Contoh Raperda
Contoh Raperda
Contoh Raperda
PROVINSI LAMPUNG
PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG
NOMOR … TAHUN …
TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH
MEMUTUSKAN.
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
Pasal 2
Pasal 3
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 4
(1) Sampah yang diatur di dalam Peraturan Daerah ini, terdiri atas:
a. sampah rumah tangga;
b. sampah sejenis sampah rumah tangga;dan
c. sampah spesifik.
(2) Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak
termasuk tinja dan sampah spesifik;
(3) Sampah sejenis rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya;
(4) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi:
a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
b. sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan
beracun;
c. sampah yang timbul akibat bencana;
d. sampah hasil bongkaran bangunan;
e. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau
f. sampah yang timbul secara tidak periodik.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis sampah spesifik di luar
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), diatur dengan
Peraturan Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB IV
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 5
Pemerintah Daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan
sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini.
Pasal 6
Tugas Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, terdiri
atas:
a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam pengelolaan sampah;
b. melakukan penelitian dan pengembangan teknologi pengurangan
serta penanganan sampah;
c. memfasilitasi, mengembangkan dan melaksanakan upaya
pengurangan, penanganan dan pemanfaatan sampah;
d. melaksanakan pengelolaan sampah serta memfasilitasi sarana dan
prasarana pengelolan sampah;
e. memfasilitasi dan melakukan pengembangan atas manfaat yang
dihasilkan dari pengelolaan sampah;
f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang
pada masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani
sampah;dan
g. melakukan koordinasi antar SKPD, masyarakat dan dunia usaha agar
terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.
Pasal 7
(1) Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, Pemerintah Daerah
mempunyai kewenangan:
a. menetapkan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah
berdasarkan kebijakan provinsi dan nasional;
b. menyelenggarakan pengelolaan sampah sesuai norma,
standarisasi, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah;
c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan
sampah yang dilaksanakan oleh pihak lain;
d. menetapkan lokasi TPS, TPST, dan/atau TPA sampah;
e. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6
(enam) bulan selama umur guna TPA dengan sistem pembuangan
lahan urug sanitair (sanitary landfill) dan 20 tahun setelah TPA
ditutup;dan
f. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat
pengelolaan sampah sesuai dengan kewenangannya.
(2) Penetapan lokasi TPST dan TPA sampah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d, merupakan bagian rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Bandar Lampung.
(3) Penetapan lokasi penempatan dan/atau pengolahan sampah spesifik
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem tanggap darurat sebagaimana
dimaksud dalam pada ayat (1) huruf f, diatur dengan Peraturan
Walikota sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.
BAB V
KEWAJIBAN
Pasal 8
(1) Setiap orang berkewajiban:
a. mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan sampah secara baik
dan berwawasan lingkungan dari Pemerintah Daerah dan/atau
pihak lain yang diberi tanggung jawab untuk itu;
b. berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan,
penyelenggaraan, dan pengawasan di bidang pengelolaan sampah;
c. memperoleh informasi yang benar, akurat dan tepat waktu
mengenai penyelenggaraan pengelolaan sampah;
d. mendapatkan perlindungan dan kompensasi karena dampak negatif
dari kegiatan TPA sampah; dan
e. memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan
sampah secara baik dan berwawasan lingkungan.
(2) Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani
sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan (2), diatur dengan Peraturan Walikota sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 9
(1) Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya
wajib menyediakan fasilitas sarana prasarana pewadahan, pengumpulan
dan TPS termasuk pemilahan sampah.
(2) Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas lainnya yang
belum menyediakan sesuai ayat (1) pada saat diundangkannya
Peraturan Daerah ini wajib membangun dan/atau menyediakan TPS
paling lama 1 (satu) tahun.
(3) Setiap pengendara kendaraan roda 4 (Empat) wajib untuk menjaga
kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan setiap
pengendara roda 4 (Empat) wajib menyediakan tempat / wadah sampah
pada kendaraannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), diatur
dengan Peraturan Walikota sesuai dengan Peraturan
Perundangundangan.
Pasal 10
Setiap produsen harus mencantumkan label atau tanda yang
berhubungan dengan pengurangan dan penanganan sampah pada
kemasan dan/atau produknya.
Pasal 11
Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang
diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam.
Pasal 12
Produsen wajib melakukan pembatasan timbulan sampah dengan :
a. menyusun rencana dan/atau program pembatasan timbulan
sampah sebagai bagian dari usaha dan/atau kegiatannya ;
dan/atau
b. menghasilkan produk dengan menggunakan kemasan yang mudah
diurai oleh proses alam dan yang menimbulkan sampah sedikit
mungkin.
Pasal 13
(1) Produsen wajib melakukan pendauran ulang sampah dengan:
a. menyusun program pendauran ulang sampah sebagai bagian dari
usaha dan/atau kegiatannya;
b. menggunakan bahan baku produksi yang dapat didaur ulang;
dan/atau
c. menarik kembali sampah dari produk dan kemasan produk untuk
didaur ulang.
(2) Dalam melakukan pendauran ulang sampah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), produsen dapat menunjuk pihak lain.
(3) Pihak lain, dalam melakukan pendauran ulang sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), wajib memiliki izin usaha dan / atau kegiatan.
(4) Dalam hal pendauran ulang sampah untuk menghasilkan kemasan
pangan, pelaksanaan pendauran ulang wajib mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan obat dan
makanan.
Pasal 14
Produsen wajib melakukan pemanfaatan kembali sampah dengan :
a. menyusun rencana dan/atau program pemanfaatan kembali
sampah sebagai bagian dari usaha dan/atau kegiatannya sesuai
dengan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah;
b. menggunakan bahan baku produksi yang dapat diguna ulang;
dan/atau
c. menarik kembali sampah dari produk dan kemasan produk untuk
diguna ulang.
Pasal 15
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyediaan fasilitas
pemilahan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), tata
cara pelabelan atau penandaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10, dan kewajiban produsen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
diatur dengan Peraturan Walikota sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.
Pasal 16
Dalam pelaksanaan pengelolaan sampah Pemerintah Daerah, wajib
melakukan:
a. pemeliharaan TPS, TPST dan TPA beserta pengembangannya
sesuai dengan kebutuhan;
b. penyediaan sarana dan melakukan pengangkutan sampah dari TPS,
TPST ke TPA;
c. penyediaan sarana dan melakukan pengolahan sampah di TPS,
TPST dan TPA; dan
d. penyediaan sarana pemilahan sampah di TPS, TPST dan TPA.
Pasal 17
Setiap penyelenggara kegiatan insidentil wajib melakukan
pengelolaan sampahnya dan bertanggung jawab terhadap
kebersihan yang ditimbulkan akibat adanya kegiatan tersebut.
BAB VI
PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH
Bagian Kesatu
Perencanaan
Pasal 18
(1) Pemerintah Daerah menyusun rencana pengurangan dan penanganan
sampah yang dituangkan dalam rencana strategis dan rencana kerja
SKPD.
(2) Rencana strategis pengurangan dan penanganan sampah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat:
a. target pengurangan sampah;
b. target penyediaan sarana - prasarana pengurangan dan
penanganan sampah mulai dari sumber timbulan sampah sampai
dengan TPA;
c. pola pengembangan kerjasama daerah, kemitraan, dan partisipasi
masyarakat;
d. kebutuhan penyediaan pembiayaan yang ditanggung oleh
pemerintah daerah dan masyarakat sebagai sumber timbulan
sampah; dan
e. rencana pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang ramah
lingkungan dalam memenuhi kebutuhan mengguna ulang,
mendaur ulang dan penanganan akhir sampah.
Bagian Kedua
Pelaksanaan
Pasal 19
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah
rumah tangga terdiri atas:
a. pengurangan sampah; dan
b. penanganan sampah.
PARAGRAF I
Pengurangan Sampah
Pasal 20
(1) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a
meliputi kegiatan:
a. pembatasan timbulan sampah;
b. pendauran ulang sampah; dan/atau
c. pemanfaatan kembali sampah.
(2) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui kegiatan:
a. pemantauan dan supervisi pelaksanaan rencana pemanfaatan
bahan produksi ramah lingkungan oleh pelaku usaha;dan
b. fasilitasi kepada masyarakat dan dunia usaha dalam
pengembangan dan memanfaatkan hasil daur ulang, pemasaran
hasil produk daur ulang, dan guna ulang sampah.
(3) Pemerintah Daerah berkewajiban mendukung kegiatan sebagaimana
dimaksud ayat (1) sebagai berikut:
a. menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam
jangka waktu tertentu;
b. memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
c. memfasilitasi label produk yang ramah lingkungan;
d. memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan
e. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
(4) Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menggunakan bahan produksi yang menimbulkan
sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang,
dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
(5) Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan bahan yang dapat
diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
PARAGRAF 2
Penanganan Sampah
Pasal 21
Penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b,
dilakukan dengan cara:
a. pewadahan dan pemilahan;
b. pengumpulan;
c. pengangkutan;
d. pengolahan; dan
e. pemrosesan akhir sampah.
Pasal 22
(1) Pemilahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a, dilakukan
melalui memilah sampah rumah tangga sesuai dengan jenis sampah.
(2) Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan menyediakan fasilitas tempat sampah organik dan anorganik
di setiap rumah tangga, kawasan permukiman, kawasan komersial,
kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial,
dan fasilitas lainnya.
Pasal 23
Pengumpulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b, dilakukan
sejak dari pemindahan sampah dari tempat sampah rumah tangga di TPS,
TPST dan/atau TPA dengan tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai
jenis sampah.
Pasal 24
(1) Pengangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c,
dilaksanakan dengan cara:
a. sampah rumah tangga ke TPS dan/atau TPST menjadi tanggung
jawab lembaga pengelola sampah yang dibentuk oleh RT/RW atau
Kelurahan;
b. sampah dari TPS, TPST ke TPA menjadi tanggung jawab
Pemerintah Daerah;
c. sampah kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan
industri, kawasan khusus, dari sumber sampah sampai ke TPS,
TPST dan/atau TPA menjadi tanggung jawab pengelola kawasan
yang difasilitasi oleh Pemerintah Daerah; dan
d. sampah dari fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya
dari sumber sampah dan/atau dari TPS, TPST sampai ke TPA,
menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.
(2) Pelaksanaan pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai jenis sampah.
(3) Alat Pengangkutan sampah harus memenuhi persyaratan keamanan,
kesehatan lingkungan, kenyamanan dan kebersihan.
Pasal 25
(1) Pengolahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf d, dilakukan
dengan mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah yang
dilaksanakan di TPS, TPST dan di TPA.
(2) Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memanfaatkan kemajuan teknologi yang ramah lingkungan.
Pasal 26
Pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
huruf e dilakukan dengan pengembalian sampah dan/atau residu
hasil pengolahan ke media lingkungan secara aman.
Pasal 27
(1) Pemerintah Daerah menyediakan TPS, TPST dan TPA sesuai dengan
rencana strategis dan rencana kerja.
(2) Penyediaan TPS, TPST dan TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi persyaratan teknis sistem pengolahan sampah yang
aman dan ramah lingkungan sesuai ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
(3) Penyediaan TPS, TPST dan TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung.
Pasal 28
(1) Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,
dan kawasan khusus wajib menyediakan TPST di kawasan yang
dikelola dengan difasilitasi oleh Pemerintah Daerah.
(2) Penyediaan TPST sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi persyaratan teknis sistem pengolahan sampah yang aman
dan ramah lingkungan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Penyediaan TPST sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung.
(4) Ketentuan Pengelolaan sampah kawasan permukiman, kawasan
komersial, kawasan industri, dan kawasan khusus wajib menyediakan
TPST di kawasan yang dikelola diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Walikota.
Pasal 29
TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dapat diubah menjadi TPST
dengan pertimbangan efektif dan efisien.
Bagian Ketiga
Evaluasi
Pasal 30
Pemerintah Daerah melakukan evaluasi terhadap capaian rencana strategis
dan rencana kerja serta tindak lanjut pelaksanaan berikutnya.
Bagian Keempat
Lembaga Pengelola
Pasal 31
Pemerintah Daerah dalam melakukan pengurangan dan penanganan
sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 sampai dengan pasal 26 dan
28 dapat membentuk lembaga pengelola persampahan Kota Bandar
Lampung.
Pasal 32
(1) Pemerintah Daerah memfasilitasi pembentukan lembaga pengelola
sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 di tingkat rukun
tetanggga, rukun warga, kelurahan, kecamatan, kawasan komersial,
kawasan industri, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya,
sesuai dengan kebutuhan.
(2) Pemerintah Daerah dapat membentuk BLUD persampahan setingkat
unit kerja pada SKPD untuk mengelola sampah.
Pasal 33
(1) Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat
(1) tingkat rukun tetangga mempunyai tugas:
a. memfasilitasi tersedianya tempat sampah rumah tangga di masing-
masing rumah tangga dan alat angkut dari tempat sampah rumah
tangga ke TPS dan/atau TPST; dan
b. menjamin terwujudnya tertib pemilahan sampah di masing-masing
rumah tangga.
(2) Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
tingkat rukun warga mempunyai tugas:
a. mengkoordinasikan lembaga pengelolaan sampah tingkat rukun
tetangga; dan
b. mengusulkan kebutuhan TPS ke Lurah.
(3) Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
tingkat kelurahan mempunyai tugas:
a. mengkoordinasikan lembaga pengelolaan sampah tingkat rukun
warga;
b. mengawasi terselenggaranya tertib pengelolaan sampah mulai dari
tingkat rukun tetangga sampai rukun warga;
c. mengusulkan kebutuhan TPS dan TPST ke camat dan;
d. dapat membentuk Bank sampah.
(4) Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
tingkat kecamatan mempunyai tugas:
a. mengkoordinasikan lembaga pengelolaan sampah tingkat
kelurahan;
b. mengawasi terselenggaranya tertib pengelolaan sampah mulai dari
tingkat rukun warga sampai kelurahan dan lingkungan kawasan;
dan
c. mengusulkan kebutuhan TPS dan TPST ke lembaga pengelola
persampahan kota Bandar Lampung.
Pasal 34
Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 pada
kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan
fasilitas lainnya mempunyai tugas:
a. menyediakan tempat sampah rumah tangga di masing-masing
kawasan;
b. mengangkut sampah dari sumber sampah ke TPS/TPST atau ke TPA;
dan
c. menjamin terwujudnya tertib pemilahan sampah.
Pasal 35
(1) BLUD persampahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2)
mempunyai tugas melaksanakan kebijakan, strategi, dan rencana
SKPD.
(2) BLUD Persampahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas:
a. terlaksananya pengelolaan sampah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. tersedianya barang dan/atau jasa layanan untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas pelayanan pengelolaan persampahan; dan
c. tertib administrasi pengelolaan persampahan dan
pertanggungjawaban kepada SKPD yang membidangi
persampahan.
(3) BLUD Persampahan dapat memungut dan mengelola biaya atas
barang dan/atau jasa layanan pengelolaan sampah dengan tarif yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan dan pengelolaan BLUD
Persampahan berpedoman pada ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
BAB VII
KERJASAMA DAN KEMITRAAN
Bagian Kesatu
Kerja Sama
Pasal 36
Pemerintah Daerah dapat melakukan kerja sama antar pemerintah daerah
atau pemerintah daerah bermitra dengan badan usaha dalam pengelolaan
sampah.
Pasal 37
(1) Kerja sama antar Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 dapat melibatkan dua atau lebih daerah kabupaten/kota
pada satu provinsi atau antar provinsi.
(2) Lingkup kerja sama bidang pengelolaan sampah mencakup:
a. Penyediaan/pembangunan TPA;
b. Sarana dan prasarana TPA;
c. Pengangkutan sampah dari TPS/TPST ke TPA;
d. Pengelolaan TPA; dan/atau
e. Pengolahan sampah menjadi produk lainnya yang ramah
lingkungan.
Bagian Kedua
Kemitraan
Pasal 38
(1) Pemerintah Daerah dapat bermitra dengan badan usaha dalam
pengelolaan sampah.
(2) Lingkup kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:
a. penarikan retribusi pelayanan persampahan;
b. penyediaan/pembangunan TPS atau TPST, TPA, serta sarana dan
prasarana pendukungnya;
c. pengangkutan sampah dari TPS/TPST ke TPA;
d. pengelolaan TPA; dan/atau
e. pengelolaan produk olahan lainnya.
Pasal 39
Pelaksanaan kerja sama antar Daerah dan kemitraan dengan badan usaha
dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
BAB VIII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 40
(1) Pemerintah Kota meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pengelolaan sampah.
(2) Bentuk peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah meliputi:
a. menjaga kebersihan lingkungan;
b. aktif dalam kegiatan pengurangan, pengumpulan, pemilahan,
pengangkutan, dan pengolahan sampah; dan/atau
c. pemberian saran, usul, pengaduan, pertimbangan, dan pendapat
dalam upaya peningkatan pengelolaan sampah di wilayahnya.
Pasal 41
(1) Peningkatan peran serta masyarakat dilaksanakan dengan cara:
a. sosialisasi;
b. mobilisasi;
c. kegiatan gotong royong; dan/atau
d. pemberian insentif.
(2) Peningkatan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 ayat (2) huruf b dilaksanakan dengan cara:
a. mengembangkan informasi peluang usaha di bidang persampahan;
dan/atau
b. pemberian insentif dan disinsentif.
(3) Peningkatan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 ayat (2) huruf c dilaksanakan dengan cara:
a. penyediaan media komunikasi;
b. aktif dan secara cepat memberi tanggapan; dan/atau
c. melakukan jaring pendapat aspirasi masyarakat.
BAB IX
PERIZINAN
Pasal 42
(1) Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha pengelolaan sampah
wajib memiliki izin dari Walikota.
(2) Jenis usaha pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari:
a. pengangkutan sampah;dan
b. pengolahan sampah.
(3) Keputusan mengenai pemberian izin pengelolaan sampah harus
diumumkan kepada masyarakat.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha pengolaan sampah yang
mendapatkan izin dan tata cara memperoleh izin dan pengumuman
diatur dengan Peraturan Walikota sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.
BAB X
RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN
Pasal 43
(1) Pemerintah Daerah mengenakan retribusi atas pelayanan
persampahan yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(2) Retribusi pelayanan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) digolongkan pada retribusi jasa umum.
(3) Pemungutan retribusi atas pelayanan persampahan berpedoman pada
Peraturan Perundang-undangan.
BAB XI
LARANGAN
Bagian Kesatu
Larangan
Pasal 44
(1) Setiap orang dilarang:
a. memasukkan sampah ke dalam wilayah Kota Bandar Lampung;
b. mengimpor sampah;
c. mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun;
d. mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan;
e. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan
disediakan;
f. melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka; dan
g. membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis
pengelolaan sampah; dan/ataus
h. membuang sampah disiring, dijalan, dan disungai.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan.
BAB XII
PENGAWASAN DAN PEMBINAAN
Pasal 45
Walikota melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap pelaksanaan
pengelolaan sampah.
Pasal 46
(1) Pengawasan dan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
Walikota dapat membentuk tim yang terdiri dari unsur satuan kerja
perangkat daerah.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan evaluasi
pengelolaan sampah.
BAB XIII
INSENTIF DAN DISINSENTIF
Bagian Kesatu
Insentif
Pasal 47
(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif kepada lembaga dan
badan usaha yang melakukan:
a. inovasi terbaik dalam pengelolaan sampah;
b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan;
c. pengurangan timbulan sampah; dan/atau
d. tertib penanganan sampah.
(2) Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif kepada perseorangan
yang melakukan:
a. inovasi terbaik dalam pengelolaan sampah; dan/atau
b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan
Pasal 48
(1) Insentif kepada lembaga dan perseorangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47 ayat (1) dan ayat (2) dapat berupa:
a. pemberian penghargaan; dan/atau
b. pemberian subsidi.
(2) Insentif kepada badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47
ayat (1) dapat berupa:
a. pemberian penghargaan;
b. pemberian kemudahan perizinan dalam pengelolaan sampah;
c. pengurangan pajak daerah dan retribusi daerah dalam kurun
waktu tertentu;
d. penyertaan modal daerah; dan/atau
e. pemberian subsidi.
(3) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan.
Bagian Kedua
Disinsentif
Pasal 49
Pemerintah Daerah mengenakan disinsentif kepada lembaga, badan usaha,
dan perseorangan yang melakukan:
a. pelanggaran terhadap larangan; dan/atau
b. pelanggaran tertib penanganan sampah.
Pasal 50
(1) Disinsentif kepada lembaga dan perseorangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 49 dapat berupa:
a. penghentian subsidi; dan/atau
b. denda dalam bentuk uang/barang/jasa.
(2) Disinsentif kepada badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
48 dapat berupa:
a. penghentian subsidi;
b. penghentian pengurangan pajak daerah dan retribusi daerah;
dan/atau
c. denda dalam bentuk uang/barang/jasa.
(3) Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan.
Pasal 51
(1) Walikota dalam memberikan insentif dan disinsentif melakukan
penilaian kepada lembaga, badan usaha dan perseorangan terhadap:
a. inovasi pengelolaan sampah;
b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan;
c. pengurangan timbulan sampah;
d. tertib penanganan sampah;
e. pelanggaran terhadap larangan; dan/atau
f. pelanggaran tertib penanganan sampah.
(2) Dalam melakukan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibentuk Tim Penilai dengan Keputusan Walikota.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penilaian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 52
Pemberian insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 dan Pasal 48
disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah dan kearifan lokal.
BAB XIV
KOMPENSASI
Pasal 53
(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan kompensasi kepada orang
sebagai akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
penanganan sampah di TPA sampah.
(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. relokasi; atau
b. pemulihan dan perbaikan lingkungan; atau
c. biaya kesehatan dan pengobatan; dan/atau
d. kompensasi dalam bentuk lain yang ditentukan berdasarkan azas
musyawarah.
(3) Tata cara pemberian kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) yaitu sebagai berikut:
a. pengajuan surat pengaduan kepada Pemerintah Daerah;
b. Pemerintah Daerah melakukan investigasi atas kebenaran aduan
dan dampak negatif pengelolaan sampah; dan
c. menetapkan bentuk kompensasi yang diberikan berdasarkan hasil
investigasi dan hasil kajian menurut kemampuan keuangan
Daerah.
BAB XV
PENYELESAIAN SENGKETA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 54
(1) Sengketa yang dapat timbul dari pengelolaan sampah terdiri atas:
a. sengketa antara pemerintah daerah dan pengelola sampah; dan
b. sengketa antara pengelola sampah dan masyarakat.
(2) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan melalui penyelesaian di luar pengadilan ataupun melalui
pengadilan.
(3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.
Bagian Kedua
Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan.
Pasal 55
(1) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dilakukan dengan mediasi,
negosiasi, arbitrase, atau pilihan lain dari para pihak yang
bersengketa.
(2) Apabila dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai kesepakatan, para pihak yang
bersengketa dapat mengajukannya ke pengadilan.
Bagian Ketiga
Penyelesaian Sengketa di Dalam Pengadilan.
Pasal 56
(1) Penyelesaian sengketa persampahan di dalam pengadilan dilakukan
melalui gugatan perbuatan melawan hukum.
(2) Gugatan perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mensyaratkan penggugat membuktikan unsur-unsur
kesalahan, kerugian, dan hubungan sebab akibat antara perbuatan
dan kerugian yang ditimbulkan.
(3) Tuntutan dalam gugatan perbuatan melawan hukum sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat berwujud ganti kerugian dan/atau
tindakan tertentu.
Bagian Keempat
Gugatan Perwakilan Kelompok
Pasal 57
Masyarakat yang dirugikan akibat perbuatan melawan hukum di bidang
pengelolaan sampah berhak mengajukan gugatan melalui perwakilan
kelompok.
BAB XVI
KETENTUAN SANKSI
Pasal 58
(1) Pelanggaran terhadap Peraturan Daerah sesuai Pasal 44 akan
dikenakan sanksi:
a. Sanksi administrasi;
b. Sanksi Sosial;
c. Sanksi Pidana.
(2) Sanksi Administrasi sebagaimana dimaksut pada ayat (1) huruf a
berupa:
a. Teguran/ Peringatan;
b. Penyegelan;
c. Pencabutan/ Pembatalan Perizinan.
(3) Sanksi Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b melakukan
tugas kebersihan pada lokasi – lokasi tertentu; (4) Sanksi Pidana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah sebagai berikut:
a. kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp.
2.000.000,- (Dua Juta Rupiah) bagi pelanggaran terhadap
ketentuan Pasal 8 ayat (2), pasal 9, pasal 11, pasal 12, pasal 13,
pasal 17, pasal 44 ayat (1) huruf e, huruf f, huruf g, dan huruf h;
b. kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak
Rp.3.000.000,0 (Tiga Juta Rupiah) bagi pelanggaran terhadap
ketentuan Pasal 44 ayat (1) huruf a dan b;
c. kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak
Rp.5.000.000,- (Lima Juta Rupiah) bagi pelanggaran terhadap
ketentuan Pasal 42 ayat (1) dan Pasal 44 ayat (1) huruf c dan d.
(4) Setiap orang pribadi/ Badan Hukum yang melakukan tindakan
pencemaran lingkungan yang berdampak pada lingkungan hidup
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan Peraturan dibidang
Lingkungan Hidup.
Pasal 59
(1) Setiap orang dan/atau Badan Hukum atau Perusahaan dan/atau
penanggung jawab kegiatan dan/atau usaha yang dikenai sanksi
administrasi berupa rekomendasi pencabutan perizinan usaha
dan/atau kegiatan atau pencabutan perizinan usaha dan/atau
kegiatan berhak mendapatkan hak jawab sebelum dijatuhkannya
sanksi;
(2) Hak jawab diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan dalam tenggang waktu 10 (sepuluh) hari sejak diterimanya
surat pemberitahuan;
(3) Hak jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibuat
dalam bentuk tertulis dan berisikan argumentasi disertai bukti-bukti
bahwa kewajiban yang dipersyaratkan dalam perizinan, pengawasan
petugas, dan semua pelaksanaan kewajiban atas sanksi administrasi
telah dilaksanakan;
(4) Dalam jangka waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari sejak
diterimanya surat hak jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Walikota wajib menetapkan diterima atau ditolaknya jawaban.
BAB XVII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 60
Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya yang
belum memiliki fasilitas pemilahan sampah wajib membangun atau
menyediakan fasilitas pemilahan sampah paling lama 1 (satu) tahun sejak
Peraturan Daerah ini diundangkan.
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 61
LAMPUNG
Cap/Dto
SULPAKAR
TAMAM