0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
114 tayangan21 halaman

DHF

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN DENGUE HAEMORRHAGIC FAVER (DHF)

DI RUANG ADENIUM

RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Disusun oleh:

Fiona Febrianti

(14.401.16.030)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit virus berat yang ditularkan oleh nyamuk edemik dibanyak Negara di
Asia Tenggara dan selatan, pasifik dan Amerika latin. Ditandai dengan meningkatnya
permebilitas pembulu darah, hipovolemia dan gangguan mekasnisme pengumalan
darah.Terutam menyerang anak-anak, tetapi juga menyerang orang dewasa. (Kunoli,
2012, p. 103)
Penyakit demam berdarah dengue merupakan slah satu masalah kesehatan
masyarakat Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan menyebar
semakin luas.Penyakit DBD merupakan penyakit menular yang terutama menyerang
anak-anak. (Kunoli, 2012, p. 103)
Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena
masoh banyak daerah yang endemic. Daerah endemic pada umumnya merupakan
sumber penyebaran penyakit ke wilayah lain. Untuk membatasai penyebaran penyakit
ke wilayah lain. Sehingga setiap kejadian luar biasah (KLB) DBD umumnya dimulai
dengan peningkatan jmlah kasus diwilayah tersebut.untuk membatasi penyebaran
penyakit DBD diperlukan pengasapan (fongging) secara massal, abatitasi massal,
serta penggerakan pemberantasan sarang nyamuk yang terus menerus. (Kunoli, 2012,
p. 103)
B. Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada klien
yang melangalami DHF.
C. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi DHF ?
2. Jelaskan etiologi DHF ?
3. Jelaskan tanda dan gejala DHF ?
4. Jelaskan patofisiologi DHF ?
5. Jelaskan klasifikasi DHF ?
6. Jelaskan komplikasi DHF ?
D. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menganalisis asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami DHF.
2. Tujuan khusus
a. Memehami konsep penyakit DHF.
b. Memahami tentang asuhan keperawatan penyakit DHF.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
DHF adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Virus masuk ke tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk aides aegypty betina. Masa inkubasi 13-15 hari
dengangejala klinis yang bervariasi berdasarkan derajat DHF.(Nugroho, 2011, p.
62)
Dengue haemorrhagic faver DHF adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyaeri otot atau nyeri sendi
yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesisi
hemoragik. Pada DBD terjadi pembesaran plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga
tubuh. (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 170)
2. Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue,
yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus
merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai
tunggal dengan berat moleku 4x106.
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue.
Keempat serotipe ditemukan didaerah indonesia dengan DEN-3 merupakan
serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotype dengue dengan
flavivirus lainnya seperti yellow fever, japanese encephalitis dan west line virus.
Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan mamalia
seperti tikus, kelinci, anjing, kelelawar, dan primata. Survai epidemologi pada
hewan ternak didapatkan antibodi terhadap virus dengue pada hewan kuda, sapi,
dan babi. Penelitian pada antropoda menunjukkan virus dengue dapat bereplikasi
pada nyamuk genus Aedes dan toxorhynchites. (Setiati, 2014, p. 539)
3. Tanda dan gejala
a. Demam dengue
Demam dengue merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai
dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
1) Nyeri kepala hal ini disebabkan karena kekurangan suplai oksigen di otak.
2) Nyeri retro-orbital ( nyeri dibagian belakang orbita mata)
3) Mialgia/artralgia adalah rasa nyeri dan sakit yang melibatkan sejumlah
kecil atau seluruh otot tubuh, mulai dari ringan sampai amat sangat.
4) Ruam sakit, ruam pada penyakit demam berdarah biasanya timbul pada
tangan dan kaki saja. Membentuk seperti kaos tangan dan kaos kaki.
5) Manifestasi perdarahan (patekie atau uji bendung positif) sebagai ,
manifestasi perdarahann kulit paling ringan dapat dinilai sebagai uji
presumtif karena tes itu positif pada hari-hari pertama demam. Tes
tourniquet dilakukan sebagai berikut:
a) Pemeriksaan tekanan darah
b) Berikan tekanan diantara sistolik dan diastolic pada alat pengukur yang
dipasang pada lengan diatas siku tekanan ini di diusahakan menetap
selama percobaan.
c) Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan timbulnya
petekie dikulit lengan bawah bagian medial pada sepertiga bagian
progsimal.
d) Dinyatakan positif bila pada satu inci persegi (2,8 x 2,8 cm) didapatkan
20 petekie.
6) Leukopenia adalah rendahnya jumlah total sel darah putih (leukosit)
dibandingkan nilai normal. Sedangkan nilai normal sel darah normal
5.000-10.000 / mm.
7) Pemeriksaan serologi dengue positif; atau ditemukan DD/DBD yang
dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama. (Nurarif & Kusuma, 2015,
p. 171)
b. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1997diagnosis DBD diteggakan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi :
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik,
(seperti pelana kuda), yakni panas akan turun di hari ke-3 atau ke-4 tetapi
hari berikutnya naik lagi.
2) Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa:
a) Uji tourniquet positif adalah teknik pemeriksaan fisik yang dapat
mengidentifikasi dan mengelompokkan penyakit Dengue. Infeksi
DENV dapat mengakibatkan peningktan permebilitas kapiler keadaan
fisologis yang dapat ditunjukkan uji tourniquet dengan memberikan
tekanan terus menerus pada pembulu kecil.
b) Petekie merupakan bintik merah kecil dikulit yang merupakan akibat
keluarnya sejumlah kecil darah biasanya muncul pada hari pertama,
ekimosis, atau purpura
c) Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat
bekas suntikan
d) Hematemesis atau melena adalah muntah darah dan menela adalah
pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam
3) Trombositopenia <100.000/ul
4) Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
a) Peningkatan nilai hematokrit >20% dari nilai baku sesuai umur dan
jenis kelamin
b) Penurunan nilai hematokrit >20% setelah pemberian cairan yang
adekuat. (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 171)
c. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DBD diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
1) Penurunana kesadaran, dikarena kekurangan cairan
2) Nadi cepat, lemah, kekurangan cairan sehingga nadi < 60x permenit
3) Hipotensi, adalah tekanan darah rendah atau keadaan dimna tekanan darah
kurang 90/60 mmHg.
4) Tekanan darah turun < 20 mmHg.
5) Perfusi perifer menurun , adalah suatu penurunan jumlah oksigen yang
mengakibatkan kegagalan untuk memelihara jaringan pada tingkat perifer.
6) Kulit dingin lembab ketika siang hari. (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 171)
4. Patofisiologi
Infeksi virus terjadi melalui gigitan nyamuk, virus memasuki aliran darah
manusia untuk kemudian bereplikasi (memperbanyak diri). Sebagi perlawanan,
tubuh akan membentuk antibodi, selanjutnya akan membentuk kompleks virus-
antibodi dengan virus yang berfungsi sebagai antigennya.Kompleks antigen-
antibodi tersebut akan melepaskan zat-zat yang merusak sel-sel pembulu darah ,
yang disebut proses autoimun. Proses tersebut menyebabakan permeabilitas
kapiler meningkat yang salah satunya ditunjukkan dengan melebarnya pori-pori
pembulu darah kapiler. Hal tersebut akan mengakibatkan boconya sel-sel darah,
antara lain trombosit dan eristrosit. Akibatnya tubuh akan mengalami perdarahan
mulai dari bercakb sampai perdarahan hebat pada kulit, saluran pencernaan
(muntah darah, berak darah), saluran pernafasan (mimisan, batuk darah), dan
organ vital (jantung, hati, ginjal) yang sering mengakibatkan kematian. (Kunoli,
2012, p. 105)
PHATWAY
Virus dengue

Agregasi Trombosit
viremia Aktivitas RES

Zat Anafilatoksin 1. Pembesaran


KGB
2. Pembesaran
hati
1. Demam 3. Pembesaran
2. Nyeri Otot limpa
3. Sakit kepala
4. hipertermi

Intoleransi Aktivitas

Permiabilitas pendarahan
p.darah

Extravasasi

plasma

Hipotensi Hematokrit Hiponatrium

hipovolemia

(Nugroho, 2011, p. 63)


5. Klasifikasi
Klasifikasi DHF ada 4 yaitu:
a. Derajat I
Demam, RL (+), trombositopenia, tanpa perdarahan spontan.
b. Derajat II
Disertai perdarahan spontan pada kulit dan ditempat lain.
c. Derajat III
Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, gelisah, kulit dingin dan
lembab, sianosis (tanda dini renjatan).
d. Derajat IV
Renjatan berat, syok. (Nugroho, 2011, p. 63)
6. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah dengue yaitu
perdarahan massif dan dengue shock syndrome (DSS) atau sindrom syok dengue
(SSD). (Marni, 2016, p. 5)

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, umur (pada DHF tersering menyerang anak-anak dengan usia
15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, pekerjaan orang tua. (Susilaningrum, 2013, p. 161)
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan Utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke
rumah sakit adalah panas tinggi, anak lemah. (Susilaningrum, 2013, p.
161)
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien datang ke Rumah sakit dengan keluhan panas tinggi dan badan
lemah. (Susilaningrum, 2013, p. 161)
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak serta menggigil, saat
demam kesadaran kompos metis.Panas menurun terjadi antara hari ke-3
dan ke-7, sementara pasien lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala,
nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa
pegal, serta adanya manifestasi klinis perdarahan pada kulit, gusi (grade
III,IV), melena atau hematemesis. (Susilaningrum, 2013, p. 161)
c. Riwayat Kesehatan terdahulu
1) Riwayat Penyakit sebelumnya
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami
serangan ulang DHF. (Susilaningrum, 2013, p. 161)
2) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota yang lain sangat menentukan,
karena penyakit DHF adalah penyakit biasa ditularkan melalui gigitan
nyamuk aides aigepty. (Susilaningrum, 2013)
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
Berdasarakan tingkat (grande) DHF, keadaan fisik pasien sebagai
berikut:
1. Grade I : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah
2. Grade II: kesadaran kompos memtis; keadaan umum lemah
3. Grade III: kesadaran apatis; somnolen; keadaan umum lemah
4. Grade IV: kesadaran koma; (Susilaningrum, 2013, p. 162)
b) Tanda-tanda vital
1. Grade I: Tanda-tanda vital nadi lemah
2. Grade II; Adanya perdarahan spontan petekia; perdarahan gusi dan
telinga; nadi lemah, kecil, tidak teratur
3. Grade III; nadi lemah, kecil; tidak teratur; tensi menurun
4. Grade IV; nadi tidak teraba; tensi ; tensi tidak terukur; pernafasan
tidak teratur; ektrimitas dingin; berkeringat; dan kulit namapak
biru. (Susilaningrum, 2013, p. 162)
2) Body sytem
a) Sistem pernafasan ; Sesak, perdarahan melalui hidung, pernafasan
dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris. (Kunoli, 2012, p. 107)
b) Sistem kardiovaskuler ; Pada grade I dapat terjadi hemakonsentrasi, uji
tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadikegagalan
sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotesi, cyanosis sekitar mulut, hidung
dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak
dapat diukur. (Kunoli, 2012, p. 107)
c) Sistem persyarafan; Pada grade III pasien gelisa dan terjadi penurunan
kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS. (Kunoli, 2012, p.
107)
d) Sistem perkemihan; produksi urine menurun, kadar kurang dari
30cc/jam, akan mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna
merah. (Kunoli, 2012, p. 107)
e) Sistem pencernaan; selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri
tekan pada epigastrik, pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen
teregang, menurunana nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan,
dapat hematemesis, melena. (Kunoli, 2012, p. 108)
f) Sistem integument; Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada
grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade
III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit. (Kunoli, 2012, p. 108)
g) Sistem muskuloskeletal
Klien tidak mengalami kelaianan dalam pergerakan, klien tidak
mengeluh sakit pada tulang, sendi dan tidak ditemukan fraktur serta
kontraktur pada persendian dan ekstemitas. Tidak ada kelainan bentuk
tulang dan sendi. (Manurung, 2011, p. 91)
h) Sistem endokrin
Selama klien dirawat dirumah sakit, maka tidak dilakukan pemeriksaan
yang berkaitan dengan system endokrin. (Manurung, 2011, p. 90)
i) Sistem reproduksi
Tidak mengalami perubahan dalam pola berkemih, buang air kecil
kurang lebih 5 kali sehari (1000cc/hari) dengan warna kuning jernih
dan tidak ditemukan kelainan BAK. (Manurung, 2011, p. 90)
j) Sistem pengindraan
Daun telinga dan kondisi telinga normal, tidak mengeluarkan cairan
dari telinga, tidak ada perasaan penuh dalam telinga, tidak ditemukan
tinnitus, fungsi pendengaran normal tidak memkai alat bantudengar.
(Manurung, 2011, p. 89)
k) Sistem imun
Suhu tubuh klien 37°C dan berat badan sebelum sakit sekitar 46 kg,
sedangkan sesudah sakit 45,5 kg, tinggi badan klien adalah 155 cm dan
tidak ada pembesaran pada kelenjar getah bening. (Manurung, 2011, p.
91)

e. Pemeriksaan penunjang
1. Trombositopeni (100.000mmg) dan hemokonsentrasi.
2. Hb dan PCV meningkat (20%)
3. Pada demam berdarah terdapat Leukopeni pada hari kedua dan hari ketiga
4. serologi (uji H): respon antibody adalah pemeriksaan menggunakan serum
untuk mememriksa dugaan dengue. Pemeriksaan meliputi NS-1, antibody
dengue IgG dan IgM.
5. pada urine ditemukan albuminuria ringan
6. pada renjatan yang berat, periksa :Hb, PCV berulang kali (setiap jam atau
4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan, faal hemostasis ,
FDP, EKG, foto dada, BUN, creatinin serum. (Nurarif & Kusuma, 2015,
pp. 171-172)

f. Penatalaksanaan
1) DHF tanpa renjatan
Rasa haus dan dehidrasi timbul karena demam tinggi, anoreksia dan
mutah, klien harus banyak minum kurang lebih 1,5 liter/24 jam, dapat
berupaair teh, sirup atau oralit.
Panas dapat diberikan kompres es atau alkohol 70%.
Pemberian infus dilaksanakan pada klien apabila :
a. Muntah, sulit makan per oral, muntah mengancam dapat terjadi
dehidrasi dan asidosis.
b. Nilai hematokrit tinggi. (Wijayaningsih, 2013, p. 104)
2) DHF dengan renjatan
a. Prinsip: Mengatasi renjatan dengan penggantian volume cairan yaitu
cairan RL.
b. Pengobatan bersifat simtomatis dan supportif
c. Pasien pada renjatan tidak boleh diberikan antipiretik dari golongan
salisilat karena akan menimbulkan perdarahan yang semakin parah.
(Wijayaningsih, 2013, p. 105)
2. Diagnosa keperawatan
Menurut (PPNI, 2016) diagnosa keperawatan DHF yang muncul antara lain:
a. Hipovolemia
Definisi: Penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial.
Penyebab
1. Kehilangan cairan aktif
2. Kegagalan mekanisme regulasi
3. Peningkatan permebilitas kapiler
4. Evaporasi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan nadi menyempit
5. Turgor kulit menurun
6. Membran mukosa kering
7. Volume urine menurun
8. Hematokrit menigkat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus
Objektif
1. Pengisian vena menurun
2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urine meningkat
5. Berat badan turun tiba-tiba
Kondisi klinis terkait
1. Penyakit Addision
2. Trauma/ perdarahan
3. Luka bakar
4. AIDS
5. Penyakit Crohn
6. Muntah
7. Diare
8. Colitis ulseratif
9. Hipoalbuminemia (PPNI, 2016, p. 64).
b. Hipotermia
Definisi: Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh.
Penyebab
1. Kerusakan hipotalamus
2. Konsumsi alkohol
3. Berat badan ekstrem
4. Kekurangan lemak subkutan
5. Terpapar suhu lingkungan rendah
6. Malnutrisi
7. Pemakaian pakaian tipis
8. Penurunan laju metabolism
9. Tidak bersktivitas
10. Transfer panas
11. Trauma
12. Proses penuaan
13. Efek agen farmakologi
14. Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
1. Kulit teraba dingin
2. Menggigil
3. Suhu tubuh dibawah nilai normal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
1. Akrosianosis
2. Bradikardi
3. Dasar kuku sianotik
4. Hipoglikemia
5. Hipoksia
6. Pengisian kapiler >3 detik
7. Konsumsi oksigen meningkat
8. Ventilasi menurun
9. Piloereksi
10. Takikardi
11. Vasokontriksi perifer
12. Kutis memorata (pada neonates)
Kondisi klinis terkait
1. Hipotiroidisme
2. Anoreksia nervosa
3. Cidera batang otak
4. Prematuritas
5. Berat badan lahir rendah (BBLR) (PPNI, 2016, pp. 286-287).
c. Hipertermia
Definisi : Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.
Penyebab
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis. Infeksi, kangker)
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu tubuh
5. Peningkatan laju metabolism
6. Respon trauma
7. Aktivitas yang berlebihan
8. Penggunaan incubator
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan tanda minor
Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
Kondisi klinis terkait
1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Dehidrasi
4. Trauma
5. Prematurasi (PPNI, 2016, p. 284).
3. Intervensi
a. Hipovolemia
Tujuan: kekurangan volume cairan akan teratasi, dibuktikan oleh keseimbangan
cairan, hidrasi yang adekuat, dan status nutrisi: asupan makanan dan cairan
yang adekuat.
Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
a. Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan
b. Observasi khusunya terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit
(misalnya, diare, drainase luka, pengisapan nasogastrik, diaphoresis, dan
drainase ileostomi)
c. Pantau perdarahan (misalnya, periksa semua secret dari adanya darah nyata
atau darah samar)
d. Identifikasi pengaruh terhadap bertambah buruknya dehidrasi (misalnya,
obat-obatan, demam, setress, dan program pengobatan)
e. Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan
(misalnya, kadar hematokrit, BUN, albumin, protein total, osmonalalitas
serum, dan berat jenis urin)
f. Kaji adanya vertigo atau hipotensi postural
g. Kaji orientasi terhadap orang, tempat dan waktu
h. Cek arahan lanjut klien untuk mennetukan apakah kebutuhan cairan pada
sakit terminal tepat dilakukan
Manajemen cairan (NIC):
1. Pantau status hidrasi (misalnya kelembaban membrane mukosa,
keadekuatan nadi, dan tekanan darah ortostatik)
2. Timbang berat badan dan pantau kecenderungannya
3. Pertahankan keakuratn catatan asupan dan haluaran
Penyuluhan untuk pasien/keluarga:
1. Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus
Aktivitas Kolaboratif
1. Laporkan dan catat haluaran kurang dari _____ mL
2. Laporkan dan catat haluaran lebih dari _______ mL
3. Laporkan abnormalitas elektrolit
Manejemen elektrollit (NIC)
a. Atur ketersediaan produk darah untuk tranfusi, bila perlu
b. Berikan ketentuan penggantian nasogastrik berdasarkan haluaran sesuai
dengan kebutuhan
c. Berikan terapi IV, sesuai program

Aktivitas lain
1. Lakukan hygiene oral secara sering
2. Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam, hitung asupan yang
diinginkan sepanjang shift siang, sore, dan malam
3. Pastikan bahwa pasien terhidrasi dengan baik sebelum pembedahan
4. Ubah posisi pasien trendelenburg atau tinggikan tungkai pasien bila
hipotensi, kecuali dikontraindikasikan
Menejemen Cairan (NIC)
a. Tingkatkan asupan oral (misalnya sediakan sedotan, beri cairan di
antara waktu makan, ganti air es secara rutin, buat es mambo dari
jus kesukaan anak, cetak agar – agar bentuk lucu-lucu, gunakan
cangkir obat kecil), pasang kateter urine bila perlu
b. Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan (Wilkinson, 2016, pp. 178-
180).
c. Hipertermia (wilkinson, 2013: 390-393)
Tujuan: pasien akan menunjukkan Termoregulasi, yang dibuktikan oleh
indicator gangguan sebagai berikut (sebutkan 1-5: gangguan ektrem, berat,
sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):
1) hipertermia
2) dehidrasi
3) mengantuk
Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
a. Pantau aktivitas kejang
b. Pantau hidrasi (misalnya, turgor kulit, kelembapan membran mukosa)
c. Pantau tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernafasan
d. Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesui dengan suhu
lingkungan
e. Untuk pasien bedah
f. Untuk pasien bedah , dapatkan riwayat hipesrtermia maligna, kemtaian
akibat anesei, atau demam pasca bedah pada individu dan keluarga
g. Pantau tanda hipertermia ,maligna (misalnya, demam, takipnea, aritmia,
perubahan tekanan darah, bercak pada kulit, kekauan, dan berkeringat
banyak).
Regulasi suhu (NIC)
a. pantau suhu minimal setiap dua jam, sesuai dengan kebutuhan
b. pasang alat pantau suhu inti tubuh kontinu, jika perlu
c. pantau warna kulit dan suhu.
Penyuluhan untuk pasien /keluarga
a. Ajarkan pasien/keluarga dalam mengukur suhu tubuh untuk mencegah dan
mengenali secara dini hipertermia (misalnya, sangat panas, keletihan akibat
panas).
b. Regulasi suhu (NIC): ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindankan
kedaruratan yang diperlukan , jika perlu.
Aktivitas kolaboratif
a. Regulasi suhu (NIC): Berikan obatipiretik jika perlu
b. Gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatasi tangguan
suhu tubuuh jika perlu.
c. Hipotermia ( wilkinson 2013: 394-397)
Tujuan:Pasien akan menunjukkan Termoregulasi, yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang,
ringan, atau tidak ada gangguan)
1) Merinding saat kedinginan
2) Menggigil saat kedinginan
3) Laporan suhu yang nyaman
Intervensi (NIC)
Aktivitas Keperawatan
Pengkajian
a. Catat nilai dasar tanda-tanda vital
b. Lakukan pemantauan jantung pasien
c. Gunakan teremometer rentang-rendah, bila perlu untuk mendapatkan suhu
yang akurat
d. Kaji gejala hipotermia (misalnya, perubahan warna kulit, menggigil,
kelelahan,apatis, dan pelo
e. Kaji kondisi medis yang dapat menyebabkan hipotermi (mis, diabetes,
miksedema)
Penyuluhan untuk pasien/keluaraga
Regulasi suhu (NIC)
a. Ajarkan kepada pasie, khususnya pasien usia lanjut, tindakan untuk
mencegah hipotermia akibat terpajan suhu dingin
b. Ajarkan indikasi hipotermia dan tindakan kedaruratan yang diperlukan, jika
perlu.
Aktivitas kolaboratif
Untuk hipotermia berat, bantu dengan teknik menghangatkan suhu inti tubuh
(misalnya, hemodialisis, dialisis peritoneal, dan irigasi kolon).
DAFTAR PUSTAKA

Kunoli, F. J. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: Trans Info Media.

Manurung, S. (2011). Keperawatan Profesional. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Marni. (2016). Asuhan Keperawatan Anak pada Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga.

Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc jilid 1. Jogjakarta: Medication Publishing.

PPNI, T. P. (2016). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat.

Setiati, S. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta: Interna Publising.

Susilaningrum, R. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika.

Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan . Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai