Skripsi Ical Aditia Mamonto
Skripsi Ical Aditia Mamonto
Skripsi Ical Aditia Mamonto
OLEH
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memeperoleh Gelar Sarjana
ABSTRACT
This study aims to find out the simultaneous and partial effect of work culture on service
performance accountability at the Dungingi Sub-District Office in Gorontalo City. It employs
a quantitative approach with a survey method. The number of samples in this study is 39
people. The data analysis method uses path analysis. The results indicate that work culture
in the form of attitudes towards work and behavior at work simultaneously and partially
affects the service performance accountability at the Dungingi Sub-District Office in
Gorontalo City. Thus, it can be said that work culture contributes to the realization of public
service performance accountability to people.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh secara simultan dan parsial
budaya kerja terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan pada Kantor Camat Dungingi Kota
Gorontalo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey. Jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 39 orang. Adapun metode analisis data menggunakan
analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya kerja berupa sikap terhadap
pekerjaan dan perilaku pada waktu bekerja secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap
akuntabilitas kinerja pelayanan pada Kantor Camat Dungingi Kota Gorontalo. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa budaya kerja bisa memberikan kontribusi pada perwujudan
akuntabilitas kinerja pelayanan publik kepada warga masyarakat.
MOTTO
Untuk mencapai angka 100 bukan hanya dari 50+50=100 tetapi juga bisa dari
30+70=100 dan juga 60+40=100, maka untuk mencapai kesuksesan bukan hanya 1 jalan
dan cara saja.
PERSEMBAHAN
Skripsi dan gelar sarjana ini ku persembahkan untuk kedua orang tua ku tercinta Papa
(Susanto Mamonto) dan mama (Miniarti Angkareda) untuk segala sujud doa, cinta
kasih, pengorbanan, dan ketulusan hati yang ikhlas selama membesarkan, mendidik
serta mengharapkan keberhasilanku dalam menapaki lika liku hidup dan kehidupan
nan terjal lagi berbatu.
ALMAMATERKU TERCINTA
TEMPATKU MENIMBAH ILMU
UNIVERSITAS ICHSAN GORONTALO
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas ALLAH SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan Skripsi ini dengan judul pengaruh budaya kerja terhadap akuntabilitas kinerja
pelayanan pada Kantor Camat Dungingi Kota Gorontalo. Skripsi ini saya ajukan sebagai
syarat dalam rangka menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Ichsan Gorontalo.
Saya menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena terbatasnya
pengetahuan saya, dan masih kurangnya literatur pendukung. Untuk itu segala kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi perbaikan Skripsi ini ke depan.
Pada kesempatan ini, saya tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih kepada kedua
orang tua atas doa dan motivasi dalam mendukung penyelesaian studi saya. Pada kesempatan
ini pula, isinkanlah saya menyampaikan ungkapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
a) Ibu Dr. Hj. Yuriko Abdussamad, M.Si selaku ketua yayasan pengembangan ilmu
b) Bapak DR. Abdul Gaffar Lacokke, M.Si selaku rektor Universitas Ichsan Gorontalo
dan selaku pembimbing I yang banyak memberikan koreksi perbaikan Skripsi ini.
d) Bapak Dr. Mochammad Sakir, S.Sos, S.I.Pem., M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu
e) Bapak Purwanto, S.IP, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintaha dan juga
ini;
ix
f) Bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di dalam lingkungan
Universitas Ichsan Gorontalo dan seluruh staf tata usaha Universitas Ichsan
Gorontalo.
Akhirnya, saya berharap semoga Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, terutama konsep Ilmu Pemerintahan. Semoga Allah SWT
NIM. S2117030
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
DAFTAR TABEL………………………………………………………………...
ABSTRAK..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
5.1.................................................................................................Kesimpunan 75
5.2............................................................................................................Saran 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Uji validitas sub variabel sikap terhadap pekerjaan (X1) dan perilaku
Tabel 4.3 Uji reliabilitas sub variabel sikap terhadap pekerjaan (X1) dan perilaku
Tabel 4.5 Tanggapan responden tentang pegawai memilki semangat kerja yang
Tabel 4.6 Tanggapan responden tentang pegawai bekerja dengan cepat dalam
memberikan pelayanan........................................................................... 58
Tabel 4.7 Tanggapan responden tentang pegawai menyelesaikan tugas tepat waktu
Tabel 4.8 Tanggapan responden tentang pegawai bekerja dengan rapi dalam
memberikan pelayanan........................................................................... 59
pelayanan................................................................................................ 60
memberikan pelayanan........................................................................... 61
xiii
Tabel 4.11 Tanggapan responden tentang pegawai memiliki kemauan yang kuat
pelayanan................................................................................................ 61
memberikan pelayanan........................................................................... 62
Tabel 4.14 Tanggapan responden tentang tersedia sarana dan prasarana kerja yang
memadai............................................................................................... 63
memberikan pelayanan........................................................................ 63
Tabel 4.16 Tanggapan responden tentang hasil pelayanan sesuai dengan standar
diterima................................................................................................ 65
BAB I
PENDAHULUAN
mampu menghilangkan anggapan masyarakat yang selama ini menganggap bahwa, pelayanan
yang diberikan oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat cenderung kurang baik atau
kurang berkualitas. Kenyataan ini memerlukan kepedulian dari kalangan aparatur, sehingga
masyarakat menikmati pelayanan prima dari aparatur pemerintah. Untuk itulah, agar
masyarakat sebagai penerima pelayanan publik memiliki hak untuk mengetahui segala
sesuatu yang berkaitan dengan pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah. Dalam
konsep good governance, salah aspek yang dituntut terkait pemberian pelayanan publik ialah
ukuran yang menunjukkan bahwa kegiatan birokrasi pemerintah berupa pelayanan publik
sudah sesuai dengan norma dan nilai yang dianut oleh masyarakat serta apakah pelayanan
langsung maupu tidak langsung tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pelayanan
publik.
diberikan oleh aparatur pemerintah dapat ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena dalam
Pada dasarnya setiap aparatur pemerintah berkeinginan untuk menghasilkan kinerja terbaik
xvi
Aparatur pemerintah akan selalu memiliki keingintahuan tentang hal-hal yang terkait dengan
kinerja mereka. Untuk mendapatkan pegawai yang memiliki kinerja yang tinggi, tentulah
bukan merupakan pekerjaan mudah. Kerja keras dibutuhkan untuk merealisasikan keinginan
organisasi tersebut. Kinerja pegawai dapat dicapai apabila pegawai yang bersangkutan
memiliki budaya kerja yang positif pula, kalau pekerjaan itu disenanginya, maka yang
Kantor Camat Dungingi Kota Gorontalo meruapakan salah satu satuan kerja perangkat
seorang tokoh masyarakat yakni bapak Hambali (Sabtu, 4 Juni 2022) mengatakan bahwa
belum ada pemberitahuan tentang persyaratan pelayanan publik yang diberikan, seperti titer
nikah atau surat persetujuan/isin menikah, pengurusan akta tanah yang harus di tanda tangani
camat belum begitu jelas apa yang harus dipenuhi warga sehingga banyak warga yang harus
bolak balik ke kantor Camat, demikian pula dalam hal perekaman Kartu Tanda Penduduk,
masih banyak warga yang belum mengetahui persyaratan apa yang harus dipenuhi.
Permasalahan lain yang beluam disampaikan secara terbuka kepada warga masyarakat yakni
hasil pemantaun aparat kecamatan terhadap penyaluran bantuan sosial yang dilaksanakan
merupakan suatu bentuk kebiasaan yang dilakukan oleh semua aparatur pemerintah, termasuk
xvii
aparatur pemerintah di Kantor Camat Dungingi. Di samping itu, pemerintah kecamatan juga
wajib menyediakan wadah untuk menampung aspirasi berupa keluhan masyarakat atas
pelayanan yang mereka terima. Kegiatan ini lebih banyak berkaitan dengan kebiasaan atau
budaya kerja yang kurang positif sehingga berdampak pada buruknya kinerja pelayanan
pegawai. Untuk itu harus diupayakan penciptaan budaya kerja yang positip agar dapat
merubah sikap dan perilaku kerja aparatur untuk mencapai kinerja yang lebih baik. Hal
tersbeut sesuai dengan pendapat Nomme yang dikutip Edy sutrisno (2018:hal.208) jika ingin
Setiap organisasi memiliki berbagai metode dan proses kerja, baik yang bersifat teknis
mapun administratif. Orang dapat bekerja secara individual maupun bekerja sama dengan
lainnya dalam setiap tahapan proses, dimana setiap proses mempunyai sifat peran sebagai
masyarakat/pelanggan dan pemasok atau saling melayani untuk internal. Disinilah nantinya
akan terbentuk budaya kerja yang membedakannya dengan organisasi lain. Organisasi
manapun tentunya mempunyai karakteristik atau jati diri yang khas. Artinya, setiap
lain. Tentunya kepribadian yang khas itu tidak serta merta terbentuk begitu suatu organisasi
didirikan. Diperlukan waktu sebagai proses organisasi itu bertumbuh, berkembang, dan
mapan. Pada setiap perkembangan itu dapat dikatakan bahwa organisasi akan menemukan
jati dirinya yang khas, dengan demikian ia akan mempunyai kepribadian sendiri. Budaya
kerja organisasi memiliki kontribusi atau menentukan dalam membentuk perilaku pegawai.
xviii
Berdasarkan uraian tersebut, saya tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
pengaruh budaya kerja terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan pada kantor camat dungingi
Kota Gorontalo.
Dari uraian permasalahan di atas maka yang menjadi rumusan masalah pokok dalam
1.2.1 Seberapa besar pengaruh budaya kerja berupa sikap terhadap pekerjaan (X1) dan perilaku
pada waktu bekerja (X2) secara simultan terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan pada
1.2.2 Seberapa besar pengaruh budaya kerja berupa sikap terhadap pekerjaan (X1) secara parsial
terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan pada Kantor Camat Dungingi Kota Gorontalo?
1.2.3 Seberapa besar pengaruh budaya kerja berupa perilaku pada waktu bekerja (X2) secara
parsial terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan pada Kantor Camat Dungingi Kota
Gorontalo?
Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh data mengenai pengaruh budaya kerja
berupa sikap terhadap pekerjaan (X1) dan perilaku pada waktu bekerja (X2) terhadap
Dari rumusan masalah penelitian di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
xix
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh budaya kerja berupa sikap terhadap
pekerjaan (X1) dan perilaku pada waktu bekerja (X2) secara simultan terhadap
2. Untuk mengetahui seberapa besar budaya kerja berupa sikap terhadap pekerjaan (X1)
secara parsial terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan pada Kantor Camat Dungingi
Kota Gorontalo.
3. Untuk mengetahui seberapa besar budaya kerja berupa perilaku pada waktu bekerja
(X2) secara parsial terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan pada Kantor Camat
Adapun kegunaan dari penelitian ini dapat penulis paparkan sebagai berikut :
1. Kegunaan teoritis
Sebagai masukan dalam memperluas kajian ilmu pemerintahan khususnya mengenai budaya
2. Kegunaan praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pikiran bagi Camat Dungingi, dalam rangka
untuk menciptakan budaya kerja yang dapat mendukung peningkatan akuntabilitas kinerja
3. Kegunaan penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi para peneliti berikutnya yang ingin meneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan nilai-nilai suatu bangsa dan masyarakat Indonesia, budaya diolah menjadi
nilai-nilai baru, yang menjadi sikap dan tindakan para pimpinan yang menghadapi tantangan
baru. Budaya tempat kerja mungkin tampak menakutkan, tetapi harus diupayakan secara
serius melalui proses tata kelola yang melibatkan semua sumber daya manusia dalam
serangkaian sistem, alat, dan teknologi pendukung (dikutip dari Khaerul umam. 2010.
Halaman 150).
Budaya kerja merupakan wahana untuk mengubah cara kerja lama menjadi cara kerja
baru yang berfokus pada kepuasan pelanggan dan masyarakat. Mutu atau kualitas produk
(jasa atau barang), cara kerja dan sumber daya manusia harus diukur dan disepakati bersama.
Pengukuran kualitas mengenai persyaratan, bentuk, warna, estetika, daya tahan, kinerja atau
kinerja, waktu, garansi, layanan, antara lain. Adapun landasan kualitas karena tingkat kualitas
pekerja yang berkualitas, semua orang terlibat dalam proses kerja dan sudah tahu apa yang
harus dilakukan dalam pekerjaan yang sama, sehingga mereka tampil dengan baik dan
Budaya tempat kerja adalah filosofi yang didasarkan pada pandangan hidup sebagai
sifat, kebiasaan, dan nilai-nilai penggerak yang tertanam dalam kehidupan suatu kelompok
masyarakat atau organisasi, yang kemudian bertransisi dari sikap ke tindakan, keyakinan,
cita-cita, pendapat, dll, yang mencerminkan tindakan yang muncul sebagai 'pekerjaan' atau
perencanaan, produksi dan pelayanan produk berkualitas tinggi dalam arti yang optimal,
Dengan demikian, dapat disimpulkan sebagai berikut (dikutip dari Khaerul umam.
2010:151) yaitu:
• Budaya kerja merupakan salah satu komponen kualitas manusia yang erat kaitannya
dengan jati diri bangsa, dan merupakan tolak ukur pembangunan yang mendasar.
• Budaya kerja menentukan integritas suatu bangsa dan merupakan faktor utama dalam
• Budaya kerja sangat erat kaitannya dengan nilai-nilainya, terutama filosofi negara
• Perubahan dari nilai-nilai lama ke nilai-nilai baru membutuhkan waktu untuk menjadi
kebiasaan, dan terus ditingkatkan dan ditingkatkan, sehingga program budaya kerja
Menurut Budhi Paramita yang dikutip (Khaerul umam. 2010. halaman 151) budaya
1. Sikap terhadap pekerjaan, yakni kesukaaan akan kerja dibandingkan dengan kegiatan lain,
sendiri, atau merasa terpaksa melakukan sesuatu hanya untuk kelangsungan hidupnya.
Sikap kerja adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang pekerja, segala sesuatu
yang harus dilakukan oleh seorang pekerja yang hasilnya sebanding dengan usaha yang
dilakukan. Sikap terhadap pekerjaan juga diartikan sebagai kecenderungan untuk merasa
dan berpikir puas atau tidak puas terhadap pekerjaan seseorang. Sikap kerja merupakan
evaluasi terhadap kesesuaian alat kerja yang digunakan pada saat pekerja bekerja dengan
ketinggian tertentu. Dalam bekerja, sangat penting untuk diperhatikan bahwa postur kerja
Anda harus dalam keadaan seimbang agar dapat bekerja dengan nyaman dan dalam waktu
yang lama. Pegawai yang memiliki sikap kerja yang positip akan bekerja dengan
xxii
semangat kerja yang tinggi, bekerja dengan cepat, menyelesaikan tugas tepat waktu, dan
2. Perilaku pada waktu bekerja, seperti rajin, bertanggungjawab, kemauan yang kuat untuk
mempelajari tugas dan kewajibannya, suka membantu sesama pegawai, atau sebaliknya.
Perilaku anggota organisasi ditentukan oleh banyak faktor. Tingkah laku seseorang dapat
dipengaruhi oleh kemampuannya. Hal ini sebagian didorong oleh kebutuhan, sebagian
oleh harapan dan pengaruh lingkungan. Karena banyaknya faktor yang mempengaruhi
kondusif bagi pelaksanaan kerja yang efektif. Dikutip dari pendapat Shane & Glinov
(2008:195) perilaku dan kinerja individu dipengaruhi langsung oleh empat (4) faktor,
yaitu motivasi, kemampuan, peran persepsi, dan faktor-faktor situasional. Dari pengertian
ini dapat dikatakan bahwa perilaku meliputi semua aspek yang mencerminkan sikap dan
tindakan seseorang dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya yang pada akhirnya
Perilaku kerja merupakan aktivitas individu pada suatu organisasi dalam mencapai tujuan
organisasi. Sedangkan definisi Robbins tentang perilaku kerja, di sisi lain, adalah cara di
mana orang menyadari diri mereka di lingkungan kerja, menekankan sikap di tempat
kerja dan menekankan sikap pekerja untuk menentukan apa yang dilakukan di
lingkungan kerja. Dari sini dapat disimpulkan bahwa perilaku kerja adalah aktivitas
individu dalam suatu organisasi, dan diwujudkan melalui sikap kerja sesuai dengan
lingkungan kerja berdasarkan nilai-nilai kerja individu, dan dengan demikian menuju
(dikutip dari Khaerul umam. 2010. halaman 152) menyatakan bahwa di era global ini,
Perpaduan upaya pengelolaan ini mengusung konsep yang disebut Total Quality Governance
Sangat masuk akal untuk menerapkan budaya tempat kerja untuk mengubah sikap dan
perilaku SDM dan mencapai kinerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa
depan. Manfaat yang dicapai antara lain terjaminnya kualitas hasil kerja yang lebih baik,
(pelanggan, teknis, sosial, ekonomi, dan faktor eksternal lainnya), mengurangi pelaporan
berupa data atau informasi yang salah atau tidak akurat (dikutip dari Khaerul umam. 2010.
halaman 152).
Masih banyak manfaat lainnya seperti peningkatan kepuasan kerja, kerjasama yang
lebih erat, peningkatan disiplin, pengawasan fungsional yang kurang, pemborosan yang lebih
sedikit, ketidakhadiran yang lebih sedikit, keinginan untuk terus belajar, keinginan untuk
xxiv
melakukan yang terbaik bagi organisasi dll. lainnya (dikutip dari Khaerul umam. 2010.
halaman 152).
Budaya tempat kerja sebagai proses koordinasi eksternal yang menentukan bagaimana
organisasi mencapai tujuannya dan bagaimana berinteraksi dengan pihak luar. Budaya ini
menentukan tingkat adaptasi suatu organisasi dalam merespon perubahan zaman, persaingan,
inovasi dan pelayanan terbaik kepada konsumen. Ketika kita berbicara tentang budaya kerja,
biasanya kita mengartikan bahwa semua anggota organisasi memiliki persepsi yang sama
tentang apa artinya hidup bersama. Pemahaman sederhana ini dalam praktiknya berarti bahwa
sangat penting untuk memiliki pemahaman yang benar tentang bagaimana bertindak dan
berperilaku dalam suatu organisasi. Ini adalah pemahaman yang diterima oleh organisasi.
Budaya kerja yang kuat dan positif akan memberikan dampak yang positip pada kinerja
pegawai, sebagaimana dinyatakan oleh Deal, Kennedy, Miner, Robbins (yang dikutip
Perilaku pegawai secara tidak sadar dikendalikan dan diatur oleh kekuatan informal
Adanya nasehat dan kerjasama atau partisipasi dalam hal-hal yang merupakan
memuaskan.
xxv
Memiliki dampak yang kuat pada organisasi dalam tiga dimensi: arah perilaku dan
Ada lima fungsi budaya organisasi menurut Stephen P. Robbins (yang dikutip Pabundu
Mempermuda timbulnya komitmen yang lebih luas dari pada kepentingan individual
seseorang
Sebagai mekanisme kontrol dan logis yang memandu dan membentuk sikap dan
perilaku pegawai.
kegiatan/program/kebijakan untuk mencapai tujuan, sasaran, misi dan visi organisasi yang
tertuang dalam rencana strategis organisasi. Istilah prestasi sering digunakan untuk
individu. Prestasi hanya dapat diketahui jika seseorang atau sekelompok orang memiliki
kriteria keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya. Kriteria prestasi ini diberikan dalam
bentuk tujuan atau target tertentu yang ingin dicapai. Tanpa tujuan dan target, tidak
mungkin mengetahui kinerja individu dan organisasi karena tidak ada tolak ukur (dikutip dari
Pengukuran kinerja adalah proses mengevaluasi kemajuan pekerjaan menuju tujuan dan
sasaran tertentu. Ini termasuk informasi tentang efisiensi penggunaan sumber daya dalam
produksi barang dan jasa, kualitas barang dan jasa (seberapa baik mereka dikirimkan kepada
pelanggan dan untuk tujuan apa). kepuasan pelanggan), hasil kegiatan dibandingkan dengan
efektivitas sarana untuk mencapai tujuan dan tujuan yang diinginkan (Robertson, 2002)
pencapaian tujuan tertentu yang diturunkan dari tujuan strategis suatu organisasi. Whitaker
(dalam BPKP, 2000) menjelaskan bahwa pengukuran kinerja merupakan alat manajemen
Kecemasan yang didasarkan pada ketidakpuasan muncul ketika kesadaran publik akan
untuk administrasi pemerintah untuk bertanggung jawab atas kepercayaan yang ditempatkan
di dalamnya. Dengan kata lain, kinerja instansi pemerintah kini mendapat perhatian lebih
karena masyarakat mulai mempertanyakan manfaat yang akan mereka terima dari layanan
mereka.
yang diamanatkan oleh publik. Ukuran ini menunjukkan bagaimana kinerja yang
Jelaslah bahwa pencapaian tujuan organisasi memerlukan kinerja pegawai yang prima.
Kinerja karyawan yang lebih baik mengarah pada pelaksanaan tugas yang lebih efektif dan
efisien, membantu pegawai mencapai tujuan perusahaan secara akurat dan cepat.
Campbell dkk. (dikutip dari khaerul umam. 2010. hlm. 186) menyatakan bahwa apa
yang dilihat, kinerja pribadi individu, terkait dengan tujuan organisasi. Kinerja yang baik
merupakan salah satu tujuan organisasi untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi.
xxvii
Menurut Ratundo dan Sackett (dikutip dalam Khaerul Umam (2010.page.188)) kinerja adalah
segala tindakan atau tindakan yang dikendalikan oleh seorang individu yang berkontribusi
Khaerul umam (2010, hlm. 186) menyatakan bahwa prestasi juga dapat diartikan
sebagai keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu tugas. Ukuran keberhasilan setiap
karyawan bergantung pada fungsi pekerjaan spesifik mereka dalam bentuk aktivitas selama
periode waktu tertentu. Dengan kata lain, ukuran keberhasilan pencapaian didasarkan pada
tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam rencana strategis organisasi. Istilah
prestasi sering digunakan untuk menunjukkan tingkat pencapaian atau keberhasilan individu
Sebagai upaya memenuhi kebutuhan hidup manusia, manusia berusaha baik melalui
kegiatannya sendiri maupun secara tidak langsung melalui kegiatan orang lain. Aktivitas
adalah proses yang dilakukan seseorang dengan atau tanpa alat, dengan menggunakan akal,
pikiran, indera, anggota badan, untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan berupa barang
atau jasa. Proses memperoleh kepuasan melalui aktivitas langsung orang lain ini disebut
pelayanan.
oleh karena itu memerlukan dukungan orang lain atau organisasi tertentu untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Pelayanan publik dapat dipandang sebagai kegiatan yang dilakukan oleh
xxviii
sekelompok orang atas dasar faktor material, melalui sistem, prosedur, dan metode tertentu,
mewujudkan kepentingan orang lain sesuai dengan haknya (dikutip dari Moenir, 2008:27).
Dikutip dari Moenir (2008:27), mengemukakan bahwa karena layanan adalah proses,
maka pada dasarnya adalah merupakan serangkaian kegiatan. Kebutuhan dan layanan
manusia dijelaskan oleh Life Cycle Theory of Leadership karena proses layanan teratur dan
Masih dikutip dari Moenir (2008:190), bahwa bentuk layanan umum yang dilakukan
Pelayanan lisan diberikan oleh personel humas, personel layanan informasi, dan personel lain
yang memberikan klarifikasi atau informasi kepada pihak yang membutuhkan. Sebuah
layanan harus memenuhi beberapa kondisi agar dapat bekerja dengan baik seperti yang
diharapkan.
Dapat menjelaskan permintaan dengan lancar, singkat, tetapi jelas sehingga penerima
Adalah bentuk pengabdian yang paling menonjol dalam pelaksanaan tugas pengabdian
penggunaan layanan otoritas dan lembaga dalam bentuk surat dan sketsa oleh pihak yang
berkepentingan.
• Tanggapan atau layanan tertulis dalam bentuk pertanyaan, laporan, keluhan, instruksi, dan
Layanan lisan dan tertulis sering digabungkan. Hal ini karena umumnya hubungan verbal
terutama hubungan pelayanan. Kecuali untuk apa yang secara khusus dilakukan melalui
hubungan tertulis, faktor jarak hanya berfokus pada perilaku itu sendiri yang diharapkan
dari pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, tujuan utama korban adalah untuk
keterampilan.
pemerintahan yang berhasil. Tentunya kondisi ini juga menjadi syarat yang harus dipenuhi
oleh seluruh pemerintah kota dan kabupaten di Indonesia. Tuntutan ini meningkat selama
lima tahun terakhir karena meningkatnya kewenangan yang diberikan kepada pemerintah
kota dan kabupaten setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Moenir (2008:41) mengatakan sebagai pihak yang ingin memperoleh pelayanan yang
1. Mudah untuk menangani keuntungan dengan layanan cepat dalam arti tidak ada kendala
sesekali:
xxx
d) atau kecacatan lainnya dianggap sangat mengganggu oleh mereka yang terkena
dampak.
2. Tidak menggunakan keluhan, sindiran, atau bahasa sejenis yang mengarah ke nada
menuntut, baik untuk alasan layanan (pembelian kertas, mengubah tarif salin/cetak) atau
3. Diperlakukan sama untuk keuntungan yang sama secara tertib, tanpa diskriminasi. Ini
berarti bahwa jika suatu aplikasi perlu diantrekan untuk diproses, semua antrian
diperlukan secara fisik dan dari perspektif antrian seperti yang lainnya. Jika tidak
4. Pelayanan yang jujur dan terbuka, yaitu jika ada kendala karena masalah yang tidak bisa
emosi tanpa emosi. Sebagai aturan, jika orang berbicara secara terbuka tentang kesulitan
Pendapat lain Lijan Poltak Sinambela (2018. p.5) menyatakan bahwa pelayanan publik
adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah kepada sekelompok orang, semua kelompok
atau badan yang melakukan kegiatan yang menguntungkan dan memberikan kepuasan, tetapi
hasilnya tidak. Secara fisik melekat pada produk. Pelayanan publik didefinisikan sebagai
penyediaan layanan yang menarik bagi suatu organisasi (melayani kebutuhan individu atau
xxxi
masyarakat) sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. Selain itu, menurut
meliputi pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan penerima pelayanan dan pelaksanaan
mengemukakan bahwa dalam melakukan pelayanan sepenuh hati terdapat tiga paradigma
pengikat yang seyogyanya dipahami oleh aparatur pelayanan. Paradigma tersebut adalah
sebagai berikut.
Harga diri tidak diukur dengan apa yang anda miliki atau apa yang Anda lakukan untuk hidup
Anda. Misalnya, seseorang yang pekerjaannya mengemas barang belanjaan tidak merasa
minder dengan pekerjaan itu. Ini karena dia percaya diri dan memiliki kemampuan untuk
berinteraksi dengan orang lain. Sikap terhadap diri sendiri ini ketika kita menganggap diri
kita tidak berharga dan membangun citra diri kita berdasarkan jumlah materi yang kita miliki,
bukan pada siapa kita sebenarnya, itu mengarah pada perasaan negatif.
Pekerja pengemasan makanan menghormati orang lain, konsumen, dan barang yang mereka
beli. Ini bisa dilihat dari cara mereka membungkus bahan makanan dan cara mereka
emosional dengan setiap klien. Dia menggunakan makanan sebagai alat untuk belajar lebih
banyak tentang hidupnya dan terkadang bertindak sebagai penasihat imajinatif tentang resep
dan nutrisi. Pilihan makanan memungkinkan dia untuk belajar lebih banyak tentang dirinya
dan menyesuaikan komentarnya agar sesuai dengan minat dan kepribadian konsumen.
Pekerja pengemasan makanan menjadikan pekerjaan mereka penting dan istimewa. Dia
efisien dan hati-hati. Ia bangga pada dirinya sendiri karena barang-barang yang ia kemas
tidak pernah pecah atau rusak. Ini terhubung dengan perasaan pribadi dan mengesankan
pekerjaan sambil memperhatikan konsumen dan acara-acara khusus. Dia tidak khawatir
tentang melihat pekerjaan sebagai bagian dari dirinya dan menemukan cara untuk memberi
Lebih lanjut Moenir (2008:88) mencatat bahwa pelayanan publik memiliki beberapa
faktor pendukung yang penting. Hal ini meliputi faktor kognitif pegawai negeri dan pejabat
yang bekerja di bidang pelayanan publik, faktor regulasi yang menjadi dasar penyelenggaraan
pelayanan, faktor organisasi, alat dan sistem yang menjalankan mekanisme kegiatan
pelayanan, pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimal. unsur, unsur
1) Faktor kesadaran. Kesadaran mewakili keadaan jiwa, yang merupakan pertemuan atau
2) Faktor aturan. Aturan penting dalam semua tindakan dan tindakan manusia, itu adalah
alat.Semakin progresif dan pluralistik suatu masyarakat, semakin besar peran aturan.
3) Faktor organisasi. Organisasi layanan pada dasarnya tidak berbeda dari organisasi umum,
tetapi ada sedikit perbedaan dalam penerapannya, karena tujuan layanan ditujukan secara
4) Faktor pendapatan. Penghasilan atau pendapatan adalah imbalan kotor berupa uang,
barang, atau fasilitas untuk tenaga dan/atau pikiran yang diberikan kepada orang atau
6) Faktor sarana pelayanan. Sarana pelayanan yang dimaksud di sini ialah segala jenis
peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat
utama/penolong dalam melakukan pekerjaan. fasilitas yang berfungsi. Ini juga berfungsi
secara sosial untuk kepentingan mereka yang berhubungan dengan organisasi kerja.
kertas, yang sangat didambakan oleh setiap orang yang membutuhkan layanan. Seluruh
proses manajemen yang dilakukan di kantor merupakan proses pelayanan, yang outputnya
ditujukan untuk orang, kelompok orang, atau tempat lain di kantor. Tidak peduli seberapa
kecil, ada dua jenis layanan. Pertama, pelayanan internal (vertikal-horizontal dan diagonal).
Data dikumpulkan dari tempat kerja di dalam dan di luar gedung melalui pengamatan, survei,
dan perhitungan menggunakan alat tradisional dan non-tradisional. Data yang dihasilkan
diolah agar masuk akal sesuai dengan tujuan pencarian data dan diubah menjadi informasi.
Menurut Kotler yang dikutip oleh Lijan P. Sinambela (2018:4), jasa adalah suatu
kegiatan yang menguntungkan dan memberikan kepuasan kepada suatu kelompok atau unit,
tetapi hasilnya tidak terikat secara fisik dengan produk. Lebih lanjut Sampara dalam
Sinambela (2018:5) menyatakan bahwa pelayanan adalah suatu kegiatan atau serangkaian
xxxiv
kegiatan yang dilakukan dalam interaksi langsung antara satu orang dengan orang lain atau
Tentunya kedua kualitas tersebut harus dipenuhi agar dapat memberikan pelayanan
yang berkualitas. Pelayanan publik tidak memadai karena negara berkembang umumnya
gagal memenuhi kedua karakteristik tersebut. Secara rinci, master menunjukkan berbagai
pelayanan pelanggan;
pelayanan pelanggan;
organisasi;
11. Ketidaktepatan dalam memberikan perhatian pada pelanggan, baik internal maupun
eksternal;
12. Ketidaktepatan dalam pemberdayaan dan kerja sama. (dikutip dari Lijan p. sinambela,
2018:hal.7).
xxxv
Selanjutnya dikutip dari Lijan p. sinambela (2018: hal.6) secara teori, tujuan pelayanan
publik pada dasarnya adalah untuk menyenangkan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan
tersebut diperlukan kualitas pelayanan yang unggul yang tercermin dalam: Pertama,
transparansi yaitu layanan yang terbuka, sederhana, tersedia untuk semua pihak, dan
Kedua, akuntabilitas, yaitu pelayanan yang dapat ditagih menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan.
efektivitas.
kebutuhan dan harapan mereka. Kelima, kesetaraan, pelayanan yang tidak membeda-bedakan
dalam hal apapun, terutama atas dasar suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan
Masyarakat memiliki banyak sumber daya untuk mendapatkan pelayanan publik, terutama
yang disediakan oleh birokrasi pemerintah dan polisi, kita belum memiliki kepastian biaya.
dan waktu. Sektor swasta menawarkan lebih banyak keamanan informasi dan juga memiliki
fasilitas yang berbeda. Gejala terakhir ini tidak lepas dari meningkatnya persaingan antar
pelaksana kebijakan. Mekanisme pasar yang didorong oleh kebijakan persaingan berhasil
memberikan pelayanan yang murah, responsif, dan inovatif. Di sisi lain, struktur administrasi
masih menderita penyakit birokrasi seperti: Kelambatan, kebingungan, dan kualitas yang
buruk.
xxxvi
yang diamanatkan oleh pemangku kepentingan untuk mencapai misi organisasi. Pencapaian
kinerja harus dapat diukur terhadap target yang telah ditetapkan dan ditunjukkan melalui
laporan kinerja secara berkala kepada instansi pemerintah. Oleh karena itu, akuntabilitas
merupakan salah satu prinsip dalam praktik tata kelola yang baik dan merupakan bentuk
akuntabilitas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yakni (1) Peraturan
Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
(2) Keputusan Sekretaris Negara Nomor 53 Tahun 2014 tentang Penguatan Aparatur dan
Birokrasi Nasional tentang Pedoman Teknis Tata Cara Peninjauan Kontrak Kinerja, Laporan
Kinerja, dan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. (3) Keputusan Menteri Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi Nomor 51 tentang Penerapan Sistem Akuntansi Pelayanan Pada
Instansi Pemerintah, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 40 Tahun
nilai inti dari sistem politik. Warga negara memiliki hak untuk mengetahui apa yang
dilakukan pemerintah mereka karena kekuasaan adalah misi mereka. Warga negara harus
bertentangan dengan hukum, moralitas atau praktik yang tidak adil. Semua warga negara
berhak menuntut ganti rugi ketika hak-hak mereka dilanggar oleh pemerintah atau ketika
setiap organisasi pelayanan publik harus memiliki komite etik yang: a) mengawasi sistem
transparansi dalam penyingkapan keuangan publik; b) laporan audit aset, pendapatan dan
xxxvii
kewajiban kepada pejabat publik; (c) mempertimbangkan laporan hubungan bahaya untuk
meminimalkan konflik kepentingan; (d) Komite Etik akan terlibat dalam semua rapat staf dan
pengambilan keputusan untuk mengatasi masalah etika dan memfasilitasi audit dan tinjauan
dengan memberikan perlindungan hukum bagi pelapor, fasilitas komunikasi, hotline dan
instruksi pelaporan yang andal; Oleh karena itu, peran komite etik ini dapat menjadi pintu
gerbang perubahan dalam organisasi pelayanan publik. Transformasi harus dimulai dengan
mengganti seluruh personel SDM dengan staf baru dengan visi mengubah budaya etis
organisasi layanan publik. Menanggapi kebutuhan publik berarti terbuka terhadap komentar
dan modifikasi dari komunitas yang kami layani. Masyarakat harus dilibatkan dalam
baik
memiliki informasi yang tepat waktu, andal, dan relevan tentang kegiatan pemerintah.
Keterbukaan ini tidak hanya mencari legitimasi, tetapi juga merupakan bagian dari politik
citra. Transparansi harus ditempatkan dalam kerangka partisipasi, karena keterbukaan akses
perencanaan dan pelaksanaan kebijakan publik. Transparansi akan sulit dicapai jika
utama adalah untuk memastikan transparansi keuangan. Dengan pengelolaan fiskal yang
baik, pemerintah tidak perlu ragu untuk menuntut transparansi. Reformasi keuangan berarti
Dikutip dari pendapat H. Surjadi (2009, hal.66) akuntabilitas kinerja pelayanan dapat
dilihat dari:
a) Akuntabilitas kinerja pelayanan publik dapat dilihat berdasarkan proses yang antara
kedisiplinan).
b) Akuntabilitas kinerja pelayanan publik harus sesuai dengan standar atau akta/janji
c) Standar pelayanan publik harus dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka, baik
kepada publik maupun kepada atasan ataupun pimpinan unit pelayanan instansi
publik atau jika pengaduan masyarakat tidak mendapat tanggapan sesuai dengan
publik memerlukan strategi pembaharuan yang meliputi tiga aspek: a) Aspek reformasi
proses pemenuhan kewajiban pemerintah; Upaya mewujudkan tata pemerintahan yang baik
kemungkinan akan lebih efektif jika didukung oleh metode dan pendekatan partisipatif.
Metode dan pendekatan partisipatif terkait dengan upaya manajemen hubungan masyarakat
yang penting, termasuk semua kegiatan pembangunan yang terlibat. Hal ini dapat dicapai
xxxix
dengan melibatkan setiap instansi atau pihak yang berkepentingan dalam upaya hubungan
masyarakat melalui forum terbuka seperti media massa, forum publik dan forum komunitas
yang lebih luas lainnya. Metode ini memungkinkan instansi pemerintah mengetahui aspirasi
pembangunan.
memberikan pelayanan yang profesional kepada konsumen merupakan kewajiban yang harus
dilakukan oleh penyedia jasa, yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1999. No. diatur.
memberikan pelayanan yang profesional kepada konsumen merupakan syarat yang tidak
Penelitian ini akan membahas tentang pengaruh budaya kerja terhadap akuntabilitas
kinerja pelayanan pada Kantor Camat Dungingi Kota Gorontalo. Untuk variabel budaya kerja
(X), peneliti menggunakan pendapat budhi paramita yang dikutip Khaerul Umam (2018:151)
bahwa budaya kerja dapat dibagi menjadi: 1) sikap terhadap pekerjaan, dan 2) perilaku pada
waktu bekerja.
d) penyimpangan yang terkait dengan akuntablitas kinerja pelayanan publik harus diberikan
kompensasi.
AKUNTABILITAS KINERJA
PELAYANAN (variabel Y)
Dari pendapat H. Surjadi (2012, hal.66)
2.7. Hipotesis
1. Budaya kerja berupa sikap terhadap pekerjaan (X1) dan perilaku pada waktu bekerja
(X2) secara simultan berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan pada Kantor
2. Budaya kerja berupa sikap terhadap pekerjaan (X1) secara parsial berpengaruh terhadap
3. Budaya kerja berupa perilaku pada waktu bekerja (X2) secara parsial berpengaruh
terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan pada Kantor Camat Dungingi Kota Gorontalo.
BAB III
Objek dalam penelitian ini adalah pengaruh budaya kerja berupa sikap terhadap
pekerjaan (X1) dan perilaku pada waktu bekerja (X2) terhadap akuntabilitas kinerja
pelayanan (Y) pada Kantor Camat Dungingi Kota Gorontalo. Dalam melakukan penelitian ini
pengumpulan data dasar, dan penelitian survei yang dipilih menggunakan frase, gambar, dan
Dalam penelitian ini peneliti menetapkan budaya kerja berupa sikap terhadap pekerjaan
dan perilaku pada waktu bekerja sebagai variabel X dan akuntabilitas kinerja pelayanan
perlu dijelaskan operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini pada tabel 3.1
berikut ini.
xlii
Tabel 3.1
Operasionalisasi variabel X
Tabel 3.2
Operasionalisasi variabel Y
Indikator:
- profesionalitas Petugas bersikap profesioanal
petugas,
dalam memberikan pelayanan
kelengkapan Ordinal
sarana dan Sarana dan prasarana kerja yang
prasarana, dan
kedisiplinan) memadai
Petugas bersikap disiplin dalam
xliii
memberikan pelayanan
sesuai dengan Hasil pelayanan sesuai dengan Ordinal
standar atau standar yang telah ditetapkan
akta/janji pelayanan
Akuntabilitas publik yang telah
ditetapkan
Kinerja
Standar pelayanan Standar pelayanan Ordinal
Pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan
dipertanggung (diinformasikan) secara terbuka
(variabel Y)
jawabkan secara kepada masyarakat
terbuka
Penyimpangan yang Diberikan kompensasi kepada Ordinal
terkait dengan masyarakat yang dirugikan dalam
akuntablitas kinerja pelayanan publik
pelayanan publik
harus diberikan
kompensasi kepada
kepada penerima
pelayanan
Masyarakat dapat Disediakan wadah berupa kotak Ordinal
melakukan penilaian saran kepada masyarakat untuk
terhadap kinerja menilai hasil pelayanan yang
pelayanan secara diterima
berkala
Disediakan Disediakan unit untuk Ordinal
mekanisme menampung keluhan masyarakat
pertanggungjawaban atas pelayanan yang diterima
bila terjadi kerugian
dalam pelayanan
publik
Sumber : Akuntabilitas Kinerja Pelayanan (variabel Y) (Dikutip dari pendapat H.
Surjadi, 2012, hal.66)
pengukuran adalah skala Likert. Kuesioner akan disusun dengan menyiapkan lima (5) pilihan
pertanyaan. Setiap pilihan akan diberikan bobot nilai yang berbeda, yaitu seperti tampak
Tabel 3.3
Pilihan Bobot
xliv
Selalu 5
Sering 4
Kadang-kadang 3
Jarang 2
Tidak pernah 1
3.2.3.1. Populasi
Menurut Sugiyono yang dikutip oleh Riduwan (2018:54), populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang ditentukan oleh peneliti yang diteliti dan
yang himpunan serta ciri-cirinya yang spesifik selanjutnya menarik kesimpulan. Dalam
penelitian ini yang menjadi populasi adalah aparatur di Kantor Camat Dungingi Kota
3.2.3.2. Sampel
Sampel menurut Arikunto dalam Riduwan (2018:56) adalah bagian dari populasi
(sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik sampling jenuh (sensus) untuk aparatur kecamatan yang berjumlah 17. Menurut
Riduwan (2018:64) sampling jenuh ialah teknik penarikan sampel apabila semua populasi
digunakan sebagai sampel atau sensus. Adapun penarikan sampel untuk warga masyarakat
menggunakan teknik aksidental, yaitu peneliti hanya mengambil warga masyarakat yang
kebetulan bertemu dengan peneliti dan memilki pemahaman terkait aktivitas aparatur
kecamatan dalam pemberian pelayanan publik, yakni sebanyak 22 orang. Dengan demikian
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan dalah sebagai berikut:
xlv
1) Sumber primer: data ini bersumber dan responden secara langsung. Dalam prakteknya
buku-buku, majalah, dan keterangan lainnya yang ada kaitannya dengan obyek
penelitian.
diolah dan analisis. Menurut Riduwan (2018:99) angket adalah daftar pertanyaan
yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai
pengamatan langsung pada tempat penelitian, yakni Kantor Camat Dungingi Kota
Gorontalo.
Tentu saja, memperoleh data yang baik dalam arti perkiraan (objektif) realitas
membutuhkan peralatan atau alat pengumpulan data yang baik. Untuk meyakini bahwa
instrumen atau meteran yang Anda gunakan valid dan reliabel, Anda harus terlebih dahulu
3.2.6.1.Uji validitas
Uji validitas bertujuan untuk melihat seberapa baik suatu alat ukur itu masuk akal.
Penelitian ini menggunakan rumus Teknik Korelasi Product Moment Pearson untuk
menghitung korelasi antara setiap pertanyaan dengan skor total untuk menemukan pertanyaan
xlvi
yang valid dan tidak valid. Soal yang tidak valid dibuang dan soal yang valid dilanjutkan ke
tahap selanjutnya.
n ∑XY – ( ∑X )( ∑Y )
rxy =
√ (( n ∑X2 ) - ( ∑X)2 ) (( n∑Y2 ) - ( ∑Y)2 )
Di mana:
r = Koefisien korelasi
X = Variabel bebas
Y = Variabel terikat
n = Banyaknya sampel
Selanjutnya untuk mencari makna hubungan variabel X (variabel bebas) terhadap variabel Y
(variabel dependent), maka hasil korelasi Pearson Produk Moment tersebut diuji signifikansi
dengan rumus:
r √ n-2
t hitung =
√ 1-r2
Keterangan:
t = Nilai t hitung
n = Jumlah responden
kemudian di transpormasi ke nilai t –student dan dibandingkan dengan tabel –t pada derajat
bebas (n-2), taraf signifikansi yang dipilih. Bila nilai t yang diperoleh berdasarkan
perhitungan nilainya lebih besar dari nilai t tabel, maka pertanyaan dikatakan valid dan bila
nilai t dibawah atau sama dengan nilai t tabel maka pertanyaan dikatakan tidak valid.
xlvii
Dan untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini digunakan dengan teknik Alfa
Cronbach (a) dilakukan untuk jenis datta interval/easy instrument yang telah memiliki
tingkat keandalan atau reliabilitas yang dapat diterima, jika nilai keofisiennya reliabilitas
Dimana :
a = Relibilitas intrument
k = Banyaknya pertanyaan
Tabel 3.4
R Keterangan
Kuesioner dibagikan kepada responden untuk mengukur variabel-variabel tersebut. Data yang
beredar dalam bentuk skala urutan, dan peneliti perlu mengubah data untuk menganalisis
penelitian ini. Proses pengubahan data dari skala ordinal ke skala interval biasa terjadi
Hal ini dapat dilakukan melalui suatu metode menurut Riduwan (2018:187), dengan langkah-
Rentang
i =
Banyaknya kelas
∑ . ƒiXi
x =
n
g. Mencari simpangan baku (standar deviasi), dengan rumus :
n . ∑ ƒiXi 2 – (∑ ƒiXi)2
S = √
n.( n – 1 )
xlix
_
( Xi –x)
Ti = 50 + 10
S
Dimana:
Ti = Data interval
Xi = Data ordinal
_
x = Nilai rata-rata
S = Simpangan baku
Untuk memastikan bahwa apakah ada pengaruh budaya kerja berupa sikap terhadap
pekerjaan (X1) dan perilaku pada waktu bekerja (X2) terhadap akuntabilitas kinerja
pelayanan (Y) pada Kantor Camat Dungingi Kota Gorontalo, maka pengujian dilakukan
dengan uji analisis jalur, dengan terlebih dahulu mengkonversi data skala ordinal ke skala
interval serta analisa jalur dapat dilihat pada gambar berikut ini.
(X1) ε
PyX1 Pyε
rx1x2
Y
PyX2
(X2)
Dimana :
l
Pada gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa sikap terhadap pekerjaan (X1)
berpengaruh langsung terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan (Y), perilaku pada waktu
bekerja (X2) berpengaruh langsung terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan (Y). Sikap
terhadap pekerjaan (X1) memiliki hubungan korelasi dengan perilaku pada waktu bekerja,
serta teradapat variabel luar yang tidak diteliti namun turut mempengaruhi variabel Y yang
dinyatakan dengan simbol epsilon (ε). Dengan adanya struktur jalur tersebut, maka dapat
BAB IV
Visi:
Kota SMART
Misi:
1. Camat
wilayahnya;
lii
maupun swasta serta instansi vertikan yang ada diwilayah kecamatan untuk
produktivitas kerja;
2. Sekretaris kecamatan
tugas pokok dan fungsi dalam rangka kelancaran penyelenggaraan pemerintahan kecamatan.
Uraian Tugas :
kecamatan sesuai dengan program utama yang telah ditetapkan dan kebijakan
oleh perangkat kecamatan berdasarkan rencana strategis (resnstra) dan rencana kerja
tugas pokok dan fungsi masing-masing sub bagian agar pelaksanaan tugas dapat
sesuai dengan standar oprasional yang telah ditentukan untuk kelancaran pelaksanaan
cara membandingkan antara rencana kerja dan kegiatan yang telah dilaksanakan
dengan kegiatan yang telah dilaksanakan secara berkala sebagai laporan pertanggung
Tahapan :
g. Melaksanakan tugas kadinasan lain yang diperintahkan pimpinan baik lisan maupun
tertulis
i. Menyiapkan bahan rapat camat dan keperluan ruang rapat yang dilaksanakan
kecamatan
3. Seksi Pemerintahan
pemerintahan.
dan kelurahan
pertahanan/perijinan
lv
sipil
d. Penyusunan program dan pembinaan social politik, idiologi negara dan dan
2) Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), seksi keamanan
2) Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), Seksi
lingkungan
perlengkapan.
sub bagian
lvii
d) Melayani keperluan dan kebutuhan serta perawatan ruang kerja, ruang rapat/ruang
dan penghapusannya
keluar
m) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan baik lisan maupun
tertulis.
pelayanan umum
lviii
perlengkapan.
sub bagian
d) Melayani keperluan dan kebutuhan serta perawatan ruang kerja, ruang rapat/ruang
l) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan baik lisan maupun
tertulis.
kecamatan secara professional sesuai dengan kebutuhan, dan kelompok jabatan fungsional ini
Dalam suatu penelitian, langkah pertana yang harus dilakukan yakni menguji validitas
(kesahihan) dan reliabilitas (kehandalan) kuesioner penelitian, karena hasil penelitian sangat
tergantung pada alat ukur atau instrumen penelitian (kuesioner) yang digunakan peneliti dan
data yang diperoleh. Jika alat ukur atau instrumen penelitian digunakan tersebut valid dan
reliabel, maka hasil penelitian akan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Oleh
Kuesioner merupakan alat pengumpul data primer, oleh karena itu perlu diuji
validitasnya. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri atas 16 pertanyaan. Uji validitas terhadap
pertanyaan dengan skor totalnya. Adapun hasil uji validitas dari masing-masing variabel
Tabel 4.1
Uji validitas sub variabel sikap terhadap pekerjaan (X1) dan perilaku pada waktu bekerja (X2)
Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa ada empat pertanyaan yang diberikan kepada
responden untuk mengukur sikap terhadap pekerjaan (X1) dan perilaku pada waktu bekerja
pertanyaan memiliki nilai r hitung lebih besar daripada nilai t tabel = 0,325 (nilai r hitung >
r tabel), sehingga dapat diputuskan bahwa semua pertanyaan untuk mengukur sikap terhadap
pekerjaan (X1) dan perilaku pada waktu bekerja (X2), semuanya dinyatakan valid. Dengan
Tabel 4.2
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa ada delapan pertanyaan yang diberikan kepada
hitung lebih besar daripada nilai t tabel = 0,325 (nilai r hitung > r tabel), sehingga dapat
diputuskan bahwa semua pertanyaan untuk mengukur akuntabilitas kinerja pelayanan (Y),
semuanya dinyatakan valid. Dengan demikian pengujian kuesioner dapat dilanjutkan pada
pengujian reliabilitasnya.
Metode yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah dengan menggunakan metode
cronbach’s alpha, dimana tingkat keandalan atau reliabilitas yang dapat diterima jika nilai
keofisiennya reliabilitas yang terukur adalah variabel lebih besar dari 0,60 atau 60%. Hasil uji
Tabel 4.3
Uji reliabilitas sub variabel sikap terhadap pekerjaan (X1) dan perilaku pada waktu bekerja (X2)
Nilai
N of Items
Cronbach's ambang
Variabel (jumlah Kesimpulan
Alpha batas =
pernyataan)
0,60
sikap terhadap
4 0.753 0,60 Reliabel
pekerjaan (X1)
perilaku pada 4 0.689 0,60 Reliabel
waktu bekerja
lxii
(X2)
Sumber data: olahan kuesioner 2023
Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa ada 4 pertanyaan untuk mengukur sikap terhadap
pekerjaan (X1) dan perilaku pada waktu bekerja (X2). Selanjutnya, berdasarkan hasil pengujian
melalui metode Cronbach’s Alpha, didapat nilai Cronbach's Alpha untuk semua sub variabel
tersebut, semua nilainya lebih besar dari nilai ambang batas yakni 0,60. Hal ini berarti semua
pertanyaan untuk mengukur sikap terhadap pekerjaan (X1) dan perilaku pada waktu bekerja (X2) ,
dinyatakan reliabel atau terpercaya sebagai pengumpul data dalam penelitian ini.
Tabel 4.4
N of Items (jumlah
0.831 8
kinerja pelayanan (Y). Kemudian, berdasarkan hasil pengujian melalui metode Cronbach’s
Alpha, didapat nilai sebesar 0,831. Nilai ini lebih besar dari 0,60 (Cronbach’s Alpha = 0,831
> 0,60). Hal ini berarti semua pertanyaan untuk akuntabilitas kinerja pelayanan (Y),
dinyatakan reliabel atau terpercaya sebagai pengumpul data dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil tabulasi data kuesioner yang telah diisi oleh responden sebanyak 39
orang mengenai sikap terhadap pekerjaan (X1) dapat dilihat pada tabel frekuensi sebagai
berikut.
Tabel 4.5
Tanggapan responden tentang pegawai memilki semangat kerja yang tinggi dalam
memberikan pelayanan
Pertanyaan 1
Piliha Penilaian Frekuensi Persentase
n
A Selalu 15 38.5
B Sering 15 38.5
C Kadang-kadang 6 15.4
D Jarang 3 7.7
E Tidak pernah 0 0
Jumlah 39 100%
Sumber data: olahan kuesioner 2023
Pada tabel tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar reseponden, yakni sebanyak
15 orang (38,5%) mengatakan pegawai selalu dan sering pegawai memilki semangat kerja
Tabel 4.6
Tanggapan responden tentang pegawai bekerja dengan cepat dalam memberikan pelayanan
Pertanyaan 2
Piliha Penilaian Frekuensi Persentase
n
A Selalu 6 15.4
B Sering 16 41.0
C Kadang-kadang 15 38.5
D Jarang 2 5.1
E Tidak pernah 0 0
Jumlah 39 100%
lxiv
Pada tabel tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar reseponden, yakni sebanyak
16 orang (41,0%) mengatakan pegawai sering bekerja dengan cepat dalam memberikan
pelayanan.
Tabel 4.7
Tanggapan responden tentang pegawai menyelesaikan tugas tepat waktu dalam memberikan
pelayanan
Pertanyaan 3
Piliha Penilaian Frekuensi Persentase
n
A Selalu 18 46.2
B Sering 14 35.9
C Kadang-kadang 5 12.8
D Jarang 2 5.1
E Tidak pernah 0 0
Jumlah 39 100%
Sumber data: olahan kuesioner 2023
Pada tabel tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar reseponden, yakni sebanyak
18 orang (46,2%) mengatakan pegawai selalu menyelesaikan tugas tepat waktu dalam
memberikan pelayanan.
Tabel 4.8
Tanggapan responden tentang pegawai bekerja dengan rapi dalam memberikan pelayanan
Pertanyaan 4
Piliha Penilaian Frekuensi Persentase
n
A Selalu 10 25.6
B Sering 11 28.2
C Kadang-kadang 15 38.5
D Jarang 3 7.7
E Tidak pernah 0 0
Jumlah 39 100%
Sumber data: olahan kuesioner 2023
lxv
Pada tabel tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar reseponden, yakni sebanyak
memberikan pelayanan.
Berdasarkan hasil tabulasi data kuesioner yang telah diisi oleh responden sebanyak 39
orang mengenai perilaku pada waktu bekerja (X2) dapat dilihat pada tabel frekuensi sebagai
berikut.
Tabel 4.9
Tanggapan responden tentang pegawai rajin dalam memberikan pelayanan
Pertanyaan 1
Piliha Penilaian Frekuensi Persentase
n
A Selalu 15 38.5
B Sering 14 35.9
C Kadang-kadang 6 15.4
D Jarang 4 10.3
E Tidak pernah 0 0
Jumlah 39 100%
Pertanyaan 2
Piliha Penilaian Frekuensi Persentase
n
A Selalu 5 12.8
B Sering 12 30.8
C Kadang-kadang 17 43.6
D Jarang 5 12.8
E Tidak pernah 0 0
Jumlah 39 100%
lxvi
Pada tabel tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar reseponden, yakni sebanyak
memberikan pelayanan.
Tabel 4.11
Tanggapan responden tentang pegawai memiliki kemauan yang kuat untuk mempelajari tugas
dan kewajibannya dalam memberikan pelayanan
Pertanyaan 3
Piliha Penilaian Frekuensi Persentase
n
A Selalu 14 35.9
B Sering 11 28.2
C Kadang-kadang 12 30.8
D Jarang 2 5.1
E Tidak pernah 0 0
Jumlah 39 100%
Sumber data: olahan kuesioner 2023
Pada tabel tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar reseponden, yakni sebanyak
14 orang (35,9%) mengatakan pegawai selalu memiliki kemauan yang kuat untuk
Tabel 4.12
Tanggapan responden tentang pegawai suka membantu sesama pegawai dalam memberikan
pelayanan
Pertanyaan 4
Piliha Penilaian Frekuensi Persentase
n
A Selalu 9 23.1
B Sering 11 28.2
C Kadang-kadang 14 35.9
D Jarang 5 12.8
E Tidak pernah 0 0
Jumlah 39 100%
Sumber data: olahan kuesioner 2023
lxvii
Pada tabel tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar reseponden, yakni sebanyak
Berdasarkan hasil tabulasi data kuesioner yang telah diisi oleh responden sebanyak 39
orang mengenai akuntabilitas kinerja pelayanan (Y) dapat dilihat pada tabel frekuensi sebagai
berikut.
Tabel 4.13
Tanggapan responden tentang petugas bersikap profesional dalam memberikan pelayanan
Pertanyaan 1
Piliha Penilaian Frekuensi Persentase
n
A Selalu 15 38.5
B Sering 9 23.1
C Kadang-kadang 9 23.1
D Jarang 3 7.7
E Tidak pernah 0 0
Jumlah 39 100%
lxviii
Tanggapan responden tentang tersedia sarana dan prasarana kerja yang memadai
Pertanyaan 2
Piliha Penilaian Frekuensi Persentase
n
A Selalu 8 20.5
B Sering 15 38.5
C Kadang-kadang 9 23.1
D Jarang 7 17.9
E Tidak pernah 0 0
Jumlah 39 100%
Sumber data: olahan kuesioner 2023
Pada tabel tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar reseponden, yakni sebanyak
15 orang (38,5%) mengatakan sering tersedia sarana dan prasarana kerja yang memadai.
Tabel 4.15
Tanggapan responden tentang petugas bersikap disiplin dalam memberikan pelayanan
Pertanyaan 3
Piliha Penilaian Frekuensi Persentase
n
A Selalu 17 43.6
B Sering 10 25.6
C Kadang-kadang 7 17.9
D Jarang 5 12.8
E Tidak pernah 0 0
Jumlah 39 100%
Sumber data: olahan kuesioner 2023
Pada tabel tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar reseponden, yakni sebanyak
17 orang (43,6%) mengatakan petugas selalu bersikap disiplin dalam memberikan pelayanan.
Tabel 4.16
Tanggapan responden tentang hasil pelayanan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
Pertanyaan 4
Piliha Penilaian Frekuensi Persentase
n
A Selalu 10 25.6
B Sering 11 28.2
C Kadang-kadang 13 33.3
D Jarang 5 12.8
E Tidak pernah 0 0
Jumlah 39 100%
lxix
Pada tabel tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar reseponden, yakni sebanyak
13 orang (33,3%) mengatakan sering hasil pelayanan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
Tabel 4.17
Tanggapan responden tentang standar pelayanan dipertanggungjawabkan (diinformasikan)
secara terbuka kepada masyarakat
Pertanyaan 5
Piliha Penilaian Frekuensi Persentase
n
A Selalu 12 30.8
B Sering 12 30.8
C Kadang-kadang 10 25.6
D Jarang 5 12.8
E Tidak pernah 0 0
Jumlah 39 100%
Sumber data: olahan kuesioner 2023
Pada tabel tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar reseponden, yakni sebanyak
Tabel 4.18
Tanggapan responden tentang diberikan kompensasi kepada masyarakat yang dirugikan
dalam pelayanan publik
Pertanyaan 6
Piliha Penilaian Frekuensi Persentase
n
A Selalu 4 10.3
B Sering 11 28.2
C Kadang-kadang 18 46.2
D Jarang 6 15.4
E Tidak pernah 0 0
Jumlah 39 100%
Sumber data: olahan kuesioner 2023
lxx
Pada tabel tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar reseponden, yakni sebanyak
Tabel 4.19
Tanggapan responden tentang petugas menyediakan wadah berupa kotak saran kepada
masyarakat untuk menilai hasil pelayanan yang diterima
Pertanyaan 7
Piliha Penilaian Frekuensi Persentase
n
A Selalu 13 33.3
B Sering 17 43.6
C Kadang-kadang 6 15.4
D Jarang 3 7.7
E Tidak pernah 0 0
Jumlah 39 100%
Pertanyaan 8
Piliha Penilaian Frekuensi Persentase
n
A Selalu 12 30.8
B Sering 12 30.8
C Kadang-kadang 9 23.1
D Jarang 5 12.8
E Tidak pernah 1 2.6
Jumlah 39 100%
lxxi
Pada tabel tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar reseponden, yakni sebanyak
12 orang (30,8%) mengatakan selalu dan sering disediakan unit untuk menampung keluhan
Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis jalur
Hipotesis pertama yang akan diuji adalah budaya kerja berupa sikap terhadap pekerjaan
(X1) dan perilaku pada waktu bekerja (X2) secara simultan berpengaruh terhadap
akuntabilitas kinerja pelayanan (Y) pada Kantor Camat Dungingi Kota Gorontalo. Metode
yang digunakan dalam menguji hipotesis ini adalah metode analisis jalur dengan bantuan
program SPSS versi 17.00 dengan hasil uji hipotesis adalah sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan matrix korelasi antara sikap terhadap pekerjaan (X1) dan
perilaku pada waktu bekerja (X2), maka diperoleh koefisien jalur variabel X 1 dan X2 terhadap
Tabel 4.21
Hasil perhitungan koefisien jalur budaya kerja berupa sikap terhadap pekerjaan (X1)
terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan (Y) adalah 0,531 (53,1%). Koefisien jalur budaya
kerja berupa perilaku pada waktu bekerja (X2) terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan (Y)
adalah 0,318 (31,8%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada struktur jalur sebagai berikut:
ε
X1
0,556
0,531
0,913 Y
0,318
X2
Dari struktur analisis jalur hubungan di atas, dapat diketahui pengaruh budaya kerja
berupa sikap terhadap pekerjaan (X1) dan perilaku pada waktu bekerja (X2) secara simultan
terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan (Y) pada Kantor Camat Dungingi Kota Gorontalo,
Tabel 4.22
0,691
Dari hasil perhitungan yang dapat dilihat pada tabel di atas diketahui bahwa budaya
kerja berupa sikap terhadap pekerjaan (X1) dan perilaku pada waktu bekerja (X2) secara
simultan berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan (Y) pada Kantor Camat
Dengan demikian hipotesis pertama yang berbunyi bahwa budaya kerja berupa sikap
terhadap pekerjaan (X1) dan perilaku pada waktu bekerja (X2) secara simultan berpengaruh
terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan (Y) pada Kantor Camat Dungingi Kota Gorontalo,
diterima.
Hipotesis kedua yang akan diuji adalah budaya kerja berupa sikap terhadap pekerjaan
(X1) secara parsial berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan (Y) pada Kantor
Camat Dungingi Kota Gorontalo. Metode yang digunakan dalam menguji hipotesis ini adalah
metode analisis jalur dengan bantuan program SPSS versi 17.00 dengan hasil pengujian
sebagai berikut:
Tabel 4.23
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa pengaruh langsung sikap terhadap
pekerjaan (X1) secara parsial terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan (Y) adalah 0,531
(53,1%). Sedangkan pengaruh total sikap terhadap pekerjaan (X1) secara parsial terhadap
Sehingga dengan demikian hipotesis yang berbunyi bahwa budaya kerja berupa sikap
terhadap pekerjaan (X1) secara parsial berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan
Hipotesis ketiga yang akan diuji adalah budaya kerja berupa perilaku pada waktu
bekerja (X2) secara parsial berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan (Y) pada
Kantor Camat Dungingi Kota Gorontalo. Metode yang digunakan dalam menguji hipotesis
ini adalah metode analisis jalur dengan bantuan program SPSS versi 17.00 dengan hasil
Tabel 4.24
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa pengaruh langsung perilaku pada waktu
bekerja (X2) secara parsial terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan (Y) adalah 0,318
(31,8%). Sedangkan pengaruh total perilaku pada waktu bekerja (X1) secara parsial terhadap
Sehingga dengan demikian hipotesis yang berbunyi bahwa budaya kerja berupa
perilaku pada waktu bekerja (X2) secara parsial berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja
4.5 Pembahasan
pelayanan publik, karena hal tersebut merupakan salah satu upaya dalam wewujudkan
yang timbul dalam pelayanan publik, salah satu penyebabnya karena tidak adanya akuntalitas
dan transparansi dalam pelayanan publik. Olehnya itu, perwujudan akuntabilitas pelayanan
publik harus diwujudkan karena hal tersebut juga dapat menekan tingkat korupsi, kolusi dan
nepotisme dalam pelayanan publik oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
komitmen yang kuat dari setiap aparatur dan instansi penyelenggara pelayanan publik.
Adapun komitmen tersebut dapat tumbuh dari adanya budaya kerja yang kuat dalam diri
aparatur pemberi layanan publik. Dalam sebuah organisasi, apapun bentuknya, budaya atau
nilai-nilai yang dianut terutama nilai dalam bekerja, juga sangat menentukan keberhasilan
organisasi tersebut. Semua manusia (termasuk aparatur pemerintah) yang lahir di atas dunia
ini sudah dibekali dengan potensi kreativitas. Oleh sebab itu, salah satu ciri yang
membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan yang lain adalah kreativitas di mana manusia
memiliki kemampuan untuk melakukan suatu karya yang sangat berguna. Dalam hal ini,
Melaksanakan budaya kerja mempunyai arti yang sangat dalam karena akan mengubah
sikap dan perilaku sumber daya manusia untuk mencapai kinerja pelayanan yang tinggi
dalam menghadapi tantangan masa depan. Manfaat yang diperoleh bisa menjamin hasil kerja
lxxvi
dengan kualitas yang lebih baik, membuka seluruh jaringan komunikasi, keterbukaan,
memperbaiki kesalahan, cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan dari luar (faktor
eksternal seperti masyarakat, teknologi, sosial, ekonomi dan lain-lain, mengurangi laporan
Hasil penelitian tentang budaya kerja di Kantor Camat Dungingi menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh budaya kerja berupa sikap terhadap pekerjaan dan perilaku pada waktu
bekerja terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan (Y) pada Kantor Camat Dungingi Kota
Gorontalo sebesar 0,691 (69,1%). Hal ini berarti bahwa budaya kerja di Kantor Camat
samping itu, masih banyak manfaat lain dari budaya kerja, seperti kepuasan kerja meningkat,
peningkatan disiplin kerja aparatur, tingkat absensi turun, adanya keinginan belajar terus,
keinginan memberikan yang terbaik bagi organisasi, dan lain-lain. Hasil lain dari suatu
budaya kerja yang kuat adalah bahwa budaya kerja itu akan meningkatkan perilaku yang
konsisten. Budaya ini menyampaikan kepada pegawai tentang bagaimana perilaku kerja
Unsur-unsur budaya kerja merupakan mata rantai proses, yang tiap kegiatan berkaitan
dengan proses lainnya atau suatu hasil pekerjaan merupakan suatu masukan bagi proses
pekerjaan lain. Dalam suatu organisasi, bekerja melalui serangkaian proses yang saling
berkaitan, yang terjadi melalui dan melewati batas-batas birokrasi. Kekuatan mata rantai
proses secara terpadu tersebut bergantung pada rangkaian terlemah pada proses individual.
Kesalahan dalam suatu proses akan mempengaruhi kualitas produk akhir pekerjaan. Oleh
karena itu, jaminan mutu terletak pada kekuatan setiap rangkaian yang berjalan benar sejak
Sutrisno (2018:2) mengatakan budaya kerja merupakan suatu kekuatan sosial yang
tidak tampak yang dapat dapat menggerakkan pegawai dalam suatu organisasi untuk
melakukan aktivitas kerja. Secara tidak sadar tiap-tiap orang di dalam suatu organisasi
mempelajari budaya yang berlaku di dalam organisasinya. Apalagi bila ia sebagai orang baru
supaya dapat diterima oleh lingkungan tempat bekerja, ia berusaha mempalajari apa yang
dilarang dan apa yang diwajibkan, apa yang baik dan apa yang buruk. Apa yang benar dan
apa salah, dan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan di dalam
organisasi tempat bekerja itu. Jadi, budaya kerja dapat mensosialisasikan dan
Budaya kerja di Kantor Camat Dungingi yang kemudian dianut oleh para anggotanya
dan dijadikan acuan dalam mencapai tujuan dari organisasi, tentunya merupakan keuntungan
tersendiri bagi Kantor Camat Dungingi selaku penyelenggara pelayanan publik. Budaya kerja
mirip dengan kepribadian individu yang ditampakkan dengan cara seseorang bertindak, cara-
mengimplementasikan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan dan strategi suatu organisasi
budaya kerja ikut berperan. Budaya itu mengemukakan kepada aparatur tentang hal-hal
seperti perilaku kerja yang dapat diterima. Budaya kerja merupakan seperangkat asumsi atau
sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi Apabila
budaya kerja dapat terwujud, maka organisasi yang bersangkutan akan mendapatkan manfaat
seperti terjaminnya hasil kerja dengan kualitas yang baik, termasuk dalam perwujudan
BAB V
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Budaya kerja berupa sikap terhadap pekerjaan (X1) dan perilaku pada waktu bekerja
(X2) secara simultan berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan (Y) pada
Kantor Camat Dungingi Kota Gorontalo sebesar 0,691 (69,1%). Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa budaya kerja bisa memberikan kontribusi pada perwujudan
2. Budaya kerja berupa sikap terhadap pekerjaan (X1) secara parsial berpengaruh terhadap
akuntabilitas kinerja pelayanan (Y) pada Kantor Camat Dungingi Kota Gorontalo
3. Budaya kerja berupa perilaku pada waktu bekerja (X2) secara parsial berpengaruh
terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan (Y) pada Kantor Camat Dungingi Kota
5.2 Saran
1. Budaya kerja yang berupa perilaku pada waktu bekerja hendaknya lebih mendapat
penekanan dari camat karena pengaruhnya terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan (Y)
pada Kantor Camat Dungingi Kota Gorontalo. Untuk itu, camat harus lebih aktif dalam
mendekati secara persuasif aparaturnya dan menekankan kepada mereka untuk lebih
2. Dari hasil penelitian masih terdapat variabel yang tidak diteliti, tetapi memilih
kontribusi terhadap akuntabilitas kinerja pelayanan pada Kantor Camat Dungingi Kota
DAFTAR PUSTAKA
Bahrul kirom. 2017. Mengukur kinerja pelayanan dan kepuasan konsumen. Pustaka Reka
Cipta. Bandung.
Edy Sutrisno. 2018. Manajemen sumber daya manusia. Kencana Prenada Media Group.
Jakarta.
Edy Sutrisno. 2018. Budaya Organisasi. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
H.A.S. Moenir. 2008. Manajemen pelayanan umum di Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta.
H. Surjadi. 2009. Pengembangan kinerja pelayanan publik. Refika aditama. Bandung.
Lijan Poltak Sinambela. 2018. Reformasi pelayanan publik. Bumi Aksara. Jakarta.
Mohamad Mahsun. 2009. Pengukuran kienrja sektor publik. Fakultas Ekonomi UGM.
Yogyakarta.
lxxxi
Pabundu Tika. 2016. Budaya organisasi dan peningkatan kinerja perusahaan. Bumi Aksara.
Jakarta.
Riduwan. 2018. Metode dan teknik menyusun tesis. Pengantar : Prof. Dr. Buchari Alma.
Penerbit Alfabeta, Bandung.
lxxxii
KUESIONER
1. Bapak dan ibu dimohon membaca terlebih dahulu setiap pertanyaan yang ada di
kolom
2. Berilah tanda checlist (√) pada kolom yang anda pilih sesuai keadaan yang
sebenarnya.
3. Ada lima alternatif jawaban yang dipilih, yaitu:
Pilihan Bobot
SELALU 5
SERING 4
KADANG-KADANG 3
JARANG 2
TIDAK PERNAH 1
Nomor 1 2 3 4 Total
Responden
1 4 3 5 3 15
2 4 3 5 5 17
3 5 5 5 3 18
4 5 5 5 3 18
5 5 4 4 5 18
6 5 4 4 3 16
7 5 4 5 4 18
8 4 5 5 5 19
9 5 5 4 4 18
10 4 4 5 4 17
11 4 3 3 3 13
12 4 4 4 4 16
13 4 3 4 5 16
14 4 3 4 3 14
15 4 3 5 4 16
lxxxviii
16 5 5 5 3 18
17 3 4 5 5 17
18 5 4 5 3 17
19 4 3 4 4 15
20 5 4 5 4 18
21 3 4 5 5 17
22 2 2 4 2 10
23 5 4 4 5 18
24 5 4 4 5 18
25 4 3 4 3 14
26 2 3 3 3 11
27 5 3 3 3 14
28 4 4 5 4 17
29 4 3 4 5 16
30 4 3 5 4 16
31 5 4 5 3 17
32 5 4 5 4 18
33 3 4 4 2 13
34 5 5 5 5 20
35 2 2 2 2 8
36 3 3 3 4 13
37 3 3 3 3 12
38 4 4 4 3 15
39 3 3 2 3 11
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.753 4
Item-Total Statistics
Nomor 1 2 3 4 Total
Responden
1 4 3 5 3 15
2 4 3 5 5 17
3 5 5 5 3 18
4 5 5 5 3 18
5 5 4 3 5 17
xc
6 5 3 5 4 17
7 5 4 5 4 18
8 4 5 5 5 19
9 5 5 3 4 17
10 4 4 5 4 17
11 4 3 2 2 11
12 4 4 4 4 16
13 4 3 4 5 16
14 4 2 4 3 13
15 4 4 5 3 16
16 5 3 3 5 16
17 5 4 3 4 16
18 4 3 4 3 14
19 4 3 4 4 15
20 5 4 3 3 15
21 5 4 3 5 17
22 2 2 3 2 9
23 5 2 4 5 16
24 5 4 4 3 16
25 3 3 2 2 10
26 2 3 3 3 11
27 3 3 5 3 14
28 5 4 4 3 16
29 4 3 4 5 16
30 4 3 5 4 16
31 5 4 5 3 17
32 4 3 5 4 16
33 3 2 4 4 13
xci
34 5 5 5 5 20
35 2 2 3 2 9
36 3 3 3 3 12
37 3 3 3 4 13
38 3 4 4 3 14
39 2 3 3 2 10
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.689 4
Item-Total Statistics
Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 Total
Responden
1 4 4 4 4 4 4 4 3 31
2 4 3 5 5 5 4 5 4 35
3 5 5 5 3 3 3 4 5 33
4 5 5 5 3 3 4 4 5 34
5 5 4 3 5 5 5 4 4 35
6 5 3 5 4 3 3 4 5 32
7 5 4 5 4 4 3 5 3 33
8 5 5 5 5 5 4 5 4 38
9 5 5 3 4 5 3 5 4 34
10 4 4 5 4 3 4 4 5 33
11 3 4 2 2 4 3 5 4 27
12 4 4 4 4 4 4 4 4 32
13 3 4 5 4 5 3 5 3 32
14 4 2 4 3 5 3 5 5 31
15 4 4 5 3 4 5 4 4 33
16 3 5 5 3 5 2 4 5 32
17 4 5 4 3 4 3 4 2 29
xciii
18 4 5 5 5 5 3 4 3 34
19 3 4 4 4 4 3 4 3 29
20 3 3 3 3 5 3 3 4 27
21 5 4 3 5 4 4 4 5 34
22 3 4 3 5 3 2 4 1 25
23 5 2 4 5 3 5 5 4 33
24 5 4 4 5 4 4 4 4 34
25 3 3 5 3 3 3 4 3 27
26 5 3 3 3 2 4 3 3 26
27 3 3 5 3 4 3 4 5 30
28 5 4 4 3 4 3 3 4 30
29 2 3 4 5 4 2 5 5 30
30 4 3 5 4 5 4 5 5 35
31 5 4 5 3 3 3 5 2 30
32 5 4 5 4 3 3 5 5 34
33 3 2 4 4 5 4 3 4 29
34 5 5 5 5 5 5 5 5 40
35 2 2 2 2 2 2 2 3 17
36 3 2 2 2 2 3 3 2 19
37 3 3 2 2 2 2 2 2 18
38 2 2 3 2 3 3 3 3 21
39 3 2 2 3 2 2 2 2 18
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.831 8
Item-Total Statistics
Nomor
X1 X2 Y
Responden
1 15 15 31
2 17 17 35
3 18 18 33
4 18 18 34
xcv
5 18 17 35
6 16 17 32
7 18 18 33
8 19 19 38
9 18 17 34
10 17 17 33
11 13 11 27
12 16 16 32
13 16 16 32
14 14 13 31
15 16 16 33
16 18 16 32
17 17 16 29
18 17 14 34
19 15 15 29
20 18 15 27
21 17 17 34
22 10 9 25
23 18 16 33
24 18 16 34
25 14 10 27
26 11 11 26
27 14 14 30
28 17 16 30
29 16 16 30
30 16 16 35
31 17 17 30
xcvi
32 18 16 34
33 13 13 29
34 20 20 40
35 8 9 17
36 13 12 19
37 12 13 18
38 15 14 21
39 11 10 18
Var X1 X2 Y
X1 1 0,913 0,821
X2 0,913 1 0,802
Y 0,821 0,802 1
ε
X1
0,556
0,531
0,913 Y
0,318
X2
Stru
0,691
Frequency Table
xcviii
per1anyaan 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pertanyaan 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pertanyaan 3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pertanyaan 4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Frequency Table
c
pertanyaan 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pertanyaan 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pertanyaan 3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pertanyaan 4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Frequency Table
pertanyaan 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pertanyaan 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pertanyaan 3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pertanyaan 4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pertanyaan 5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pertanyaan 6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pertanyaan 7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pertanyaan 8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Regression
Correlations
Akuntabilitas Sikap
Kinerja terhadap Perilaku pd
pelayanan pekerjaan waktu
(Y) (X1) bekerja (X2)
N Akuntabilitas Kinerja 39 39 39
pelayanan (Y)
Sikap terhadap 39 39 39
pekerjaan (X1)
Perilaku pd waktu 39 39 39
bekerja (X2)
cviii
Model Summaryb
a. Predictors: (Constant), Perilaku pd waktu bekerja (X2), Sikap terhadap pekerjaan (X1)
ANOVAb
Total 1127.590 38
a. Predictors: (Constant), Perilaku pd waktu bekerja (X2), Sikap terhadap pekerjaan (X1)
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Penulis lahir di Bintauna pada tanggal 07 Oktober 1997 sebagai anak tunggal
dari seorang ayah bernama “Susanto Mamonto” dan Ibu “Miniarti Angkareda”.
Berikut ini adalah biodata tentang penulis: