0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
82 tayangan26 halaman

Tak RPK

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 26

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Laporan Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa

Dosen Pembimbing:

Ns.Tri Setyaningsih., M.Kep. Sp.Kep.J

Ns. Dian Fitria, M.Kep.,Sp.Kep.J

Disusun oleh:

1. Amelia Febrianti 2110080


2. Angely Nanda Mylanda 2110072
3. Fatiha Rofiatum Musyafaah 2110086
4. Gavrilamalsa Arensa 2110085
5. Neng Puji Lestari 2110068
6. Sindi Ariyanti 2110077
7. Stefani Dwi 2110075

PRODI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS HUSADA
Jl.Mangga Besar Raya No. 137-139 Jakarta Pusat 10730
www.stikesrshusada.ac.id
Tahun 2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan jiwa adalah kondisi terganggunya psikis seseorang yang dapat berdampak
pada perubahan perilaku, bahasa, dan pikiran orang tersebut (Ismaya & Asti, 2019). Pada
penanganan masalah gangguan jiwa terdapat diagnosa keperawatan yaitu resiko
perilaku kekerasan (RPK). Menurut Afnuhazi (Ismaya & Asti, 2019), Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri maupun orang lain.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) prevelensi gangguan emosional


pada penduduk berusia 15 tahun keatas meningkat dari 6% ditahun 2013 menjadi 9,8%
ditahun 2018. Prevelensi penderita depresi ditahun 2018 sebesar 6,1%Sementara itu, penderita
gangguan jiwa berat, skizofernia meningkat dari 1,7% ditahun 2013 menjadi 7% ditahun 2018.

Menurut Anggraeni (Ramaita, Nova, Sinthania, & Miswarti,2023) Resiko perilaku


kekerasan akan memunculkan beberapa gejala seperti pasien yang sering berkata kasar, nada
suara tinggimata melotot pandangan tajam, muka merah, suka berdebat, suka memaksakan
kehendak, hingga melakukan kekerasan fisik seperti mencederai diri sendiri dan orang lain
Seseorang dengen resiko perilaku kekerasan akan menunjukkan perilaku seperti suka
mengacam, tidak bisa diam mondar mandir, gelisah intonasi suara kerasekspresi tegang
berbicara dengan nada suara yang tinggi dan gaduh.

Menurut Ramaita, Nova, Sinthania, & Miswarti (2023) Resiko Perilaku kekerasan
dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor presdiposisi dan faktor presipitasi. Faktor
presdiposisi adalah faktor yang melatarbelakangi atau menyebabkan seseorang mengalami
gangguan jiwa, sedangkan faktor presipitasi adalah faktor yang mencetuskan atau faktor yang
memicu terjadinya gangguan jiwa pada seseorang. Penelitian Kandar & Iswati (2019)
menyebutkan faktor presdiposisi pasien dengan resiko perilaku kekerasan antara lain: faktor
biologis yaitu terdapat keluarga dengan gangguan jiwa atau pasien pernah memiliki riwayat
gangguan jiwa sebelumnya, faktor psikologi yaitu kepribadian yang tertutup dan adanya
penolakan dari kelurga, faktor sosiokultural yaitu kehilangan orang yang dicinta dan keadaan
ekonomi rendah. Sedangkan faktor presipitasi pada pasien resiko perilaku kekerasan antara
lain: faktor genetik yaitu adanya riwayat putus obat oleh pasien, faktor psikologis yaitu

2
gangguan konsep diri dan tidak diterima oleh lingkungan, faktor sosialbudaya yaitu
lingkungan tempat tinggal yang tidak harmonis, sering terjadi pertengkaran dilingkungan
dapat mencetuskan keinginan untuk marah oleh individu.

Menurut Maulana, Hernawati & Shalahuddin (2021) Terapi aktivitas kelompok adalah
salah satu terapi modalitas yang merupakan upaya untuk memfasilitasi perawat atau
psikoterapis terhadap sejumlah pasien pada waktu yang sama. Terapi aktivitas kelompok
(TAK) stimulasi persepsi adalah pasien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan
atau stimulus yang pernah dialami . Tujuan dari terapi aktivitas adalah untuk memantau dan
meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.

Terapi aktivitas kelompok sering digunakan dalam praktik kesehatan jiwa, bahkan
saat ini terapi aktivitas kelompok merupakan hal yang penting dari keterampilan terapeutik
dalam keperawatan menurut Keliat ( Maulana, Hernawati & Shalahuddin ,2021).
Kemampuan pasien dalam mengontrol perilaku maladaptif bisa kendalikan dengan terapi
aktivitas kelompok stimulasi,Terapi ini menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait
dengan pengalaman dalam kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, Penggunaan
terapi kelompok dalam praktek keperawatan jiwa akan memberikan dampak positif dalam
upaya pencegahan serta pemulihan kesehatan. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
ini sebagai upaya untuk memotivasi proses berpikir, dan mengurangi perilaku maladaptif.

1.2 Tujuan

Setelah mengikuti kegiatan ini klien dapat lebih menerapkan stategi pelaksanaan
Resiko Perilaku Kekerasan secara fisik dan sosial dalam mengontrol Resiko Perilaku
Kekerasan.

3
BAB II

STANDAR PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI


PERSEPSI PADA PASIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

2.1 Definisi
Risiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah diekspresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang lain dan dapat merusak
lingkungan sekitar. Tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan dapat terjadi perubahan
pada fungsi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial. Pada aspek fisik tekanan
darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, mudah tersinggung, marah,
amuk serta dapat mencederai diri sendiri maupun orang lain (Pardede, Siregar & Hulu,
2020).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendari perilaku seseorang yang
diarahkan pada diri sendiri, orang lain atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada diri
sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk
penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah tindakan agresif yang ditujukan
untuk melukai atau membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat
berupa perilaku merusak lingkungan, melempar kaca, genting dan semua yang ada di
lingkungan.Pasien yang dibawa ke rumah sakit jiwa sebagian besar melakukan kekerasan
dirumah.Perawat harus jeli dalam melakukan pengkajian untuk menggali penyebab
perilaku kekerasan yang dilakukan selama dirumah (Yusuf, 2015).
2.2 Tanda Dan Gejala Resiko Perilaku Kekerasan
Menurut Pardede (2020) , tanda dan gejala dengan perilaku yang ditampilkan
Data Subjektif :
a) Mengungkapkan perasaan kesal atau marah
b) Keinginan untuk melukai diri sendiri,orang lain dan lingkungan
c) Klien suka membentak dan menyerang orang lain
Data Objektif :
a) Mata melotot/ pandangan tajam
b) Tangan mengepal dan Rahang mengatup
c) Wajah memerah
d) Postur tubuh kaku
e) Bicara kasar, ketus
f) Amuk/agresif

4
g) Menyerang orang lain dan Melukai diri sendiri/ oranglain.

2.3 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Sesi 3: Mengendalikan Perilaku
Kekerasan Dengan Spiritual Pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan
1. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
a. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi merupakan suatu terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan
atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Dalam hal ini klien
dilatih untuk mempersepsikan stimulus dari luar secara nyata, terapi ini bisa
digunakan pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan (Prabowo, 2014).
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai latihan mempresepsikan stimulus yang
disediakan atau stimulus yang dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi
dan ditingkatkan tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respon klien
terhadap berbagai stimulasi dalam kehidupan menjadi adaptif. Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan (Prabowo, 2014)
b. Tujuan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
Menurut Muhith (2015), tujuan umum terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi pada pasien risiko perilaku kekerasan adalah pasien dapat
mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan tujuan khususnya
adalah :
1. Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
2. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.
3. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melaui interaksi social.
4. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual
yang biasa dilakukannya.
5. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum
obat.

5
c. Aktivitas dan indikasi terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
Menurut Dermawan & Rusdi (2013), aktivitas yang dilakukan dalam empat
sesi yang bertujuan untuk melatih pasien mengendalikan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan. Pasien yang diindikasikan mendapatkan terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi adalah pasien yang berisiko melakukan perilaku
kekerasan. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi pada pasien dengan
risiko perilaku kekerasan dibagi menjadi empat sesi, antara lain:
1. Sesi 1 : Mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik
2. Sesi 2 : Mengendalikan perilaku kekerasan secara asertif/verbal
3. Sesi 3 : Mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual
4. Sesi 4 : Mengendalikan perilaku kekerasan dengan minum obat secara
teratur
2.4 Metode Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Metode yang digunakan pada terapi aktifitas kelompok (TAK) ini adalah metode:
1. Perkenalan diri pada seluruh perawat
2. Menanyakan perasaan klien pada saat terapi berjalan
2.5 Waktu Dan Tempat
Hari/tanggal : 25 Maret 2021
Jam : 10:00 WIB
Tempat : Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera

2.6 Klien Dan Ruangan Klien

Klien yang mengikuti kegiatan berjumlah 5 orang dari yayasan pemenang jiwa terdiri
dari:
1. Ny.
2. Ny.
3. Tn.
4. Tn.
5. Tn.
2.7 Setting Tempat

a) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran


b) Ruangan yang nyaman dan tenang

6
Leader Co. Leader

P P

Fasilitator Fasilitator

P P

P P

Observer

Keterangan Gambar:
L: Leader
CL : Co Leader
F : Fasilitator
O : Observer
P : Pasien

2.8 Media Dan Alat

1. Handphone
2. Music/lagu
3. Botol Aqua
4. Kertas origami
5. Kartu nama/name tage
6. Buku catatan dan pulpen
7. Jadwal kegiatan pasien

7
Sesi 1 : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan

No Nama Klien Penyebab PK Memberi tanggapan tentang


Tanda & Perilaku Akibat PK
gejala PK kekerasan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku
kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan
akibat perilaku kekerasan. Beri tanda (V) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien
tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan pe- nyebab perilaku
kekerasannya (disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda dan
gejala yang dirasakan ("geregetan" dan "deg-degan"), perilaku kekerasan yang
dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke
rumah sakit jiwa). Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua
di- rasakan selama di rumah sakit.

8
Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan secara Fisik

Tujuan :
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.
3. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.

Setting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat
1. Kasur/kantong tinju/gendang
2. Papan tulis/flipchart/whiteboard
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien

Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi

Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 1.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
✓ Salam dari terapis kepada klien.

✓ Klien dan terapis memakai papan nama.

b. Evaluasi/validasi
✓ Menanyakan perasaan klien saat ini.

✓ Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab;


tanda dan gejala; perilaku kekerasan serta akibatnya.
c. Kontrak

9
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah
perilaku kekerasan.
Menjelaskan aturan main berikut.

 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta


izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilaku- kan oleh klien.
Tanyakan kegiatan: rumah tangga, harian, dan olahraga yang biasa
dilakukan klien.
Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard.
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan
kemarahan secara sehat: napas dalam, menjemur/memukul kasur/bantal,
menyikat kamar mandi, main bola, senam, memukul bantal pasir tinju, dan
memukul gendang.

Meredakan marah dengan napas dalam: Jika merasakan tanda-tanda marah,


lakukan:

1. Duduk tegak, boleh juga berbaring


2. Tarik napas melalui hidung. Tahan sambil menghitung dalam hati 1,
2, 3.
3. Hembuskan napas melalui mulut sambil dalam hati menghitung
mundur dari angka 10 sampai 0
4. Ulangi nomor 1-3 sebanyak 5x

Meredakan marah dengan pukul bantal/kasur/bantal/ karung pasir/gendang:

Saat ada tanda-tanda marah yang dirasakan lakukan bantal/kasur/karung


pasir/gendang berulang- ulang sampai marah mereda

c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.


d. Bersama klien mempraktikkan dua kegiatan yang dipilih.
✓ Terapis mempraktikkan (mendemonstrasikan).

✓ Klien mendemonstrasikan ulang.

10
e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktik- kan cara penyaluran
kemarahan.
f.Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Upayakan semua klien berperan aktif.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
✓ Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

✓ Menanyakan ulang cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku


kekerasan.
b. Tindak lanjut
Menganjurkan klien me:.ggunakan cara yang telah dipelajari jika
menghadapi (lagi) stimulus penyebab perilaku kekerasan.
Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah dipelajari.

Memasukkan pada jadwal kegiatan harian Klien.


c. Kontrak yang akan datang
Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial
yang asertif.
Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 2, kemampuan yang diharapkan adalah 2
kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik. Formulir evaluasi
sebagai berikut

11
Sesi 2 :
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik
No Nama Klien Mempraktikan cara fisik yang Mempraktikan cara fisik
pertama yang kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua cara fisik
untuk mencegah pe- rilaku kekerasan. Beri tanda (V) jika klien mampu dan tanda (-)
jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 2 TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan, klien mampu mempraktikkan tarik napas dalam, tetapi belum
mampu mempraktikkan pukul kasus dan bantal. Anjurkan dan bantu klien
mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).

12
Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Cara Interaksi
Sosial Asertif (Cara Verbal)
Tujuan
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan per- mintaan tanpa memaksa.
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan.

Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat
1. tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan harian klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 2.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
✓ Salam dari terapis kepada klien.

✓ Klien dan terapis memakai papan nama.

b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.

Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekeras- an yang dilakukan klien sebelum TAK saat ini.
✓ Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan sudah
dilakukan.
c. Kontrak

13
✓ Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara verbal untuk mencegah perilaku
kekerasan.
✓ Menjelaskan aturan main berikut.

 Jika ada klien yang ingin meninggalkan ke- lompok, harus


meminta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu
dari orang lain.
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan, yaitu
"Saya perlu/ingin/ minta ..., Yang akan saya gunakan untuk....".
d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara
pada poin c.
e. Ulangi poin d sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa
sakit hati pada orang lain, yaitu "Saya tidak dapat melakukan. atau
"Saya " tidak dapat menerima jika dikatakan ..." atau "Saya kesal
dikatakan seperti ...".
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara
pada poin d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j. Memberikan pujian terkait peran serta klien.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
 Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku
 kekerasan yang telah dipelajari.
 Memberikan pujian dan penghargaan untuk jawaban yang benar.

b. Tindak lanjut
 Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi sosial yang
asertif (cara ver- bal), jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
 Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif
(cara verbal) secara teratur.
 Memasukkan interaksi sosial yang asertif (cara verbal) pada jadwal kegiatan
harian klien.

14
c. Kontrak yang akan datang
 Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.
 Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 3, kemampuan klien yang diharapkan
adalah mencegah perilaku kekerasan secara sosial (cara verbal). Formulir evaluasi
sebagai berikut.

15
Sesi 3 : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan cara interaksi sosial asertif ( cara verbal)
No Nama klien Memperagakan Memperagakan Memperagakan cara
cara meminta cara menolak mengungkapkan
yang baik marah yang baik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan
perilaku kekerasan se- cara sosial: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,
mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda (√) jika klien mampu dan
tanda (-) jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 3, TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan cara meminta tanpa
paksa, menolak dengan baik dan meng- ungkapkan kekerasan. Anjurkan klien
mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).

16
Sesi 4: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Cara Spiritual

Tujuan
Klien dapat melakukan mencegah perilaku kekerasan dengan cara spiritual.
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan harian klien

Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi

Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi sebelumnya.
b. Menyiapkan alat dan tempat.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien.
 Klien dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini.
 Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan.
 Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk
mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan
c. Kontrak
 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku
kekerasan.
 Menjelaskan aturan main berikut.
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan ke- lompok, harus meminta izin
kepada terapis..
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja

17
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing- masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing klien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah untuk meredakan
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah untuk meredakan kemarahan
yang dipilih.
f. Memberikan pujian pada penampilan klien.

Kegiatan ibadah untuk meredakan marah antara lain:

1. Islam: istigfar, berwudhu, sholat


2. Kristen: Doa Bapa Kami
3. Katholik: Doa Bapa Kami, Doa Novena
4. Hindu dan Budha: Meditasi, Yoga

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
 Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
 Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
 Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, Interaksi sosial yang
asertif, dan kegiatan Ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan
terjadi.
 Mengajurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan
kegiatan ibadah secara teratur.
 Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
c. kontrak yang akan datang
 Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur.
 Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khu- susnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien yang diharapkan
adalah perilaku 2 kegiatan ibadah untuk mencegah kekerasan. Formulir evaluasi
sebagai berikut.

18
Sesi 4 : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan dengan cara spritiual
No Nama klien Mempraktikan kegiatan Mempraktikan
ibadah pertama kegiatan ibadah kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua kegiatan
ibadah pada saat TAK. Beri tanda (V) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien tidak
mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 4, TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien
melakukannya secara teratur di ruangan (buat jadwal).

19
Sesi 5 : Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengonsumsi Obat

Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat.
2. Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum obat.
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.

Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
4. Beberapa contoh obat

Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab

Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti Sesi 4.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien.
 Klien dan terapis memakai papan nama.

b. Evaluasi/validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini.
 Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku
kekerasan..
 Tanyakan apakah kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif dan kegiatan ibadah
untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.

c. Kontrak
 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu patuh mi- num obat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
 Menjelaskan aturan main berikut.

20
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang diminum klien:nama dan warna (upayakan tiap
klien menyam- paikan).
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum obat,
benar orang yang minum obat, benar cara obat, benar dosis obat.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di whiteboard).
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di whiteboard).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah perilaku
kekerasan/kambuh.
j. Menjelaskan akibat/kerugian jika tidak patuh. minum obat, yaltu kejadian perilaku
kekerasan/ kambuh.
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan. patuh minum obat dan kerugian tidak
patuh minum obat.
l. Memberi pujian setiap kali klien dapat menyebutkan secara benar.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
 Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
 Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
 Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial asertif,
kegiatan ibadah,dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
 Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan, dan disepakati jika klien
perlu TAK yang lain.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 5, kemampuan yang

21
diharapkan adalah mengetahui lima benar cara minum obat, keuntungan
minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi
sebagai berikut.
Sesi 5 : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan dengan patuh minum obat
No Nama klien Menyebutkan lima Menyebutkan Menyebutkan
benar obat keuntungan minum akibat tidak patuh
obat minum obat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima benar cara
minum obat, keun- tungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Beri
tanda (V) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 5, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan.
Klien mampu menyebutkan lima benar cara minum obat, belum dapat menyebutkan
keuntungan minum obat dan akibat tidak minum obat. Anjurkan klien mempraktikkan
lima benar cara minum obat, bantu klien merasakan keuntungan minum obat, dan
akibat tidak minum obat.

22
BAB 3

EVALUASI

Kegiatan TAK dilaksanakan pada 25 Maret 2021 Jam 10.00 WIB sesuai dengan
rencana yang ada diproposal. Kegiatan dilakukan di dalam ruangan Yayasan Pemenang Jiwa
Sumatera. Pasien berjumlah 5 orang peserta, laki-laki 2 orang dan perempuan 3 orang sesuai
dengan proposal yang telah diajukan. Dalam terapi aktivitas kelompok perawat melakukan
kontrak kepada pasien sehari sebelum TAK dilakukan. Mempersiapkan alat dan menyeting
tempat dilakukan sebelum pasien datang di tempat pelaksanaan TAK.

Sebelum TAK dilaksanakan, leader memperkenalkan diri kepada pasien dan leader
memberikan kesempatan untuk co-leader, fasilitator dan observer untuk memperkenalkan diri
kepada pasien dan memberikan pasien kesempatan untuk memperkenalkan dirinya masing-
masing. Leader dan co-leader saling bergantian menjelaskan peraturan terapi aktivitas
kelompok, seperti bagiamana peraturan yang di buat saat terapi aktivitas kelompok
dilaksanakan, durasi berjalannya terapi aktivitas kelompok dan memberikan infromasi kepada
pasien bahwa perawat yang berada disebelah pasien sebagai fasilitator untuk membantu
pasien selama berjalannya terapi aktivitas kelompok.

Dalam terapi aktivitas kelompok, leader dan co-leader sudah melakukan tugasnya
untuk menjelaskan jalannya terapi aktivitas kelompok dan memimpin jalannya terapi.
Fasilitator sudah melakukan tugasnya untuk membantu pasien selama berjalannya terapi
aktivitas kelompok. Observer telah melakukan tugasnya dengan mengamati jalannya terapi
aktivitas kelompok apakah pasien mampu melakukan sp yang sudah ditentukan terapis.
Respon pasien saat diberikan terapi aktivitas kelompok yaitu :

a. Mengontrol Resiko Perilaku Kekerasan dengan cara :

1.Tarik Nafas Dalam

2.Pukul Kasur Bantal Pasien mengatakan jika marah, klien memukul dinding,
melempar barang.

b. Minum Obat Secara Teratur. Pasien mengatakan minum obat 2x/hari, Pasien
mengatakan jika minum obat pasien dapat mengendalikan amarahnya dan pasien bisa
tidur dengan nyenyak.

23
c. Mengontrol Resiko Perilaku Kekerasan Dengan Cara : Berbicara Verbal/Bicara
Baik-baik. Klien mampu berbicara sopan atau baik-baik. Pasien mengatakan mampu
berbicara sopan jika meminta sesuatu baik-baik kepada perawat dan teman di
dekatnya.

d. Spritual Klien mampu berdo’a dan menyebutkan keinginanya ingin sembuh Pasien
mengatakan selalu berdoa setiap mau tidur, bangun tidur maupun pada saat makan
dan selalu mengikuti ibadah di yayasan.

24
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi adalah Pasien dilatih


mempersiapkan Stimulus yang disediakan atau Stimulus yang pernah dialami. Tujuan dari
Terapi Aktivitas untuk memantau dan meningkatkan Hubungan Interpersonal antar anggota.
Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan atau Alternatif Penyelesaian masalah.
(Maulana, hernawati & Syalahuddin, 2021).

Salah satu bentuk penanganan medis untuk pasien dengan resiko perilaku kekerasan
adalah dengan Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi, dimana TAK (Terapi Aktifitas
Kelompok) merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada kelompok
pasien dengan Resiko perilaku kekerasan. Aktivitas digunakan sebagai terapi,dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium tempat pasien berlatih perilaku
baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif (Keliat & Akemat, 2015).

Setelah mendapatkan terapi aktivitas kelompok resiko perilaku kekerasan, pasien


terapi aktivitas kelompok di yayasan pemenang jiwa sumatera utara terjadi peningkatan
pengetahuan, pemahaman tentang cara mengontrol resiko perilaku kekerasan dan tahu
bagaimana cara melakukannya. Peningkatan pengetahuan diketahui bahwa pasien mampu
mengingat sp 1 - 4 dari permainan terapi aktivitas kelompok.

4.2 Saran

Diharapkan bagi Perawat di Yayasan Pemenang Jiwa menjadikan Terapi Aktivitas


Kelompok stimulasi persepsi sebagai tindakan keperawatan untuk setiap pasien dengan
masalah gangguan jiwa khususnya pasien Resiko Perilaku Kekkerasan karena menurut hasil
penelitian (Putri, 2017) TAK Stimulasi persepsi yang diberikan pada Pasien Resiko perilaku
kekerasan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mengenal dan
mengontrol resiko perilaku kekerasan baik secara fisik maupun secara social.

25
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, R., dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Muhith. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :Ansi Offest.
Pardede, J. A., Siregar, L. M., dan Halawa, M. 2020. Beban dengan Koping Keluarga Saat
Merawat Pasien Skizofrenia yang Mengalami Perilaku Kekerasan. Jurnal Kesehatan,
11(2), 189-196. http://dx.doi.org/10.26630/jk.v11i2.1980
Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : Nuha Medika.
Yusuf, A. H. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan : Salemba Medik.
Maulana, I., Hernawaty, T., &Shalahuddin, I. (2021).Terapi Aktivitas Kelompok
menurunkan Tingkat Resiko Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia:
Literature Review. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional
Indonesia, 9(1), 153-160.
Kelliat, B.A. & Pawirowiyono, A. (2015). Keperawatan jiwa terapi aktivitas kelompok
Edisi 2. Jakarta: EGC
Putri, V. (2017). Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi
terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia di ruang
rawat inap Arjuna Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Riset Informasi
Kesehatan, 6(2), 174-183. https://doi.org/10.30644/rik.v6i2.95

26

Anda mungkin juga menyukai