1490251836-Buku Profil Dinas SDA Jabar
1490251836-Buku Profil Dinas SDA Jabar
1490251836-Buku Profil Dinas SDA Jabar
PROFILE
Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan dan jumlah penduduk menuntut kebutuhan ruang lahan yang memerlukan
pasokan air yang meningkat baik kuantitas dan kualitas, serta lokasi yang lebih luas dan tepat waktu.
Permasalahan Sumber Daya Air banyak ditemukan baik pada konsep/rencana maupun pada pelaksanaan, sehingga perlu ditangani
secara terintegrasi dan melibatkan banyak pihak yang berkepentingan.
Buku Profil Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 ini merupakan salah satu informasi yang dapat
digunakan baik dalam perencanaan maupun pengolahan wilayah sungai secara terpadu. Semoga profil Dinas Pengelolaan Sumber
Daya Air Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 ini dapat bermanfaat bagi kita.
Perbaikan Buku Profil Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat tahun 2016 terus dilakukan. Saran, kritik dan masukan
yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan Buku Profil Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat
tahun 2016 ini.
Bab. IV TUJUAN, SASARAN, ISU STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS PSDA PROVINSI JAWA BARAT .......................... 41
4.1 Tujuan Dan Sasaran ............................................................................................................................................. 41
4.1.1 Tujuan ......................................................................................................................................................... 41
4.1.2 Sasaran ...................................................................................................................................................... 42
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat - 2016 iii
4.2 Isu Strategis .......................................................................................................................................................... 42
4.3 Kebijakan Dan Strategi Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat ............................................... 43
4.3.1 Arah Kebijakan ............................................................................................................................................ 43
4.3.2 Strategi ........................................................................................................................................................ 44
4.4 Target Kegiatan Strategis Dinas Psda Provinsi Jawa Barat 2013-2018................................................................ 44
4.5 Program Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat TA. 2016 ........................................................................................... 45
4.6 Kegiatan Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat TA. 2016........................................................................................... 45
4.7 Target Kinerja Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 .............................................................................. 51
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat - 2016 vii
1.1. LATAR BELAKANG
D
inas Pengelolaan Sumber Daya Air adalah salah satu Dinas di Provinsi Jawa Barat yang merupakan bagian dari untaian
sejarah bangsa khususnya yang berkaitan dengan permasalahan sumber daya air. Hal ini terbukti dengan adanya
peninggalan sejarah yang erat kaitannya dengan bidang sumber daya air.
Pada masa penjajahan Belanda, sebelum dibentuknya peraturan mengenai Algemen Water Reglement (AWR 1936 - tentang
pengaturan air), saat itu dirasakan sangat dibutuhkan aturan-aturan mengenai pengaturan dan pembagian air, maka pada tahun
1925 di bawah pimpinan Insinyur Kepala Ir. J. Blastone yang pada waktu itu menjabat Direktur Burgerlijke Openbare Werken
(BOW) mulai disusun Peraturan Pengairan Umum untuk Jawa dan Madura (Algemeen Water Reglement) Voor Java en Madoera.
Pada tanggal 01 Januari 1930 peraturan pengairan tersebut dapat diselesaikan dan berlaku untuk seluruh Jawa dan Madura,
kecuali Karesidenan Yogyakarta dan Surakarta (Vorstenlanden). Pada tahun 1936 Algemen Water Reglement (AWR) disetujui
oleh Dewan Rakyat (Volksraad).
AWR adalah merupakan titik awal tugas Provinsi dalam hal urusan Pengairan (Irigasi), oleh
karenanya instansi/lembaga pemerintahan ini mempunyai arti penting dalam bidang
Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5º50'- 7º50' Lintang Selatan dan 104º
48'- 108º 48' Bujur Timur, dengan luas wilayah daratan 37.173,97 Km2. Jumlah penduduknya
pada tahun 2011 mencapai 45.340.799 jiwa dengan batas-batas wilayah:
Secara administratif sejak tahun 2008, kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat berjumlah 27 kabupaten/kota terdiri atas 18
kabupaten dan 9 kota dengan 626 kecamatan dan 5.962 desa/kelurahan. Jawa Barat terbagi dalam 4 Badan Koordinasi
Pemerintahan Pembangunan (Bakor PP) Wilayah, sebagai berikut wilayah I Bogor meliputi Kab.Bogor, Kota Bogor, Kota Depok,
Kab. sukabumi, Kota sukabumi dan Kab. Cianjur. Wilayah II Purwakarta meliputi Kab. Purwakarta, Kab. Subang, Kab. Karawang,
Kab. Bekasi, dan Kota Bekasi. Wilayah III Cirebon meliputi Kab. Cirebon, Kota Cirebon, Kab. Indramayu, Kab. Majalengka, dan
Kab. Kuningan. Wilayah IV Priangan meliputi Kab. Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kab. Bandung Barat, Kab. Sumedang,
Kab. Garut, Kab. Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kota Banjar dan Kab. Pangandaran.
Struktur Organisasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat terdiri atas 1 Sekretariat Daerah dengan 11 Biro, 4 Asisten dan Sekretariat
DPRD, 21 Dinas, 18 Badan, 17 Lembaga Teknis, 3 Lembaga Lain, 3 Rumah Sakit Daerah, 121 Unit Pelaksanaan Teknis
Masyarakat Jawa Barat di kenal sebagai masyarakat yang agamis, dengan kekayaan warisan budaya dan nilai-nilai luhur
tradisional, serta memiliki prilaku sosial yang berfalsafah pada silih asih, silih asah, silih asuh, yang secara harfiah berarti saling
mengasihi, saling memberi pengetahuan dan saling mengasuh diantara warga masyarakat.
Tatanan kehidupannya lebih mengedepankan keharmonisan seperti tergambar pada pepatah; “Herang Caina Beunang Laukna”
yang berarti menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru atau prinsip saling menguntungkan.
2
Masyarakat Jawa Barat memiliki komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai kebajikan. Hal ini terekspresikan pada pepatah “Ulah
Unggut Kalinduan, Ulah gedag Kaanginan”; yang berarti konsisten dan konsekuen terhadap kebenaran serta menyerasikan
antara hati nurani dan rasionalitas, seperti terkandung dalam pepatah “Sing Katepi ku Ati Sing Kahontal ku Akal”, yang berarti
sebelum bertindak tetapkan dulu dalam hati dan pikiran secara seksama.
Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan struktur geologi yang kompleks dengan wilayah pegunungan berada di bagian
tengah dan selatan serta dataran rendah di wilayah utara. Memiliki kawasan hutan dengan fungsi hutan konservasi, hutan
lindung dan hutan produksi yang proporsinya mencapai 22,10% dari luas Jawa Barat; curah hujan rata-rata adalah berkisar
antara 2000-4000 mm/th namun di beberapa daerah pegunungan berkisar antara 3.000-5.000 mm pertahun. Potensi minimum
air permukaan sebesar 34.013.40 juta m3/th, potensi normal air permukaan sebesar 35.155,94 m3 pertahun dan potensi air
permukaan sebesar 48.023,77 m3 pertahun. memiliki 200 Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan debit air permukaan 81 milyar
m3/th dan air tanah 150 juta m3/th.
Selain sumber daya air alami, Jawa Barat juga memiliki situ-situ dan waduk-waduk buatan. Tidak kurang dari 20 waduk
mempunyai kapasitas tampung lebih dari 6,8 Milyar m3, diantaranya 3 waduk di bangun pada Sungai Citarum yaitu Waduk
Saguling, Waduk Cirata, dan Waduk Juanda. Ketiga waduk tersebut mempunyai daya tampung total mencapai 5,83 Milyar m 3.
Sedangkan situ/danau dan embung di Jawa Barat sebagian di bangun pada zaman Pemerintahan Belanda. Sampai tahun 2013
tidak kurang dari 831 buah situ telah terinventarisasi. (Sumber : http://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1361)
S
ebelum jaman penjajahan Belanda yaitu pada abad ke V Masehi teknik Pengairan telah mulai dikenal di Indonesia, yaitu
dengan dibuatnya bangunan air/saluran air yang tertua di Jawa/Indonesia terletak di Desa Tugu dekat Cilincing pada masa
Kerajaan Purnawarman, dimana pada saat itu Raja Purnawarman memerintahkan penggalian Sungai Candrabhaga untuk
dialihkan ke laut setelah sungai tersebut sampai di Istana Raja, sungai Candrabhaga dimaksud adalah sungai Cakung.
Pada jaman penjajahan Belanda, yaitu pada tahun 1830 ditetapkan sistem tanam paksa atau lebih dikenal dengan “culture stelsel”
yang merupakan gagasan Komisaris Jenderal Van Den Bosch yang berlaku khususnya di Pulau Jawa.
Sebagai tindak lanjut atas berlakunya tanam paksa, maka Pemerintah Hindia Belanda yang saat itu langsung mengurus pertanian,
pengumpulan hasil dan perdagangan hasil rakyat Pulau Jawa, dilakukan upaya membangun dan memperbaiki irigasi untuk
mendukung berhasilnya tanaman wajib tebu dan nila, yang harus ditanam pada tanah rakyat yang memperoleh irigasi dengan
teratur.
Pembangunan jaringan irigasi pada saat tersebut dikelola langsung oleh Binnenlandsch Bestuur (BB) dibantu oleh para Bupati
sebagai penguasa di daerah.
Pembuatan bendung di sungai, penggalian saluran untuk irigasi dan bangunan-bangunan lain dipimpin oleh Bupati, Patih atau
pejabat lain yang mendapat kepercayaan untuk itu. Bupati mengerahkan tenaga rakyatnya tanpa bayaran atau dikenal sebagai
Rodi. Oleh karena itu para pejabat Binnenlandsch Bestuur (BB) sering mengatakan, bahwa pekerjaan mereka dapat diselesaikan 4
dengan murah. Banyak dari Binnenlandsch Bestuur menganggap bahwa pengikutsertaan tenaga teknisi tidak begitu perlu, bahkan
merupakan kemewahan yang tak berguna.
Dalam suasana demikian pejabat-pejabat pangreh raja atau Binnenlandsch Bestuur (BB) yang mempunyai wewenang dan
kekuasaan besar menjadi terlalu besar kepercayaan dirinya dan menganggap, bahwa pembuatan bangunan-bangunan tidak
harus dipimpin oleh tenaga teknis. Lebih pula mereka beranggapan, bahwa kebiasaan mereka bekerja dengan menggunakan
tenaga Rodi (kerja paksa tanpa pembayaran) amat menurunkan biaya pembangunan, tentu saja mereka tanpa melihat kualitas
dan biaya guna bangunan yang membuatnya. Namun anggapan/persepsi tersebut tidak bertahan lama karena hampir semua
bangunan-bangunan pengairan khususnya bendung dan jaringan irigasi yang dibuat pada saat tersebut rusak kembali dan tidak
bertahan lama serta banyak yang tidak memenuhi fungsinya, dan disadari pula bahwa untuk pembangunan dan pengelolaan
bangunan pengairan perlu dikelola langsung oleh tenaga teknisi, serta pelaksanaannya harus didahului dengan pekerjaan-
pekerjaan pengukuran, penyelidikan yang luas dan perencanaan yang baik sebelum benar-benar dimulai dengan
pelaksanaannya.
Sehingga untuk itu pada tahun 1854 dibentuklah Departemen Pekerjaan Umum disebut Departement Der Burgelike Openbare
Werken (B.O.W) dan di Jawa Barat disebut B.O.W. Provinsi Jawa Barat.
Dengan terbentuknya Departement B.O.W maka berakhirlah pengurusan bangunan-bangunan pengairan oleh orang-orang bukan
ahli, yaitu para pejabat Binnenlandsch Bestuur. Pada tahun 1885 dibentuk Brigade Irigasi (Irigatie Brigade) di bawah pimpinan Ir.
Heskes. Setelah itu pada tahun 1889 dibentuk pula bagian irigasi (Afdeling Irigatie) dalam Departement B.O.W.
Setelah Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Departement B.O.W. dan bagian irigasi, mulailah orang menghadapi masalah
Setelah itu kemudian terjadi perubahan menjadi Departemen V en W atau Departement Verker en Waterstaat yang di Provinsi
Jawa Barat diasebut Provincial Verkeer en Waterstaat Van West Java dengan kantornya yang berkedudukan di Bandung. Dalam
V en W ini tergabung di dalamnya Jawatan Pengairan, PTT (Pos Telegraf dan Telepon), dan Jawatan Lalu Lintas Jalan Raya.
Khusus tugas-tugas di bidang perairan diatur dalam :
a. Algemeene Waterreglement tahun 1936 (Stb 1936 No. 489).
b. Algemeene Waterbeheerverordening (Stb.1937 No. 559 jo. Stb. 1941 No. 385).
c. Provinciaal Waterreglement 1940 (PWR) Provincial Blad Van West Java tanggal 1 Juli 1940 No. 7.
Pada zaman kedudukan Jepang, maka Dinas Pekerjaan Umum ini bernama Doboku Jimuso yang dibentuk serta pembagiannya
sama seperti jaman V en W. Setelah Jepang kalah dan Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, bentuk dan susunan
Doboku Jimuso masih dipakai, akan tetapi 213 Kelembagaan pada Zaman Pra Kemerdekaan.
Sebelum jaman penjajahan Belanda yaitu personalianya yang dijabat oleh orang Jepang diambil alih dengan paksa dan diganti
dengan tenaga kerja Indonesia.
Setelah itu keadaan semakin memburuk, maka dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa, warga V en W terutama para
pemudanya tidak ketinggalan dari yang lain yang dalam sejarah perjuangan mempertahankan “Gedung Sate” tahun 1945
tersebut, atas perintah menteri PUTL pada tahun 1971 di depan Gedung Sate didirikan Monumen yang diberi nama “Monumen
Sapta Taruna”, karena yang gugur adalah tujuh orang pemuda yaitu: Didi Hardianto Kamarga, Muchtarudin, Soehodo, Rio
Pada saat terbentuk Negara Pasundan, maka seluruh Aparatur Pemerintah di Jawa Barat menjadi Apartur Negara Pasundan dan
Jawatan Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat dihapuskan kemudian disusun Departemen Pekerjaan Umum Negara Pasundan
dan berkantor pusat di Bandung, berdasar pada Stadsvorming Ordonantie 1948 Jo. Stadvormingverordening 1949.
Pada masa Pemerintahan Republik Indonesia di Jogyakarta ditetapkan Undang-undang No. 22 tahun 1948 tentang Pembentukan
Pemerintah Daerah yang antara lain berisi tentang: “Aturan-aturan pokok mengenai Pemerintahan sendiri di daerah-daerah yang
berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri”. Pemerintah memandang perlu untuk meletakkan dasar otonomi bagi
6
daerah-daerah serta pembagiannya, karena pada dasarnya daerah Negara Republik Indonesia tersusun dalam tiga tingkatan
yaitu Provinsi, Kabupaten (Kota Besar) dan Desa (Kota Kecil).
Kemudian pada tahun 1950 Pemerintah Republik Indonesia di Jogjakarta mengeluarkan Undang-undang No.11 tahun 1950
tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat yaitu sebagai tindak lanjut dari pada Undang-undang No. 22 tahun 1948. Didalam Bab
II Undang-undang tersebut ditentukan tentang urusan rumah tangga Jawa Barat ialah sebagai berikut:
a. Urusan umum;
b. Urusan Pemerintahan Umum;
c. Urusan Agraria;
d. Urusan Pengairan, Jalan-jalan dan Gedung-gedung;
e. Urusan Pertanian, Perikanan dan Koperasi;
f. Urusan Kehewanan;
g. Urusan Kerajinan, Perdagangan dan Perindustrian;
h. Urusan Perburuhan;
i. Urusan Sosial;
j. Urusan Pembagian, (Distribusi);
k. Urusan Penerangan;
l. Urusan Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan;
m. Urusan Perusahaan.
Pada tahun 1953 Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1953 tentang: “Pelaksanaan Penyerahan
Sebagian dari Urusan Pemerintah Pusat mengenai Pekerjaan Umum kepada Provinsi-Provinsi dan penegasan urusan mengenai
Pekerjaan Umum dari Daerah-daerah Otonom Kabupaten, Kota Besar dan Kota Kecil di Jawa”.
Pada tahun 1954 berdasarkan Surat Keputusan Dewan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat No. 2/UPO/XI/1954 tanggal 25
Mei 1954, tentang Bentuk Susunan Organisasi Jawatan Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat dan Surat Kepala Jawatan
Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat yang ditujukan kepada Dewan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat No. P15/2/28/Rah
tanggal 12 Februari 1955 perihal Formasi dan Bentuk Organisasi Jawatan Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat, ditetapkan unit
organisasi daerah dan seksi-seksi. Adapun organisasi pelaksana di daerah adalah :
7
a. Daerah Banten berkedudukan di Serang, meliputi :
- Seksi Serang
- Seksi Pandeglang
- Rangkasbitung
b. Daerah Bogor berkedudukan di Bogor meliputi :
- Seksi Tangerang
- Seksi Bekasi
- Seksi Bogor
c. Daerah Sukabumi berkedudukan di Sukabumi meliputi:
- Seksi Sukabumi
- Seksi Cianjur
d. Daerah Purwakarta berkedudukan di Purwakarta meliputi:
- Seksi Karawang
- Seksi Subang
e. Daerah Priangan Barat berkedudukan di Bandung meliputi:
- Seksi Bandung
- Seksi Garut
f. Daerah Priangan timur berkedudukan di Tasikmalaya meliputi:
- Seksi Tasikmalaya
- Seksi Ciamis
g. Daerah Cirebon berkedudukan di Cirebon meliputi :
- Seksi Sumedang
8
Selanjutnya hal tersebut ditetapkan dengan Surat Keputusan Dewan Pertimbangan Daerah Provinsi Jawa Barat No.
3/UPO/XI/1955 tanggal 18 Juli 1955 tentang Organisasi dan Struktur Jawatan PU Provinsi Jawa Barat.
Dengan keluarnya Undang-undang No. 1 tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah serta Pencabutan Undang-
undang No. 22 tahun 1948, maka sebutan Jawatan Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat disesuaikan dengan ketentuan undang-
undang tersebut, yaitu menjadi Jawatan Pekerjaan Umum Daerah Swatantra Tingkat I Jawa Barat.
Pada tahun 1958 dengan Surat Keputusan Daerah Swatantra Tingkat I Jawa Barat No. 13/UP/VIII/a/I/58 tanggal 8 Agustus 1958
ditetapkan :
a. Susunan (Organisasi) Jawatan Pekerjaan Umum Daerah Swatantra Tingkat I Jawa Barat seperti tercantum dalam lampiran
daftar-daftar I dan II.
b. Formasi dari Balai Pusat, Daerah-daerah pada Jawatan Pekerjaan Umum Daerah Swatantra Tingkat I Jawa Barat seperti
tercantum dalam lampiran daftar III sampai dengan III-i.
Dengan Dekrit Presiden Republik Indonesia tanggal 5 Juli 1959, Indonesia kembali kepada Undang- undang Dasar 1945, yang
membawa akibat bahwa bentuk dan susunan pemerintahanpun harus disesuaikan dengan Undang-undang Dasar 1945 yang
berdasarkan Pancasila. Untuk itu keluarlah Ketetapan Presiden No. 6 tahun 1959 tentang Pemerintah Daerah dan pada tanggal
23 Juni 1960 ditetapkan Peraturan Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 14/SK-B/60 tentang Perairan. Dengan surat Keputusan
Gubernur Provinsi Jawa Barat, maka sejak 1 Juli 1966 sebutan Jawatan Pekerjaan Umum Daerah Swatantra Tingkat I Jawa Barat
dirubah lagi menjadi Jawatan Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat.
Pada tahun 1970 ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1970 (Lembaran Negara tahun 1970 No. 30 tentang
Berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah dikeluarkanlah Surat Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat tanggal 22 April 1975 No. 107/A.V/18/SK/1975 yang merubah sebutan Jawatan
Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat menjadi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Daerah Tk. I Jawa Barat. Tidak lama kemudian 9
keluar Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat tanggal 24 April 1975 No. 145/A-V/19/SK/1975 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat yang berdasar kepada Surat
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No. 30/KPTS/70 tentang Penyesuaian Susunan Organisasi Jawatan
Pekerjaan Umum dengan perkembangan baru.
Pada tahun 1986 keluar Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat tanggal 18 Juni 1986 No. 061.1/Kep.844-
ORTAK/1986 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Hal ini
sebagai tindak lanjut dari Surat Menteri Pekerjaan Umum No. HP. 01.0202-MN/201 perihal Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan
Umum Provinsi, Surat Menteri Dalam Negeri No. 065/8328/SJ tanggal 12 Agustus 1985 perihal Struktur Organisasi Dinas
Pekerjaan Umum Daerah Tingkat I dan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 tahun 1986.
Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Di Bidang
Pekerjaan Umum kepada Daerah maka Dinas Pekerjaan Umum mengembangkan susunan organisasinya menjadi tiga Dinas yaitu
Dinas Pekerjaan Umum Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya yang
pembentukannya didasarkan kepada Surat Menteri Pekerjaan Umum No. PK.01.08-Mn/15 tanggal 28 Juli 1990 yang ditujukan
kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan mendapatkan restu dari Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara No. B-1083/I/90 tertanggal 17 Nopember 1990 perihal Pembentukan/Pemekaran Dinas Pekerjaan Umum di 7 (Tujuh)
Provinsi menjadi 3 (Tiga) Dinas lingkup Pekerjaan Umum (Pengairan, Bina Marga dan Cipta Karya).
Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dibentuk dengan Peraturan Daerah No. 4 tahun 1988
tertanggal 24 Februari 1988 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Daerah
Tingkat I Jawa Barat dan mendapatkan pengesahan Menteri Dalam Negeri No. 061.132-267 tanggal 21 Maret 1988. Selanjutnya
uraian tugas jabatan eselon IV ke bawah ditetapkan dengan Keputusan Gubernur No. 3 tahun 1989 tentang Uraian Tugas Sub
Perkembangan aspek kehidupan mempengaruhi lajunya pertumbuhan, tak terkecuali dengan peraturan-peraturan yang menuntut
adanya perubahan, seperti halnya dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 80 tahun 1984 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Dinas lingkup Pekerjaan Umum Daerah sebagai tindak lanjut dari Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 10
39 tahun 1992 tentang Pedoman Organisasi Dinas Daerah maka terbitlah Peraturan Daerah No. 3 Tahun 1995 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Dinas PU Pengairan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, kemudian untuk uraian tugas jabatan eselon IV ke
bawah maka diterbitkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat Jawa Barat No. 21 tahun 1997 tentang Rincian Tugas Unit di
lingkungan PU Pengairan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, serta melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa
Barat No. 16 tahun 1999 ditetapkan tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural dan Non Struktural di lingkungan Dinas PU
Pengairan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 17 tahun 1999
tentang Nama-nama Jabatan Struktural dan Non Struktural di lingkungan Dinas PU Pengairan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa
Barat. Selanjutnya untuk Unit Pelaksana Teknis Dinas di Daerah maka diterbitkan pula Peraturan Daerah No. 2 Tahun 1997
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelolaan Sumber Daya Air pada Dinas PU Pengairan Provinsi Daerah
Tingkat I Jawa Barat.
Lahirnya Undang–undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka berdampak pula terhadap penyelenggaraan
Pemerintahan di Daerah, sehingga diperlukan adanya penyelenggaraan Otonomi Daerah dengan memberikan kewenangan yang
luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional, yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan
pemanfaatan Sumber Daya Nasional, serta pertimbangan keuangan Pusat dan Daerah, seiring dengan itu maka terbitlah
Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom,
selain itu pula maka terbitlah Peraturan Pemerintah No. 84 tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, sehingga
Penetapan, Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi serta Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas mengalami
perubahan yaitu dengan diterbitkannya Peraturan Daerah No. 15 Tahun 2000 tentang Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat, untuk
selanjutnya diatur pula Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 49 tahun 2001 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Unit
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat. Kemudian sebagai penyempurnaan dari pada Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas sebagai Kelembagaan Dinas yang berada di Daerah, maka diterbitkanlah Peraturan Daerah
11
2.2. DASAR HUKUM PEMBENTUKAN DINAS
17
2.4 NAMA-NAMA KEPALA DINAS DARI PERIODE KE PERIODE
1. 5.
18
9.
Sumber : Sub Bagian Kepegawaian dan Umum Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Tugas
Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit Dan Tata Kerja Dinas Pengelolaan Sumber Daya
Air Provinsi Jawa Barat. Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan
pemerintahan Daerah bidang sumber daya air berdasarkan asas otonomi, dekonsentrasi,
dan tugas pembantuan.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas
mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis pengelolaan sumber daya air;
b. Penyelenggaraan pembinaan pelaksanaan teknis sumber daya air yang meliputi,
pembinaan perekayasaan, pembinaan konstruksi, pembinaan operasi dan
pemeliharaan, serta pembinaan pemanfaatan sumber daya air;
c. Penyelenggaraan fasilitasi dan sistem investasi pengusahaan sumber daya air;
d. Penyelenggaraan saran pertimbangan teknis pemanfaatan air dan sumber air serta pelaksanaan pelayanan umum
pengelolaan sumber daya air;
e. Penyelengaraan fasilitasi pelaksanaan pengelolaan sumber daya air;
f. Penyelenggaraan pengawasan, pengendalian dan evaluasi pengelolaan sumber daya air;
g. Penyelenggaraan tugas-tugas sekretariat;
h. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.
20
c. Penyelenggaraan fasilitasi pengelolaan sumber daya air meliputi rekayasa teknik, konstruksi, operasi dan pemeliharaan,
serta manfaat;
d. Penyelenggaraan koordinasi dan kerjasama dalam rangka tugas pokok dan fungsi Dinas;
e. Penyelenggaraan koordinasi dan pembinaan UPTD.
Rincian Tugas Kepala Dinas meliputi :
a. Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian tugas pokok dan fungsi Dinas;
b. Menyelenggarakan penetapkan kebijakan teknis Dinas sesuai dengan kebijakan umum;
c. Menyelenggarakan penetapkan program kerja dan rencana pembangunan pengelolaan sumber daya air ;
d. Menyelenggarakan fasilitasi yang berkaitan dengan kesekretariatan, rekayasa teknik, konstruksi, operasi dan
pemeliharaan, serta manfaat;
e. Memberikan saran pertimbangan dan rekomendasi kepada Gubernur dalam pengelolaan sumber daya air sebagai bahan
penetapan kebijakan umum;
f. Menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan instansi dan lembaga terkait lainnya untuk kelancaran
pelaksanaan kegiatan Dinas;
g. Mengkoordinasikan penyusunan rencana strategis laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP), LKPJ dan
LPPD Dinas yang meliputi kesekretariatan, bidang rekayasa teknik, konstruksi, operasi dan pemeliharaan, serta manfaat;
h. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;
i. Menyelenggarakan koordinasi dengan badan koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah dalam pelaksanaan
tugas di Kabupaten / Kota;
j. Menyelenggarakan koordinasi dan membina UPTD;
k. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit terkait;
l. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Sekretariat, membawahkan :
a. Sub Bagian Perencanaan dan Program;
b. Sub Bagian Keuangan;
c. Sub Bagian Kepegawaian dan Umum.
Sub Bagian Perencanaan dan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan koordinasi perencanaan dan penyusunan
program. Dalam menyelenggarakan tugas pokok Sub Bagian Perencanaan dan Program mempunyai fungsi
a. Pelaksanaan penyusunan bahan perencanaan dan program sekretariat;
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan dilingkungan Dinas;
Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Sub Bagian Keuangan mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan bahan rencana anggaran belanja langsung dan tidak langsung Dinas;
b. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan teknis administrasi keuangan;
c. Pelaksanaan koordinasi pengelolaan keuangan pada UPTD.
Sub Bagian Kepegawaian dan Umum mempunyai tugas pokok Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian,
ketatalaksaan, umum dan perlengkapan.
Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya, Sub Bagian Kepegawaian dan Umum mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan bahan penyelenggaraan mutasi, pengembangan karir, kesejahteraan dan disiplin pegawai,
dan pengelolaan administrasi kepegawaian lainnya;
b. Pelaksanaan penyusunan bahan penyelenggaraan pembinaan kelembagaan, ketatalaksanaan dan rumah tangga;
c. Pelaksanaan administrasi, dokumentasi peraturaan perundang-undangan, kearsipan dan perpustakaan;
d. Pelaksanaan tugas kehumasan dinas;
e. Pengelolaan perlengkapan dinas.
24
m. Melaksanakan penyusunan rencana kebutuhan sarana dan prasarana, pengurusan rumah tangga,
pemeliharaan/perawatan lingkungan kantor, kendaraan dan asset lainnya serta ketertiban, keindahan dan keamanan
kantor;
n. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Sub Bagian Kepegawaian dan Umum;
o. Melaksanakan pengelolaan kepegawaian pada UPTD;
p. Melaksanakan pembinaan jabatan fungsional dinas dan UPTD;
q. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;
r. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
s. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Bidang Rekayasa Teknik mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi rekayasa
teknik;
Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya, Bidang Rekayasa Teknik mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis rekayasa teknik;
b. Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi rekayasa teknik;
c. Penyelenggaraan fasilitasi rekayasa teknik.
2.5.3.3 TUGAS DAN FUNGSI DESAIN SUNGAI, DANAU, RAWA DAN PANTAI
Seksi Desain Sungai, Danau, Rawa dan Pantai mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis
dan fasilitasi desain sungai, danau, waduk dan pantai.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok Seksi Sungai, Danau, Rawa dan Pantai mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi desain sungai, danau, waduk dan pantai;
b. Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data kegiatan desain sungai, danau, waduk dan pantai.
Rincian Tugas Seksi Sungai, Danau, Rawa dan Pantai :
a. Melaksanakan penyusunan program kerja Seksi Desain Sungai, Danau, Waduk Dan Pantai;
b. Melaksanakan pengeloaan data desain sungai, danau, waduk dan pantai;
c. Melaksanakan penyusunan bahan pembinaan teknis desain sungai, danau, waduk dan pantai;
d. Melaksanakan penyusunan bahan dan melaksanakan amdal sungai, danau, waduk dan pantai;
e. Melaksanakan penyusunan bahan norma, standar, prosedur,dan kriteria desain sungai, danau, waduk dan pantai;
f. Melaksanakan fasilitasi bantuan teknik desain sungai, danau, waduk dan pantai;
Bidang Konstruksi mempunyai tugas pokok menyelengarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi konstruksi;
Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya, Bidang Konstruksi mempunyai fungsi :
27
a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis konstruksi;
b. Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi konstruksi;
c. Penyelenggaraan fasilitasi konstruksi.
2.5.4.2 TUGAS DAN FUNGSI SEKSI KONSTRUKSI SUNGAI, DANAU, RAWA DAN PANTAI.
Seksi Konstruksi Sungai, Danau, Rawa dan Pantai mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan
teknis dan fasilitasi konstruksi sungai, danau, waduk, dan pantai.
Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya Seksi Konstruksi Sungai, Danau, Rawa dan Pantai mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis data fasilitasi konstruksi Sungai, Danau, Waduk dan Pantai.
b. Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data kegiatan konstruksi sungai, danau, waduk dan pantai.
Rincian Tugas Seksi Konstruksi Sungai, Danau, Rawa dan Pantai :
a. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi konstruksi Sungai, Danau, Rawa dan Pantai;
b. Melaksanakan pengelolaan data kontruksi sungai, danau, waduk dan pantai;
c. Melaksanakan penyusunan bahan pembinaan teknis konstruksi sungai, danau, waduk dan pantai;
d. Melaksanakan konstruksi sungai, danau, waduk dan pantai khusus;
e. Melaksanakan fasilitasi bantuan teknik rehabilitasi dan pembangunan jaringan sungai, danau, waduk dan pantai;
29
a. Penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi tata teknik.
b. Penyusunan dan pengolahan data kegiatan tata teknik.
Bidang Operasi dan Pemeliharaan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
operasi dan pemeliharaan.
Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya, Bidang Operasi dan Pemelihaan mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan operasi dan pemeliharaan;
b. Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi operasi dan pemeliharaan;
c. Penyelenggaraan fasilitasi bidang operasi dan pemeliharaan.
31
2.5.5.2 TUGAS DAN FUNGSI SEKSI PEMELIHARAAN
Seksi Pemeliharaan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi pemeliharaan.
Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya, Seksi Pemeliharaan mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi pemeliharaan;
b. Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data kegiatan pemeliharaan.
2.5.5.3 TUGAS DAN FUNGSI SEKSI BENCANA ALAM SUMBER DAYA AIR
Seksi Bencana Alam Sumber Daya Air mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan
fasilitasi pengelolaan bencana alam sumber daya air.
Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya, Seksi Bencana Alam Sumber Daya Air mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi pengelolaan bencana alam sumber daya air.
b. Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data kegiatan pengelolaan bencana alam sumber daya air.
Bidang Bina Manfaat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi bina manfaat.
Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya, Bidang Bina Manfaat mempunyai fungsi :
a. Penyelengaraan pengkajian bahan kebijakan bina manfaat;
b. Penyelengaraan pengkajian bahan fasilitasi bina manfaat;
c. Penyelengaraan fasilitasi bina manfaat.
33
2.5.6.1 TUGAS DAN FUNGSI SEKSI SARAN TEKNIK
Seksi Saran Teknik mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi saran teknik.
36
3.1 VISI DAN MISI PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
Misi Kedua, Membangun Perekonomian yang Kokoh dan Berkeadilan. Hal ini
untuk menciptakan sosok Jawa Barat 2018 yaitu Perekonomian Jawa Barat yang
semakin maju dan berdaya saing, bersinergi antar skala usaha, berbasis ekonomi
37
pertanian dan non pertanian yang mampu menarik investasi dalam dan luar negeri, menyerap banyak tenaga kerja, serta
memberikan pemerataan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.
Misi Ketiga, Meningkatkan Kinerja Pemerintahan, Profesionalisme Aparatur, dan Perluasan Partisipasi Publik. Hal ini
untuk menciptakan sosok Jawa Barat 2018 yaitu Pemerintahan Jawa Barat yang bermutu dan akuntabel, handal dan terpercaya
dalam pelayanan yang ditopang oleh aparatur profesional, sistem yang modern berbasis IPTEK menuju tatakelola pemerintahan
yang baik (Good Governance) dan pemerintahan yang bersih (Clean Government) serta menerapkan model manajemen
pemerintahan hibrida yang mengkombinasikan manajemen berbasis kabupaten/kota dengan manajemen lintas kabupaten/kota.
Misi Keempat, Mewujudkan Jawa Barat yang Nyaman dan Pembangunan Infrastruktur Strategis yang Berkelanjutan. Hal
ini untuk menciptakan sosok Jawa Barat 2018 yaitu Pembangunan Jawa Barat yang selaras dengan kondisi daya dukung dan
daya tampung lingkungan, memiliki infrastruktur dasar yang memadai, serta didukung oleh tersedianya infrastruktur yang mampu
meningkatkan konektivitas antar wilayah dan pertumbuhan ekonomi.
Misi Kelima, Meningkatkan Kehidupan Sosial, Seni dan Budaya, Peran Pemuda dan Olah Raga serta Pengembangan
Pariwisata dalam Bingkai Kearifan Lokal. Hal ini untuk menciptakan sosok Jawa Barat 2018 yaitu Kehidupan sosial
kemasyarakatan yang kokoh dan berbudaya yang bercirikan tingginya pemanfaatan modal sosial dalam pembangunan,
meningkatnya ketahanan keluarga, menurunnya jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), tingginya peran
pemuda dalam pembangunan, meningkatnya prestasi olah raga tingkat nasional dan internasional, terpeliharanya seni dan
warisan budaya dan industri pariwisata yang berdaya saing dalam bingkai kearifan lokal.
(Sumber : http://www.jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1352)
3.2 VISI DAN MISI DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA BARAT
Untuk mendukung dan mewujudkan Visi Jawa Barat dan selaras dengan visi Kementrian Pekerjaan Umum, maka Dinas
Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat telah menetapkan visi, yaitu :
“Infrastruktur Sumber Daya Air dan Irigasi Yang Andal dan Berkelanjutan”
38
3.2.2 MISI DINAS PSDA PROVINSI JAWA BARAT
Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan setiap organisasi dengan baik, menggambarkan dengan jelas akan tujuan suatu
organisasi dan fokus pada sasaran yang ingin dicapai ke depan. Misi merupakan penjabaran dari visi dan kedua-duanya harus
sejalan dan selaras.
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Misi Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat ditetapkan untuk
mendukung dan mewujudkan Misi Provinsi Jawa Barat, yaitu :
Misi 1 : Mengembangkan kebijakan operasional Pengelolaan Sumber Daya Air.
Misi 2 : Meningkatkan Kapasitas Sumber daya manusia dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air.
Misi 3 : Meningkatkan upaya konservasi, Pendaya gunaan dan pengendalian daya rusak air.
Misi 4 : Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan irigasi.
Misi 5 : Meningkatkan Ketersediaan serta kualitas data dan sistem informasi Sumber daya air.
1.1.1 TUJUAN
Tujuan menggambarkan hasil-hasil yang ingin dicapai dalam jangka waktu 1 (Satu) sampai 5 (Lima) tahun ke depan dan
ditetapkan dengan berpedoman pada visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu strategis. Tujuan harus konsisten dengan tugas
dan fungsinya serta searah dengan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka
merealisasikan misi.
Dengan mengindahkan visi dan misi organisasi dan berpedoman pada tujuan yang ingin dicapai oleh Pemerintah Provinsi Jawa
Barat, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat menetapkan tujuan dari visi dan misinya, yaitu :
Misi Kedua : Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan peran serta masyarakat
dalam pengelolaan sumber daya air.
Tujuan : 1. Terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air;
2. Terwujudnya koneksitas sistem layanan informasi dan pengelolaan sumber
daya air dengan instansi vertikal.
40
Misi Ketiga : Meningkatkan upaya konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak air.
Tujuan : 1. Menjaga kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumber air.
2. Terwujudnya ketersediaan infrastruktur pendukung pengelolaan sumber daya air.
3. Terwujudnya kinerja infrastruktur pengendali daya rusak air.
Misi Kelima : Meningkatkan ketersediaan serta kualitas data dan sistem informasi sumber daya air.
Tujuan : 1. Menjaga kelangsungan keberadaan data sumber daya air dan sistem informasi sumber daya air yang
dapat diakses oleh para pengguna data.
2. Terwujudnya efisiensi dan efektivitas sistem informasi pelayanan.
1.1.2 SASARAN
Memperhatikan sasaran yang telah ditetapkan oleh Provinsi Jawa Barat, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi
Jawa Barat merumuskan sasaran yang hendak dicapai oleh organisasi dalam 3 (tiga) sasaran, yaitu :
Misi Pertama, Mengembangkan kebijakan operasional pengelolaan sumber daya air.
Sasaran : 1. Meningkatnya Kinerja Pengelolaan SDA
2. Optimalisasi konservasi, pendayagunaan, pengembangan dan pengusahaan SDA
3. Terbentuknya wadah koordinasi Terkendalinya penanggulangan daya rusak air dan pencemaran lingkungan
SDA.
Misi kedua, Meningkatkan kapasitas Sumber daya Manusia dan peran serta masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber
Misi Ketiga, Meningkatkan upaya konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak air
Sasaran : 1. Meningkatnya perlindungan dan pelestarian sumber air, Pengawetan air, Pengendalian kualitas air dan
pengendalian pencemaran air.
2. Meningkatnya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan, kualitas lingkungan akibat daya rusak air.
3. Terpeliharanya sarana data base sistem informasi SDA
41
Misi Keempat, Meningkatkan Efektifitas dan Efisiensi Pelayanan irigasi
Sasaran : 1. Meningkatnya penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan dan pengusahaan SDA.
2. Optimalisai pengawasan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi secara berkesinambungan.
Misi Kelima, Meningkatkan ketersediaan serta kualitas data dan sistem informasi sumber daya air.
Sasaran : 1. Terwujudnya database SDA yang lengkap terpecaya dan mudah disajikan/terwujudnya database sistem
informasi yang dapat diakses oleh masyarakat.
1.4 TARGET KEGIATAN STRATEGIS DINAS PSDA PROVINSI JAWA BARAT 2013-2018
Program merupakan suatu proses bagi penentuan jenis dan jumlah sumber daya yang diperlukan suatu perencanaan rencana
strategis. Program kerja merupakan penjabaran dari kebijakan sebagai arah dan strategi untuk pencapaian sasaran dan tujuan.
Adapun program prioritas secara operasional pengelolaan sumber daya air dalam kurun 5 (lima) tahunan mengacu pada Pola
Pengelolaan Sumber Daya Air masing-masing Wilayah Sungai di Jawa Barat. Relevan dengan kebijaksanaan diatas, maka
pelaksanaan Pengelolaan SDA Jawa Barat disusun dalam 11 (sebelas) Program sebagai berikut :
1. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air lainnya;
2. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan lainnya;
3. Program Pengendalian Banjir dan Kekeringan serta Pengamanan Pantai
4. Program Perencanaan Pengendalian dan Pengawasan Pembangunan Daerah
5. Program Pengembangan Komunikasi, Informasi, Media Massa dan Pemanfaatan Teknologi Informasi
6. Program Pembinaan Jasa Konstruksi
7. Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur
8. Program pelayanan administrasi perkantoran
9. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur
10. Program pemeliharaan sarana dan prasarana aparatur
11. Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan
Kegiatan adalah merupakan penjabaran dari program. Kegiatan memiliki jangka waktu tertentu yang relatif pendek dibandingkan
dengan jangka waktu pelaksanaan suatu program. Anggaran Pengelolaan Sumber Daya Air diprioritaskan pada kegiatan sbb:
47
UNIT KERJA / KEGIATAN
NO.
DINAS PSDA PROVINSI JAWA BARAT
IV. BIDANG BINA MANFAAT
1 PEMBERDAYAAN LEMBAGA KOORDINASI DAN KERJASAMA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DAN IRIGASI
2 PENGUKURAN DAN PENETAPAN SEMPADAN SUNGAI CITARUM
3 PENINGKATAN PENERTIBAN SARAN TEKNIK AIR PERMUKAAN DAN PEMANFAATAN PEMAKAIAN TANAH NEGARA DI JABAR
4 PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN DAN TANAH NEGARA
5 DEWAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA BARAT
6 PENGELOLAAN TERINTEGRASI DAS CITARUM, DAS CILIWUNG DAN DAS CIMANUK
V. BIDANG KONSTRUKSI
1 PEMBINAAN PELAKSANAAN DAN MONITORING KEGIATAN KONSTRUKSI DI JAWA BARAT
2 WISMP - 2 DAN PENDAMPING HIBAH APBD DINAS PSDA PROVINSI JAWA BARAT
3 PEMBEBASAN LAHAN DAN PEMBANGUNAN DI CARINGIN DI KAB. SUKABUMI
4 DUKUNGAN DAK REHABILITASI JARINGAN IRIGASI
5 SUPERVISI KONSTRUKSI BIDANG SUMBER DAYA AIR
50
1.7 TARGET KINERJA DINAS PSDA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
4. WADUK 20 Buah
5. EMBUNG 23 Buah
52
5.2 KETERSEDIAAN SUMBER DAYA AIR DI JAWA BARAT
53
5.3 PEMANFAATAN POTENSI AIR PERMUKAAN
5.4 LUAS DAN VOLUME TAMPUNGAN SITU, EMBUNG, WADUK DAN POTENSI WADUK DI JAWA BARAT
55
5.6 REKAPITULASI DAERAH IRIGASI
5.6.1 DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PUSAT
KONDISI BAIK JARINGAN IRIGASI DI JAWA BARAT (%) KONDISI RUSAK BERAT JARINGAN IRIGASI DI JAWA BARAT (%)
Per 31 Desember 2015 Per 31 Desember 2015
58
KONDISI JARINGAN IRIGASI DAERAH IRIGASI KONDISI JARINGAN WILAYAH KEWENANGAN PUSAT
KEWENANGAN PUSAT PER WILAYAH SUNGAI
Akhir 31 Desember 2015
60
Peta Daerah Irigasi Kewenangan Pusat
Sumber : Bidang OP
KONDISI JARINGAN IRIGASI WS. CILIWUNG-CISADANE (%) KONDISI JARINGAN IRIGASI WS. CISADEA-CIBARENO (%)
Akhir 31 Desember 2015 Akhir 31 Desember 2015
KONDISI JARINGAN IRIGASI WS. CITARUM (%) KONDISI JARINGAN IRIGASI WS. CITARUM (%)
Akhir 31 Desember 2015 Akhir 31 Desember 2015
1 CILIWUNG-CISADANE 9 3,494.76
2 CITARUM 19 11,357.83
3 CIMANUK-CISANGGARUNG 21 7,153.37
4 CITANDUY 5 2,715.48
5 CIWULAN-CILAKI 72 5,387.66
6 CISADEA-CIBARENO 74 6,697.13
TOTAL 200 36,806.23
69
Profil Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat - 2016
70
Profil Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat - 2016
71
Profil Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat - 2016
72
5.12 REKAPITULASI POS HIDROLOGI (POS CURAH HUJAN, POS DUGA AIR, DAN POS IKLIM)
JUMLAH 70 66 5 141
73
Profil Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat - 2016
74
Profil Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat - 2016
75
6.1 GAMBARAN UMUM BALAI PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
Dasar hukum pembentukan Balai PSDA pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Dati I Jawa Barat adalah sebagai berikut:
Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Di Bidang Pekerjaan Umum
kepada Daerah;
Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah dengan titik berat pada Dati II;
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 39 tahun 1992 tentang Pedoman Organisasi Dinas Daerah;
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 80 tahun 1994 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Dinas Lingkup Pekerjaan
Umum Daerah;
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 106 tahun 1994 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana
Teknis, Unit Pelaksana Daerah dan Unit Pelaksana Teknis;
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 179 tahun 1996 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelolaan
6.1.2 BALAI PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) WILAYAH SUNGAI DAN BALAI PUSAT DATA DAN INFORMASI
SUMBER DAYA AIR
Dengan terbitnya Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan
Teknis Dinas Dan Badan di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa
Barat terdiri dari 7 (Tujuh) Unit Pelaksana Teknis Dinas yaitu 6 (Enam) Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pendayagunaan
Sumber Daya Air Wilayah Sungai dan 1 (Satu) Balai Pusat Data dan Informasi Sumber Daya Air.
1 PSDA WS. CILIWUNG – CISADANE Sebagian Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Sebagian Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi.
77
6.1.3 TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA DINAS
Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 45 Tahun 2010 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit Dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas di Lingkungan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat.
6.1.3.1 BALAI PENDAYAGUNAAN WILAYAH SUNGAI SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI
6.1.3.1.1 TUGAS DAN FUNGSI BALAI PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI
1. Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Dinas di bidang pendayagunaan sumber daya air di wilayah
kerjanya.
2. Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Balai Pendayagunaan Sumber Daya Air
Wilayah Sungai mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan pengkajian bahan penyusunan petunjuk teknis pendayagunaan sumber daya air; dan
b. Penyelenggaraan pendayagunaan sumber daya air
78
3. Rincian Tugas Balai Pendayagunaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai yaitu :
a. Melaksanakan penyusunan program kerja Balai Pendayagunaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai;
b. Melaksanakan pengkajian bahan petunjuk teknis pendayagunaan Sumber Daya Air, meliputi konservasi dan
pendayagunaan sungai, danau/situ, waduk dan pantai, pengendalian daya rusak air serta pengelolaan dan
pengembangan jaringan irigasi;
c. Melaksanakan penyusunan rencana teknis pendayagunaan sumber daya air, meliputi konservasi dan pendayagunaan
sungai, danau/situ, waduk dan pantai, pengendalian daya rusak air serta pengelolaan dan pengembangan jaringan
irigasi;
d. Menyelenggarakan konservasi dan pendayagunaan sungai, danau/situ, waduk dan pantai;
e. Menyelenggarakan pengendalian daya rusak air;
f. Menyelenggarakan pengelolaan dan pengembangan jaringan irigasi;
g. Menyelenggarakan pengelolaan, pengembangan dan pembangunan sungai, danau/situ, waduk dan pantai;
h. Menyelenggarakan ketatausahaan Balai Pendayagunaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai;
i. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;
j. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait;
k. Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan; dan
l. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
4. Susunan Organisasi Balai Pendayagunaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri
atas :
a. Kepala;
b. Subbagian Tata Usaha;
c. Seksi Sungai, Danau, Waduk dan Pantai;
6.1.3.2.2 KEPALA BALAI PUSAT DATA DAN INFORMASI SUMBER DAYA AIR
1. Kepala Balai Pusat Data Dan Informasi Sumber Daya Air mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan,
membina dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan tugas pokok Balai Pusat Data dan Informasi Sumber Daya Air.
2. Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Balai Pusat Data dan Informasi
Sumber Daya Air mempunyai fungsi;
83
a. Penyelenggaraan pengkajian bahan petunjuk teknis pendayagunaan sumber daya air; dan
b. Penyelenggaraan pendayagunaan sumber daya air.
3. Rincian tugas Kepala Balai Pusat Data Dan Informasi Sumber Daya Air yaitu :
a. Menyelenggarakan perumusan program kerja Balai Pusat Data dan Informasi Sumber Daya Air;
b. Menyelenggarakan koordinasi, pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai Pusat Data
dan Informasi Sumber Daya Air;
c. Menyelenggarakan pengkajian bahan petunjuk teknis pengolahan data dan sistem informasi sumber daya air;
d. Menyelenggarakan pengolahan bahan petunjuk teknis pengolahan data dan sistem informasi sumber daya air;
e. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;
f. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait;
g. Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan; dan
h. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
6.1.3.2.3 SUB BAGIAN TATA USAHA BALAI PUSAT DATA DAN INFORMASI SUMBER DAYA AIR
1. Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan data dan informasi, penyusunan rencana
program, pengelolaan administrasi, keuangan, kepegawaian dan umum.
2. Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub BagianTata Usaha mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan koordinasi dan penyusunan rencana, program, pengendalian dan pelaporan;
b. Pelaksanaan pengelolaan data dan informasi, kepegawaian dan umum;
c. Pelaksanaan pengelolaan urusan keuangan;
3. Rincian Tugas Sub Bagian Tata Usaha :
a. Melaksanakan penyusunan program kerja Balai Pusat Data Dan Informasi Sumber Daya Air dan Sub Bagian Tata
1 CILIWUNG-CISADANE a) Sub Unit Operasional dan Pemeliharaan Bendung Katulampa Kota Bogor
b) Sub Unit Pengendalian Pengawasan Pemanfaatan Sumber Daya Air dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Kota Bekasi.
2 CISADEA-CIBARENO a) Sub Unit Pengendalian Pengawasan Pemanfaatan Sumber Daya Air Kabupaten Cianjur.
3 CITARUM a) Sub Unit Pengendalian Pengawasan Pemanfaatan Sumber Daya Air dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Kabupaten