Dorkas Hoke - Simulasi Perapotekan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SIMULASI PERAPOTEKAN

PENGELOLAAN DAN PERBEKALAN FARMASI DI APOTEK DAN RUMAH SAKIT

OLEH :

Nama : Dorkas Hoke Liba

NIM : PO.530333218113

TINGKAT III REGULER B

PROGRAM STUDI FARMASI

POLTEKKES KEMENKES KUPANG

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmatnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Spesialit dan
Terminologi Kesehatan yang berjudul “PENGELOLAAN DAN PERBEKALAN FARMASI DI
APOTEK DAN RUMAH SAKIT” ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini dibuat guna
memenuhi tugas mata kuliah pada semester V ini.

Terima kasih disampaikan kepada Dosen pengasuh mata kuliah Spesialit dan
Terminologi Keshatan yang telah memberikan tugas ini . Kami juga menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyelesaianmakalah ini terdapat beberapa kesalahan


dan masih jauh dari sempurna,oleh karena itu penyusun meminta maaf dan mengharapkan kritik
serta saran yang membangun dari Dosen pengasuh mata kuliah ini dan dari teman-teman agar
dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi.

Kupang, September 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………...…… 2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………...3

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………......…… 4

1.1.Latar Belakang………………………………………………………………....………... 4

1.2.Rumusan Masalah …………………………………………………...……...……….…. 5


1.3.Tujuan……………………………………………………………………………..…….. 5

BAB II ISI ……………………………………………………..……………………………..… 6

2.1. Pengertian dan Dasar Hukum Pelayanan Kefarmasian di Apotek........................................6

2.2. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di Apotek....7

2.3. Pengertian dan Dasar Hukum Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit................................9

2.4. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di RS.........10

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………….…………….15

3.1. Kesimpulan……………………………………………………………………….……15

3.2. Saran …………………………………………………………………….…….………15

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….…...16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Berdasarkan kewenangan pada peraturan perundang-undangan, Pelayanan Kefarmasian


telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan Obat (drug
oriented) berkembang menjadi pelayanan komprehensif meliputi pelayanan Obat dan
pelayanan farmasi klinik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
menyatakan bahwa Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluran Obat, pengelolaan Obat, pelayanan Obat atas Resep dokter, pelayanan
informasi Obat, serta pengembangan Obat, bahan Obat dan Obat tradisional. Pekerjaan
kefarmasian tersebut harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu.

Peran Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, danperilaku


agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut
antara lain adalah pemberian informasi Obat dan konseling kepada pasien yang
membutuhkan. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya
kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan dan mengidentifikasi,
mencegah, serta mengatasi masalah terkait Obat (drug related problems), masalah
farmakoekonomi, dan farmasi sosial (socio- pharmacoeconomy). Untuk menghindari hal
tersebut, Apoteker harus menjalankan praktik sesuai standar pelayanan.

Apoteker juga harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam
menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan Obat yang rasional. Dalam melakukan
praktik tersebut, Apoteker juga dituntut untuk melakukan monitoring penggunaan Obat,
melakukan evaluasi serta mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya. Untuk
melaksanakan semua kegiatan itu, diperlukan Standar Pelayanan Kefarmasian. Sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di bidang kefarmasian telah
terjadi pergeseran orientasi Pelayanan Kefarmasian dari pengelolaan Obat sebagai

4
komoditi kepada pelayanan yang komprehensif (pharmaceutical care) dalam pengertian
tidak saja sebagai pengelola Obat namun dalam pengertian yang lebih luas mencakup
pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung penggunaan Obat yang benar dan
rasional, monitoring penggunaan Obat untuk mengetahui tujuan akhir, serta kemungkinan
terjadinya kesalahan pengobatan.

1.2.Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian dan Dasar Hukum Pelayanan Kefarmasian di Apotek ?


2. BagaimanaPengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai di Apotek ?
3. Bagaimana Pengertian dan Dasar Hukum Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit ?
4. Bagaimana Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai di Rumah Sakit ?

1.3.Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian dan Dasar Hukum Pelayanan Kefarmasian di Apotek


2. Untuk mengetahui Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai di Apotek
3. Untuk mengetahui Pengertian dan Dasar Hukum Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit
4. Untuk mengetahui Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai di Rumah Sakit

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Dasar Hukum Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh
Apoteker. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai
pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian.Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa praktik


kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian Obat, pelayanan Obat atas
Resep dokter, pelayanan informasi Obat serta pengembangan Obat, bahan Obat dan Obat
tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian di Apotek sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 35 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35
Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek masih belum memenuhi
kebutuhan hukum di masyarakat sehingga perlu dilakukan perubahan.Standar pelayanan
kefarmasian di apotik diatur dalam permenkes no 73 tahun 2016.

2.2.Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di Apotek

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi :

a. Perencanaan

Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan
kemampuan masyarakat.

6
b. Pengadaan

Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan Farmasi


harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah,


mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik
yang diterima.

d. Penyimpanan

1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.

2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya.

3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang


lainnya yang menyebabkan kontaminasi

4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan


kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.

5. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO
(First In First Out)

e.. Pemusnahan dan penarikan

1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang

7
memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan
berita acara pemusnahan menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir.

2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.

3. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.

4. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan peraturan


perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh
pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada
Kepala BPOM.

5. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.

f. Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan


sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,
penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu
stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang- kurangnya
memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran
dan sisa persediaan.

g. Pencatatan dan Pelaporan

8
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari
pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang
digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan
laporan lainnya.

2.3.Pengertian dan Dasar Hukum Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan


dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk
pelayanan farmasi klinik.

Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dinyatakan


bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana,
sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan kefarmasian harus
menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang bermutu, bermanfaat, aman, dan terjangkau. Selanjutnya dinyatakan
bahwa pelayanan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit harus mengikuti Standar
Pelayanan Kefarmasian yang selanjutnya diamanahkan untuk diatur dengan
Peraturan Menteri Kesehatan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian juga dinyatakan bahwa dalam menjalankan
praktik kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus
menerapkan Standar Pelayanan Kefarmasian yang diamanahkan untuk diatur
dengan Peraturan Menteri Kesehatan. Berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan tersebut dan perkembangan konsep Pelayanan Kefarmasian,
perlu ditetapkan suatu Standar Pelayanan Kefarmasian dengan Peraturan Menteri
Kesehatan, sekaligus meninjau kembali Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58
Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2016 tentang

9
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

2.4. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alkes dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang
bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik.

Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
meliputi

a. Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan:
a. formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi; b. standar
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang telah
ditetapkan; c. pola penyakit; d. efektifitas dan keamanan; e. pengobatan berbasis
bukti; f. mutu; g. harga; dan h. ketersediaan di pasaran.

Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadap formularium Rumah Sakit,


maka Rumah Sakit harus mempunyai kebijakan terkait dengan penambahan atau
pengurangan Obat dalam Formularium Rumah Sakit dengan mempertimbangkan
indikasi penggunaaan, efektivitas, risiko, dan biaya.

b. Perencanaan Kebutuhan

Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat dengan


menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi
metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang
tersedia. Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan: a. anggaran yang
tersedia; b. penetapan prioritas; c. sisa persediaan; d. data pemakaian periode yang
lalu; e. waktu tunggu pemesanan; dan f. rencana pengembangan.

10
c.Pengadaan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain: a. Bahan baku Obat harus
disertai Sertifikat Analisa. b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety
Data Sheet (MSDS).c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai harus mempunyai Nomor Izin Edar. d. Masa kadaluarsa (expired date)
minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi
tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan.

d.Penerimaan

Penerimaan Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,


spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen
terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.

e. Penyimpanan

Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan


sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas
dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud
meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,
ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai.

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan,


dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan
disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out
(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang penampilan dan penamaanyang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike)

11
tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah
terjadinya kesalahan pengambilan Obat.

f.Pendistribusian

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka


menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien
dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin
terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan.Sistem distribusi di unit
pelayanan dapat dilakukan dengan cara:

a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)

b. Sistem Resep Perorangan

c. Sistem Unit Dosis

d. Sistem Kombinasi

g. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan


Medis Habis Pakai

dan Bahan Medis Habis Pakai Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri. Pemusnahan
dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
bila:

a. produk tidak memenuhi persyaratan mutu;

b. telah kadaluwarsa;

12
c. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau

d. dicabut izin edarnya.

Tahapan pemusnahan terdiri dari:

a. membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang akan dimusnahkan;

b. menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;

c. mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak


terkait;

d. menyiapkan tempat pemusnahan; dan

e. melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta


peraturan yang berlaku.

h.Pengendalian

Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan


Medis Habis Pakai adalah untuk: a. penggunaan Obat sesuai dengan Formularium
Rumah Sakit; b.penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi; dan c.
memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta
pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai.

Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan


Bahan Medis Habis Pakai adalah: a. melakukan evaluasi persediaan yang jarang
digunakan (slow moving); b. melakukan evaluasi persediaan yang tidak
digunakan dalam waktu tiga bulan berturut-turut (death stock); c. Stok opname
yang dilakukan secara periodik dan berkala.

i. Administrasi

13
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk
memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan administrasi
terdiri dari:

a. Pencatatan dan Pelaporan

b. Administrasi Keuangan

c. Administrasi Penghapusan

14
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek ditetapkan sebagai acuan pelaksanaan


Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Untuk keberhasilan pelaksanaan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek diperlukan komitmen dan kerjasama semua pemangku
kepentingan. Hal tersebut akan menjadikan Pelayanan Kefarmasian di Apotek semakin
optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien dan masyarakat yang pada akhirnya
dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi
klinik. Apoteker khususnya yang bekerja di Rumah Sakit dituntut untuk merealisasikan
perluasan paradigma Pelayanan Kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi
pasien. Untuk itu kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan secara terus menerus agar
perubahan paradigma tersebut dapat diimplementasikan.

3.2.Saran

Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan kepada para pembaca khususnya Dosen dan
Mahasiswa agar memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
memperbaiki pembuatan makalah selanjutnya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

15
Daftar Pustaka

Permenkes no 73 tahun 2016 tentang standar pelayanaan kefarmasian di Apotek.

Permenkes no 72 tahun 2016 tentang standar pelayanaan kefarmasian di Rumah Sakit.

16

Anda mungkin juga menyukai