan kedua sebesar 5,3% dan berdasarkan
data Dinas Kesehatan Kota Makassar, wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea merupakah salah
satu wilayah dengan pasien DM terbanyak yaitu mencapai 1.046 kasus. 6
Penyakit DM dapat dipicu oleh berbagai faktor risiko, seperti faktor genetik/keturunan,
obesitas, perubahan gaya hidup, pola makan yang salah, serta obat-obatan yang
mempengaruhi kadar glukosa darah, kurangnya aktivitas fisik, proses penuaan, kehamilan,
perokok dan stres.7 Oleh karena kasus DM yang yang semakin meningkat di berbagai
kalangan masyarakat, maka perlu dilakukan pengendalian penyakit tersebut. Terdapat empat
pilar pengendalian DM, meliputi edukasi, pengaturan makan, olahraga serta pengobatan.8 Hal
ini bertujuan agar penderita DM dapat hidup lebih lama dan memiliki kualitas hidup yang
baik. Pengobatan yang dilakukan bertujuan untuk mencegah komplikasi pasien DM dengan
cara menjaga kadar gula darah tubuh tetap normal.9 DM merupakan penyakit seumur hidup
yang tidak dapat disembuhkan secara permanen sehingga pengobatan untuk pasien DM dapat
berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama. Hal ini cenderung dapat menimbulkan
kejenuhan pasien sehingga menyebabkan pasien tidak patuh dalam melakukan pengobatan. Di
sisi lain, kepatuhan minum obat pasien DM sangat penting guna meningkatkan efektivitas
pencegahan komplikasi.10,11 Sebuah hasil meta analisis terkait hubungan antara penggunaan
obat terhadap kejadian mortalitas dari 21 penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap
konsumsi obat berhubungan positif dengan hasil pengobatan.12
Ketidakpatuhan pasien meningkatkan risiko komplikasi dan bertambah parahnya
penyakit yang diderita.13 Keberhasilan kepatuhan pengobatan DM menunjukkan adanya

21
Asmaul Husna: Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Gula Darah Pasien DM Tipe II di Puskesmas
Tamalanrea Makassar
penurunan kadar gula darah puasa antara 70 hingga 130 mg/dL.14. Biaya pengobatan dan
faktor psikologis.12 Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur kepatuhan
konsumsi obat yaitu menggunakan instrumen MMAS-8. Sebuah penelitian terkait hubungan
antara kepatuhan minum obat dengan kadar gula darah dua jam setelah makan yang
menggunakan instrumen ini menujukkan bahwa sebagian besar pasien DM masih memiliki
tingkat kepatuhan pengobatan yang rendah (42,7%). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
terdapat hubungan signifikan antara kepatuhan minum obat dengan kadar gula darah dua jam
setelah makan (p<0,05).15
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti terkait hubungan
kepatuhan minum obat dengan gula darah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah
terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat dengan gula darah pasien DM Tipe II di
wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea.

BAHAN DAN METODE


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Cross-sectional.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea, Makassar, Provinsi
Sulawesi Selatan pada bulan Oktober-November 2021. Populasi penelitian ini berdasarkan
data yang diperoleh dari Puskesmas Tamalanrea sebanyak 109 orang. Sampel dalam
penelitian ini adalah pasien DM Tipe II di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea yang
memenuhi kriteria inklusi yaitu berusia 35-85 tahun, serta mampu berkomunikasi secara
lancar serta bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. sampel berjumlah 85 orang dan
dipilih menggunakan teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak
dimana masing masing populasi mempunyai peluang yang sama besar untuk terpilih sebagai
sampel.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel kepatuhan minum obat adalah
Morisky Medication Adherence scale 8-Items (MMAS-8) dan varibel gula darah diukur
menggunakan alat Easy Touch GCU. Pengambilan darah dilakukan pada pasien yang
sebelumnya telah diminta untuk berpuasa 8 jam sebelum dilakukan pemeriksaan. Analisis
yang digunakan berupa analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat dilakukan untuk
mengetahui hubungan kepatuhan minum obat dengan gula darah pasien DM Tipe II
menggunakan uji statistik chi-square. Data hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel dan
narasi. Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin dengan nomor protokol 112241002.

HASIL
Responden dalam penelitian ini merupakan pasien DM Tipe II di wilayah kerja
Puskesmas Tamalanrea Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Sebagian besar responden telah
menempuh pendidikan hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 67%. Berdasarkan
jenis kelamin, responden didominasi oleh pasien berjenis kelamin laki-laki sebesar 54,1%.
Sebagian besar responden berada pada rentang usia lansia akhir (56-65 tahun) yaitu 40% dan
mayoritas responden merupakan Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu 37,6%. Berdasarkan
karakteristik lama menderita, sebagian besar pasien telah menderita DM Tipe II selama 6-10
tahun sebesar 54,1% (Tabel 1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar gula
darah puasa pasien DM Tipe II di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea adalah 151,28±39,18
mg/dL. Sebagian besar gula darah responden tergolong dalam kategori tidak terkontrol yaitu

22
JGMI : The Journal of Indonesian Community Nutrition Vol. 11 No. 1, 2022
sebesar 77,6%. Di samping itu, mayoritas responden juga memiliki kepatuhan minum obat
yang rendah sebesar 61,2%. (Tabel 2).

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di


Puskesmas Tamalanrea
Total
Karakteristik
n %
Pendidikan
SD 1 1,1
SMP 5 5,8
SMA 57 67,0
Sarjana 22 25,8
Jenis Kelamin
Laki-laki 46 54,1
Perempuan 39 45,8
Kelompok Usia
Dewasa Akhir (35-45 tahun) 10 11,7
Lansia Awal (46-55 tahun) 21 24,7
Lansia Akhir (56-65 tahun) 34 40,0
Manula (>65 tahun) 20 23,5
Pekerjaan
Wiraswasta 26 30,5
Wirausaha 3 3,5
IRT 32 37,6
PNS 6 7,0
Pensiunan 15 17,6
Buruh 3 3,5
Lama Menderita
0-5 tahun 31 36,4
6-10 tahun 46 54,1
>10 tahun 7 8,2
Total 85 100
Sumber: Data Primer, 2021

Tabel 2. Distribusi Kepatuhan Minum Obat dan Gula Darah pada Pasien DM Tipe II di
Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Makassar
Variabel Jumlah
Kepatuhan Minum Obat n %
Rendah 52 61,2
Sedang 8 9,4
Tinggi 25 29,4
Total 85 100

Gula Darah Puasa Nilai Min-Maks Rata Rata ± SD n %


Terkontrol 93,00-125,00 115,53±8,18 19 22,4
Tidak Terkontrol 128,00-270,00 161,58±38,52 66 77,6
Total 93,00-270,00 151,28±39,18 85 100
Sumber: Data Primer, 2021

23
Asmaul Husna: Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Gula Darah Pasien DM Tipe II di Puskesmas
Tamalanrea Makassar
Tabel 3. Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Gula Darah Pasien DM Tipe II di
Wilayah Kerja Puskesmas Tamlanrea Makassar
Gula Darah Puasa
Kepatuhan Total p-value
Minum Obat Terkontrol Tidak Terkontrol
n % n % n %
Rendah 1 1,9 51 98,1 52 61,2
Sedang 2 25,0 6 75,0 8 9,4
0,000
Tinggi 16 64,0 9 36,0 25 29,4
Total 19 22,4 66 77,6 85 100
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa hampir seluruh pasien yang memiliki kepatuhan
minum obat yang rendah juga memiliki gula darah yang tidak terkontrol (98,1%). Sebaliknya,
sebagian besar pasien dengan kepatuhan yang tinggi juga memiliki gula darah yang terkontrol
(64%). Berdasarkan analisis bivariat diperoleh nilai p-value = 0,000 (p<0,05), yang artinya
terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan minum obat dengan gula darah pasien
DM Tipe II.

PEMBAHASAN
Penyakit Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar
gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin,
resistensi insulin, atau keduanya. Hiperglikemia yang berlangsung lama dapat menyebabkan
kerusakan gangguan fungsi, kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung
dan pembuluh darah lainnya.2 Hiperglikemia bisa saja tidak terdeteksi karena DM tidak
menimbulkan gejala yang berarti sehingga sering disebut sebagai “silent killer” atau
pembunuh secara diam-diam.3 Terdapat 4 pilar pengendalian DM yang dikeluarkan oleh
PERKENI, yaitu edukasi, pengaturan makan, olahraga, dan kepatuhan pengobatan.8 Namun
faktanya masih banyak masyarakat yang rendah kepatuhannya karena jangka waktu
pengobatan yang begitu lama sehingga menimbulkan kejenuhan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien DM di wilayah
Puskesmas Tamalanrea memiliki tingkat kepatuhan minum obat yang rendah (61,2%), tingkat
kepatuhan tinggi sebesar 29,4%, dan sedang 9,4%. Keadaan ini dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti umur, pendidikan, pekerjaan serta lama menderita DM. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr H Moch Ansari
Saleh Banjarmasin pada tahun 2015 yang menunjukkan bahwa mayoritas pasien DM
memiliki tingkat kepatuhan yang rendah (42,7%).15 Sebagian besar pasien yang tidak patuh
berada di kisaran usia lanjut (70%) yang berkaitan dengan daya ingat, sehingga lupa minum
obat ataupun menimbulkan efek samping yang membuat pasien tidak nyaman. Faktor lainnya
seperti pendidikan berpengaruh terhadap daya intelektual individu dalam memutuskan suatu
hal, termasuk keputusan untuk minum obat.16 Seseorang dengan pengetahuan yang baik
mampu menimbang manfaat jangka panjang dari patuh mengonsumsi obat. Selain itu,
pekerjaan juga berpengaruh, yang mana seseorang yang bekerja lebih sibuk sehingga
cenderung lebih mudah lupa.17 Rasa jenuh atau bosan juga dapat berpengaruh terhadap
kepatuhan, terutama untuk pasien yang telah lama mengidap penyakit DM dan melakukan
pengobatan.18

24
JGMI : The Journal of Indonesian Community Nutrition Vol. 11 No. 1, 2022
Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa sebagian besar pasien memiliki gula darah
yang tidak terkontrol (77,6%). Glukosa merupakan bahan bakar utama dalam jaringan tubuh
yang juga berfungsi untuk menghasilkan energi. Namun, jika kadarnya melebihi normal
(hiperglikemia) maka berisiko menyebabkan DM. Untuk pasien DM, kadar gula darah harus
terus dikontrol dan dijaga agar tetap berada dikisaran normal.19 Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kadar gula darah tidak normal meliputi tidak berolahraga secara teratur,
asupan makan yang tidak sehat, gangguan insulin dan usia. Terutama faktor usia yang mana
semakin bertambahnya usia maka terjadi perubahan alamiah dalam tubuh yang
mempengaruhi jantung, pembuluh darah, dan hormon sehingga meningkatkan kadar gula
darah sehingga menyebabkan diabetes melitus tipe II. Sejalan dengan hasil penelitian ini
dimana sebagian besar responden masuk dalam kelompok usia lansia akhir (56-65 tahun)
sebesar 40%.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, diketahui bahwa sebagian besar responden yang
memiliki kepatuhan yang rendah juga memiliki gula darah yang tidak terkontrol. Hasil
analisis bivariat, diperoleh nilai p-value 0,000 (<0,05) yang artinya terdapat hubungan antara
kepatuhan minum obat dengan gula darah pasien DM Tipe II di Puskesmas Tamalanrea. Hasil
ini didukung oleh penelitian sebelumnya pada tahun 2020 yang menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara kepatuhan minum obat dengan perubahan kadar gula darah
pasien DM Tipe II (p<0,05).20 Penelitian lain yang dilakukan pada pasien DM Tipe II di
Puskesmas Dinoyo Kota Malang juga menunjukkan sejalan juga menunjukkan adanya
hubugan yang signifikan antara tingkat kepatuhan minum obat dengan kadar gula darah
pasien.17 Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan pada pasien
DM Tipe II di Puskesmas Banjarbaru Utara, yang menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara tingkat kepatuhan minum obat dengan kadar gula darah puasa pasien
(p>0,05).21
Hasil ini sejalan dengan teori bahwa diabetes merupakan penyakit seumur hidup yang
tidak bisa disembuhkan secara permanen sehingga banyak pasien yang jenuh dan tidak patuh
dalam pengobatan yang menyebabkan tidak terkontrolnya kadar gula darah.10 Penyebab
kepatuhan minum obat yang rendah seringkali dikarenakan pasien lupa, tidak mematuhi
pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter dan kesalahan pembacaan etiket.21 Pasien yang
teratur minum obat sesuai dosis yang diberikan oleh dokter gula darahnya akan terkontrol.
Sebaliknya jika pasien minum obat tidak sesuai dengan dosis yang diberikan, baik melebihi
atau mengurangi dosis maka akan meningkatkan gula darah menjadi naik atau turun.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
kepatuhan minum obat dengan gula darah DM Tipe II (p=0,000<0,05). Semakin rendah
tingkat kepatuhan minum obat, maka kadar gula darah pasien semakin tidak terkontrol. Untuk
kedepannya, para pasien diharapkan dapat menjaga pola hidup dan pola makan serta
meningkatkan kepatuhan mengonsumsi obat untuk meningkatkan efektifitas dan keberhasilan
terapi/pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Mahdiana. Mencegah Penyakit Kronis Sejak Dini. Yogyakarta: Tora Book; 2010.
2. Putri NH., Isfanidari MA. Hubungan Empat Pilar Pengendalian DM Tipe 2 dengan

25
Asmaul Husna: Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Gula Darah Pasien DM Tipe II di Puskesmas
Tamalanrea Makassar
Rerata Kadar Gula Darah. J Berk Epidemiol. 2013;1.
3. Gibney JM, Margaretts MB, Arab, Kearney M. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC; 2009.
4. World Health Organization. Diabetes. 2021.
5. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar. 2013.
6. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar. 2018.
7. Dinas Kesehatan Kota Makassar. Profil Kesehatan Kota Masyarakat Tahun 2016. 2016.
8. Muflihatin, Khoiroh S. Hubungan Tingkat Stres dengan Kadat Glukosa Darah Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Syaranie Samarinda. J Ilmu Kesehat.
2015;3.
9. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia. Jakarta; 2015.
10. International Diabetes Federation. International Diabetes Federation Atlas 7th Edition.
2017.
11. Boyoh, Kaawoan A, Bidjuni H. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Minum Obat
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Prof. Dr. R.D.
Kandou Manado. J Keperawatan. 2015;3.
12. Loghmani E. Guidelines for Adolescent Nutrition Services Chapter 14 Diabetes M.ed.
School of Public Health; 2005.
13. Pascal IG, Ofoedu JN, Uchema NP, Nkwa A, Uchamma GE. Blood Glucose Control and
Medication Adherence Among Adult Type 2 Diabetic Nigerians Attending a Primary
Care Clinic in Under-resourced Environment of Eastern Nigeria. North Am J Med Sci.
2012;4.
14. Dewi Pratita N. Hubungan Dukungan Pasangan dan Health Locus of Control dengan
Kepatuhan dalam Menjalani Proses Pengobatan pada Penderita Diabetes Melitus Tipe-2.
J Ilm Mhs Univ Surabaya. 2012;1.
15. Rasdianah N, Martodiharjo S, Andayani TM. Gambaran Kepatuhan Pengobatan Pasien
Diabetes Melitus Tiep 2 di Puskesmas Daerah Istimewa Yogyakarta. J Clin Pharm.
2016;5.
16. Alfian R. Korelasi Antara Kepatuhan Minum Obat dengan Kadar Gula Darah pada Pasien
Diabetes melitus Rawat Jalan di RSUD Dr.H.Moch Ansari Saleh Banjarmasin. J
Pharmascience. 2015;2.
17. Jasmine NS, Wahyuningsih S, Thadeus MS. Anlisis Faktor Tingkat Kepatuhan Minum
Obat PAsien Diabetes Melitus di Puskesmas Pancoran Mas Periode Maret-April 2019. J
Manaj Kesehat Indoneisa. 2020;8(1).
18. Bulu A, Wahyuni TD, Sutriningsih A. Hubungan Antara Tingkat Kepatuhan Minum Obat
Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diebetes Melitus Tipe II. J Ilmu Keperawatan.
2019;4(1).
19. Waspadji S. Buku Ajar Penyakit Dalam: Komplikasi Kronik Diabetes, Mekanisme
Terjadinya, Diagnosis dan Strategi Pengelolaan Jilid III. Jakarta: FK UI; 2009.
20. Soegondo. Obesitas Jilid III. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2007.
21. Fandinata SS, Darmawan R. Pengaruh Kepatuhan Minum Obat Oral Anti Diabetik
terhadap Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II. J Bid Ilmu Kesehat.
2020;10(1).
22. Sari RP. Hubungan Tingkat Kepatuhan Minum Obat dengan Kadar Gula Darah pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Banjarbaru Utara. J Ilm Farm Terap
Kesehat. 2016;1.
23. Widyasari N. Relationship of Respondent’s Characteristic with The Risk of Diabetes
Mellitus anda Dislipidemia at Tanah Kaliledinding. J Berk Epidemiol. 2017;5(1).

26

Anda mungkin juga menyukai