0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
48 tayangan19 halaman

LP KSS DHF Yahya

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 19

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS

PADA PASIEN DENGAN DHF (Dengue Haemorrhagic Fever)

RS TK III BALADHIKA HUSADA JEMBER

Ruang Anggrek

Oleh :

M.ALI YAHYA 21102087

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS dr. SOEBANDI

JEMBER

2024
LAPORAN PENDAHULUAN

DHF (DENGUE HAEMORHAGIC FEVER)

1.1 Definisi
Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi virus
akut yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne
virus, genus flavivirus, famili flaviviridae. Dengue Haemoragic Fever (DHF)
adalah penyakit yang disebabkan virus dengue dan disebarkan oleh nyamuk
Aedes aegypti yang disertai manifestasi perdarahan dan cenderung
menimbulkan syok dan kematian (Misnadiarly, 2009).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama
terdapat pada anak dan remaja atau orang dewasa dengan tanda-tanda klinis
berupa demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia,
dengan atau tanpa ruam, dan limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala
yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, gangguan rasa mengecap,
trombositopenia ringan, dan petekie spontan (Mansjoer, 2009).Penyakit DHF
dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok
umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku
masyarakat (Dinkes, 2015).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Dengue
Haemorhagic Fever adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina yang sering
muncul pada musim penghujan dan biasanya mengigit pada siang hari,
dengan tanda klinis berupa adanya demam, nyeri otot dan sendi, sakit
kepala, trombositopenia denganatau tanpa ruam yang dapat menggangu
sistem tubuh yang lain dan dapat menyebabkan kematian.
1.2 Etiologi

Penyakit DHF merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh


virus dengue dan disebarkan oleh nyamuk terutama spesies nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk ini tersebar di seluruh daerah tropis dengan ciri khas
terdapat sepasang garis putih yang sejajar di tengah badan dan garis
lengkung putih yang lebih tebal di setiap sisi tubuhnya. Aedes aegypti
senang berkembang biak pada genangan air dan tempat penyimpanan air,
selain itu nyamuk ini juga lebih senang menggigit pada tempat-tempat yang
terlindungi seperti didalam rumah (Rahayu & Budi, 2017). Penyebab
penyakit adalah virus dengue kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-
bornevirus atau virus yang disebabkan oleh artropoda. Virus ini termasuk
genus Flavivirus dan family Flaviviridae. Sampai saat ini dikenal ada 4
serotipe virus yaitu :
a. Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944

b. Dengue 2 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944

c. Dengue 3 diisolasi oleh Sather

d. Dengue 4 diisolasi oleh Sather

Keempat virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di


Indonesia dan yang terbanyak adalah tipe 2 dan tipe 3. Penelitian di
Indoneisa menunjukkan Dengue tipe 3 merupakan serotipe virus yang
dominan menyebabkan kasus DHF yang berat (Masriadi, 2017). Infeksi
salah satu serotipe akan menimbulkan antibody terhadap serotipe yang
bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotipe lain
sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang
memadai terhadap serotipe lain (Wijaya, 2013).
1.3 Klasifikasi
Menurut Lestari (2016) DHF di klasifikasikan menjadi :
a. Derajat 1 (ringan) : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya uji
perdarahan yaitu uji turniket.

b. Derajat 2 (sedang): Seperti derajat 1 disertai dengan perdarahan spontan


pada kulit dan atau perdarahan lainnya.
c. Derajat 3: Ditemukannya kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan
lemah, hipotensi, kulit teraba dingin lembab, gelisah.
d. Derajat 4:renjatan berat denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur.
Yang disertai dengan dengue shock sindrom

1.4 Patofisiologi
1.5 Pathway
1.6 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif &
Kusuma 2015):

a. Demam dengue

Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari ditandai dengan dua
atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :

1) Nyeri kepala

2) Nyeri retro orbital

3) Myalgia atau arthralgia

4) Ruam kulit

5) Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji banding positif

6) Leukopenia

7) Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD yang


sudah di konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama

b. Demam berdarah dengue

Berdasarkan diagnostik WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila


semua hal dibawah ini terpenuhi :

1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifasik.

2) Manifesti perdarahan biasanya berupa :

- Uji tourniquet positif

- Ptekie, ekimosis, dan purpura

- Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran


cerna, tempat bekas suntikan)
- Hematesis atau melena

3) Trombositopenia <100.00ul

4) Kebocoran plasma yang ditandai dengan :

- Peningkatan nilai hematokrit ≥20% dari nilai baku sesuai


umur dan jenis kelamin

- Penurunan hematokrit ≤20% setelah pemberian cairan yang


adekuat

5) Tanda kebocoran plasma seperti : hoperproteinemi, asites, efusi


pleura

c. Sindrom syok dengue

Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi


yaitu :

1) Penurunan kesadaran, gelisah

2) Nadi cepat/lemah

3) Hipotensi

4) Tekanan darah turun <20 mmHg

5) Perfusi perifer menurun

6) Kulit dingin lembab

1.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk menegakkan


diagnostik DHF diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan darah pasien DHF meliputi pemeriksaan
Hemoglobin, Hematokrit, Trombosit, Leukosit, SGOT, SGPT, elektrolit,
ureum, dan analisa gas darah. Pemeriksaan radiologi meliputi foto thorax dan
USG (Hadinegoro dkk, 2006). Pada pemeriksaan laboratorium pada pasien
DHF didapatkan hasil :

a. Penurunan jumlah trombosit (normalnya 100.000/mm3).

b. Hemoglobin dan hematokrit mengalami peningkatan 20% dari


nilai normal

c. Terjadi penurunan leukosit atau dalam batas normal

1.8 Diagnosa Banding


Diagnosa Definisi Tanda dan Gejala
Medis
DHF DHF adalah penyakit yang - Demam tinggi
disebabkan virus dengue dan mendadak 2-7 hari
disebarkan oleh nyamuk Aedes (37oC-40oC)
aegypti yang disertai - Manifestasi
manifestasi perdarahan dan perdarahan
cenderung menimbulkan syok - Hepatomegali
- Syok, tekanan nadi
menurun
- Lemah, mual,
muntah, sakit kepala
- Sakit pada otot dan
persendian

Demam Chikungunya adalah penyakit - Demam tinggi 39oC


Chikungunya akibat virus yang ditularkan - Nyeri pada persendian
dari gigitan nyamuk Aedes - Tidak nafsu makan,
aegypti yang bisa menyebabkan mual, lemah
demam tiba-tiba dan nyeri - Sakit kepala
sendi yang parah - Fotophobia
Demam Demam thyphoid merupakan - Demam lama (>5 hari)
Typhoid penyakit akut yang disebabkan - Sakit kepala
oleh Salmonella thypi, bakteri - Mual, muntah
ini biasanya ditemukan di air - Diare atau konstipasi
atau makanan yang
terkontaminasi.

1.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Perawatan pasien DHF derajat 1
Pada pasien DHF derajat 1 keadaan umumnya seperti pada
pasien influenza biasa dengan gejala demam, lesu, sakit kepala,
dan sebagainya, tetapi terdapat juga gejala perdarahan seperti
mimisan atau gusi berdarah. Pasien perlu istirahat mutlak,
observasi tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit
secara periodic (4 jam sekali). Berikan minum 1,5-2 liter dalam
24 jam. Obat-obatan harus diberikan tepat pada waktunya
disamping kompres hangat jika pasien demam.
2. Perawatan pasien DHF derajat 2
Umumnya pasien dengan DHF derajat 2, ketika datang dirawat
sudah dalam keadaan lemah, malas minum dan dan tidak jarang
jika setelah dilakukan perawatan baru beberapa saat pasien jatuh
dalam renjatan. Oleh karena itu, lebih baik jika pasien segera
dipasang infus. Bila keadaan pasien sangat lemah infus lebih
baik dipasang pada dua tempat. Lakukan pengawasan tanda vital,
pemeriksaan hematokrit, haemoglobin serta trombosit.
3. Perawatan pasien DHF derajat 3 (DSS)
Pasien DSS adalah pasien gawat jika tidak mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat akan menjadi fatal sehingga
memerlukan perawatan yang intensif. Masalah utama adalah
kebocoran plasma yang ada pasien DSS ini mencapai puncaknya
dengan ditemuinya tubuh pasien sembab, aliran darah sangat
lambat karena menjadi kental sehingga mempengaruhi curah
jantung dan menyebabkan gangguan saraf pusat. Akibat
terjadinya kebocoran plasma pada paru terjadi pengumpulan
cairan didalam rongga pleura dan menyebabkan pasien agak
dispnea, untuk meringankannya pasien dibaringkan semi-fowler
dan diberikan pengawasan O2. Pengawasan tanda vital dilakukan
setiap 15 menit terutama tekanan darah, nadi pernapasan.
Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit tetap dilakukan secara
periodic dan semua tindakan serta hasil pemeriksaan dicatat
dalam catatan khusus.

1.10 Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya
terjadi pada kulit dandapat berupa uji tocniquet yang positif mudah
terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura.
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna
bagian atas hinggamenyebabkan haematemesis. Perdarahan
gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perutyang hebat.
b. Shock atau renjatan.
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda– tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab,
dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kakiserta sianosis disekitar
mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan
prognosis yang buruk.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran
1.11 Proses Keperawatan
1.12.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Agama
5) Suku/bangsa
6) Bahasa
7) Pendidikan
8) Pekerjaan
9) Status
10) Alamat
11) Tanggal/jam MRS
12) Diagnosa medis
13) Nomor register
b. Identitas penanggung jawab
1) Nama
2) Umur
3) Alamat
4) Pendidikan
5) Pekerjaan
6) Hubungan dengan klien
2. Pengkajian fokus
Data dasar meliputi :
a. Pola nutrisi dan metabolik
Gejala : penurunan nafsu makan, mual, muntah,
haus, sakit saat menelan
Tanda : mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah
kotor, nyeri tekan pada ulu hati
b. Pola eliminasi
Tanda : konstipasi, penurunan berkemih, melena,
hematuri.
c. Pola aktivitas dan latihan
Tanda : dispnea, pola nafas tidak efekif karena efusi
pleura
d. Pola istirahat dan tidur
Gejala : kelelahan, kesulitan tidur karena
demam/panas
Tanda : nadi cepat dan lemah, dispnea, sesak karena
efusi pleura, nyeri epigastric, nyeri otot/sendi.
e. Pola persepsi sensori dan kognitif
Gejala : nyeri ulu hati, nyeri otot/sendi, pegal-pegal
seluruh tubuh.
Tanda : cemas dan gelisah
f. Sirkulasi
Gejala : sakit kepala/pusing, gelisah
Tanda : nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas
dingin, dispnea, perdarahan nyata (kulit epistaksis,
melena hematuri), peningkatan hematokrit 20% atau
lebih, trombosit kurang dari 100.000/mm
g. Keamanan
Gejala : adanya penurunan imunitas tubuh karena
hipoproteinemia
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
a. Keadaan umum pasien : cukup
b. Kesadaran : komposmentis, apatis, somnolen, semi
koma, koma, nilai Gasglow Coma Scale (GCS)
c. Tanda-tanda vital : Tekanan darah (hipotensi), suhu
(meningkat), nadi (takikardi), pernafasan (cepat)
d. Keadaan : kepala (pusing), mata, telinga, hidung
(epistaksis), mulut (mukosa kering), leher, rectum,
alat kelamin, ekstremitas (dingin), kulit (ptekie)
e. Sirkulasi : turgor (<2 detik).
f. Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : teraba pembesara pada hati
Perkusi : bunyi timpani
Auskultsi : peristaltik usus

4. Data khusus
a. Data subyektif
Pada pasien DHF data subyektif yang sering
ditemukan adalah :
1) Lemah
2) Panas atau demam
3) Sakit keepala
4) Anoreksia
5) Nyeri ulu hati
6) Nyeri pada otot dan sendi
7) Pegal-pegal pada seluruh tubuh
8) Konstipasi
b. Data obyektif
1) Suhu tinggi, menggigil, wajah tampak
kemerahan
2) Mukosa kering, perdarahan pada gusi
3) Tampak bintik merah pada kulit (ptekie) uji
tourniquet positif, epistaksis (perdarahan pada
hidung), ekismosis, hematoma, hematemesis,
melena.
4) Nyeri tekan pada epigastric
5) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan
limfa
6) Pada renjatan nadi cepat dan lemah, hipotensi,
ekstremitas dingin, gelisah, sianosis perifer,
nafas dangkal.
1.12.2 Diagnosa Keperawatan
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan ditandai dengan nafsu makan
menurun (D.0019)
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus
ditandai dengan suhu tubuh diatas normal (D.0130)
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan
koagulasi ditandai dengan trombositopenia (D.0012)

1.12.3 Perencanaan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi
berhubungan keperawatan 3×24 jam (1.03119)
dengan masalah Defisit nutrisi Observasi
ketidakmampuan membaik (L.06053)  Identifikasi status
mencerna Indikator SA ST nutrisi
makanan  Identifikasi
Porsi 1 4
ditandai dengan keutuhan kalori
makan
nafsu makan dan jenis nutrient
menurun yang  Monitor asupan
(D.0019) dihabiskan makanan
Frekuensi 1 4  Monitor berat
makan badan
Nafsu 1 4 Terapeutik
makan  Sajikan makanan
secara menarik
Keterangan: dengan suhu yang
1. Memburuk sesuai
2. Cukup memburuk  Berikan makanan
3. Sedang tinggi serat untuk
4. Cukup membaik mencegah
5. Membaik konstipasi
 Berikan suplemen
makanan, jika
perlu
Edukasi
 Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
2. Hipertermia Setelah dilakukan asuhan Regulasi Temperatur
berhubungan keperawatan 3×24 jam (1.14578)
dengan proses masalah hipertermia
infeksi virus membaik (L.14134) Observasi
ditandai dengan Indikator SA ST  Monitor suhu tubuh
suhu tubuh anak tiap 2 jam,
Suhu 2 4
diatas normal jika perlu
tubuh
(D.0130)  Monitor warna dan
Suhu kulit 2 4
suhu kulit
 monitor dan vatat
Keterangan: tanda dan gejala
1. Memburuk hipertermia
2. Cukup memburuk Terapeutik
3. Sedang  Pasang alat
4. Cukup membaik
pemantau suhu,
Membaik jika perlu
 Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi
yang adekuat
 Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi

 Jelaskan cara
pencegahan heat
exhaustion
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu

3. Risiko Setelah dilakukan asuhan Pencegahan


perdarahan keperawatan 3×24 jam Perdarahan (1.02067)
berhubungan masalah Risiko Observasi
dengan Perdarahan Membaik  Monitor tanda dan
gangguan (L.12111) gejala perdarahan
koagulasi Indikator SA ST  Monitor nilai
ditandai dengan hematokrit/hemogl
Hemoglobin 2 4
trombositopenia obin sebelum dan
(D.0012) Hematokrit 2 4 setelah kehilangan

Tekanan 2 4 darah

Darah Terapeutik
Suhu tubuh 2 4
 Pertahankan bed
rest selama
Keterangan: perdarahan
1. Memburuk  Batasi Tindakan
2. Cukup memburuk invasif, jika perlu
3. Sedang Edukasi
4. Cukup membaik
 Jelaskan tanda dan
5. Membaik gelaja perdarahan
 Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
untuk menghindari
konstipasi
 Anjurkan
meningkatkan
asupan makanan
dan vitamin K
 Anjurkan segera
melapor jika terjadi
perdarahan

Kolaborasi

 Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol
perdarahan
DAFTAR PUSTAKA

Nuryanti, E., Kistimbar, S., Sutarmi, & Aprilia, R. D. (2022). Pengelolaan


Hipertermi Anak dengan Dengue Haemoragic Fever. Jurnal Studi
Keperawatan, 3(1).

https://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/J-
SiKep/article/view/8364

Jaweria, A., Naeem, F., Malik, M., Javaid, F., Ali, Q., Ahmad, S., Khan, M. F., &
Nasir, I. A. (2016). Dengue Fever Causes, Prevention and Recent
Advances. Journal of Mosquito Research, 6(29).

https://emtoscipublisher.com/index.php/jmr/article/view/2770

Purwaningsih, H., & Widuri, W. (2019). Pengaruh Skin To Skin Contact


(Pmk) Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Demam. Jurnal
Perawat Indonesia, 3(1), 79. https://doi.org/10.32584/jpi.v3i1.268

Nurarif Dan Kusuma, 2015. Buku saku diagnosa keperawatan. Depkes RI.
2009 EGC: Jakarta

Soedarto. (2012). Demam Berdarah Dengue Haemorhagic Fever. Jakarta :


Sugeng Seto

SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.


SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai