Makalah Kedudukan Alam Semesta
Makalah Kedudukan Alam Semesta
Makalah Kedudukan Alam Semesta
Disusun Oleh:
FAKULTAS TARBIYAH
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadiran-nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembutan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan segala kekurangan dalam makalah ini saya menerima segala saran dan
kritikan pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penulis
ii
Daftar Isi
Judul .................................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... ii
Daftar Isi ......................................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 1
BAB II .............................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 2
A. kedudukan Alam Semesta dalam Prespektif Pendidikan Islam .......................................... 2
B. Kedudukan Manusia dalam Prespektif Pendidikan Islam ................................................... 4
C. Kedudukan Ilmu dalam Prespektif Pendidikan Islam .......................................................... 6
BAB III ............................................................................................................................................. 9
PENUTUP ........................................................................................................................................ 9
A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 9
Daftar Pustaka .............................................................................................................................. 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kedudukan manusia di alam semesta ada hubungannya dengan pendidikan islam yang
merupakan bagian yang amat penting, karena dengan uraian ini dapat diketahui dengan
jelas tentang potensi yang dimiliki manusia serta peranan yang harus dilakukannya dalam
alam semesta. Uraian ini selanjutnya dapat digunakansebagai dasar bagi perumusan tujuan
pendidikan. Selain itu, uraian ini juga penting dilakukan karena manusia dalam kegiatan
pendidikan merupakan subjekdan objek yang terlibat di dalamnya. Tanpa ada kejelasan
konsep tentang manusia ini, maka akan sulit ditentukan arah yang akan dituju dalam
pendidikan. Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya, bahwa manusia diciptakan untuk
menjadi khalifah di muka bumi ini. Tentu ini merupakan tugas dan tanggung jawab yang
sangat berat sekali, tapi di samping itu Allah juga membekali manusia dengan berbagai
potensi-potensi yang bisa dijadikan penunjang dalam menjalankan amanat tersebut. Untuk
lebih jelasnya tentangkedudukan manusia dalam alam semesta, maka akan di bahas dalam
makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Alam semesta yang diciptakan Allah SWT. Telah diteliti oleh ilmuan dari berbagai
belahan bumi ini. Sejak Morley dan Michelson pada tahun 1905, yang mendorong Einstein
melahirkan teori “Relativitasnya”. Demikian juga Gamow pada tahun 1952, yang
menurutnya suatu ketika seluruh alamini akan semakin mengecil volumenya akibat
ledaknya mendahsyat dari suatu titik dan mengembang sebagaimana diteliti oleh Hubble.
Ledakan dahsyat yang memancarkan radiasi sebagai akibat adanya kilatan dari ledakan
tersebut. Sebagai akibat dari ledakan itu, ekspansi dari radiasi berakibat alam semesta
mendingin yang mengubah radiasi menjadi gelombang mikro.
Al-Quran tidak secara khusus mengungkapkan alam semesta dengan tema “alam”dalam
bentuk tunggal, tapi menyebutnya dalam bentuk jamak, yaitu `alamin yang diungkapkan
sebanyak 73 kali dalam alqur`an. Menurut Muhammad Abduh, orang Arab sepakat
bahwa kata `alamin tidak digunakan untuk merujuk kepada segala sesuatu yang ada seperti
alam batu, dan alam tanah, akan tetapi, mereka memakai `alaminuntuk merujuk kepada
setiap makhluk tuhan yang berakal, atau mendekati sifat-sifat berakal, seperti alam
manusia, alam hewan, dan alam tumbuhan. Dengan ini, Sirajuddin Zar menawarkan bahwa
alqur`an, untuk merujuk alam dalam pengertian alam semesta (universe) itu, menggunakan
kataal-samawat wa al-ardb wa ma bainabuma,yang disebut alquran sebanyak 20 kali.
Kata ini mengacu kepada dua alam, dan alam non fisik atau alam gaib, seperti alam
malaikat, alam jin, dan alam ruh.1
Alam semesta ini diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia agar manusia dapat
menjalankan fungsi dan kedudukannya dimuka bumi. Alam raya yang diciptakan ini juga
1
Alim, A. S. D. (2019). Hakikat Manusia, Alam Semesta, dan Masyarakat dalam Konteks Pendidikan
Islam. Jurnal Penelitian Keislaman, 15(2), 144-160.
2
merupakan tanda keesaan sekaligus kebesaran Allah bagi orang-orang yang mau
memikirkannya.
Alam adalah laksana panggung buat manusia, sebuah ladang tempat menyemai benih,
tumbuh dan berkembang, serta menikmati hasilnya sebagai anugerah Allah. Dengan
demikian manusia harus menyadari bahwa:
1. Alam ini bukan milik manusia, melainkan milik Allah. segala sesuatu yang dimiliki
manusia di atas bumi bukanlah miliknya, tetapi sekedar “pinjaman” yang dipercayakan
kepadanya.
2. Alam tunduk kepada manusia, yaitu Allah menjadikan alam ini lebih rendah dari pada
manusia oleh karena itu alam ini dipersiapkan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya.
3. Dalam memanfaatkan dan menikmati alam, manusia diperintahkan untuk bertindak
sesuai aturan moral.
4. Islam menuntut manusia untuk menyelidiki dan memahami mekanisme dan pola-pola
kerja Tuhan dalam menciptakan alam ini.
Jadi dengan demikian, jelaslah bahwa alam adalah segala sesuatu yang meliputi langit
dan bumi kecuali Allah Swt, yang sengaja di desain sedemikian rupa agar manusia dapat
memanfaatkannya demi keberlangsungan hidup mereka. Alam ini bukan hanya untuk di
jaga dan di lestarikan tapi lebih dari sekedar itu, alam ini harus di tadabburi (diperhatikan
dengan cermat) karena banyak rahasia dan pelajaran yang akan kita peroleh setelah
mengungkap rahasianya, tentu cara untuk mengungkapnya adalah dengaan jalan ilmu
pengetahuan.
Dalam perspektif pendidikan Islam, alam semesta memiliki kedudukan yang sangat
penting. Islam mengajarkan bahwa alam semesta adalah ciptaan Allah SWT, dan segala
sesuatu di dalamnya memiliki tujuan dan hikmah yang mendalam. Oleh karena itu,
mempelajari alam semesta tidak hanya membantu kita memahami kebesaran dan
kekuasaan Allah, tetapi juga merupakan bentuk ibadah (ibadah fikriyah) yang dapat
membawa manusia lebih dekat kepada Sang Pencipta.
Dengan demikian, dalam perspektif pendidikan Islam, alam semesta bukan hanya
menjadi objek penelitian atau observasi ilmiah semata, tetapi juga merupakan sumber
inspirasi dan keajaiban yang memperdalam penghayatan akan keagungan Allah SWT serta
tanggung jawab manusia sebagai makhluk-Nya.2
Kedudukan manusia di alam ini yang sering diangkat oleh para pakar adalah sebagai
hamba yang harus beribadah kepada Allah swt. Hal ini biasanya didasarkan pada petunjuk
QS. al-Dzariyat/51:56, “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka
menyembah (ibadah) kepada-Ku.”
Manusia sebagai makhluk yang paling mulia diberi potensi untuk mengembangkan diri
dan kemanusiaannya. Potensi-potensi tersebut merupakan modal dasar bagi manusia dalam
menjalankan berbagai fungsi dan tanggung jawab kemunusiaannya. Agar potensi-potensi
itu menjadi aktual dalam kehidupan perlu dikembangkan dan digiring pada
penyempurnaan-penyempurnaan melalui upaya pendidikan, karena itu diperlukan
penciptaan arah bangun pendidikan yang menjadikan manusia layak untuk mengembang
misi Ilahi.
Beribadah berarti mencakup keseluruhan kegiatan manusia dalam hidup di dunia ini,
termasuk kegiatan duniawi sehari-hari, jika kegiatan itu dilakukan dengan sikap batin serta
niat pengabdian dan penghambaan diri kepada Tuhan, yakni sebagai tindakan bermoral
yakni untuk menempuh hidup dengan kesabaran penuh bahwa makna dan tujuan
keberadaan manusia ialah “perkenan” atau ridha Allah swt.
Manusia diberi status yang terhormat yaitu sebagai khalifah Allah di muka bumi,
lengkap dengan kerangka dan program kerjanya. Secara simbolis fungsi dan kerangka kerja
itu dinyatakan Allah pada proses penciptaan Adam as, sebagai mana difirmankan Allah swt
dalam Q.S Al- Baqarah/2:30, yang berarti, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi”. Ditambahkan pula pada Q.S. Huud/11:61), yang berarti,
2
Napitupulu, D. S. (2017). Esensi Alam Semesta Perspektif Filsafat Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan
Islam, 6(1).
4
“Dan sekaligus menugaskan manusia untuk memakmurkan bumi.” Untuk menjalankan
tugas-tugas yang dimaksudkan itu, agar dapat berjalan dengan lancar, Allah swt.,
memberikan seperangkat perlengkapan yang diperlukan manusia. Perlengkapan pertama
dan utama adalah berupa potensi tauhid (Q.S. Al-A’raf/7:172), yang berarti, “Dan
(ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam
keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman),
“Bukankah Aku ini Tuahnmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan Kami), kami
bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan,
“Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.” dengan sinyalemen selanjutnya
berupa penyempurnaan bentuk kejadian dan penghembusan ruh (Q.S. Al- Hijr/15:29),
berarti, “Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya, dan Aku telah
meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud. Pernyataan Allah swt ini menurut Langgulung dikutip oleh Al-Munawar (2005)
mengisyaratkan akan adanya sifat-sifat Tuhan (walaupun dalam kadar yang terbatas) pada
diri manusia.
Suatu pandangan yang sangat idealis mengenai hubungan antara manusia dengan alam
atau hubungan manusia dengan sesamanya, bukan merupakan hubungan antara penakluk
dan yang ditaklukkan, atau antara Tuan dengan hamba, tetapi hubungan kebersamaan
dalam ketundukkan kepada Allah swt. Karena, kalaupun manusia mampu mengelola
(menguasai), namun hal tersebut bukan akibat kekuatan yang dimilikinya, tetapi akibat
Tuhan menundukkannya untuk manusia. Melaksanakan amar Allah di bumi masuk dalam
tugas isti’mar (tugas memakmurkan bumi) sebagaimana diinformasikan dalam Q.S
Huud/11:61 yang berarti, “Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan
kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-
Nya.Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do’a hamba-
Nya).” Oleh karena itu, semakin baik interaksi manusia dengan manusia, dan interaksi
manusia dengan Tuhan, serta interaksinya dengan alam, pasti akan semakin banyak yang
dapat dimanfatkan dari alam raya ini. Karena ketika itu mereka semua akan saling
membantu dan bekerja sama dan Tuhan di atas mereka akan merestui.
Manusia memiliki daya-daya untuk melaksanakan fungsinya, baik sebagai ‘abdi
(mu’abbid), khalifah fi al-ardh, maupun immarah fi al-ardh. Sebagai Mu’abbid, manusia
dituntut tidak hanya semata-mata dalam konteks ibadah wajib seperti shalat, puasa, zakat,
dan lain sebagainya, tetapi juga segala sesuatu aktivitas yang bernilai baik dalam
kehidupannya yang dilakukan dengan tujuan pendekatan diri pada penciptanya, Tuhan.
5
Sebagi khalifah, manusia bertugas untuk menata dunia sedemikian rupa sehingga dapat
menjadikan manusia hidup sejahtera, damai, sentosa dan bahagia.3
Dalam perspektif Islam, ilmu memiliki kedudukan yang sangat mulia. Ayat al-Qur’an
dan hadits Rasulullah ` telah banyak menegaskannya. Ilmu juga merupakan salah satu term
yang telah menjadi diskursus dan banyak dijelaskan oleh para ulama dalam karya-karya
mereka. Hasan ibn ‘Aly al-Hijajy dalam karyanya al-Fikr al-Tarbawy „inda Ibn Rajab al-
Hanbaly (Pemikiran Pendidikan Ibn Rajab al-Hambali) menguraikan beberapa argumen
terkait pemikiran pendidikan seorang ulama salaf –Ibn Rajab al-Hambali (736-795 H) yang
menjelaskan tentang ilmu dan kedudukannya di dalam Islam, di antaranya; Pertama, ayat
yang pertama kali Allah turunkan adalah tentang ilmu, yaitu QS. al-‘Alaq; 1-5.
Surat Al-'Alaq ayat 1-5 adalah bagian awal dari Al-Quran yang turun kepada Nabi
Muhammad SAW. Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang pentingnya mencari
pengetahuan dan ilmu, serta anjuran untuk membaca dan menulis.
1. Ayat 1: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan." Ayat ini
menekankan pentingnya membaca dengan menyebut nama Tuhan yang
3
Nuryamin, N. (2017). Kedudukan Manusia di Dunia (Perspektif Filsafat Pendidikan Islam). Al-TA'DIB:
Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, 10(1), 127-144.
6
menciptakan, menegaskan bahwa penciptaan ilmu dan pengetahuan adalah sebuah
tindakan yang didasari keimanan kepada Allah.
2. Ayat 2-3: "Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) melalui pena dan
tulisan." Ayat ini menegaskan bahwa manusia diciptakan dari segumpal darah, lalu
diperintahkan untuk membaca. Allah adalah Yang Maha Pemurah, yang
mengajarkan manusia melalui pena dan tulisan, sehingga menekankan pentingnya
ilmu dan pengetahuan yang didapat melalui proses belajar, membaca, dan menulis.
3. Ayat 4-5: "Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." Ayat ini
menegaskan bahwa Allah mengajarkan manusia apa yang tidak mereka ketahui
sebelumnya, sehingga menunjukkan bahwa pencarian ilmu adalah suatu kewajiban
bagi manusia dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka.
Secara keseluruhan, surat Al-'Alaq ayat 1-5 menekankan pentingnya ilmu dan
pengetahuan dalam kehidupan manusia, serta anjuran untuk membaca, menulis, dan terus-
menerus belajar dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
Ilmu adalah komponen terpenting yang harus dimiliki setiap manusia. Tak ada satu pun
peran dan fungsi yang dapat dilakukan oleh seseorang tanpa bekal ilmu. Demikian pula
halnya dalam dunia pendidikan, bekal kompetensi berupa ilmu adalah hal mendasar yang
harus dimiliki oleh seorang pendidik.
Islam sangat memuliakan ilmu dan orang-orang yang berilmu. Bekal kompetensi
keilmuan yang dimiliki oleh seseorang menjadikannya lebih mulia dari orang lain yang
hanya bersandar kepada kepemilikan harta maupun nasab kebangsawanan yang terwarisi.
keilmuan yang ada pada seseorang menjadikannya lebih layak dan pantas untuk
diprioritaskan, diangkat atau diserahkan mengemban sebuah amanah, baik jabatan,
pekerjaan, maupun dalam urusan kepemimpinan.
Fungsi dan peran yang optimal hanya dapat diraih ketika seseorang memiliki bekal
kompetensi yang berlandaskan keilmuan. Jika tidak, maka tidak ada fungsi dan peran yang
dapat diraih dan berdayaguna. Semua profesi dan segala bentuk pekerjaan hanya dapat
menghasilkan produk yang berkualitas jika pelakunya memiliki bekal ilmu. Semakin tinggi
bobot keilmuannya, maka semakin berkualitas produk yang dihasilkan. Demikian pula
sebaliknya.
Dalam perspektif pendidikan Islam, ilmu memiliki kedudukan yang sangat penting.
Islam mendorong umatnya untuk mencari ilmu dan memperluas pengetahuan dalam segala
aspek kehidupan, baik yang bersifat agama maupun dunia. Ilmu dalam pendidikan Islam
7
dianggap sebagai wahyu kedua setelah Al-Quran, karena dengan ilmu manusia dapat
memahami dan mengimplementasikan ajaran agama dengan lebih baik, serta
mengembangkan potensi diri untuk kemajuan umat dan peradaban. Oleh karena itu,
pendidikan Islam selalu menekankan pentingnya belajar dan berusaha dalam mencapai
pengetahuan yang lebih luas untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencapai tujuan akhir,
yaitu ketaqwaan kepada Allah.
Seorang yang berilmu harus merealisasikan bentuk adab yang baik kepada Allah.
Kesadaran bahwa semua ilmu yang dimiliki adalah karunia dari-Nya akan mendorongnya
mengaplikasikan bentuk al-istislam (penerimaan) atas syariahNya, dan menghindarkannya
dari bentuk kesombongan.4
4
Maulida, A. (2017). Kedudukan Ilmu, Adab Ilmuwan dan Kompetensi Keilmuan Pendidik (Studi Tafsir
Ayat-Ayat Pendidikan). Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 6(11), 11.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
9
3. Kedudukan Ilmu dalam Prespektif Pendidikan Islam
Dalam perspektif Islam, ilmu memiliki kedudukan yang sangat mulia. Ayat al-
Qur’an dan hadits Rasulullah ` telah banyak menegaskannya. Ilmu juga merupakan
salah satu term yang telah menjadi diskursus dan banyak dijelaskan oleh para ulama
dalam karya-karya mereka. Surat Al-'Alaq ayat 1-5 adalah bagian awal dari Al-Quran
yang turun kepada Nabi Muhammad SAW. Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang
pentingnya mencari pengetahuan dan ilmu, serta anjuran untuk membaca dan menulis,
dan terus-menerus belajar dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
Islam sangat memuliakan ilmu dan orang-orang yang berilmu. Dalam perspektif
pendidikan Islam, ilmu memiliki kedudukan yang sangat penting. Islam mendorong
umatnya untuk mencari ilmu dan memperluas pengetahuan dalam segala aspek
kehidupan, baik yang bersifat agama maupun dunia. Oleh karena itu, pendidikan Islam
selalu menekankan pentingnya belajar dan berusaha dalam mencapai pengetahuan yang
lebih luas untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencapai tujuan akhir, yaitu
ketaqwaan kepada Allah.
10
Daftar Pustaka
Alim, A. S. D. (2019). Hakikat Manusia, Alam Semesta, dan Masyarakat dalam Konteks
Pendidikan Islam. Jurnal Penelitian Keislaman, 15(2), 144-160.
Maulida, A. (2017). Kedudukan Ilmu, Adab Ilmuwan dan Kompetensi Keilmuan Pendidik
(Studi Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan). Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 6(11),
11.
Napitupulu, D. S. (2017). Esensi Alam Semesta Perspektif Filsafat Pendidikan Islam. Jurnal
Pendidikan Islam, 6(1).
11