0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
40 tayangan16 halaman

Tugas Ke-Nu-An Aswaja

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 16

MAKALAH

“ORGANISASI NAHDLATUL ULAMA”


Disusun guna memenuhi tugas matakuliah “KE-NU-ASWAJA AN”
Dosen Pengampu :
Dr. Tuti Alawiyah. M.Pd.I

Disusun oleh :
Muhammad Naufal Shofwanulharits (0202231015)
Alif Anggrian (0202231005)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA CIREBOM
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada Kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah Kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ORGANISASI NU tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ke NU an ASWAJA dalam prodi
Ekonomi Syariah. Selain itu, Kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang organisasi-organisasi yang berada dalam naungan
Nahdlatul Ulama.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu Dr. Tuti Alawiyah.
M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Ke NU an ASWAJA dengan tugas yang
telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Cirebon, 23 Februari 2024

penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


NU adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia yang bergerak di bidang
keagamaan, pendidikan, sosial dan ekonomi. Sejak awal pendiriannya, NU dari waktu ke
waktu berkontribusi besar dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan.
Dalam organisasi NU terdapat badan otonom yaitu beberapa perangkat organisasi
Nahdlatul Ulama yang berfungsi melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama yang
berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan beranggotakan perorangan. Badan
Otonom ini dikelompokkan dalam kategori Badan Otonom berbasis usia dan kelompok
masyarakat tertentu, dan Badan Otonom berbasis profesi dan kekhususan lainnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Untuk pembahasan yang lebih terarah mengenai materi kali ini, penulis sudah
memutuskan untuk mengangkat rumusan masalah yang menjadi dasar pembahasan dalam
makalah ini, antara lain;
1. Macam-macam organisasi dibawah naungan NU
2. Organisasi NU berdasarkan pengelompokannya
3. Tujuan dan bentuk kontribusi yang telah diciptakan dalam aktivitas organisasi

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Mengetahui organisasi apa saja yang dinaungi oleh Nahdlatul Ulama.
2. Dapat mengidentifikasikan organisasi menurut pengelompokannya.
3. Memahami tujuan dan mengenal lebih dalam manfaat yang diciptakan suatu
organisasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MACAM-MACAM ORGANISASI YANG DINAUNGI OLEH NU


Nahdlatul Ulama selain mempunyai lembaga-lembaga seperti LDNU (Lembaga
Dakwah NU) yang berfokus pada pengembangan dan penyebaran dakwah islam dan
LPNU (Lembaga Pemberdayaan NU) untuk pemberdayaan ekonomi dan sosial
masyarakat, juga mempunyai beberapa badan otonom yang terdiri dari perangkat
organisasi yaitu diantaranya;
1. GP ANSOR NU
2. MUSLIMAT NU
3. FATAYAT NU
4. Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU)
5. Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU)
6. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
7. Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah an Nahdliyah (JATMAN)
8. Jam’iyatul Qurra wal Huffazh (JQH)
9. Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU)
10. Pencak Silat NU PagarNusa (PSN PAGARNUSA)
11. Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU)
12. Ikatan Seni Hadrah Indonesia Nahdlatul Ulama (ISHARI)
13. Serikat Buruh Muslimin Indonesia (SARBUMUSI)
14. Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama (SNNU)
2.2 BADAN OTONOM NAHDLATUL ULAMA
Badan Otonom NU adalah perangkat organisasi Nahdlatul Ulama yang berfungsi
melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama yang berkaitan dengan kelompok masyarakat
tertentu dan beranggotakan perorangan. Badan Otonom dikelompokkan dalam kategori
Badan Otonom berbasis usia dan kelompok masyarakat tertentu, dan Badan Otonom
berbasis profesi dan kekhususan lainnya. Jenis badan otonom berbasis usia dan kelompok
masyarakat tertentu adalah :
1. Gerakan Pemuda Ansor NU
Gerakan Pemuda Ansor (disingkat GP Ansor) adalah salah satu Badan
Otonom Nahdlatul Ulama (NU) yang bergerak di bidang kepemudaan dan
kemasyarakatan. GP Ansor resmi berdiri sejak Muktamar NU ke-9 pada tanggal 24 April
1934 M / 10 Muharram 1353 H di Banyuwangi.
Gerakan Pemuda Ansor membawahi Barisan Ansor Serbaguna (Banser), Rijalul
Ansor, Densus 99, Lembaga Wakaf Ansor, Lembaga Bantuan Hukum Ansor, Barisan
Ansor Anti-Narkoba, dan PT. Sorban Nusantara Travel. Selain itu, GP Ansor juga telah
memiliki pengurus wilayah yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia.
Tujuan dari GP Ansor sebagai berikut;
a. Membentuk dan mengembangkan generasi muda Indonesia sebagai kader bangsa
yang cerdas dan tangguh, memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT,
berkepribadian luhur, berakhlak mulia, sehat, terampil, patriotik, ikhlas dan
beramal shalih.
b. Menegakkan ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan menempuh manhaj
salah satu madzhab empat di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c. Berperan secara aktif dan kritis dalam pembangunan nasional demi terwujudnya
cita-cita kemerdekaan Indonesia yang berkeadilan, berkemakmuran,
berkemanusiaan dan bermartabat bagi seluruh rakyat Indonesia yang diridhoi
Allah SWT.
Ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) dari situasi ”konflik” internal dan
tuntutan kebutuhan alamiah. Berawal dari perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh
modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak
di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader. KH Abdul
Wahab Hasbullah, tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur yang berhaluan modernis,
akhirnya menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya semangat
untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam.
Dua tahun setelah perpecahan itu, pada 1924 para pemuda yang mendukung KH Abdul
Wahab, yang kemudian menjadi pendiri NU, membentuk wadah dengan nama Syubbanul
Wathan (Pemuda Tanah Air). Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya
Gerakan Pemuda Ansor setelah sebelumnya mengalami perubahan nama seperti
Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU), dan Anshoru Nahdlatul Oelama
(ANO).
Nama Ansor ini merupakan saran KH. Abdul Wahab, “ulama besar” sekaligus
guru besar kaum muda saat itu, yang diambil dari nama kehormatan yang diberikan Nabi
Muhammad SAW kepada penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan
membela dan menegakkan agama Allah. Dengan demikian ANO dimaksudkan dapat
mengambil hikmah serta tauladan terhadap sikap, perilaku dan semangat perjuangan para
sahabat Nabi yang mendapat predikat Ansor tersebut. Gerakan ANO (yang kelak disebut
GP Ansor) harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai dasar Sahabat Ansor, yakni sebagi
penolong, pejuang dan bahkan pelopor dalam menyiarkan, menegakkan dan membentengi
ajaran Islam. Inilah komitmen awal yang harus dipegang teguh setiap anggota ANO (GP
Ansor).
Meski ANO dinyatakan sebagai bagian dari NU, secara formal organisatoris belum
tercantum dalam struktur organisasi NU. Hubungan ANO dengan NU saat itu masih
bersifat hubungan pribadi antar tokoh. Baru pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi,
tepatnya pada tanggal 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934, ANO diterima dan
disahkan sebagai bagian (departemen) pemuda NU dengan pengurus antara lain: Ketua
H.M. Thohir Bakri; Wakil Ketua Abdullah Oebayd; Sekretaris H. Achmad Barawi dan
Abdus Salam.
Dalam perkembangannya secara diam-diam khususnya ANO Cabang Malang,
mengembangkan organisasi gerakan kepanduan yang disebut Banoe (Barisan Ansor
Nahdlatul Oelama) yang kelak disebut BANSER (Barisan Serbaguna). Dalam Kongres II
ANO di Malang tahun 1937. Di Kongres ini, Banoe menunjukkan kebolehan
pertamakalinya dalam baris berbaris dengan mengenakan seragam dengan Komandan
Moh. Syamsul Islam yang juga Ketua ANO Cabang Malang. Sedangkan instruktur umum
Banoe Malang adalah Mayor TNI Hamid Rusydi, tokoh yang namaya tetap dikenang dan
bahkan diabadikan sebagai sama salah satu jalan di kota Malang. Salah satu keputusan
penting Kongres II ANO di Malang tersebut adalah didirikannya Banoe di tiap cabang
ANO. Selain itu, menyempurnakan Anggaran Rumah Tangga ANO terutama yang
menyangkut soal Banoe.

2. Fatayat Nahdlatul Ulama


Fatayat adalah badan otonom (banom) di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU) untuk
kalangan perempuan muda yang didirikan pada 7 Rajab 1369 H/24 April 1950 H. Kata
Fatayat berasal dari bahasa Arab yang berarti pemudi. Masa perintisan Fatayat NU
dimulai ketika NU menyelenggarakan Muktamar ke-15 di Surabaya pada tahun 1940.
Sejumlah pelajar putri MTs NU Surabaya bergabung dalam kepanitiaan acara tersebut
bersama para perempuan dari NU Muslimat (NUM).
Tujuan Fatayat
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
me-nyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang
yang beruntung.” (QS. 3: 104)
1. Terbentuknya pemudi atau wanita muda Islam yang bertakwa kepada Allah Swt,
berakhlahul karimah, bermoral, cakap bertanggungjawab, berguna bagi agama, nusa dan
bangsa.
2. Terwujudnya masyarakat yang berkeadilan gender.
3. Terwujudnya rasa kesetiaan ter-hadap asas, aqidah dan tujuan NU dalam menegakkan
syariat Islam.
Fatayat NU bersifat keagamaan, kekeluargaan, sosial kemasyarakatan, dan kebangsaan.
Fatayat NU sebagai Jam’iyah Diniyah berakidah Islam menurut faham Ahlussunah
Waljama’ah, dalam bidang fikih mengikuti salah satu dari madzab empat: Hanafi, Maliki,
Syafi’i, dan Hambali.
Fatayat NU dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berasas pada pancasila, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Fatayat NU merupakan komunitas perempuan yang berperan aktif menjadi bagian penting
untuk terlibat langsung maupun tidak langsung dalam partisipasi pembangunan. Berbagai
aktifitas di dalam Fatayat NU setidaknya merupakan titik pijak langkah menuju dinamika
yang lebih emansipatoris yang progresif.

3. Muslimat Nahdlatul Ulama


Muslimat Nahdlatul Ulama adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat sosial
keagamaan dan merupakan salah satu Badan Otonom dari Jam’iyah Nahdlatul Ulama.
Didirikan pada tanggal 26 Rabiul Akhir bertepatan dengan tanggal 29 Maret 1946 di
Purwokerto.
Muktamar NU ke-13 di Menes, Banten, 1938 menjadi momen awal gagasan
mendirikan organisasi perempuan NU itu muncul. Dua tokoh, yakni Ny R Djuaesih dan
Ny Siti Sarah tampil sebagai pembicara di forum tersebut mewakili jamaah perempuan.
Ny R Djuaesih secara tegas dan lantang menyampaikan urgensi kebangkitan perempuan
dalam kancah organisasi sebagaimana kaum laki-laki. Ia menjadi prempuan pertama yang
naik mimbar dalam forum resmi organisasi NU. Setahun kemudian, tepatnya pada
Muktamar NU ke-14 di Magelang, saat Ny Djuaesih mendapat tugas memimpin rapat
khusus wanita oleh RH Muchtar (utusan NU Banyumas) yang waktu itu dihadiri
perwakilan dari daerah-daerah di Jawa Tengah dan Jawa Barat, seperti Muntilan,
Sukoharjo, Kroya, Wonosobo, Surakarta, Magelang, Parakan, Purworejo, dan Bandung.
Forum menghasilkan rumusan pentingnya peranan wanita NU dalam organisasi NU,
masyarakat, pendidikan, dan dakwah.
Akhirnya pada tanggal 29 Maret 1946, bertepatan tanggal 26 Rabiul Akhir 1365 H,
keinginan jamaah wanita NU untuk berorganisasi diterima secara bulat oleh para utusan
Muktamar NU ke-16 di Purwokerto. Hasilnya, dibentuklah lembaga organik bidang
wanita dengan nama Nahdlatoel Oelama Moeslimat (NOM) yang kelak lebih populer
disebut Muslimat NU.
Atas dasar prestasi dan kiprahnya yang demikian, Muktamar NU ke-19 di Palembang
pada tahun 1952, Muslimat NU memperoleh hak otonomi. Muktamirin sepakat
memberikan keleluasaan bagi Muslimat NU dalam mengatur rumah tangganya sendiri
serta memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya di medan
pengabdian. Sejak menjadi badan otonom NU, Muslimat lebih bebas bergerak dalam
memperjuangkan hak-hak wanita dan cita-cita nasional secara mandiri. Dalam
perjalanannya, Muslimat NU bergabung bersama elemen perjuangan wanita lainnya,
utamanya yang tergabung dalam Kongres Wanita Indonesia (Kowani), sebuah federasi
organisasi wanita tingkat nasional. Di Kowani, Muslimat NU menduduki posisi penting.
Visi dari Muslimat NU adalah untuk mewujudkan masyarakat sejahtera berkualitas,
dijiwai ajaran Ahlusunnah Wal Jama’ah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang diridhoi Allah SWT.
4. Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama atau yang disingkat dengan IPNU adalah sebuah
organisasi pelajar Nahdliyyin yang berdiri pada tanggal
24 Februari tahun 1954 di Semarang. IPNU adalah salah satu organisasi di bawah
naungan Jamiyyah Nahdlatul Ulama, tempat berhimpun, wadah komunikasi, wadah
aktualisasi dan wadah yang merupakan bagian integral dan potensi generasi muda
Indonesia secara utuh.
Oleh karena itu keberadaan IPNU memiliki posisi strategis sebagai wahana kaderisasi
pelajar NU sekaligus alat perjuangan NU dalam menempatkan pemuda sebagai
sumberdaya insani yang vital, yang dituntut berkiprah lebih banyak dalam kancah
pembangunan bangsa dan negara dewasa ini.
Pada Kongres LP Ma’arif NU di Semarang pada tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H( 24
Februari 1954 dijadikan hari lahirnya IPNU dengan para pendirinya antara lain :
1. Tholhah Mansyur ( Malang )
2. Shofwan Kholil ( Jombang )
3. Abdul Aziz ( Jombang. )
4. Abdul Hadi ( Kediri )
5. Ahmad Budairi ( Malang )
6. Abdul Ghoni ( Semarang ) dll
Sejak muktamar NU di Bandung tahun 1967, IPNU menjadi badan otonom NU dan
pada Kongres IPNU X yang diselenggarakan di Jombang 29 Januari – 01 Februari 1988
IPNU berubah dari Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama menjadi Ikatan Putra Nahdlatul
Ulama.
Sejalan dengan perkembangan politik (Undang-Undang Keormasan No. 8 tahun 1985)
dan relevansi dari tuntutan kehidupan masyarakat yang semula IPNU (pelajar) secara
esensial perubahan tersebut menuntut adanya gagasan baru yang sejalan dengan gerak
organisasi yang secara otomatis telah mengubah orientasi IPNU dari Pelajar ke Putra.
Perubahan nama tersebut merupakan langkah yang tepat, apalagi mengingat bahwa NU
dalam muktamar ke 27 tahun 1984 memutuskan untuk kembali ke khitoh 1926.
IPNU adalah bagian dari generasi muda Indonesia yang memiliki tanggung jawab
terhadap kelangsungan hidup negara Republik Indonesia dan merupakan bagian tak
terpisahkan dari upaya dan cita-cita perjuangan Nahdlatul Ulama serta Cita-cita bangsa
Indonesia. Dalam upaya mengenergikan Perjuangan misi dan visi NU ke depan, maka
IPNU perlu mempercepat kerjasama dan menjalin koordinasi yang baik dengan Badan
Otonom lain serta memperjelas posisi IPNU di semua tingkatan agar tidak terjadi
tumpang tindih kegiatan dan bidang garapannya masing-masing.
5. Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama atau disingkat IPPNU adalah organisasi
kepelajaran yang berstatus sebagai badan otonom Nahdlatul Ulama. Organisasi ini lahir
pada 2 Maret 1955 di Malang dengan pendiri sekaligus ketua umum pertamanya
bernama Hj. Umroh Machfudzoh. Organisasi IPPNU berkonsentrasi pada pembinaan dan
pengkaderan pelajar-pelajar putri NU yang masih duduk di bangku sekolah atau
madrasah tingkat menengah dan tingkat atas, serta mahasiswi di tingkat perguruan tinggi.
Tujuan organisasi ini adalah terbentuknya pelajar putri Indonesia yang bertakwa
kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak mulia dan berwawasan kebangsaan serta
bertanggung jawab atas tegak dan terlaksananya syariat Islam menurut paham
Ahlussunah wal Jamaah An Nahdiyah dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945.
6. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (atau yang disingkat sebagai PMII),
merupakan organisasi kemahasiswaan yang berdiri pada tanggal 17 April 1960
di Surabaya. Pendirian PMII dimotori oleh kalangan muda Nahdlatul Ulama (NU)
(meskipun di kemudian hari dengan dicetuskannya Deklarasi Murnajati 14 Juli 1972,
PMII menyatakan bahwa mereka akan mengambil tindakan independen dari NU). Ketua
Umum pertama adalah Mahbub Djunaidi.
Pergerakan ini didirikan oleh 13 orang, yaitu A. Khalid Mawardi, M. Said Budairy, M.
Sobich Ubaid, Makmun Syukri, Hilman Badruddinsyah, Ismail Makki, Munsif
Nakhrowi, Nuril Huda Suaidi, Laily Mansyur, Abd. Wahhab Jaelani, Hizbulloh Huda, M.
Kholid Narbuko, dan Ahmad Hussein.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir karena menjadi suatu kebutuhan
dalam menjawab tantangan zaman. Berdirinya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia bermula dengan adanya hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan
organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlusssunnah wal Jama’ah. Di bawah ini adalah
beberapa hal yang dapat dikatakan sebagai penyebab berdirinya PMII:
1. Kisruhnya situasi politik bangsa Indonesia dalam kurun waktu 1950-1959.
2. Tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan yang ada.
3. Pisahnya NU dari Masyumi.
4. Ada ketidakpuasan mahasiswa NU yang tergabung di HMI karena tidak
terakomodasinya dan terpinggirkannya mahasiswa NU.
5. Kedekatan dengan HMI salah satu organisasi Islam Pertama & Terbesar di
Indonesia yang ada nota bene HMI adalah organisasi independen.
Hal-hal tersebut di atas menimbulkan kegelisahan dan keinginan yang kuat dikalangan
intelektual-intelektual muda NU untuk mendirikan organisasi sendiri sebagai wahana
penyaluran aspirasi dan pengembangan potensi mahasiswa-mahasiswa yang berkultur
NU. Di samping itu juga ada hasrat yang kuat dari kalangan mahasiswa NU untuk
mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Dari namanya PMII disusun dari empat kata yaitu “Pergerakan”, “Mahasiswa”,
“Islam”, dan “Indonesia”. Makna “Pergerakan” yang dikandung dalam PMII adalah
dinamika dari hamba (makhluk) yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya
memberikan kontribusi positif pada alam sekitarnya. “Pergerakan” dalam hubungannya
dengan organisasi mahasiswa menuntut upaya sadar untuk membina dan
mengembangkan potensi ketuhanan dan kemanusiaan agar gerak dinamika menuju
tujuannya selalu berada di dalam kualitas kekhalifahannya.
Pengertian “Mahasiswa” adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di
perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh
citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan mandiri. Dari
identitas mahasiswa tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial
kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun
sebagai warga bangsa dan negara.
“Islam” yang terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai agama yang dipahami
dengan haluan/paradigma ahlussunah wal jama’ah yaitu konsep pendekatan terhadap
ajaran agama Islam secara proporsional antara iman, islam, dan ikhsan yang di dalam
pola pikir, pola sikap, dan pola perilakunya tercermin sikap-sikap selektif, akomodatif,
dan integratif. Islam terbuka, progresif, dan transformatif demikian platform PMII, yaitu
Islam yang terbuka, menerima dan menghargai segala bentuk perbedaan. Perbedaan
adalah sebuah rahmat, karena dengan perbedaan itulah kita dapat saling berdialog antara
satu dengan yang lainnya demi mewujudkan tatanan yang demokratis dan beradab
(civilized).
Sedangkan pengertian “Indonesia” adalah masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia
yang mempunyai falsafah dan ideologi bangsa (Pancasila) serta UUD 45.
Sementara itu, badan otonom yang basis keanggotaannya berdasarkan keprofesian dan
kekhususanlainnya adalah sebagai berikut.
1. Jam’iyyah Ahlit Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah (Jatman).
Banom ini bertugas sebagai pelaksana kebijakan NU dalam pengamalan dan
pengembangan tasawuf. Organisasi para pengamal tarekat ini lahir di Tegalrejo
Magelang 16 Rabi’ul Awal 1377 H / 10 Oktober1957. Namun, organisasi ini baru masuk
dalam NU saat muktamar ke-26 di Semarang pada tahun 1979. Jatman memiliki banom
untuk mahasiswa, yakni Mahasiswa Ahlit Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyah (Matan)
yang diresmikan pada Januari 2012 saat Muktamar XI Jatman di Pondok
Pesantren Bululawang, Malang, Jawa Timur.
2. Jam’iyyatul Qurra wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU)
Banom ini bertugas melaksanakan kebijakan NU dalam pengembangan kajian dan
tilaawatil Qur’an. Organisasi ini lahir pada 17 Ramadhan 1370 di Jakarta atas inisiasi
KH. Abdul Wahid Hasyim sebagai Menteri Agama saat itu melihat banyaknya
perkumpulan qari dan hafiz Al-Qur’an
3. Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU)
ISNU merupakan banom pelaksana kebijakan NU dalam pengembangan,
penerapan, dan tanggung jawab keilmuan. Organisasi ini lahir atas rekomendasi dari
Muktamar Ke-32 di Makassar tahun 2010 dan baru dibentuk keorganisasiannya pada
tahun 2012.
4. Serikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi)
Sarbumusi memegang mandat NU dalam melakukan kebijakan NU di bidang
pengembangan dan peningkatan kesejahteraan buruh dan tenaga kerja Indonesia.
Organisasi ini berdiri pada tanggal 27September 1955 di Pabril Gula Tulangan, Sidoarjo
Jawa Timur. Kelahirannya bermula dari MuktamarNahdlatul Ulama (NU) XX di
Surabaya Tahun 1954.
5. Pencak Silat Pagar Nusa
Mengacu pada Surat Keputusan Resmi Pembentukan Tim Persiapan Pendirian
Perguruan Pencak Silat NU yang disahkan pada 10 Desember 1985 dan berlaku sampai
dengan tanggal 15 januari 1986, maka diadakanlah pertemuan lanjutan di pesantren
Lirboyo Kediri pada tanggal 3 Januari 1986. Pertemuan itu dihadiri oleh pendekar-
pendekar dari Ponorogo, Jombang, Kediri, Nganjuk, Pasuruan, Lumajang, Cirebon dan
Kalimantan. Dan beberapa perwakilan PWNU Jawa Timur diantaranya KH. Ahmad
Bukhori Susanto dan Prof. Dr. KH. Suharbillah, SH. LLT. Musyawarah di Pesantren
Lirboyo ini sekaligus menandai lahirnya Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar
Nusa. Nama itu diciptakan oleh KH. Mujib Ridlwan dari Surabaya. KH. Mujib Ridlwan
adalah putra KH. Ridlwan Abdullah pencipta lambang NU.
Pagar Nusa merupakan akronim dari Pagar NU dan Bangsa. PSNU Pagar Nusa adalah
satu–satunya wadah yang sah bagi organisasi pencak silat di lingkungan Nahdlatul Ulama
berdasarkan keputusan Muktamar. Organisasi ini berstatus lembaga milik Nahdlatul
Ulama’ yang penyelenggaraan dan pertanggungjawabannya sama sebagaimana lembaga-
lembaga NU lainnya. Status resmi kelembagaan inilah yang menjadikan Pagar Nusa
wajib dilestarikan dan dikembangkan oleh seluruh warga NU dengan mengecualikan
pencak silat atau beladiri lainnya. Segala kegiatan yang berhubungan dengan pencak silat
dan beladiri dengan segenap aspeknya dari fisik sampai mental, dari pendidikan sampai
sistem pengamanan dan lain-lain merupakan bidang garapan bagi lembaga
6. Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu)
Banom ini ditugaskan NU untuk meningkatkan mutu dan kesejahteraan ustadz dan
guru. Konferensi Lembaga Pendidikan Ma'arif NU pada tahun 1952 mekomendasikan
untuk membentuk organisasi guru NU. Selanjutnya, Ma'arif NU Surabaya yang
diberi mandat untuk membentuknya berhasil mendirikan PC Pergunu Surabaya pada 1
Mei 1958. Pimpinan Pusat Pergunu berhasil dibentuk pada 14 Februari 1959.
7. Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama
Banom ini lahir sebagai pelaksana kebijakan NU untuk meningkatkan kesejahteraan
nelayan. Organisasi ini didirikan pada Muktamar NU ke 33 tahun 2015 di Jombang,
Jawa Timur.
Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama untuk anggota Nahdlatul Ulama yang berprofesi
sebagai nelayan.
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan didirikan tentu saja
bukan bertujuan hanya untuk semata-mata menyebarkan nilai-nilai keagamaan yang
ramah ala ahlussunnah wal jama ahlussunnah wal jamaah , namun lebih dari yang tidak
kalah penting adalah dari itu, NU sesungguhnya dilahirkan dalam rangka penguatan
ekonomi kerakyatan.
Penguatan ekonomi kerakyatan adalah isu penting yang menjadi tonggak berdirinya NU.
Adanya Nahdlatut Tujjar atau semacam serikat pedagang yang menjadi cikal bakal
berdirinya NU adalah bukti nyata bahwa isu ekonomi tidak bisa dipandang sebelah mata.
Komitmen NU untuk memajukan ekonomi kerakyatan bisa kita temukan dalam Statute
NU fatsal 3: “mendirikan badan-badan oentoek memadjoekan oeroesan pertanian,
perniagaan, dan peroesahaan jang tiada dilarang oleh sjara” mendirikan badan-badan
oentoek memadjoekan oeroesan pertanian, perniagaan, dan peroesahaan jang tiada
dilarang oleh sjara.
Mengenai salah satu tujuan diberdirikannya NU yang berkonsentrasi untuk memberikan
perhatian kepada ekonomi kerakyatan tersebut tercantum dalam ekonomi kerakyatan ala
NU tentu saja menyangkut banyak bidang, seperti perdagangan, penyediaan barang dan
jasa, dan tentu saja pertanian dan yang terakhir tentu saja kelautan.
Khusus untuk sektor dua ekonomi yang terakhir, yakni tentang pertanian dan juga
kelautan, perhatian NU tidak main-main. Sebab kita tahu bahwa sektor pertanian dan
kelautan ini merupakan sektor dominan masyarakat Indonesia, khususnya kalangan
Nahdliyin.

8. Ikatan Seni Hadrah Indonesia Nahdlatul Ulama (Ishari NU)


Ishari NU merupakan banom yang melaksanakan kebijakan NU dalam pengembangan
budaya seni hadrah dan shalawat. Organisasi ini lahir pada tahun 1959 dan masuk
menjadi banom NU pada 1961atas permintaan Rais Aam PBNU KH Abdul Wahab
Hasbullah.
ISHARI adalah kelompok kesenian hadrah yang didirikan oleh K.H Abdurrahim dari
Pasuruan atas. Kemudian begitu pesatnya pertumbuhan ISHARI itu pada tahun 1959 K.H.
Wahab Hasbullah membentuk sebuah wadah buat organisasi dan dideklarasikan oleh
tokoh- tokoh ISHARI. Tapi pada waktu itu K.H Abdullah Wahab sudah wafat
(almarhum) dan digantikan oleh putra beliau (K.H Abdurrahim) yang bernama K.H
Muhammad bin Abdurrahim. Beliau berdua akhirnya membentuk wadah dari jamiyah
hadrah ini menjadi nama ISHARI.
Peralihan nama ini dimaksudkan untuk mewadahi jamiyah hadrah yang semakin banyak
bermunculan. Penggunaan kata REPUBLIK dalam kata ISHARI (Ikatan Seni Hadrah
Republik Indonesia) dimaksudkan untuk membentengi agar jamiyah ISHARI tidak
disusupi gerakan kaum komunis. Namun penggunaan kata Republik dalam ISHARI sudah
dihapuskan pada munas pertama di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Paciran, Lamongan,
Jawa timur tahun 1959. Pada saat itu ISHARI bertumbuh pesat bukan hanya di Jawa
Timur tetapi hingga luar Pulau Jawa.
Pada tahun 1961, atas usulan ulama dan masyahi serta atas perintah K.H Wahab
Hasbullah. Rais PBNU saat itu mengusulkan bahwa ISHARI menjadi badan otonom
Nahdatul Ulama (NU). Pada saat itu jamiyah menjadi terstruktur dengan jelas serta
kepengurusan berjenjang mulai dari pusat, wilayah, cabang, anak cabang, ranting, serta
anak ranting.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Nahdlatul_Ulama
https://web.archive.org/web/20230601020408/https://ansor.id/
https://pcnumuba.or.id/banom/serikat-nelayan-nahdlatul-ulama/

Anda mungkin juga menyukai