Askep Kusta
Askep Kusta
Askep Kusta
DISUSUN OLEH :
TAHUN 2016-2017
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas Berkat
Rahmat dan Ridho-Nya bisa menyelesaikan Makalah Sistem integumen tentang asuhan
Dalam penyusunan makalah ini mungkin masih terdapat kekurangan, maka dengan
ikhlas penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan, bimbingan
serta saran dari dosen pembimbing mata kuliah dan semua pihak yang telah membantu
Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya dan
menjadikannya sebagai amal jariyah. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembangunan ilmu pendidikan dan ilmu kesehatan serta bagi semua yang membacanya.
Aamiin.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................2
BAB I: Pendahuluan
C. Tujuan ..............................................................................................................6
Kesimpulan ..................................................................................................................... 17
Saran ................................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah
yang sangat kompleks, tidak hanya dari segi medis (misalnya penyakit atau kecacatan
fisik), tetapi juga meluas sampai masalah sosual dan ekonomi. Disamping itu, ada stigma
negatif dari masyarakat yang mengatakan penyakit kusta adalah penyakit yang
menakutkan, bahkan ada beberapa masyarakat yang menganggap penyakit ini adalah
penyakit kutukan. Ini karena dampak yang ditimbulkan dari penyakit tersebut cukup
parah, yaitu adanya deformitas / kecacatan yang menyebabkan perubahan bentuk tubuh.
Kusta (Lepra atau morbus hansen) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh
infeksi mycobacterium leprae (Kapita Selekta Kedokteran UI, 2000). Penyakit kusta
adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta
(Mycobacterium leprae ) yang menyerang saraf tep, kulit, dan jaringan tubuh lainnya
Angka kejadian penyakit kusta cukup tinggi dan menyerang beberapa negara.
Pada tahun 2000, WHO menyatakan 91 negara merupakan endemik penyakit kusta. Di
Indonesia, penderitas kusta terdapat hampir di seluruh daerah dengan penyebaran yang
tidak merata. Angka kejadian penyakit kusa tertinggi ada di wilayah Indonesia bagian
timur. Mayoritas penderita (90%) tinggal di antara keluarga mereka dan hanya beberapa
pasien saja yang tinggal di rumah sakit kusta, koloni penampungan, atau perkampungan
4
Tenaga kesehatan, khususnya keperawatan, harus dapat membantu menyelesaikan
masalah yang ditimbulkan peyakit ini agar klien yang mnederita penyakit kusta dapat
sembuh dan terhindar dari kecacatan lebih lanjut. Oleh karena itu, tindakan promotif,
Dalam bab ini, kita akan mempelajari definisi, penyebab / etiologi, patofisiologi,
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
5
6. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan diagnostik dari penyakit lepra (kusta).
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas
pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratosius bagian atas, kemudian dapat ke organ
B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit kusta adalah mycobacterium leprae yang merupakan bakteri tahan
asam, bersifat obligat intraseluler, yang ditemukan oleh G. A Hansen. Cara penularan
yang pasti belum diketahui, tetapi menurut sebagian ahli, kusta menular melalui saluran
pernapasan (inhalasi) dan kulit (kontak langsung yang lama dan erat.
Timbulnya penyakit kusta pada seseorang tidak mudah sehingga tidak perlu ditakuti.
2. Cara penularan
6. Sumber penularan
7
C. KLASIFIKASI
1. Multibasiler (MB)
2. Pausibasiler (PB)
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Becak kulit berbentuk seperti koin dimana pada tempat bercak tersebut hilangnya atau
berkurangnya kemampuan untuk merasakan sensasi sentuhan, nyeri, panas atau dingin
(mati rasa)
2. Hilangnya kemampuan saraf yang terkena infeksi untuk merasakan sensasi di kulit
5. Kulit kering
8
E. PATOFISIOLOGI
Microbacterium lepra
Lepra
9
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Laboratorium : basil tahan asam. Diagnosa pasti apabila adanya mati rasa dan kuman
leprotamus pengobatan minimal 10 tahun, obat yang diberikan Dapsone (DSS) (dosis
2 x seminggu)
G. PENATALAKSANAAN
2. Korek septum nasi dengan oese untuk mendapatkan sekret hidung (tindakan ini sudah
3. Kerokan dihasilkan dengan membuat irisan dangkal dengan skalpel pada cuping
telinga yang sebelumnya di desinfeksi dengan kapas alkohol kemudian dijepit dengan
4. Korokan yang dihasilkan setelah mengadakan irisan dangkal dengan skalpel pada lesi
5. Luka sayatan cukup ditekan dengan kapas steril yang kering untuk menghentikan
perdarahan.
10
8. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Biodata
Kaji secara lengkap tentang umur, penyakit kusta dapat menyerang semua usia,
jenis kelamin; rasio pria dan wanita 2,3:1,0. Paling sering terjadi pada daerah dengan
sosial-strip ekonomi yang rendah dan insidennya meningkat pada daerah tropis atau
sub tropis. Kaji pula secara lengkap jenis pekerjaan klien untuk mengetahui tingkat
kusta.
b. Keluhan Utama
bercak putih yang tidak terasa atau datang dengan keluhan kontraktur pada jari-jari.
Pada saat melakukan anamnesis pada pasien, kaji kapan lesi atau kontraktur
tersebut timbul, sudah berapa lama timbulnya, dan bagaimana proses perubahannya,
baik warna kulit maupun keluhan lainnya. Pada beberapa kasus, ditemukan keluhan,
gatal, nyeri, panas atau rasa tebal. Kaji juga apakah klien pernah menjalani
menderita penyakit tersebut sebelumnya. Pernahkah klien memakai obat kulit yang
dioles atau diminum? pada beberapa kasus, reaksi obat juga dapat menimbulkan
perubahan warna kulit dan reaksi alergi yang lain. Perlu juga ditanyakan apakah
keluhan ini pertama kali dirasakan. Jika sudah, obat apa yang diminum? Teratur atau
tidak?
11
d. Riwayat penyakit dahulu.
Salah satu faktor penyebab penyakit kusta adalah daya tahan tubuh yang menurun.
Akibatnya, M. Leprae dapat masuk ke daam tubuh. Oleh karena itu, perlu dikaji
adakah riwayat penyakit kronis atau penyakit lain yang pernah diderita.
Penyakit kusta ukan penyakit turunan, tetapi jika anggota keluarga atau tetangga
menderita penyakit kusta, risiko tinggi tertular sangat mungkin terjadi. Perlu dikaji
adakah anggita keluarga lain yangmenderita atau memiliki keluhan yang sama, baik
f. Riwayat psikososial.
Kusta terkenal sebagai penyakit yang menakutkan dan menjijikan. Ini disebabkan
adanya deformitas atau kecacatan yang ditimbulkan. Oleh karena itu, perlu dikaji
g. Kebiasaan sehari-hari.
Pada saat melakukan anamnesis tentang pola kebiasaan sehari-hari, perawat perlu
mengkaji status gizi, pola makan / nutrisi klien. Hal ini sangat penting karena faktor
gizi berkaitan erat dengan sistem imun. Apabila sudah ada deformitas atau kecacatan,
maka aktivitas dan kemampuan klien dalam menjalankan kegiatan sehari-hari dapat
terganggu.
h. Pemeriksaan fisik
Seperti pada kasus yang lain, pemeriksaan fisik harus dilakukan secara
menyeluruh tidak hanya terbatas pada lesi saja. Kelenjar regional juga harus diperiksa
karena pada penderita kusta dapat pula ditemukan adanya pembesaran beberapa
kelenjar limfe. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan denagan cara inpeksi,palpasi dan
12
pemeriksaan sederhana menggunakan jarum, kapas, tabung reaksi (masing-masing
Inpeksi dilakukan untuk menetapkan ruam yang ada pada kulit. Biasanya dapat
permukaan yang kasar atau licin denga batas yang kurang jelas atau jelas, bergantung
pada tipe yang diderita. Pada tipe tuber kuloid, dapat ditemukan gangguan saraf kulit
yang disertai dengan penebalan serabut saraf, nyeri akibat peradangan atau reaksi
fibrosis,anhidrasis, dan kerontokan rambut (sering dijumpai pada rambut asli dan bulu
mata).
Pada kusta tipe repromatus , dijumpai hidung pelana dan wajah singa(lionin face).
Selain itu, ada pula kelainan otot berupa atrofi distese otot di yang di tandai dengan
keumpuhan otot otot, diikuti kekakuan, sendi atau kontraktur sehingga terjadi clow
hean , drop put, dan drop hean, kelainan pada tulang dapat berupa osteomilitis dan
Pada penderita kusta, dapat juga ditemukan kelain pada mata akibat kelumpuhan
m.orbicularis aulisehingga terjadi lago pthalamus atau mata tidak dapat dipejam kan,
yang seringa diderita oleh penderita kusta disebabkan kerusakan fungsi saraftepi dan
13
B. ANALISA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan citra tubuh terhadap lesi pada
kulit.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kontraktur otot dan kaku sendi.
C. INTERVENSI
Keperawatan
sosial perasaannya
Identifikasi arti
pengurangan melalui
14
2 Hambatan Tujuan : Monitor TTV
kemampuan
-tekstur bau.
15
-lesi pada kulit steril ketika melakukan
balutan
D. IMPLEMENTASI
keperawatan yang telah disusun dari hasil pengkajian dan analisa data. Implementasi
keperawatan berfokus pada pencapaian tujuan, intervensi dengan batas waktu yang telah
ditentukan.
E. EVALUASI
mengumpulkan data sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan, mengevaluasi
pencapaian tujuan dengan membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria, lalu
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
16
Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah
mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas
pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratosius bagian atas, kemudian dapat ke
B. SARAN
penyakit lepra dan mampu melaksanakan pemberian asuhan keperawatan pada pasien
17
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Loetfia Dwi Rahariyani ; editor, Eka Anisa Mardella, Monica Ester. 2007. Buku Ajar Asuhan
ELSEVIER.
ELSEVIER
18