MAKALAH BHS. INDO Stunting
MAKALAH BHS. INDO Stunting
MAKALAH BHS. INDO Stunting
Disusun oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga makalah dengan ini dapat tersusun hingga selesai.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-
teman yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, baik secara
langsung maupun tidak dalam mengerjakan makalah dengan tema “Pencegahan
Stunting Pada Anak”. Atas kepeduliannya serta bimbingannya kami mengucapkan
terima kasih kiranya makalah ini dapat menjadi sumber pembelajaran kita semua
dalam menambah ilmu pengetahuan.
Bila dalam penyampaian makalah ini ditemukan hal-hal yang tidak
berkenan bagi pembaca, dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf yang
setulusnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.3. Tujuan........................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................3
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................7
1.8. Kesimpulan................................................................................................7
1.9. Saran..........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Stunting adalah keadaan paling umum dari bentuk kekurangan gizi (PE
/mikronutrien), yang mempengaruhi bayi sebelum lahir dan awal setelah lahir,
terkait dengan ukuran ibu, gizi selama ibu hamil, dan pertumbuhan janin. Menurut
Sudiman dalam Ngaisyah, stunting pada anak balita merupakan salah satu
indikator status gizi kronis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan
sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau dan pada 2 tahun awal
kehidupan anak dapat memberikan dampak yang sulit diperbaiki. Salah satu
faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi stunting yaitu status ekonomi orang
tua dan ketahanan pangan keluarga.
Stunting akibat kekurangan gizi yang terjadi pada 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) tidak hanya menyebabkan hambatan pada pertumbuhan fisik
dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit, namun juga mengancam
perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan
produktivitas anak serta risiko terjadinya gangguan metabolik yang berdampak
pada risiko terjadinya penyakit degeneratif (diabetes melitus, hiperkolesterol,
hipertensi) di usia dewasa. Teori tersebut sejalan dengan pendapat Menurut
Sudiman dalam Ngaisyah, stunting pada anak balita merupakan salah satu
indikator status gizi kronis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan
sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau dan pada 2 tahun awal
kehidupan anak dapat memberikan dampak yang sulit diperbaiki.
Meski terlihat ada penurunan angka prevalensi, tetapi stunting dinilai masih
menjadi permasalahan serius di Indonesia karena angka prevalensinya yang masih
di atas 20%. Oleh karena itu, stunting masih menjadi permasalahan yang serius
dan harus segera ditanggulangi agar angka stunting bisa mengalami penurunan
dan sesuai dengan anjuran WHO (Kemen PPPA, 2020). Selain itu, stunting
berdampak pada perkembangan kognitif, motorik, dan verbal anak menjadi tidak
optimal. Di masa mendatang, anak-anak stunting memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk mengalami obesitas dan penyakit lainnya. Selain itu, kapasitas belajar dan
performa anak serta produktivitas dan kapasitas kerja juga menjadi tidak optimal.
Dampak buruk stunting juga berimbas pada kesehatan reproduksi (Pusdatin,
2018).
Adapun rumusan masalah yang akan dikaji dalam makalah ini adalah
bagaimana cara mencegah stunting pada anak balita?
1.3. Tujuan
iv
BAB 2
PEMBAHASAN
v
1.5. Penyebab stunting
vii
Ada 7 kelompok makanan beragam yaitu serealia dan umbi-umbian, kacang-
kacangan, susu dan olahannya (yogurt, susu, keju dll), makanan daging (termasuk
ikan, ayam, daging, hati dll), telur, sayur dan buah sumber vitamin A dan sayur
dan buah lainnya. Proporsi Makanan Beragam yang dikonsumsi anak umur 6-23
bulan hanya 46,6%. Anak yang mengkonsumsi makanan beragam lebih tinggi di
Kota (52,2%) daripada di Desa (40,8%). Pedoman MPASI WHO/Unicef Setiap
bayi 6-23 bulan mengkonsumsi sekurangnya 4 kelompok jenis makanan (dari 7
kelompok bahan makanan) dengan frekuensi minimal 3x sehari (minimum
acceptable diet). Pemberian makanan tambahan (PMT) untuk balita merupakan
suplementasi gizi dalam bentuk makanan tambahan dengan formulasi khusus dan
difortifikasi dengan vitamin dan mineral dengan sasaran kelompok balita untuk
pemulihan atau pemenuhan status gizi (kemenkes RI, 2017).
Stunting didefinisikan sebagai kondisi anak usia 0–59 bulan, menurut umur
berada di bawah minus 2 Standar Deviasi (<-2SD) dari standar median WHO.
Lebih lanjut dikatakan bahwa stunting akan berdampak dan dikaitkan dengan
proses kembang otak yang terganggu, dimana dalam jangka pendek berpengaruh
pada kemampuan kognitif. Jangka panjang mengurangi kapasitas untuk
berpendidikan lebih baik dan hilangnya kesempatan untuk peluang kerja dengan
pendapatan lebih baik. Dalam jangka panjang, anak stunting yang berhasil
ix
mempertahankan hidupnya, pada usia dewasa cenderung akan menjadi gemuk
(obese), dan berpeluang menderita penyakit tidak menular (PTM), seperti
hipertensi, diabetes, kanker, dan lain-lain.
Dari kedua kondisi ini dikaitkan dengan strategi implementasi program yang
harus dilaksanakan. Pola asuh (caring), termasuk di dalamnya adalah Inisiasi
Menyusu Dini (IMD), menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan, dan pemberian
ASI dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI (MPASI) sampai dengan 2
tahun merupakan proses untuk membantu tumbuh kembang bayi dan anak.
Strategi ke depan terkait dengan pola asuh, antara lain:
Strategi ke depan terkait dengan pola asuh, antara lain:
a. Melakukan monitoring pasca pelatihan konselor menyusui utamanya di
tingkat kecamatan dan desa.
b. Melakukan sanksi terhadap pelanggar PP tentang ASI.
c. Melakukan konseling menyusui kepada pada ibu hamil yang datang ke
antenatal care/ANC (4 minggu pertama kehamilan) untuk persiapan menyusui.
d. Meningkatkan kampanye dan komunikasi tentang menyusui.
e. Melakukan konseling dan pelatihan untuk cara penyediaan dan pemberian
MPASI sesuai standar (MAD).
Ketahanan pangan (food security) tingkat rumah tangga adalah aspek penting
dalam pencegahan stunting. Isu ketahanan pangan termasuk ketersediaan pangan
sampai level rumah tangga, kualitas makanan yang dikonsumsi (intake), serta
stabilitas dari ketersediaan pangan itu sendiri yang terkait dengan akses penduduk
untuk membeli. Dalam jangka panjang masalah ini akan menjadi penyebab
meningkatnya prevalensi stunting, ada proses gagal tumbuh yang kejadiannya
diawali pada kehamilan, sebagai dampak kurangnya asupan gizi sebelum dan
selama kehamilan. Amanat ketahanan pangan di Indonesia adalah dari UU Nomor
18 Tahun 2012 tentang Pangan, dan juga UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
Strategi ke depan terkait dengan ketahanan pangan, antara lain:
a. Dapat disusun program yang secara khusus ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga miskin meliputi target sasaran termasuk ibu hamil, bentuk
x
jenis makanan harus memenuhi standar gizi, terintegrasi dengan pelayanan
kesehatan yang lain.
b. Perlu dibuat standar bantuan pangan. Asupan gizi yang optimal untuk
pencegahan stunting dapat dilakukan dengan gerakan nasional percepatan
perbaikan gizi yang didasari oleh komitmen negara untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia agar sehat, cerdas, dan produktif, yang merupakan aset
sangat berharga bagi bangsa dan negara Indonesia. Untuk mewujudkan sumber
daya manusia yang berkualitas diperlukan status gizi yang optimal dengan
cara melakukan perbaikan gizi secara terus menerus.
xi
BAB 3
PENUTUP
1.8. Kesimpulan
1.9. Saran
Diharapkan masukan berupa saran dan kritik yang membangun bagi setiap
pembaca makalah ini agar kedepannya kami menjadi lebih baik lagi. Semoga
bermanfaat bagi kita semua.
xii
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI. 2018. Situasi Balita
Pendek (Stunting) di Indonesia. Buletin Jendela. ISSN 2088 - 270 X.
Atikah Rahayu, SKM, MPH; Fahrini Yulidasari, SKM, MPH; Andini Octaviana
Putri, SKM, M.Kes; dan Lia Anggraini, SKM. 2018. Study Guide Stunting
dan Mine Yogyakarta.Upaya Pencegahannya. CV
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan:
Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Jakarta: Redaksi Pusat Data
dan Informasi.
xiii