Muhammad Anggi Saputra - UAS
Muhammad Anggi Saputra - UAS
Muhammad Anggi Saputra - UAS
Manajemen Farmasi
Oleh
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji syukur ke-hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya serta telah memberi nikmat kesehatan, kekuatan, pikiran yang jernih dan
berjudul “Pelayanan Kefarmasian Di Ruah Sakit” sebagai salah satu tugas mata kuliah
Manajemen Farmasi
yang telah memberikan materi, sehingga menjadi modal awal dalam penulisan
makalah ini dan teman - teman kelompok yang telah turut membantu serta
mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada pembaca
makalah selanjutnya. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat
Penulis
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................. 2
C. Tujuan.................................................................................................................... 4
D. Manfaat ................................................................................................................. 4
D. Resep ..................................................................................................................... 11
A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 14
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
tindakan kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke
pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai
melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain
(Kepmenkes, 2004).
kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan
tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Oleh sebab itu, apoteker dalam
menjalankan praktik harus sesuai standar yang ada untuk menghindari terjadinya hal
3
tersebut. Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya
harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
sakit
D. MANFAAT
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. RUMAH SAKIT
5
3. konseling;
4. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
5. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
6. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
6
2). menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai, terutama bagi Komite/Tim Farmasi dan Terapi;
3). perlengkapan.
3. Konseling
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas
kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan
pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker. Pemberian
konseling Obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan
risiko reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan
7
costeffectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan
Obat bagi pasien (patient safety). Secara khusus konseling Obat ditujukan
untuk:
8
e. melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien;
dan
f. dokumentasi.
Tahapan PTO:
9
b. menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang
baru saja ditemukan;
c. mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi
angka kejadian dan hebatnya ESO;
d. meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang idak dikehendaki; dan
e. mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki.
10
D. Resep
Menurut Anief (1997) resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter
kepada apoteker untuk membuat dan atau menyerahkan obat kepada pasien.
adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
peraturan perundangan yang berlaku. Resep harus ditulis dengan jelas dan
lengkap. Apabila resep tidak dapat dibaca dengan jelas atau tidak lengkap,
2. Isi Resep
a. Nama, alamat, dan nomor ijin praktek dokter, dokter ggi dan dokter hewan.
c. Tanda /r pada bagian kiri setiap penulisan resep, namun setiap obat atau
komposisi obat (invocatio)
f. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan
g. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimal (Anonima , 2009).
11
tidak boleh ditulis sudah tahu pakainya (usus cognitus). Untuk penderita
yang segera memerlukan obatnya, Dokter menulis bagian kanan atas resep:
Cito, Statim, Urgent, P.I.M = periculum in mora = berbahaya bila ditunda,
resep ini harus dilayani. Bila dokter tidak ingin resepnya yang mengandung
obat keras tanpa sepengetahuan diulang, dokter akan menulis tanda N.I = ne
iteratur = tidak boleh diulang. Resep yang tidak boleh diulang ialah: resep
yang mengandung obat narkotik, psikotropik atau obat yang lain yang
ditetapkan oleh Menkes cq. Dirjen POM. Harus dengan resep baru
(Anief,1997)
E. COPY RESEP
Kopi resep ialah salinan tertulis dari suatu resep (istilah lain dari kopi resepialah
apograph, exemplum atau afschrift). Salinan resep selain memuat semua
keterangan yang termuat dalam resep asli harus memuat pula :
1. Nama dan alamat apotek
2. Nama dan nomor S.I.K. apoteker pengelola apotek
3. Tanda tangan atau paraf apoteker pengelola apotek
4. Tanda det = detur, untuk obat yang sudah diberikan, atau tanda ne det = ne
detur, untuk obat yang belum diserahkan.
5. Nomor resep dan tanggal pembuatan.
a. Salinan resep harus ditandatangani Apoteker.
b. Apabila Apoteker pengelola apotek berhalangan, penandatanganan atau
paraf pada salinan resep dapat dilakukan oleh apoteker pendamping
atau apoteker pengganti dengan mencantumkan nama terang dan status
yang bersangkutan.
c. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik selama
waktu tahun.
d. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter
penulis resep atau yang merawat penderita-penderita yang
bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Apoteker pengelola apotek, apoteker pendamping satu pengganti
diizinkan untuk menjual obat keras yang disebut Daftar Obat Wajib 17
12
Apotek tanpa resep. Daftar obat tersebut ditetapkan oleh Menkes
(Anief,1997).
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
3. konseling;
14
menunjang penggunaan Obat yang rasional.
menjawab pertanyaan;
15
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 1997, Ilmu Meracik Obat, 10-17, Gadjah Mada University Press:
Jogyakarta.
Joenoes N.Z., 2001, ARS Prescribendi Resep Yang Rasional, Edisi 1, hal.16,
Airlangga University Press, Surabaya.
16