Makalah Kel.8

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PSIKOLOGI KOGNITIF

Dosen Pengampu:

Arham, S.Psi,. M.Si

Mike Angelina Kelly Lovihan S.Psi,. M.A

Oleh:

Mario Jeferson Namsa (22101179)

Muthmainnah Biahimo (22101205)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan yang maha kuasa
sehingga makalah ini bisa selesai disusun sesuai waktu yang diberikan.

Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap
pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah
ini. Pada makalah ini akan dibahas mengenai kognisi sepanjang hidup.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna serta
kesalahan yang kami yakini diluar batas kemampuan kami. Maka dari itu kami dengan
senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Tomohon, 02 Maret 2024


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..3
BAB I……………………………………………………………………………………….4
PENDAHULUAN………………………………………………………………………….4
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………….5
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………6
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………………..6
BAB II………………………………………………………………………………………7
PEMBAHASAN……………………………………………………………………………7
1.2.1 Definisi Perkembangan Kognitif……………………………………………………..7
1.2.2 Unsur-Unsur Perkembangan Kognitif………………………………………………..8
1.2.3 Teori Perkembangan Piaget……………………………………………………….….9
1.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif……….……………….9
1.2.5 Pengertian Penuaan…………………………………………………………………..12
1.2.6 Perubahan Kognitif Pada Lansia……………………………………………………..13
BAB III……………………………………………………………………………………..14
PENUTUP………………………………………………………………………………….14
1.2.7 Kesimpulan…………………………………………………………………………...14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………....15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia memiliki kelebihan - kelebihan dibanding makhluk lainnya, karena manusia merupakan
makhluk yang paling sempurna. Di dalam tubuh manusia terdapat perbedaan yang mencolok yang jauh
diatas makhluk hidup lain. Perkembangan manusia adalah salah satu contoh perbedaan tersebut yang
meliputi beberapa aspek dan karaktersitik yang masing masing memengaruhi satu sama lain.

Tahapan perkembangan manusia dimulai sejak fase masa sebelum lahir (prenatal period), masa bayi baru
lahir (new born), masa balita (babyhood), masa anak sekolah (early chilhood), masa pra remaja (later
childhood), masa puber (puberty), masa dewasa, dan masa usia lanjut. 1 Masing-masing fase tersebut
memiliki ciri khas tersendiri.

Perkembangan kognitif merupakan bagian dari fase perkembangan karakteristik manusia yang penting
untuk dipelajari. Perkembangan kognitif sering disebut juga dengan perkembangan intelektual atau
intelegensi. Perkembangan kognitif manusia adalah proses psikologis yang melibatkan proses memeroleh
pengetahuan, menyusun dan mengunakan pengetahuan serta kegiatan lain seperti berfikir, mengingat,
memahami, menimbang, mengamati, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan memecahkan masalah
melalui interaksi dengan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


 Definisi Perkembangan Kognitif
 Sebutkan Unsur-Unsur Perkembangan Kognitif
 Jelaskan Teori Perkembangan Piaget
 Sebutkan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
 Pengertian Dari Penuaan
 Jelaskan Perubahan Kognitif Pada Lansia
1.3 Tujuan Penulisan
 Mengetahui Definisi Perkembangan Kognitif
 Menyebutkan Unsur-Unsur Perkembangan Kognitif
 Menjelaskan Teori Perkembangan Piaget
 Menyebutkan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
 Mengetahu Pengertian Dari Penuaan
 Menjelaskan Perubahan Kognitif Pada Lansia
BAB II

PEMBAHASAN
1.2.1 Pengertian Perkembangan Kognitif
Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang artinya mengerti, sedangkan secara istilah
kognitif adalah perolehan, penataan dan penggunaan informasi yang terjadi secara internal di
dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia berfikir. Istilah kognitif popular pada
bidang psikologi manusia yang secara konsep menyangkut semua bentuk perilaku mental yang
berhubungan dengan pemahaman, perhatian, pertimbangan, menganalisis informs, problem
solving, prediksi, berpikir sampai pada keyakinan (Ahmad et al., 2016).

Menurut Chaplin bahwa kognitif adalah proses berpikir, daya menghubungkan, kemampuan
menilai dan kemampuan mempertimbangkan yang berhubungan dengan kemampuan mental
dan intelegensi. Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk
mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu
kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan
perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang
kepada dirinya.

Menurut Sternberg Cognitive ability / intelligence: “ Adaptive behavior of the individual usually
characterized by some element of problem solving and directed by cognitivive procesess and
operations” Tingkah laku adaptif dari individu yang umumnya didasari oleh beberapa elemen
pemecahan masalah dan diarahkan oleh proses kognitif dan pengoperasiannya.

Sedangkan menurut vygotsky dalam Wilma, Pauline and irina “human development cannot be
separated from its social context” perkembangan manusia yang tidak lepas dari lingkungan dan
budaya yang membentuknya.

Piaget berpandangan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf. Dengan makin
bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel sarafnya dan makin
meningkat pula kemampuannya. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan
mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan-
perubahan kualitatif didalam struktur kognitifnya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif
sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir
atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Perkembangan kognitif merupakan suatu perubahan dari suatu keadaan seimbang ke dalam
keseimbangan baru. Setiap tahap perkembangan kognitif mempunyai bentuk keseimbangan
tertentu sebagai fungsi dari kemampuan memecahkan masalah pada tahap itu. Ini berarti
penyeimbangan memungkinkan terjadinya transformasi dari bentuk penalaran sederhana ke
bentuk penalaran yang lebih komplek, sampai mencapai keadaan terakhir yang diwujudkan
dengan kematangan berfikir orang dewasa.

1.2.2 Unsur-Unsur Perkembangan Kognitif


Cognitive ability mencakup 3 unsur yaitu:
a) The ability to deal with abstraction.

Kemampuan menghadapi masalah abstrak seperti gagasan, simbol, hubungan, konsep, prinsip.

b) The ability to solve problem.

Menangani situasi baru, tidak sekedar membuat respon terlatih terhadap situasi yang sudah
dikenal (familiar).

c) The ability to learn

Terutama memahami dan menggunakan simbol-simbol abstrak seperti simbol verbal dan lain-
lain.

Dalam ranah kognitif, proses berpikir memiliki beberapa tingkatan dari yang paling sederhana hingga
paling kompleks. Bloom dalam Syaiful membagi ranah kognitif menjadi beberapa tahapan, yaitu:
Pengetahuan, Pemahaman, Penerapan, Analisis, Sintesis, Evaluasi.

1.2.3 Teori Perkembangan Piaget

Piaget lebih menitik beratkan pembahasannya pada struktur kognitif. Ia meneliti dan menulis subjek
perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980. Berbeda dengan para ahli-ahli psikologi
sebelumnya. Ia menyatakan bahwa cara berfikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan
dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut
penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan intelektual individu serta perubahan umur
sangat mempengaruhi kemampuan individu mengamati ilmu pengetahuan. (Laura A. King:152).
Piaget mengemukakan penjelasan struktur kognitif tentang bagaimana anak mengembangkan konsep
dunia di sekitar mereka. ( Loward s. Friedman and Miriam. W. Schustack. 2006: 59). Teori Piaget
sering disebut genetic epistimologi (epistimologi genetik) karena teori ini berusaha melacak
perkembangan kemampuan intelektual, bahwa genetic mengacu pada pertumbuhan developmental
bukan warisan biologis (keturunan). (B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, 2010: 325).
Menurut Piaget, anak dilahirkan dengan beberapa skemata sensorimotor, yang memberi kerangka
bagi interaksi awal anak dengan lingkungannya. Pengalaman awal si anak akan ditentukan oleh
skemata sensorimotor ini. Dengan kata lain, hanya kejadian yang dapat diasimilasikan ke skemata
itulah yang dapat di respons oleh si anak, dan karenanya kejadian itu akan menentukan batasan
pengalaman anak. Tetapi melalui pengalaman, skemata awal ini dimodifikasi. Setiap pengalaman
mengandung elemen unik yang harus di akomodasi oleh struktur kognitif anak. Melalui interaksi
dengan lingkungan, struktur kognitif akan berubah, dan memungkinkan perkembangan pengalaman
terus-menerus. Tetapi menurut Piaget, ini adalah proses yang lambat, karena skemata baru itu selalu
berkembang dari skemata yang sudah ada sebelumnya. Dengan cara ini, pertumbuhan intelektual
yang dimulai dengan respons refleksif anak terhadap lingkungan akan terus berkembang sampai ke
titik di mana anak mampu memikirkan kejadian potensial dan mampu secara mental mengeksplorasi
kemungkinan akibatnya.

Interiorisasi menghasilkan perkembangan operasi yang membebaskan anak dari kebutuhan untuk
berhadapan langsung dengan lingkungan karena dalam hal ini anak sudah mampu melakukan
manipulasi simbolis. Perkembangan operasi (tindakan yang diinteriorisasikan) memberi anak cara
yang kompleks untuk menangani lingkungan, dan oleh karenanya, anak mampu melakukan tindakan
intelektual yang lebih kompleks. Karena struktur kognitif anak lebih terartikulasikan. Demikian pula
lingkungan fisik anak, jadi dapat dikatakan bahwa struktur kognitif anak mengkonstruksi lingkungan
fisik. ( B.R. Hergenhahn and Matthew H. Olson, 2010:325).

1.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif

Berdasarkan sudut pandang dikotomi yaitu sifat dasar (nature) vs proses pengasuhan (nurture),
beberapa psikolog berpandangan bahwa anak terlahir seperti kertas kosong (tabula rasa) sehingga
anak terlepas dari kecenderungan bawaan dan perkembangan kognitifnya dipengaruhi oleh
pengalaman-pengalaman hidupnya. Pendapat lain menyatakan bahwa anak terlahir dengan potensi
fisik dan neurologis yang bersifat bawaan sehingga perkembangan kognitifnya merupakan hasil
interaksi antara potensi bawaan tersebut dengan pengalaman lingkungan. Dalam hal ini penulis
lebih menyimpulkan bahwa perkembangan kognitif anak dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
bawaan dan faktor lingkungan (Sartika et al., 2021).

 Faktor Bawaan

Potensi fisik dan kapasitas neurologis bersifat bawaan berpengaruh besar terhadap perkembangan
kognitif anak. Proses kognitif seperti persepsi, memori, pembayangan (imagery), bahasa,
berpikir dan pemecahan masalah didasarkan pada struktur dan proses neurologis, termasuk
didalamnya perkembangan otak. Pertumbuhan otak baik sebelum kelahiran dan selama masa
kanak-kanak sangat penting bagi seluruh aspek perkembangan baik fisik motorik, kognitif, dan
emosi karena otak merupakan pusat berpikir dan pusat pengaturan (Cheung, 2012).

 Faktor Lingkungan

Lingkungan juga turut mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Beberapa hasil penelitian dan
percobaan pada tikus menunjukkan bahwa tikus yang mengalami isolasi sensorik tidak dapat
hidup secara normal meskipun kebutuhan fisiknya terpenuhi (Bradley et al., 1989; Drago et al.,
2020). Ukuran otak juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Hal ini terbukti oleh penelitian
yang dilakukan oleh Sing & Zingg pada tahun 1940 bahwa hewan peliharaan memiliki area korteks
yang lebih kecil 10 sampai 20 persen daripada hewan yang hidup di alam liar. Penelitian lainnya
yang dilakukan oleh Kamin pada tahun 1978, anak-anak angkat yang hidup dalam lingkungan
yang baik mengalami peningkatan IQ sampai 5 poin, sedangkan anak-anak angkat yang hidup dalam
lingkungan kurang baik tidak mengalami peningkatan taraf intelegensi dan kapasitas kognisi.
Selain dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan, tingkat kognitif atau taraf intelegensi
juga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, ras, budaya, dan asupan nutrisi (Monty
& Fidelis, 2003).

1.2.5 Pengertian Penuaan

Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail dengan
berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap
berbagai penyakit dan kematian. Pada lanjut usia, individu mengalami banyak perubahan baik secara
fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya. Penurunan tersebut mengenai berbagai sistem dalam tubuh seperti penurunan daya ingat,
kelemahan otot, pendengaran, penglihatan, perasaan dan tampilan fisik yang berubah serta berbagai
disfungsi biologis lainnya. (Robert et al., 2010)

Teori Proses Penuaan, Studi yang dilakukan Nies untuk mengidentifikasi pola makan dan pola hidup
yang mempengaruhi kehidupan yang sehat di usia tua, melibatkan 1091 laki-laki dan 1109 perempuan
usia 70-75 tahun. Hasilnya menunjukkan, pola hidup tidak sehat seperti kebiasaan merokok, diet tidak
sehat, aktivitas fisik rendah meningkatkan risiko kematian. Modifikasi gaya hidup seperti tidak
merokok, meningkatkan aktivitas fisik, dan pola hidup sehat merupakan salah satu strategi untuk
memiliki kualitas hidup yang tetap baik meski usia telah lanjut.

1.2.6 Perubahan Kognitif Pada Lansia


Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi berkurangnya kemampuan meningkatkan fungsi
intelektual, berkurangnya efisiensi transmisi saraf di otak (menyebabkan proses informasi melambat
dan banyak informasi hilang selama transmisi), berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi
baru dan mengambil informasi dari memori, serta kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik
dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi. (Marquez et al., 2009)

Beberapa penelitian mengenai penuaan yang sesuai usia, didapatkan bahwa kemampuan intelektual
mulai menurun pada usia 80 tahun. Pada penelitian jangka panjang, IQ verbal menurun kurang lebih 5
% pada usia 70 tahun dan 10 % pada usia 80 tahun. Tetapi ada yang mencapai usia 90 tahun fungsi
kognitifnya relatif stabil. Penampilan fungsi kognitif yang baik, harus didukung pula oleh atensi atau
konsentrasi yang baik. Atensi yang terganggu akan mempunyai dampak terhadap fungsi kognitif lain
seperti memori, bahasa dan fungsi eksekutif. Pada penelitian terhadap proses menua yang normal,
penurunan fungsi atensi mulai usia 20 tahun. Sebaliknya, kemampuan memori pada usia 75 tahun
menurun 25 % dibanding usia 20 tahun. Gangguan utama fungsi memori pada proses menua
berhubungan dengan pemindahan informasi dari penyimpanan sementara pada tempat penyimpanan
permanen di otak yang berkaitan dengan memori baru (Wiener and Tilly, 2002; Pickholtz
and Malamut, 2008).

Masalah-masalah yang sering terjadi pada usia lanjut yaitu, forgetfulness (mudah lupa), tidak merasa
cerdas, sukar belajar, susah berkomunikasi dan berhubungan. Mudah lupa merupakan fenomena yang
paling sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari pada usia lanjut. Menurut penelitian, kemampuan
kognitif umum seorang usia lanjut normal tidak menurun sampai usia 90 tahun. Sedangkan
forgetfulness terjadi mulai usia pertengahan. Cummings dan Benson (1992) memperkirakan 39 % orang
berusia 50-59 tahun mengalami forgetfulness. Pada usia lebih dari 80 tahun forgetfulness frekuensinya
meningkat menjadi 85 %. Hal ini terjadi berhubungan dengan proses menua sel-sel otak yang bekerja
untuk fungsi mengingat (memori). Memori yang menurun adalah kemampuan menyebut nama benda
(naming) dan kecepatan mencari kembali informasi yang tersimpan maupun mempelajari hal-hal baru.
Kemampuan kognitif lainnya seperti daya pikir, abstraksi, kemampuan berbahasa, kemampuan
visuopasial tidak menurun dengan penambahan usia. Lupa normal yang masih sesuai dengan
penambahan usia adalah jika terjadinya hanya sesekali, hanya sebagian peristiwa saja yang terlupa
(tidak seluruhnya), ada perlambatan dalam mengingat namun masih sanggup mengingat jika diberikan
catatan bantuan. Dari segi fungsional biasanya individu masih mandiri dan aktif. (Tucker et al., 2006)

Menurunnya kemampuan kognitif lansia diperlihatkan dengan penurunan dalam kemampuan kognitif
seperti abstraksi, kalkulasi, kelancaran bicara, kemampuan verbal dan orientasi. Penurunan kemampuan
kognitif dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya motivasi, harapan, kepribadian, pola belajar,
kemampuan intelektual, tingkat pendidikan, latar belakang sosiokultural dan status kesehatan.
Penurunan kemampuan kognitif sering kali dianggap sebagai masalah biasa dan merupakan hal yang
wajar terjadi pada mereka yang berusia lanjut. Padahal, menurunnya kemampuan kognitif ditandai
dengan banyak lupa merupakan salah satu gejala awal kepikunan. (Wiener and Tilly, 2002)

Anda mungkin juga menyukai