Makalah Kelompok 3 - Pengetahuan Lingkungan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 36

PENGETAHUAN LINGKUNGAN

POLUSI DAN PERUBAHAN IKLIM

Dosen Pengampu: Drs. H. M. Yamin, M. Si

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3
1. Baiq Fadilla Yuliana (E1A021026)
2. Maulinda Sahruni (E1A021041)
3. Muhamad Yazid Mizanul (E1A021043)
Ilmi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul
“Polusi dan Perubahan Iklim” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Semoga syafaatnya
mengalir kepada kita kelak.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Pengetahuan Lingkungan. Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Drs. H. M.
Yamin, M. Si. selaku dosen pengampu pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan yang telah
memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung serta membantu
penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca untuk memperdalam ilmu tentang polusi dan
perubahan iklim.

Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersikap
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik dan penulis akan terbuka
terhadap saran dan masukan dari semua pihak, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Mataram, 15 Maret 2024

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. Polusi...............................................................................................................................2
1. Pengertian Polusi.........................................................................................................2
2. Permasalahan Lingkungan...........................................................................................2
3. Sumber-Sumber Permasalahan Lingkungan.............................................................10
4. Dampak Permasalahan Lingkungan..........................................................................15
5. Upaya Pencegahan Polusi..........................................................................................18
B. Perubahan Iklim............................................................................................................21
1. Definisi Peubahan Iklim............................................................................................21
2. Penyebab Perubahan Iklim........................................................................................21
3. Kaitan Pemanasan Global dan Perubahan Iklim.......................................................24
4. Dampak Perubahan Iklim Secara Umum..................................................................24
5. Dampak perubahan iklim dalam sektor kelautan......................................................26
6. Dampak perubahan iklim dalam sektor pertanian.....................................................27
7. Dampak Perubahan Iklim dalam Sektor Kesehatan..................................................28
8. Dampak Perubahan Iklim dalam Sektor Ekosistem..................................................28
9. Dampak Perubahan Iklim pada Negara Berkembang...............................................29
10. Gejala Perubahan Iklim.........................................................................................30
11. Solusi untuk mengatasi perubahan iklim...............................................................30
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencemaran dan kerusakan lingkungan di Indonesia telah terjadi di berbagai
tempat. Dari tahun ke tahun akumulasinya selalu bertambah dan cenderung tidak
dapat terkendali, seperti kerusakan dan kebakaran hutan, banjir pada waktu musim
penghujan, dan kekeringan pada waktu musim kemarau (Absori, 2005). Hal tersebut
mencerminkan semakin rusaknya lingkungan hidup. Pencemaran lingkungan
merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kualitas kehidupan makhluk di
sekitarnya sehingga masalah pencemaran lingkungan ini menjadi salah satu hal yang
paling krusial. Banyak pencemaran yang kita temui marak dalam kehidupan sehari-
hari seperti pencemaran udara, air, dan tanah. Semua pencemaran tersebut terjadi
karena beberapa faktor. penyebab dari pencemaran itu, misalnya dari proses alam,
manusia, dan faktor lainnya.
Saat ini, kegiatan pencemaran sudah mulai sulit dikendalikan utamanya
setelah adanya revolusi perindustrian. Revolusi perindustrian mengakibatkan banyak
sekali pabrik yang dibangun dan menyebabkan berbagai macam pencemaran atau
polusi. Pencemaran lingkungan dapat terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup
mengalami perubahan sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun fungsinya
terganggu. Ketidakseimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi karena proses
alam atau juga karena perbuatan manusia. Pada zaman modern ini, banyak kegiatan
dan aktivitas manusia dilakukan untuk memenuhi berbagai aspek kebutuhan manusia
sehingga berdampak negatif pada lingkungan sekitarnya, hal ini bisa dikatakan
sebagai pencemaran lingkungan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan polusi dan perubahan iklim?
2. Apa dampak dari polusi dan perubahan iklim?
3. Bagaimana solusi untuk mengatasi polusi dan perubahan iklim?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu polusi dan perubahan iklim.
2. Untuk mengetahui dampak dari polusi da perubahan iklim.
3. Untuk mengetahui solusi untuk mengatasi polusi dan perubahan iklim.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Polusi
1. Pengertian Polusi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai kotoran
atau pencemaran. Pencemaran yang dimaksud dapat terjadi di air, udara dan
tempat lain. Dilihat dari definisi KBBI, pencemaran lingkungan dapat juga
disebut polusi.
Pencemaran atau polusi diartikan sebagai masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, dan
atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam
sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu menyebabkan
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya (UU RI No. 4 tahun 1982).
Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari
bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari
kondisi asal pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan
dari bahan-bahan pencemar atau polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya
mempunyai sifat racun (toksik) yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas
atau daya racun dari polutan itulah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya
pencemaran (Palar, 2004).
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh
berbagai aktivitas industri dan manusia, diperlukan pengendalian terhadap
pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu
lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar
terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk
hidup, tumbuhan atau benda lainnya (Sumampouw, 2015).

2. Permasalahan Lingkungan
a. Pencemaran Udara
Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang
perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan
udara dan lingkungan sekitarnya (Sugiarti, 2009). Udara merupakan suatu

2
campuran gas yang terdapat dalam lapisan yang mengelilingi bumi.
Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Komponen yang
konsentrasinya paling bervariasi adalah air dalam bentuk uap H2O dan
karbon dioksida (CO2) (Fardiaz, 1992).
Udara normal mengandung sebanyak 78,1% nitrogen, 20,93%
oksigen dan 0,03% karbon dioksida. Udara juga mengandung berbagai
macam gas, seperti gas argon, neon, kripton, xenon, helium, uap air, debu,
bakteri, spora, dan sisa tumbuh-tumbuhan (Chandra, 2007).
Polusi atau pencemaran udara adalah dimasukkannya komponen lain
ke dalam udara, baik oleh kegiatan manusia secara langsung atau tidak
langsung maupun akibat proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai
ke tingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya. Setiap substansi yang bukan
merupakan bagian dari komposisi udara normal disebut polutan (Chandra,
2007).
Pencemaran udara disebabkan oleh berbagai macam zat kimia, baik
berdampak langsung maupun tidak langsung yang semakin lama akan
semakin mengganggu kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan serta
lingkungan. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alam
ataupun kegiatan manusia. Kualitas udara sangat dipengaruhi oleh besar dan
jenis sumber pencemar yang ada seperti dari kegiatan industri, kegiatan

transportasi dan lain-lain.

3
Masing-masing sumber pencemar yang berbeda-beda baik jumlah, jenis, dan
pengaruhnya bagi kehidupan. Pencemar udara yang terjadi sangat ditentukan
oleh kualitas bahan bakar yang digunakan, teknologi serta pengawasan yang
dilakukan.
Penyebab pencemaran udara dari faktor alam adalah aktifitas
gunung berapi yang engeluarkan abu dan gas vulkanik, kebakaran hutan, dan
kegiatan mikroorganisme dan polutan yang dihasilkan biasanya berupa asap,
debu dan gas. Penyebab polusi udara yang kedua adalah faktor manusia
dengan segala aktifitasnya, berbegaia kegiatan manusia yang dapat
menghasilkan polutan antara lain ; pembakaran (pembakaran sampah,
kendaraan bermotor, dan kegiatan industri), proses peleburan (proses
peleburan baja, pembuatan soda, semen, keramik,aspal) dan polutan yang
dihasilkan meliputi debu, uap dan gas, pertambangan dan penggalian
(polutan yang dihasilkan terutama adalah debu), proses pengolahan dan
pemanasan (proses pengolahan makanan, daging, ikan, dan penyamakan) dan
polutan yang dihasilkan meliputi asap, debu, dan bau, pembuangan limbah,
proses kimia, proses pembangunan, dan proses pembangunan atom dan
nuklir.
Faktor alami penyebab terjadinya pencemaran udara terbesar adalah
kebakaran hutan dan letusan gunung api, meskipun demikian menurut
penellitian seluruh gunung api didunia hanya mengeluarkan 0,13 hingga 0,44
milliar ton CO2 per tahunnya. Jumlah ini ternyata tidak sebanding dengan
emisi karbon dioksida yang dihasilkan oleh manusia melalui pabrik-pabrik
dan kendaraan bermotor.
Polusi udara telah menjadi salah satu isu lingkungan yang
mendesak di seluruh dunia. Peningkatan aktivitas industri, transportasi, dan
penggunaan energi fosil telah menyebabkan emisi gas beracun dan partikel
ke udara, yang berdampak buruk bagi kualitas udara yang kita hirup setiap
hari. Polusi udara tidak hanya mempengaruhi lingkungan, tetapi juga
memiliki dampak serius terhadap kesehatan manusia (Aryanta dan Maharani,
2023 : 48).
b. Pencemaran Air
Air memiliki struktur molekul yang sangat sederhana, hanya terdiri
atas unsur H dan O namun memiliki peran yang sangat vital bagi kehidupan
4
dan keberlangsungannya di bumi ini. Kehidupan sangat tergantung pada
keberadaan air, tidak ada kehidupan di bumi tanpa adanya air. Fungsi utama
air bagi kehidupan yang tidak dapat digantikan adalah mutlak diperlukan
dalam proses fotosintesis, pendistribusian nutrien dan pengontrol suhu tubuh.
Keberadaan air bagi kehidupan di bumi ditentukan oleh siklus air. Di dalam
siklus air volume total air di bumi sesungguhnya tetap, namun distribusinya
mengalami perubahan-perubahan seiring dengan gangguan terhadap siklus
air. Air merupakan komponen utama penyusun makhluk hidup, hampir 98%
tubuh suatu makhluk hidup, tersusun oleh air (Farhan, Lauren, dan Fuzain.
2023 : 1095-1103.
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat
penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas
manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam
siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus
hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia.
Kemanfaatan terbesar danau, sungi, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi
pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan
air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata (Efrianti,
2012).
Dalam PP No 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air,
pencemaran air di definisikan sebagai: “Pencemaran air adalah masuknya
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke
dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas dari air tersebut turun
hingga batas tertentu yang menyebabkan air tidak berguna lagi sesuai dengan
peruntukannya. (Pasal 1, angka 2).
Air dikatakan tercemar jika tidak dapat digunakan sesuai dengan
fungsinya. Pencemaran air dapat terjadi karena alam seperti banjir, dll, selain
itu pencemaran air juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia seperti
limbah industri, perumahan, pertanian, rumah tangga, dan penangkapan ikan
dengan menggunakan racun.
Polutan industri antara lain polutan organik (limbah cair), polutan
anorganik (padatan, logam berat), sisa bahan bakar, tumpahan minyak tanah
dan oli merupakan sumber utama pencemaran air, terutama air tanah. Selain
5
itu, penggundulan hutan yang dilakukan untuk pembukaan lahan pertanian,
perumahan dan konstruksi bangunan lainnya dapat juga mengakibatkan

pencemaran air tanah (Efrianti, 2012; Bahtiar, 2007).


Limbah rumah tangga seperti sampah organik (sisa-sisa makanan),
sampah anorganik antara lain plastik, gelas, kaleng serta bahan-bahan kimia,
misalnya detergen, batu baterai dapat juga berperan pada pencemaran air, baik
air di permukaan maupun air tanah. Polutan dalam air mencakup unsur-unsur
kimia, bakteri patogen dan sesuatu yang diakibatkan dari perubahan sifat
fisika dan kimia dari air. Banyak unsur-unsur kimia merupakan racun yang
mencemari air.
Bakteri patogen mengakibatkan pencemaran air yang menimbulkan
penyakit pada manusia dan hewan. Adapun sifat fisika dan kimia air meliputi
derajat keasaman, konduktivitas listrik, suhu dan fertilisasi permukaan air. Di
negara-negara berkembang, seperti Indonesia, pencemaran air (air permukaan
dan air tanah) merupakan penyebab utama gangguan kesehatan manusia
(Efrianti, 2012).
c. Pencemaran Tanah
Tanah merupakan bagian penting dari lingkungan dan sangat
menunjang untuk kehidupan makhluk hidup. Tanah juga mengontrol air dan
zat kimia antara atmosfer dan bumi serta bertindak sebagai sumber
penyimpan gas seperti oksigen dan karbon dioksida di atmosfer. Tanah tidak
hanya mencerminkan proses alam, tetapi juga merekam aktivitas manusia
baik saat ini maupun masa lalu (Mishra et al. 2016).
Polusi tanah adalah penurunan produktivitas tanah karena adanya
polutan tanah (Ranieri et al. 2016). Polusi tanah dapat menyebabkan
kerusakan jangka panjang atau jangka pendek dengan menurunnya
pertumbuhan tanaman atau hewan, dapat mengganggu kesehatan lingkungan
yang berdampak pada kesehatan

6
manusia (Jurewicz et al. 2010; Havugimana et al. 2017).

Aktivitas manusia seperti proses industri, pertambangan, limbah


rumah tangga, obat-obatan manusia dan hewan merupakan penyumbang
kontaminan terbanyak di tanah. Beberapa penelitian telah dilakukan
mengenai logam berat dan bahan kimia organik sintetis sebagai kontaminan
utama. Tanah juga mengandung sejumlah besar kontaminan biologis seperti
patogen, parasit yang berdampak terhadap kesehatan manusia (Burgess
2013). Kegiatan yang menyebabkan polusi tanah jika dilakukan terus-
menerus tanpa adanya tindakan pencegahan atau remediasi akan berdampak
terhadap lingkungan ataupun kesehatan tanah itu sendiri. Kesehatan tanah
merupakan kunci fungsi ekosistem untuk mempertahankan aktivitas biologis,
meningkatkan kualitas udara dan lingkungan air serta menjaga kesehatan
tanaman, hewan dan manusia (Karlen et al. 2003). Untuk menjaga kesuburan
dan produtivitas tanah dalam menunjang kehidupan makhluk hidup,
diperlukan tindakan pencegahan. Dengan demikian dapat meminimalisir
pencemaran lingkungan dan dapat meningkatkan kesehatan manusia.
d. Erosi
Erosi adalah penggerusan lapisan tanah bagian atas atau top soil yang
disebabkan oleh air dan angin. (Nurpilihan, 2000). Top soil atau lapisan
bagian atas tanah merupakan media tumbuh tanaman yang amat subur ; tebal
lapisan top soil ini sangat bervariasi, namun di daerah pertanian tebal top soil
berkisar 30 sampai 50 sentimeter . Bila top soil terus menerus tergerus oleh
proses erosi maka di permukaan tanah akan timbul sub soil. Lapisan tanah
sub soil ini tidak dapat mendukung pertumbuhan tanaman sehingga pada
gilirannya akan menurunkan produktivitas lahan dan produksi tanaman.

7
Mekanisme terjadinya erosi oleh Schwab (1999) diidentifikasikan
menjadi tiga tahap yaitu: (i) detachment (penghancuran tanah dari agregat
tanah menjadi partikel-partikel tanah); (ii) transportation (pengangkutan
partikel tanah oleh limpasan hujan atau run off dan (iii) sedimentation
(sedimen/pengendapan tanah tererosi); tanah-tanah tererosi akan terendapkan
pada cekungan-cekungan atau pada daerah-daerah bagian bawah. Cekungan-
cekungan yang menampung partikel-partikel tanah akibat top soil yang
tergerus akan menjadi area pertanian yang subur.
Erosi ditinjau dari jenisnya dibagi menjadi empat yaitu:
a) Erosi lembar (sheet erosion)
b) Erosi alur (reel erosion)
c) Erosi parit (gully erosion)
d) Erosi tebing sungai(streambank erosion)
Dilihat dari kejadiannya maka erosi dapat dibagi menjadi dua macam
yaitu:
a) Natural erosion atau erosi secara alami; yaitu macam erosi yang terjadi
secara alami tanpa campur tangan manusia, dan
b) Accelerate erosion atau erosi yang dipercepat; yaitu erosi yang terjadi
karena ulah manusia yang tidak mengikuti kaidah-kaidah konservasi
tanah dan air. Tindakan manusia ini sangat memacu percepatan erosi;
misalnya penebangan hutan yang semena-mena tanpa mengindahkan
kaidah konservasi tanah dan air, menanam tanaman budidaya searah
lereng bukan memotong lereng.
Selain bentuk dan jenis-jenis erosi di atas maka Schwab (1999)
menyatakan bahwa ada satu lagi jenis erosi yang disebut erosi percikan
(splash erosion); yaitu terjadinya percikan tanah akibat dari jatuhnya butiran
hujan dan memercikkan partikel tanah kesamping kiri dan samping kanan
lahan.

8
e. Banjir
Bencana banjir besar yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia
dalam beberapa tahun belakangan, diakibatkan oleh perubahan iklim global.
Perubahan iklim, yang dibawa oleh pemanasan global, telah menyebabkan
peningkatan frekuensi dan intensitas bencana alam seperti banjir, longsor,
dan kebakaran hutan. Fenomena La-Nina, yang mempengaruhi pola cuaca
dan curah hujan, juga telah meningkatkan risiko banjir dan banjir bandang di
Indonesia. Perubahan iklim global juga mendorong peningkatan permukaan
air laut akibat mencairnya lapisan es di kutub utara dan selatan. Dalam satu
tahun, terjadi peningkatan air laut hingga 10-25 cm. Jika pemanasan global
tidak ditekan, maka air laut akan terus meninggi. Pemanasan global
kemungkinan besar juga berdampak pada kenaikan curah hujan.
f. Sampah
Sektor limbah terutama sampah memberikan kontribusi besar terhadap
emisi gas rumah kaca dalam bentuk emisi metana (CH4) dan karbondioksida
(CO2). Dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk Indonesia yang besar,
serta pola konsumsi masyarakat seperti sekarang ini, akan menyebabkan
jumlah timbulan sampah dan limbah domestik semakin meningkat dari waktu
ke waktu. Pola konsumsi masyarakat juga akan mempengaruhi komposisi
material kandungan sampah dan limbahnya, antara lain kandungan material
yang sulit diurai secara alami, dan kandungan material yang membahayakan
kesehatan manusia dan lingkungan.
g. Kesehatan
Polusi dan perubahan iklim dapat mempengaruhi kesehatan manusia
dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung yaitu
mempengaruhi kesehatan manusia secara langsung berupa paparan langsung
dari perubahan pola cuaca (temperatur, curah hujan, kenaikan muka air laut,
dan peningkatan frekuensi cuaca ekstrim). Kejadian cuaca ektrim dapat
mengancam kesehatan manusia bahkan kematian. Selain itu mempengaruhi
kesehatan manusia secara tidak langsung. Dampak kesehatan akibat
perubahan iklim di antaranya dapat menimbukan polusi udara yang
berpengaruh terhadap kesehatan (air pollution), penyakit yang berhubungan
dengan air dan makanan (water and food borne diseases), penyakit yang

9
berhubungan dengan fektor (vektor borne diseases), malnutrisi, gangguan
mental, heat stress.
h. Sumber Daya Manusia (SDM)
Kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia merupakan kerusakan
lingkungan hidup yang disebabkan oleh perilaku manusia terhadap
lingkungan sekitarnya seperti pencemaran lingkungan, terjadinya banjir
sebagai dampak buruk dari perilaku membuang sampah sembarangan, tanah
longsor akibat penebangan hutan sembarangan, dan lain sebagainya.

3. Sumber-Sumber Permasalahan Lingkungan


a. Pencemarann Udara
Pencemaran udara yang terjadi di lingkungan kita ini disebabkan faktor
alami dan faktor non-alami, seperti :
1) Residu yang dihasilkan dari pembakaran mesin kapal Penyebab
terjadinya pencemaran udara dari kapal dapat dijelaskan dengan:
 Gas buang mesin utama kapal akibat pembakaran tidak sempurna di
ruang bakar melepaskan CO2 dan CO ke udara.
 Menggunakan bahan bakar motor dengan bahan bakar sulfur yang
tinggi sehingga energinya berupa sulfur dioksida.
 Gas buang yang dihasilkan dari pembakaran sampah di insinerator
menghasilkan karbon dioksida dan asap di udara.
 Bahan bakar gas dari pembakar ketel.
 Chloro Fluro Carbon Kloro (CFC) akibat kebocoran pada mesin
pendingin, lemari es, dan AC.
2) Kegiatan industri: Kegiatan industri tidak jauh dari pencemaran udara,
dengan adanya cerobong asap berukuran besar yang fungsinya
mengeluarkan asap hitam bila dibakar, sehingga asap tersebut naik ke
atmosfer dan menimbulkan hujan asam yang berbahaya bagi makhluk
hidup.
3) Erupsi vulkanik: Salah satu bentuk pencemaran udara yang disebabkan
oleh faktor alam adalah letusan gunung berapi yang mengakibatkan
keluarnyawan panas material dan abu vulkanik yang dapat mencemari
udara dan berbahaya jika terhirup oleh makhluk hidup. Kandungan
logam timbal, besi, dan seng dapat merusak paru-paru dan menyebabkan

10
iritasi mata. Letusan gunung berapi yang sangat kuat dapat
mempengaruhi iklim global.
4) Penggunaan amonia : Amonia adalah senyawa kimia yang mengandung
NH3, yaitu gas tidak berwarna dengan bau khas yang menyengat.
Amonia digunakan dibanyak industri, termasuk sebagai bahan kimia
utama dalam produksi pupuk, produk pembersih, sistem pendingin
pendingin, dan laboratorium kimia. Penggunaan amonia di bidang
pertanian dan kegiatan lainnya dapat menimbulkan pencemaran udara
jika digunakan secara berlebihan dan penyakit pernafasan seperti
bronkitis dan penyakit paru-paru jika terhirup dalam jumlah banyak.
5) Kebakaran hutan : Kebakaran hutan juga menjadi salah satu faktor
penyebab pencemaran udara karena pembakaran kayu menghasilkan
asap tebal yang mengandung karbon dioksida.

Menurut Fadila (2021), jenis polutan di udara yang menjadi penyebab


pencemaran adalah:

1) Particulate matter (PM). Ini merupakan kumpulan patikulat padat atau


cair. Komponen utama dari PM adalah sulfat, nitrat, amonia, natrium
klorida, karbon hitam, mineral debu dan air. Partikulat ini umumnya
berasal dari emisi kendaraan dan industri, asap rokok, dan asap dari
kebakaran hutan.
2) Ozone (O3). Ini merupakan polutan berbahaya yang ada dipermukaan
tanah sebagai penyusun utama kabut asap yang terbentuk dari reaksi
terhadap sinar matahari bersama-sama dengan nitrogen oksida (NOx)
dan volatile organic compounds (VOC) dari asap kendaraan, bahan
kimia dan limbah industri.
3) Nitrogen dioksida. Nitrogen dioksida adalah sumber utama dari aerosol
nitrat yang membentuk particulate matter berukuran kecil (PM 2,5) dan
ozone jika ada sinar ultraviolet dari matahari. Sumber utama emisi
nitrogen dioksida berasal dari proses pembakaan, seperti pemanas,
pembangkit listrik, mesin kendaraan, dan kapal laut.
4) Sufur dioksida (SO2). Sulfur dioksida adalah gas tidak berwarna dengan
bau khas yang tajam. Partikel penyebab pencemaran udara ini dihasilkan
dari pembakaran bahan bakar fosil danpeleburan bijih mineral yang

11
mengandung belerang yang bersumber dari pemanas rumah tangga,
pembangkit listrik, atau kendaraan bermotor.
5) Karbon monoksida (CO). Karbon monoksida merupakan salah satu gas
penyebab polusi udara yang tidak berwarna dan tidak berbau, tetapi bisa
berbahaya bagi kesehatan, jika dihirup dalam jumlah banyak.
Selain itu, udara juga dapat menyebarkan mikroba patogen seperti
Mycobacterium tuberculosa yang menyebabkan penyakit Tuberculosis,
Diplococcus pneumoniae yang menyebabkan penyakit Pneumonia, virus
morbilli dan virus influenza yang masing-masing menyebabkan penyakit
morbilli dan influenza (Slamet, 2000).
b. Pencemaran Air
Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat
dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak
langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA
sampah, rumah tangga dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah
kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau atmosfir
berupa hujan. Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal dari industri,
rumah tangga (pemukiman) dan pertanian. Tanah dan air tanah mengandung
sisa dari aktivitas pertanian misalnya pupuk dan pestisida. Kontaminan dari
atmosfir juga berasal dari aktifitas manusia yaitu pencemaran udara yang
menghasilkan hujan asam.
komponen pencemaran air turut menentukan bagaimana indikator
tersebut terjadi. Menurut Wardhana (1995), komponen pencemaran air yang
berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman) dan pertania dapat
dikelompokkan sebagai bahan buangan:
a) Bahan buangan padat
b) Bahan buangan organic dan olahan bahan makanan
c) Bahan buangan anorganik
d) Bahan buangan cairan berminyak
e) Bahan buangan berupa panas (polusi thermal)
f) Bahan buangan zat kimia
c. Pencemaran Tanah
Sumber pencemar tanah, karena pencemaran tanah tidak jauh beda
atau bisa dikatakan mempunyai hubungan erat dengan pencemaran udara dan
12
pencemaran air, maka sumber pencemar udara dan sumber pencemar air pada
umumnya juga merupakan sumber pencemar tanah. Sebagai contoh gas-gas
oksida karbon, oksida nitrogen, oksida belerang yang menjadi bahan
pencemar udara yang larut dalam air hujan dan turun ke tanah dapat
menyebabkan terjadinya hujan asam sehingga menimbulkan terjadinya
pencemaran pada tanah.
Air permukaan tanah yang mengandung bahan pencemar misalnya
tercemari zat radioaktif, logam berat dalam limbah industri, sampah rumah
tangga, limbah rumah sakit, sisa-sisa pupuk dan pestisida dari daerah
pertanian, limbah deterjen, akhirnya juga dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran pada tanah daerah tempat air permukaan ataupun tanah daerah
yang dilalui air permukaan tanah yang tercemar tersebut. Sumber bahan
pencemar tanah dapat dikelompokkan juga menjadi sumber pencemar yang
berasal dari, sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah rumah sakit,
gunung berapi yang meletus/ kendaraan bermotor dan limbah industri.
Komponen bahan pencemaran tanah, yaitu:
 Limbah domestik
 Limbah Industri
 Limbah pertanian
d. Erosi
Faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi, yaitu sebagai berikut :
1) Faktor iklim yang berperan terhadap proeses atau terjadinya erosi adalah
hujan; bila kita melihat parameter-parameter hujan maka kita dapat
membaginya menjadi:
 Jumlah hujan
 Intensitas hujan
 Durasi/lamanya kejadian hujan); dan
 Distribusi hujan.
Dari keempat parameter hujan di atas maka faktor hujan yang paling
signifikan menimbulkan erosi adalah intensitas hujan.
2) Faktor tanah Secara fisik tanah terdiri dari partikel mineral dan organik
dengan berbagai ukuran partikel. Partikel – partikel tersebut tersusun
dalam bentuk matriks yang pori – porinya kurang lebih 50%, sebagian

13
terisi oleh air dan sebagian lagi terisi lagi oleh udara. Dalam kaitannya
dengan konservasi tanah dan air, sifat fisik tanah yang berpengaruh
meliputi : tekstur, struktur, infiltrasi dan kandungan bahan organik.
Tanah mempunyai empat tekstur yaitu:
 Tekstur liat
 Tekstur debu
 Tekstur lempung, dan
 Tekstur pasir.

Tekstur tanah sangat berperan terhadap terjadinya erosi; sebagai


contoh bahwa tekstur pasir mempunyai daya ikat antar partikel tanah
yang kurang mantap sehingga kemantapan agregat tanahnya rendah
dibandingkan dengan tekstur liat yang mempunyai daya ikat antar
partikel tanah yang sangat kuat sehingga agregat tanahnya sangat sulit
dihancurkan oleh butiran hujan. Kemantapan agregat tanah yang rendah
sangat rawan terhadap pelepasan partikel tanah oleh butir hujan
sehingga mudah dibawa oleh limpasan hujan; sebaliknya tekstur tanah
pasir sangat mudah meloloskan air ke dalam tanah sehingga air banyak
yang terawetkan di dalam tanah.

3) Vegetasi/Penutup tanah: Pengaruh vegetasi pengaruh penutup tanah


terhadap erosi adalah sebagai berikut: vegetasi mampu menangkap atau
mengintersepsi butir air hujan sehingga energi kinetiknya terserap oleh
tanaman dan tidak menghantam langsung pada permukaan tanah.
Pengaruh intersepsi air hujan oleh tumbuhan penutup tanah pada erosi
melalui dua cara yaitu memotong butir air hujan sehingga tidak jatuh ke
bumi dan memberikan kesempatan terjadinya penguapan langsung dari
daun dan dahan, selain iut menangkap butir hujan dan meminimalkan
pengaruh negatif terhadap struktur tanah.
4) Manusia: Manusia sangat berperan terhadap terjadinya erosi; seperti
telah dijelaskan terdahulu bahwa dilihat dari jenisnya erosi dapat dibagi
dua yaitu
 Erosi alami (natural erosion), dan
 Erosi yang dipercepat (accelerate erosion).

14
Tindakan manusia yang semena-mena atau tidak mengikuti kaidah-
kaidah konservasi tanah dan air maka akan menyebabkan erosi yang
dipercepat. Sebagai contoh adalah penebangan hutan yang tidak
mengindahkan aturan; misalnya pemerintah telah menetapkan bahwa
pada hutan produksi, tanaman hutan baru boleh ditebang bila diameter
tanaman sudah sama atau melebih 60 sentimeter. Namun yang terjadi
adalah bahwa tanaman hutan yang diameter batangnya kurang dari 60
sentimeterpun sudah ditebang.

e. Banjir
Banjir disebabkan oleh dua katagori yaitu banjir akibat alami dan banjir
akibat aktivitas manusia. Banjir akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan,
fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase dan
pengaruh air pasang. Sedangkan banjir akibat aktivitas manusia disebabkan
karena ulah manusia yang menyebabkan perubahan-perubahan lingkungan
seperti: perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan
pemukiman di sekitar bantaran, rusaknya drainase lahan, kerusakan
bangunan pengendali banjir, rusaknya hutan (vegetasi alami), dan
perencanaan sistim pengendali banjir yang tidak tepat.

4. Dampak Permasalahan Lingkungan


a. Dampak Pencemaran udara
Berbagai macam dampak yang ditumbulkan oleh pencemaran udara,
dianataranya sebagai berikut:
a. Pada kesehatan
Dampak Buruk Polusi Udara bagi Kesehatan Polusi udara terdiri
dari berbagai komponen seperti partikel halus (PM2.5), partikel kasar
(PM10), oksida nitrogen (NOx), sulfur dioksida (SO2), karbon
monoksida (CO), dan ozon troposferik (O3). Paparan jangka panjang
terhadap polusi udara ini telah terbukti berkaitan dengan sejumlah
masalah kesehatan yang serius. Beberapa dampak buruknya meliputi:
 Gangguan Pernapasan: Partikel-partikel kecil dalam udara seperti
PM2.5 dapat meresap ke dalam paru-paru dan bahkan masuk ke
aliran darah. Ini dapat menyebabkan gangguan pernapasan seperti
asma, bronkitis, dan pneumonia.

15
 Penyakit Kardiovaskular: Paparan terus-menerus terhadap polusi
udara telah terhubung dengan peningkatan risiko penyakit jantung
dan stroke. Partikel-partikel polutan dapat merusak pembuluh darah
dan memicu peradangan dalam sistem kardiovaskular.
 Gangguan Perkembangan Janin: Wanita hamil yang terpapar polusi
udara berisiko mengalami komplikasi kehamilan, kelahiran
prematur, atau gangguan perkembangan janin.
 Penyakit Kronis: Paparan jangka panjang terhadap polusi udara
telah dikaitkan dengan perkembangan penyakit kronis seperti
penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan kanker paru-paru.
 Penurunan Fungsi Paru-paru: Anak-anak dan orang tua lebih rentan
terhadap dampak polusi udara. Paparan jangka panjang dapat
menyebabkan penurunan fungsi paru-paru pada anak-anak dan
memperburuk kondisi pada orang tua.
b. Pada ekosistem
Selain dampaknya terhadap kesehatan manusia, polusi udara juga
berdampak buruk terhadap lingkungan. Hal ini berkontribusi
terhadap pembentukan kabut asap dan hujan asam, yang merusak
tanaman, hutan, dan badan udara.
b. Dampak Pencemaran air
Berbagai dampak yang timbulkan akibat pencemaran air sebagai
berikut :
1) Pada kesehatan
Pencemaran air dapat memiliki dampak serius terhadap kesehatan
manusia. Air yang terkontaminasi dapat menyebabkan berbagai masalah
kesehatan seperti penyakit kulit, gangguan pernapasan, keracunan, serta
penyakit infeksi seperti kolera dan disentri. Selain itu, pencemaran air
juga dapat meningkatkan risiko kanker dan masalah kesehatan jangka
panjang lainnya.
2) Pada ekosistem
Pencemaran air dapat memiliki dampak yang merusak terhadap
ekosistem. Ini bisa mengakibatkan kerusakan pada kehidupan akuatik
seperti ikan, krustasea, dan tumbuhan air. Pencemaran dapat

16
mengganggu rantai makanan, merusak habitat, dan mengurangi
keanekaragaman hayati. Selain itu, beberapa zat kimia beracun dalam air
dapat menumpuk dalam organisme hidup dan menyebabkan efek
berantai yang merusak seluruh ekosistem perairan.
c. Dampak Pencemaran tanah
Berbagai dampak ditimbulkan akibat pencemaran tanah,
diantaranya sebagai berikut:
1) Pada kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada
tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang
terkena. Seperti timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat
menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh
populasi. Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada
konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia.
Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan
kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan
siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat
menyebabkan gangguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang
mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta
penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak
kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata
dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Pada
dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan Kematian.
2) Pada Ekosistem
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap
ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari
adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah
sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme
dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan
tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies
primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar
terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang
pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini
17
dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana
tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi.
d. Dampak erosi
Dampak buruk dari erosi dilihat dari tempatnya dibedakan jadi ada dua
yaitu:
1) Dampak di tempat kejadian erosi (on-site).
2) Dampak di luar tempat kejadian erosi (off-site).

Dampak langsung erosi on-site antara lain :

 Kehilangan unsur hara dan bahan organik.


 Menurunya kapasitas infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air.
 Meningkatnya kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah
 Berkurangnya kemantapan struktur tanah yang pada akhirnya
menyebabkan memburuknya pertumbuhan tanaman dan menurunnya
produktivitas.

Dampak tidak langsung erosi on-site adalah berkurangnya alternatif


penggunaan tanah, timbulnya dorongan untuk membuka lahan baru, Dampak
tidak langsung di luar tempat kejadian erosi yaitu kerugian akibat
memendeknya umur waduk, meningkatnya frekuensi dan besarnya banjir
(Arsyad, 2000). Salah satu dampak lingkungan yang muncul akibat
pembangunan pertanian baik melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi
adalah degradasi lahan atau erosi tanah. Pierce (1991) mengemukakan bahwa
erosi tanah mempengaruhi produktivitas tanah. Erosi dapat mengubah kondisi
fisik dan kimiawi tanah.

e. Banjir
Akibat bencana banjir, bangunan-bangunan akan rusak atau hancur yang
disebabkan oleh daya terjang air banjir, terseret arus, daya kikis genangan air,
longsornya tanah di seputar/di bawah pondasi, tertabrak/terkikis oleh benturan
dengan benda-benda berat yang terseret arus. Kerugian fisik cenderung lebih
besar bila letak bangunan di lembah-lembah pegunungan dibanding di dataran
rendah terbuka.

5. Upaya Pencegahan Polusi


a. Upaya pencegahan pencemaran udara

18
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran
udara antara lain:
1) Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dengan memilih
transportasi umum, bersepeda, atau berjalan kaki.
2) Menggunakan bahan bakar yang lebih bersih seperti gas alam atau energi
terbarukan.
3) Mengurangi emisi dari pabrik dan industri dengan menerapkan teknologi
yang ramah lingkungan.
4) Meningkatkan efisiensi energi dengan mengurangi konsumsi listrik dan
gas.
5) Menanam lebih banyak pohon untuk meningkatkan penyerapan karbon
dioksida dan membersihkan udara.
6) Mendorong praktik daur ulang dan pengurangan limbah untuk
mengurangi pembakaran sampah.
7) Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kualitas udara dan
cara untuk mengurangi pencemarannya.
b. Upaya pencegahan pencemaran air
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran
air termasuk:
1) Mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya seperti pestisida dan
herbisida.
2) Mengelola limbah industri dengan baik melalui pengolahan dan
pemurnian sebelum dibuang.
3) Mendorong praktik pertanian berkelanjutan yang mengurangi erosi tanah
dan peningkatan penggunaan pupuk.
4) Memperketat regulasi terhadap limbah domestik dan industri untuk
memastikan kepatuhan terhadap standar lingkungan.
5) Menggalakkan penggunaan teknologi hijau dan ramah lingkungan dalam
proses produksi dan pengolahan.
6) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kualitas
air dan cara-cara untuk mengurangi pencemaran.
7) Melindungi sumber air bersih seperti sungai, danau, dan akuifer dari
aktivitas yang dapat menyebabkan pencemaran seperti pertambangan dan
pembangunan tanpa izin.
19
c. Upaya pencegahan pencemaran tanah
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran
air, antara lain:
1) Pengelolaan limbah yang efektif: Membuang limbah secara bertanggung
jawab dan memastikan bahwa limbah industri dan domestik tidak
mencemari sumber air.
2) Mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya: Mengurangi
penggunaan bahan kimia berbahaya seperti pestisida, herbisida, dan bahan
kimia industri yang dapat mencemari air.
3) Perlindungan vegetasi riparian: Memelihara vegetasi di sekitar sumber air,
seperti hutan riparian dan vegetasi alami, untuk mengurangi erosi tanah
dan pencemaran air oleh limbah pertanian.
4) Mengelola pertanian secara berkelanjutan: Menggunakan praktik
pertanian berkelanjutan seperti rotasi tanaman, pengendalian erosi, dan
penggunaan pupuk organik untuk mengurangi pencemaran air oleh limbah
pertanian.
5) Pengawasan industri: Menegakkan regulasi yang ketat terhadap industri
untuk memastikan bahwa limbah industri tidak mencemari sumber air.
6) Mengedukasi masyarakat: Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya
menjaga kebersihan sumber air dan cara-cara untuk mencegah
pencemaran air.
d. Upaya pencegahan erosi
Untuk mencegah erosi, beberapa upaya yang bisa dilakukan meliputi:
1) Penanaman vegetasi: Tanaman akar kuat seperti rumput atau pohon bisa
membantu menyimpan tanah dan mengurangi aliran air permukaan yang
menyebabkan erosi.
2) Praktik konservasi tanah: Ini termasuk teknik- teknik seperti terracing,
cover cropping, dan contour plowing untuk menjaga kesuburan tanah dan
mencegah erosi.
3) Pengendalian penggunaan lahan: Mengatur penggunaan lahan secara
bijaksana dengan membatasi pembukaan hutan, mempertahankan lahan
hijau, dan menghindari overgrazing dapat mengurangi risiko erosi.

20
4) Pengendalian air: Menggunakan teknik seperti pembuatan saluran air,
penangkapan air hujan, dan pembangunan bendungan atau pintu air untuk
mengontrol aliran air dan mencegah erosi.
5) Edukasi dan kesadaran masyarakat:Memberikan informasi kepada
masyarakattentang pentingnya menjaga lingkungan dancara mencegah
erosi dapat membantu dalammengubah perilaku dan praktik yang
berkontribusi terhadap erosi.

B. Perubahan Iklim
1. Definisi Peubahan Iklim
Menurut Konvensi Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan,
Iklim (United Nation Framework Convention on Climate Change atau
UNFCCC), sistem iklim dalam hubungannya dengan perubahan iklim
didefinisikan sebagai totalitas atmosfer, hidrosfer, biosfer, dan geosfer dengan
interaksinya. Sedangkan perubahan iklim dinyatakan sebagai perubahan pada
iklim yang dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia yang
mengubah komposisi atmosfer, yang akan memperbesar keragaman iklim
teramati pada periode yang cukup panjani. Sejak Konferensi Bumi di Rio de
Janeiro pada ttlhun 1992, ilmuwan di seluruh dunia menjadi makin tertarik pada
isu tentang perubahan iklim, terutama terhadap pembentukan gas rumah kaca
(GRK) di atmosfer Bumi.
Perubahan iklim terutama disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi CO2
dan GRK lainnya. Meningkatnya konsentrasi CO2 dan GRK lainnya tersebut
diketabui merupakan akibat dari sejumlah aktivitas antropogenik, tetapi terutama
akibat dari pembakaran bahan bakar fosil dalam produksi energi dan kegiatan alih
guna laban. Semakin tinggi kebutuhan untuk meningkatkan kualitas hidup,
semakin besar pula aktivitas industri, pembalabn bulan, pertanian, rumah tangga,
dan aktivitas lain yang melepaskan GRK. Ketika revolusi industri baru dimulai
sekitar tabun 1850, konsen1rasi C~, salah satu GRK penting, di atmosfer baru
290 ppmv (part per million by volume), saat ini konsentrasi CO2 tersebut telah
mencapai 350 ppmv. Jika pola konsumsi, gaya hidup, dan pertumbuhan penduduk
tidak berubah, 100 tabun yang akan datang konsen1rasi CO2 diperkirakan akan
meningkat menjadi dua kali Iipat dari jaman pra industri, yaitu sekitar 580 ppmv.

21
2. Penyebab Perubahan Iklim
Pemanasan global dan perubahan iklim sebenarnya bukan merupakan hal
baru. Kedua fenomena ini telah ada selama puluhan ribu tahun, terjadi secara
alami karena perubahan posisi bumi.5 Namun, berdasarkan laporan
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada tahun 2013, dalam satu
abad terakhir, terjadi percepatan pemanasan global akibat meningkatnya produksi
gas rumah kaca (GRK) di atmosfer yang berasal dari penggunaan bahan bakar
fosil serta aktivitas manusia lainnya seperti perubahan dan alih fungsi lahan.
Laporan Khusus IPCC tentang Pemanasan Global 1,5°C pada tahun 2017
menyatakan bahwa suhu bumi saat ini telah meningkat sekitar 1°C dibandingkan
pada masa pra-industri.
a. Mengenal gas rumah kaca
Gas Rumah Kaca (GRK) adalah gas yang terkandung di dalam
atmosfer, dihasilkan dari aktivitas alam maupun manusia yang menyebabkan
pemanasan global dan perubahan iklim6. Saat matahari memancarkan
sinarnya ke bumi, tak seluruh energi panasnya sampai ke permukaan bumi.
Dari sebagian energi panas yang masuk, hanya sebagian yang diserap
permukaan bumi, sisanya dipantulkan kembali. Namun, dari yang
dipantulkan, tidak seluruhnya mampu meninggalkan atmosfer karena
tertahan oleh GRK yang berada di atmosfer. GRK menyerap dan menahan
panas tersebut. Peristiwa inilah yang kemudian disebut sebagai Efek Rumah
Kaca.
Keberadaan GRK dalam tingkat yang normal sejatinya baik untuk bumi
dan seluruh makhluk yang tinggal di dalamnya. Kemampuannya
memerangkap panas matahari dapat menghangatkan bumi sehingga nyaman
dihuni. Tanpanya, suhu bumi akan turun, bahkan bisa lebih rendah dari -18
°C.7 Namun, apabila jumlah GRK di atmosfer terlalu tinggi, maka panas
yang terserap pun akan semakin besar dan dapat menyebabkan kenaikan suhu
bumi hingga di atas batas kewajaran. Kenaikan suhu bumi yang tidak
terkendali itu akan membuat bumi semakin panas hingga akhirnya
menimbulkan kerusakan alam dan menempatkan manusia serta makhluk
bumi lainnya dalam kondisi rentan.
b. Jenis-jenis gas rumah kaca

22
Menurut Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang
Kerangka Kerja Perubahan Iklim atau United Nations Framework
Convention on Climate Change (UNFCCC), terdapat enam jenis GRK yang
dapat menimbulkan pemanasan global, yaitu:
 Karbon dioksida (CO2), merupakan polutan yang berasal dari
pembakaran batu bara atau bahan bakar fosil lain, termasuk untuk
pembangkit listrik, mesin industri, dan kendaraan.
 Metana (CH4) Metana adalah GRK yang biasanya diproduksi dari
proses pembusukan sampah dan aktivitas manusia di sektor pertanian
dan peternakan. Hewan-hewan ternak seperti sapi, babi, dan domba
menghasilkan metana dari proses pencernaan yang mereka lakukan.
 Nitrat oksida (N2O) Nitrat oksida merupakan emisi yang banyak berasal
dari aktivitas pertanian, penggunaan lahan, industri, pembakaran bahan
bakar fosil, dan produksi limbah padat. Di sektor pertanian khususnya,
kegiatan yang paling banyak menghasilkan nitrat oksida adalah
penggunaan pupuk sintetis, pengelolaan pupuk kandang, dan
pembakaran sampah pertanian.
 Hidrofluorokarbon (HFCs), Perfluorokarbon (PFCs), dan Sulfur
Heksafluorida (SF6), yaitu gas berfluorinasi bersumber dari aktivitas
yang berhubungan dengan manusia. Hidrofluorokarbon biasanya
dimanfaatkan sebagai bahan pendingin, propelan aerosol, pelarut, dan
penghambat api. Penggunaan hidrofluorokarbon sebagai pendingin,
seperti pendingin udara yang biasa dipakai di rumah, gedung, maupun
kendaraan, menyebabkan zat ini menjadi salah satu sumber emisi.
Sementara itu, perfluorokarbon merupakan bahan kimia (terutama CF4 –
karbon tetrafluorida dan C2 F6 – hexafluoroethane) buatan manusia
yang dihasilkan dari proses industri dan digunakan dalam manufaktur.
Terakhir, sulfur heksafluorida biasanya digunakan dalam pemrosesan
magnesium dan manufaktur semikonduktor, serta gas pelacak untuk
mendeteksi kebocoran.
c. Sumber utama gas rumah kaca
Emisi GRK secara global disumbang oleh berbagai sektor, yaitu
energi, lahan dan hutan, pertanian, industri, dan limbah. Sektor energi

23
menyumbang hampir tiga perempat dari emisi global. Emisi terbesar di
sektor energi berasal dari pembangkit listrik dan panas, transportasi, dan
manufaktur.

3. Kaitan Pemanasan Global dan Perubahan Iklim


Berdasarkan penjelasan tentang penyebab perubahan iklim, UNFCCC
mengartikan pemanasan global sebagai kenaikan suhu bumi secara bertahap
yang disebabkan akibat efek rumah kaca.18 Pemanasan global mengubah pola
iklim global, terlihat dari meningkatnya peristiwa efek rumah kaca, akibat dari
konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer meningkat. Suhu bumi yang meningkat
membuat gletser, salju di puncak gunung, lapisan es di Kutub Utara dan Selatan
mencair. Permukaan air laut pun naik dan mengancam kehidupan di area pesisir.
Selain itu, air laut yang memanas memuai lebih cepat dan membentuk lebih
banyak awan. Semakin besar dan berat awan, semakin besar pula hujan dan
badai yang tercipta. Perubahan suhu yang mempengaruhi pola angin juga
membuat cuaca kian sulit diprediksi. Hal itu kemudian menyebabkan
kekeringan ekstrem, kebakaran hutan, banjir, badai tropis, dan bencana lain
yang kita sebut bersama sebagai perubahan iklim – perubahan terhadap pola
iklim yang terjadi dari waktu ke waktu, baik karena faktor alam maupun
manusia.
4. Dampak Perubahan Iklim Secara Umum
Perubahan iklim yang dicirikan oleh peningkatan suhu udara dan
perubahan besaran dan distribusi curah hujan tetah mcmbawa dampak yang luas
dalam banyak segi kehidupan manusia dan diperkirakan akan terus mcmburuk
jika emisi GRK. tidak dapat dikurangi dan distabilkan. Dampak yang
ditimbulkan oleh perubahan iklim dipengaruhi oleh kerentanan suatu sistem.

24
Kerentanan (vulnerability) didefinisikan sebagai kemampuan suatu sistem
(termasuk ekosistem, sosial ekonomi, dan kelembagaan) untuk mengatasi
dampak perubahan iklim. Kerentanan merupakan fungsi besarnya perubahan
dan dampak, serta variasi perubahan iklim. Sistem yang rentan tidak akan
mampu mengatasi dampak yang kecil sekalipun, apalagi jika perubahan yang
teljadi sangat bervariasi. IPCC (200 I) menggolongkan risiko akibat perubahan
iklim menjadi risiko ekstrim sederhana dan risiko ekstrim kompleks. Perubahan
yang terjadi dapat bersifat menguntungkan atau merugikan.

1. Akibat Ekstrim Sederhana


1. Akibat yang mcnguntungkan

 Bertambahnya produktivitas tanaman di daerah berildim dingin


 Menurunnya risiko kerusakan tanaman pertanian oleh cekaman
dingin
 Mcningkatnya runoff yang berarti meningkatnya debit aliran air
pada daerah kekurangan air
 Berkurangnya tenaga listrik untuk pemanasan
 Menurunnya angb kesakitan dan angka kematian oleh cekaman
dingin
2. Akibat yang merugikan
 Meningkatnya tingkat kematian dan penyakit serius pada manula
dan golongan miskin perkotaan
2. Akibat ekstrim kompleks (seluruhnya merugikan)
• Berkurangnya produksi tanaman pertanian oleh kejadian kekeringan
dan banjir
• Meningkatnya kerusakan bangunan oleh pergeseran batuan
• Penurunan sumber daya air secara kualitatif maupun kuantitatif
• Meningkatnya risiko kebakaran hutan
• Meningkatnya risiko kehidupan manusia, epidami penyakit infeksi
• Meningkatnya erosi pantai dan kerusakan bangunan dan infrastruktur
pantai
• Meningkatnya kerusakan ekosistem pantai seperti terumbu karang dan
mangrove

25
• Menurunnya potensi pembangkit listrik tenaga di daerah rawan
kekeringan
• Meningkatnya kejadian kekeringan dan kebanjiran
• Meningkatnya kerusakan infrastruktur.
Sebagaimana kita ketahui perubahan iklim telah terjadi. International
Panel On Climate Change (IPCC, 2007) telah membuktikan gejala perubahan
iklim tersebut dengan hasil observasi yang menunjukkan terjadinya
peningkatan suhu udara dan lautan secara global, melelehnya es secara cepat
dan luas, dan meningkatnya ketinggian permukaan air laut secara global. Itu
semua merupakan dampak dari pemanasan global. Dalam laporannya IPCC
(2007) menyebutkan bahwa dampak dari pemanasan global adalah sebagai
berikut:
 Terjadi kenaikan permukaan air laut antara 10 dan 20 cm selama abad
terakhir ini 90-99% ini disebabkan oleh pemanasan global. IPCC
memprediksi kenaikan permukaan air laut akan menjadi 9 cm-88 cm pada
abad mendatang.
 Ekosistem laut dan pesisir dan pantai memburuk. Perubahan ekosistem
pesisir seperti terumbu karang, hutan bakau, sungai, ekosistem lahan
basah yang dapat mempengaruhi pariwisata, ketersediaan sumberdaya air
tawar, perikanan dan keanekaragaman hayati.
 Intensitas cuaca, seperti memanasnya cuaca yang menyebabkan terjadinya
kekeringan yang berkepanjangan, banjir dan gelombang panas di beberapa
tempat.
 Pemanasan global mempengaruhi keanekaragaman hayati, seperti
perubahan distribusi, jumlah populasi, kepadatan populasi dan kebiasaan
flora dan fauna. Stern (2007) memprediksikan bahwa kenaikan suhu 1o C
menyebabkan kerusakan terumbu karang yang luas, dan kenaikan suhu 2-
5o C menyebabkan kenaikan punahnya spesies atau keanekaragaman
hayati baik flora dan fauna.
5. Dampak perubahan iklim dalam sektor kelautan
Laporan Khusus IPCC tentang Pemanasan Global 1,5°C mengungkap
bahwa lapisan permukaan atas lautan (dengan kedalaman 0-700 meter) telah
mengalami peningkatan suhu. Selain itu, permukaan tiga cekungan samudera
juga menghangat selama periode 1950–2016 (masing-masing sebesar 0,11°C,
26
0,07°C, dan 0,05°C per dekade untuk Samudera Hindia, Atlantik dan Pasifik).22
Kenaikan suhu permukaan air laut juga terjadi di Indonesia. Bappenas
menyebutkan, hal itu terjadi seiring dengan meningkatnya suhu udara di Tanah
Air yang mencapai 0,7°C ± 0,2°C setiap abad.23 Perubahan suhu itu
memperparah intensitas badai dan tinggi gelombang air laut. Bappenas
mengungkap, pada tahun 2045, tinggi gelombang di perairan Indonesia,
terutama di bagian timur, berpotensi bertambah sekitar 0,5 meter. Dampaknya,
persentase kecelakan kapal dan terhambatnya pelayaran antar pulau meningkat.
Jumlah hari melaut bagi para nelayan pun akan berkurang. Peningkatan suhu air
laut juga menyebabkan lapisan es di Kutub Utara mencair dengan cepat.
Menurut IPCC, pada bulan September periode 1997-2014, rata-rata luas laut es
mengalami penyusutan hingga sebesar 130 ribu km² per tahun.24 Proses itu
terjadi empat kali lebih cepat dibandingkan proses hilangnya es pada bulan
September periode 1979-1996. Hal itu berdampak pada naiknya permukaan air
laut sehingga menempatkan daerah pesisir dalam kondisi kian tak stabil dan
rentan terhadap banjir rob (banjir di tepi pantai). Berdasarkan penelitian
Bappenas, daerah pesisir di wilayah Indonesia bagian barat lebih rentan
terhadap banjir rob karena area pantainya cenderung lebih landai.

6. Dampak perubahan iklim dalam sektor pertanian


Gelombang panas, perubahan suhu serta curah hujan mengakibatkan
penurunan hasil panen. Jika terjadi dalam waktu berkepanjangan, maka dapat
mengancam ketahanan pangan masyarakat dunia. Menurut Laporan Khusus
IPCC tentang Pemanasan Global 1,5°C, tren suhu dan curah hujan telah
mengurangi produksi tanaman dan hasil panen terutama gandum, jagung, padi,
dan kedelai. IPCC mengatakan, penurunan hasil panen yang lebih parah akan
terjadi di wilayah Afrika Barat, Asia Tenggara, Amerika Tengah, dan Amerika
Selatan. Hal ini dapat dapat dicegah dengan membatasi kenaikan suhu bumi
hingga 1,5°C, alih-alih 2°C. Persoalan serupa juga berpotensi terjadi di
Indonesia. Bappenas menyebutkan, di dalam dokumen “Kebijakan
Pembangunan Berketahanan Iklim 2020-2045”, perubahan iklim juga berpotensi
mengakibatkan penurunan produktivitas beberapa jenis tanaman dan dapat
mengubah jenis tanaman yang sesuai untuk pertanian di suatu wilayah.
Bappenas mengungkap, pada tahun 2020-2045, produksi padi di sejumlah

27
provinsi seperti Kalimantan Utara, Gorontalo, Maluku, dan Maluku Utara akan
menurun lebih dari 25%. Pulau Jawa dan Sumatera sebagai pusat produksi beras
juga akan mengalami penurunan dari 10% menjadi 17,5%.

7. Dampak Perubahan Iklim dalam Sektor Kesehatan


Kesehatan masyarakat merupakan hal lain yang terpengaruh perubahan
iklim, baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan Laporan
Khusus IPCC tentang Pemanasan Global 1,5°C, gelombang panas yang
memperburuk kualitas udara dapat menimbulkan gangguan pernapasan. Di sisi
lain, suhu dan tingkat kelembaban lingkungan yang meningkat dapat memicu
stres pada kelompok masyarakat yang melakukan pekerjaan atau aktivitas fisik.
Pada bulan-bulan terpanas, produktivitas mereka pun akan semakin terganggu.
Perubahan curah hujan dan tingkat kelembaban udara juga berkontribusi
mendorong perkembangbiakan, mengubah perilaku, dan memperpanjang
kelangsungan hidup nyamuk. Intensitas penularan penyakit malaria pun kian
tinggi, khususnya di wilayah Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Begitu pula
dengan penularan Demam Berdarah Dengue (DBD), chikungunya, Zika, dan
penyakit akibat nyamuk lainnya, selain karena jumlah nyamuk yang bertambah,
jangkauan geografis mereka pun semakin luas. Sementara itu, secara tidak
langsung, perubahan iklim yang memperbesar potensi gagal panen dan
menurunkan produksi pertanian membuat upaya pemenuhan gizi masyarakat
kian sulit dicapai.

8. Dampak Perubahan Iklim dalam Sektor Ekosistem


Perubahan iklim tak hanya berpengaruh pada kehidupan manusia, tetapi
juga berdampak pada kelangsungan hidup tumbuhan dan binatang. Contohnya,
IPCC memperkirakan, jika suhu permukaan bumi naik hingga 2°C, sekitar 18
persen serangga, 16 persen tumbuhan, dan 8 persen vertebrata akan punah.27
Hal itu terjadi, salah satunya, karena perubahan iklim dapat berkontribusi pada
meningkatnya penyebaran spesies invasif, serta hama dan penyakit. Sementara
di laut, salah satu hewan paling terdampak perubahan iklim adalah terumbu
karang. Ketika terjadi perubahan suhu 1°C-2°C selama kurun waktu tertentu,
terumbu karang akan memutih, lalu mati atau bahkan punah. Berdasarkan data
tahun 2016-2017, terumbu karang ikonik seperti Great Barrier Reef di Australia
telah mengalami pemutihan dan hampir 50 persen mati.28 Tidak berhenti di

28
situ, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB
(UNESCO) memperkirakan bahwa akan ada sembilan situs Warisan Dunia
berisi terumbu karang akan hilang jika manusia tidak berupaya mengurangi
produksi gas rumah kaca.

9. Dampak Perubahan Iklim pada Negara Berkembang


Stern (2007) menemukan bahwa negara berkembang sudah dalam
keadaan vulnerable atau rentan dalam konteks perubahan iklim. Selain itu,
negara-negara berkembang juga memiliki kapasitas yang rendah dalam
merespon akibat dari perubahan iklim. Salah satu dampak yang paling serius
dari perubahan iklim ini dialami oleh sektor kelautan. Indonesia sebagai negara
berkembang dan negara kepulauan diprediksi akan mengalami dampak yang
serius akibat perubahan iklim ini. Sebagai sebuah negara kepulauan amat luas
yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 95.181 kilometer garis pantai,
wilayah Indonesia amat rentan terhadap kenaikan permukaan laut. Kenaikan 1
meter saja dapat menenggelamkan 405.000 hektar wilayah pesisir dan
menenggelamkan 2.000 pulau yang terletak dekat permukaan laut beserta
kawasan terumbu karang. Hal ini berpengaruh pada persoalan batas-batas
negara kita. Penelitian mutakhir mengungkapkan bahwa minimal 8 dari 92
pulau-pulau kecil yang berada di wilayah perbatasan Indonesia dengan negara
tetangga rentan terhadap kenaikan permukaan laut. Banyak bagian di wilayah
pesisir yang makin rentan akibat erosi. Kondisi ini diperparah oleh aktivitas
manusia seperti pembangunan dermaga dan tanggul di laut, pembendungan
sungai, penambangan pasir dan batu, dan perusakan hutan mangrove. Saat ini
sekitar 42 juta penduduk Indonesia mendiami wilayah yang terletak 10 meter di
atas permukaan laut (IIED, 2007 dalam Moediarta. dan Stalker, 2007).
Sementara, berdasarkan hasil identifikasi dari Departemen Kelautan dan
Perikanan (2007), terdapat 24 pulau yang sudah teridentifikasi tenggelam akibat
kenaikan permukaan laut yang disebabkan oleh mencairnya es di Kutub Utara.
Kenaikan permukaan air laut juga mengakibatkan meningkatnya frekuensi dan
intensitas banjir di kawasan pesisir, perubahan arus laut dan meluasnya
kerusakan mangrove,2 meluasnya intrusi laut, berkurangnya luas daratan atau
hilangnya pulau-pulau kecil. Meningkatnya intensitas banjir, penurunan perairan
darat, berkurangnya sektor perikanan dan sumberdaya alam berdampak kepada

29
jutaan orang. Dampak dari perubahan iklim ini diperburuk dengan adanya
pencemaran lingkungan dan perusakan ekosistem pesisir dan laut oleh manusia.
Rusaknya ekosistem pesisir (mangrove, terumbu karang dan padang lamun)
telah mengakibatkan erosi dan degradasi pantai dan berkurangnya nilai
keanekaragaman hayati. Dampak kerusakan ekosistem laut tentu saja langsung
atau tidak langsung dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat nelayan.
Gelombang tinggi maupun cuaca tidak menentu berpengaruh pada aktivitas
perahu-perahu penangkap ikan. Perubahan iklim juga sudah mengganggu mata
pencaharian di banyak pulau. Di Maluku misalnya, nelayan mengatakan mereka
tidak lagi dapat memperkirakan waktu dan lokasi yang pas untuk menangkap
ikan karena pola iklim yang sudah berubah. Kenaikan permukaan laut juga
dapat menggenangi tambak-tambak ikan dan udang di Jawa, Aceh, dan
Sulawesi.
10. Gejala Perubahan Iklim
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia baik
masyarakat pedalaman maupun pesisir memiliki sistem pengetahuan lokal (local
knowledge) yang berkaitan dengan lingkungan termasuk pula iklim. Sistem
pengetahuan masyarakat atau sistem budaya masyarakat tersebut telah
berlangsung secara turun temurun.

 Pengetahuan berkaitan dengan angin, pada musim barat (namberek) secara


umum mereka alami pada bulan Januari sampai dengan Agustus, musim
timur (nimur) bulan September sampai dengan Desember. Akan tetapi pada
musim barat terdapat perbedaan tiupan anginnya, yaitu musim barat dengan
tiupan angin timur terjadi pada bulan Juni sampai dengan Oktober,
sedangkan dengan tiupan angin barat terjadi pada bulan November sampai
dengan Agustus.
 Berkaitan dengan hujan, yaitu musim hujan biasanya mereka alami pada
bulan Oktober sampai dengan April, sedangkan musim kemarau bulan Mei
sampai dengan September.
 Berkaitan dengan gelombang, menurut informan karena perairan sekitar
kampung tempat tinggal serta fishing ground mereka adalah merupakan
selat, yaitu Selat Madura maka kondisi gelombang cenderung relatif stabil,
tidak ada perubahan tinggi gelombang secara significant.

30
 Berkaitan dengan arus dan angin pada musim barat arus lebih kuat dan
angin bertiup lebih kencang dari pada musim timur.

11. Solusi untuk mengatasi perubahan iklim


Perubahan iklim bisa berdampak pada siapa saja. Semua pihak, termasuk
kita sebagai individu, memiliki andil untuk ikut serta dalam upaya kurangi emisi
dengan cara menerapkan pola hidup rendah emisi. Ada hal-hal sederhana yang
dapat kita lakukan seperti:

a. Mematikan lampu atau peralatan elektronik lainnya jika tidak digunakan.


Konsumsi listrik dari penggunaan lampu dan peralatan elektronik lain
menghasilkan emisi GRK, terutama apabila pembangkit listrik yang
digunakan didominasi oleh pembangkit listrik berbahan bakar fosil seperti
di Indonesia.
b. Kurangi penggunaan kendaraan bermotor milik pribadi, terutama untuk
perjalanan jarak dekat. Sedapat mungkin, beralih lah ke penggunaan
transportasi umum untuk perjalanan jarak jauh. Untuk jarak dekat, pilih
transportasi yang tidak berbahan bakar fosil, seperti sepeda atau cukup
berjalan kaki.
c. Kurangi produksi sampah organik. Sampah organik hasilkan gas metana
(CH4) yang memiliki potensi pemanasan global 25x lebih tinggi dari
karbon dioksida. Sebagai individu, kita bisa kurangi produksi gas metana
dari sampah organik dengan konsumsi makanan seperlunya agar tak ada
yang terbuang. Selain itu, mengolah sampah organik, baik dari makanan,
sayur-mayur, buah-buahan, dan sumber lainnya menjadi kompos.
d. UMKM memiliki potensi besar dalam mengatasi perubahan iklim, terutama
dalam industri daur ulang limbah plastik. Namun, kemampuan mereka perlu
ditingkatkan, termasuk dalam aspek manajemen operasional, sumber daya
manusia (SDM), strategi, dan finansial. Kesenjangan kemampuan antara
UMKM dan korporasi besar dalam mengelola bisnis yang ramah
lingkungan menjadi tantangan utama. Untuk mengatasi ini, diperlukan
pemberdayaan anggota keluarga dan sedikit pembelanjaan modal usaha,
serta fasilitasi kolaborasi dengan korporasi besar.
e. Untuk mengatasi dampak perubahan iklim, diperlukan strategi adaptasi
yang kuat. Ini mencakup peningkatan ketahanan ekologi, pengelolaan hutan

31
lestari, dan pengurangan deforestasi. Selain itu, diperlukan upaya untuk
mengintegrasikan perubahan iklim ke dalam agenda pembangunan
nasional, termasuk Sasaran Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

DAFTAR PUSTAKA

Absori. (2005). Penegakan Hukum Lingkungan Pada Era Reformasi. Jurnal Ilmu Hukum.
8(2). Hal : 221.

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB.

Bahtiar, A. (2007). Polusi Air Tanah Akibat Limbah Industri dan Rumah Tangga Serta
Pemecahannya. Makalah Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjadjaran, Bandung.

Burgess LC. 2013. Organic pollutants in soil. In: Brevik EC, Burgess LC (Eds). Soil and
Human Health. Boca Raton. CRC Press. pp. 83–102.

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Efrianti, S. (2012). Menurunnya Kualitas Air Akibat Kerusakan Lingkungan. Jurnal


Lingkungan Hidup.

Fardiaz, S., 1992. Polusi Air Dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.

Farhan, A., Lauren, C. C., & Fuzain, N. A. (2023). Analisis Faktor Pencemaran Air dan
Dampak Pola Konsumsi Masyarakat di Indonesia. Jurnal Hukum dan HAM Wara
Sains, 2(12), 1095-1103.

Harmoni, A. (2005, August). Dampak Sosial Ekonomi Perubahan Iklim. In Proceeding,


Seminar Nasional PESAT 2005. Universitas Gunadarma.

Havugimana E, Bhople B, Anil K, Byiringiro E, Mugabo JP, Kumar A. (2017). Soil


pollution-major sources and types of soil pollutants. Environmental Science and
Engineering .53–86.

Indrawasih, R. (2012). Gejala perubahan iklim, dampak dan strategi adaptasinya pada
wilayah dan komunitas nelayan di Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep. Jurnal
Masyarakat dan Budaya, 14(3), 439-466.

32
Jurewicz J, Hanke W, Radwan M, Bonde JPE. 2010. Environmental factors and semen
quality. Int. J. Occup. Med. Environ. Health, 22(4):305-329.

Karlen DL, Doran JW, Weinhold BJ, Andrew SS. 2003. Soil quality humankind’s foundation
for survival. Journal of Soil and Water Conservation, 58(4): 171-179.

Maharani, S., & Aryanta, W. R. (2023). Dampak Buruk Polusi Udara Bagi Kesehatan Dan
Cara Meminimalkan Risikonya. Jurnal Ekosentrisme, 3 (2), 47-58.

Mishra RK, Muhammad N, Roychoudhury N. 2016. Soil pollution : causes, effects and
control. Tropical Forest Research Institute, Jabalpur, MP, India. 3(1): 1–14.

Nurpilihan Bafdal, 2000, Pengaruh Naungan Terhadap Laju Erosi Pada Berbagai Kemiringan
Pola Tanam Dan Kermiringan Lahan; Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian
UNPAD.

Palar, H. (2004). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta.

Ranieri E, Bombardelli F, Gikas P, Chiaia B. 2016. Soil pollution prevention and


remediation. Applied and Environmental Soil Science. Vol. 2016: 2–4.

Slamet, J. S. 2000. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Sugiarti. (2009). Gas Pencemar Udara Dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan Manusia. Jurnal
Chemica. 10 (1). 50-58.

Susilawati, S. (2021). Dampak perubahan iklim terhadap kesehatan. Electronic Journal


Scientific of Environmental Health And Disease, 2(1), 25-31.

Syukur, A. (2021). Buku Pintar Penanggulangan Banjir. Yogyakarta: DIVA Press.

33

Anda mungkin juga menyukai