LP KSS DHF Yahya
LP KSS DHF Yahya
LP KSS DHF Yahya
Ruang Anggrek
Oleh :
JEMBER
2024
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi virus
akut yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne
virus, genus flavivirus, famili flaviviridae. Dengue Haemoragic Fever (DHF)
adalah penyakit yang disebabkan virus dengue dan disebarkan oleh nyamuk
Aedes aegypti yang disertai manifestasi perdarahan dan cenderung
menimbulkan syok dan kematian (Misnadiarly, 2009).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama
terdapat pada anak dan remaja atau orang dewasa dengan tanda-tanda klinis
berupa demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia,
dengan atau tanpa ruam, dan limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala
yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, gangguan rasa mengecap,
trombositopenia ringan, dan petekie spontan (Mansjoer, 2009).Penyakit DHF
dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok
umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku
masyarakat (Dinkes, 2015).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Dengue
Haemorhagic Fever adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina yang sering
muncul pada musim penghujan dan biasanya mengigit pada siang hari,
dengan tanda klinis berupa adanya demam, nyeri otot dan sendi, sakit
kepala, trombositopenia denganatau tanpa ruam yang dapat menggangu
sistem tubuh yang lain dan dapat menyebabkan kematian.
1.2 Etiologi
1.4 Patofisiologi
1.5 Pathway
1.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif &
Kusuma 2015):
a. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari ditandai dengan dua
atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
1) Nyeri kepala
4) Ruam kulit
6) Leukopenia
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifasik.
3) Trombositopenia <100.00ul
2) Nadi cepat/lemah
3) Hipotensi
1.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Perawatan pasien DHF derajat 1
Pada pasien DHF derajat 1 keadaan umumnya seperti pada
pasien influenza biasa dengan gejala demam, lesu, sakit kepala,
dan sebagainya, tetapi terdapat juga gejala perdarahan seperti
mimisan atau gusi berdarah. Pasien perlu istirahat mutlak,
observasi tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit
secara periodic (4 jam sekali). Berikan minum 1,5-2 liter dalam
24 jam. Obat-obatan harus diberikan tepat pada waktunya
disamping kompres hangat jika pasien demam.
2. Perawatan pasien DHF derajat 2
Umumnya pasien dengan DHF derajat 2, ketika datang dirawat
sudah dalam keadaan lemah, malas minum dan dan tidak jarang
jika setelah dilakukan perawatan baru beberapa saat pasien jatuh
dalam renjatan. Oleh karena itu, lebih baik jika pasien segera
dipasang infus. Bila keadaan pasien sangat lemah infus lebih
baik dipasang pada dua tempat. Lakukan pengawasan tanda vital,
pemeriksaan hematokrit, haemoglobin serta trombosit.
3. Perawatan pasien DHF derajat 3 (DSS)
Pasien DSS adalah pasien gawat jika tidak mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat akan menjadi fatal sehingga
memerlukan perawatan yang intensif. Masalah utama adalah
kebocoran plasma yang ada pasien DSS ini mencapai puncaknya
dengan ditemuinya tubuh pasien sembab, aliran darah sangat
lambat karena menjadi kental sehingga mempengaruhi curah
jantung dan menyebabkan gangguan saraf pusat. Akibat
terjadinya kebocoran plasma pada paru terjadi pengumpulan
cairan didalam rongga pleura dan menyebabkan pasien agak
dispnea, untuk meringankannya pasien dibaringkan semi-fowler
dan diberikan pengawasan O2. Pengawasan tanda vital dilakukan
setiap 15 menit terutama tekanan darah, nadi pernapasan.
Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit tetap dilakukan secara
periodic dan semua tindakan serta hasil pemeriksaan dicatat
dalam catatan khusus.
1.10 Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya
terjadi pada kulit dandapat berupa uji tocniquet yang positif mudah
terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura.
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna
bagian atas hinggamenyebabkan haematemesis. Perdarahan
gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perutyang hebat.
b. Shock atau renjatan.
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda– tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab,
dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kakiserta sianosis disekitar
mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan
prognosis yang buruk.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran
1.11 Proses Keperawatan
1.12.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Agama
5) Suku/bangsa
6) Bahasa
7) Pendidikan
8) Pekerjaan
9) Status
10) Alamat
11) Tanggal/jam MRS
12) Diagnosa medis
13) Nomor register
b. Identitas penanggung jawab
1) Nama
2) Umur
3) Alamat
4) Pendidikan
5) Pekerjaan
6) Hubungan dengan klien
2. Pengkajian fokus
Data dasar meliputi :
a. Pola nutrisi dan metabolik
Gejala : penurunan nafsu makan, mual, muntah,
haus, sakit saat menelan
Tanda : mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah
kotor, nyeri tekan pada ulu hati
b. Pola eliminasi
Tanda : konstipasi, penurunan berkemih, melena,
hematuri.
c. Pola aktivitas dan latihan
Tanda : dispnea, pola nafas tidak efekif karena efusi
pleura
d. Pola istirahat dan tidur
Gejala : kelelahan, kesulitan tidur karena
demam/panas
Tanda : nadi cepat dan lemah, dispnea, sesak karena
efusi pleura, nyeri epigastric, nyeri otot/sendi.
e. Pola persepsi sensori dan kognitif
Gejala : nyeri ulu hati, nyeri otot/sendi, pegal-pegal
seluruh tubuh.
Tanda : cemas dan gelisah
f. Sirkulasi
Gejala : sakit kepala/pusing, gelisah
Tanda : nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas
dingin, dispnea, perdarahan nyata (kulit epistaksis,
melena hematuri), peningkatan hematokrit 20% atau
lebih, trombosit kurang dari 100.000/mm
g. Keamanan
Gejala : adanya penurunan imunitas tubuh karena
hipoproteinemia
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
a. Keadaan umum pasien : cukup
b. Kesadaran : komposmentis, apatis, somnolen, semi
koma, koma, nilai Gasglow Coma Scale (GCS)
c. Tanda-tanda vital : Tekanan darah (hipotensi), suhu
(meningkat), nadi (takikardi), pernafasan (cepat)
d. Keadaan : kepala (pusing), mata, telinga, hidung
(epistaksis), mulut (mukosa kering), leher, rectum,
alat kelamin, ekstremitas (dingin), kulit (ptekie)
e. Sirkulasi : turgor (<2 detik).
f. Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : teraba pembesara pada hati
Perkusi : bunyi timpani
Auskultsi : peristaltik usus
4. Data khusus
a. Data subyektif
Pada pasien DHF data subyektif yang sering
ditemukan adalah :
1) Lemah
2) Panas atau demam
3) Sakit keepala
4) Anoreksia
5) Nyeri ulu hati
6) Nyeri pada otot dan sendi
7) Pegal-pegal pada seluruh tubuh
8) Konstipasi
b. Data obyektif
1) Suhu tinggi, menggigil, wajah tampak
kemerahan
2) Mukosa kering, perdarahan pada gusi
3) Tampak bintik merah pada kulit (ptekie) uji
tourniquet positif, epistaksis (perdarahan pada
hidung), ekismosis, hematoma, hematemesis,
melena.
4) Nyeri tekan pada epigastric
5) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan
limfa
6) Pada renjatan nadi cepat dan lemah, hipotensi,
ekstremitas dingin, gelisah, sianosis perifer,
nafas dangkal.
1.12.2 Diagnosa Keperawatan
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan ditandai dengan nafsu makan
menurun (D.0019)
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus
ditandai dengan suhu tubuh diatas normal (D.0130)
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan
koagulasi ditandai dengan trombositopenia (D.0012)
1.12.3 Perencanaan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi
berhubungan keperawatan 3×24 jam (1.03119)
dengan masalah Defisit nutrisi Observasi
ketidakmampuan membaik (L.06053) Identifikasi status
mencerna Indikator SA ST nutrisi
makanan Identifikasi
Porsi 1 4
ditandai dengan keutuhan kalori
makan
nafsu makan dan jenis nutrient
menurun yang Monitor asupan
(D.0019) dihabiskan makanan
Frekuensi 1 4 Monitor berat
makan badan
Nafsu 1 4 Terapeutik
makan Sajikan makanan
secara menarik
Keterangan: dengan suhu yang
1. Memburuk sesuai
2. Cukup memburuk Berikan makanan
3. Sedang tinggi serat untuk
4. Cukup membaik mencegah
5. Membaik konstipasi
Berikan suplemen
makanan, jika
perlu
Edukasi
Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
2. Hipertermia Setelah dilakukan asuhan Regulasi Temperatur
berhubungan keperawatan 3×24 jam (1.14578)
dengan proses masalah hipertermia
infeksi virus membaik (L.14134) Observasi
ditandai dengan Indikator SA ST Monitor suhu tubuh
suhu tubuh anak tiap 2 jam,
Suhu 2 4
diatas normal jika perlu
tubuh
(D.0130) Monitor warna dan
Suhu kulit 2 4
suhu kulit
monitor dan vatat
Keterangan: tanda dan gejala
1. Memburuk hipertermia
2. Cukup memburuk Terapeutik
3. Sedang Pasang alat
4. Cukup membaik
pemantau suhu,
Membaik jika perlu
Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi
yang adekuat
Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi
Jelaskan cara
pencegahan heat
exhaustion
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
Tekanan 2 4 darah
Darah Terapeutik
Suhu tubuh 2 4
Pertahankan bed
rest selama
Keterangan: perdarahan
1. Memburuk Batasi Tindakan
2. Cukup memburuk invasif, jika perlu
3. Sedang Edukasi
4. Cukup membaik
Jelaskan tanda dan
5. Membaik gelaja perdarahan
Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
untuk menghindari
konstipasi
Anjurkan
meningkatkan
asupan makanan
dan vitamin K
Anjurkan segera
melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol
perdarahan
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/J-
SiKep/article/view/8364
Jaweria, A., Naeem, F., Malik, M., Javaid, F., Ali, Q., Ahmad, S., Khan, M. F., &
Nasir, I. A. (2016). Dengue Fever Causes, Prevention and Recent
Advances. Journal of Mosquito Research, 6(29).
https://emtoscipublisher.com/index.php/jmr/article/view/2770
Nurarif Dan Kusuma, 2015. Buku saku diagnosa keperawatan. Depkes RI.
2009 EGC: Jakarta