KIAN Erise

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian penyakit tidak menular semakin meningkat seiring dengan
perubahan gaya hidup dalam masyarakat, salah satunya adalah diabetes melitus
atau yang sering dikenal dengan kencing manis. Diabetes melitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dimana terjadi kenaikan kadar gula darah
yang dikarenakan adanya kelainan sekresi dari hormon insulin, kerja hormon
insulin atau akibat keduanya (Soelistijo et.al, 2022). Penyakit ini memiliki
angka kejadian yang tinggi dan terus meningkat pada setiap negara,
berhubungan dengan meningkatnya gaya hidup yang kurang baik, sebagai
contoh meningkatnya prevalensi kejadian obesitas. (Amirudin, 2021).
International Diabetes Federation (IDF) melaporkan 463 juta orang
dewasa di dunia meyandang diabetes dengan prevalensi global mencapai 9,3%
dengan lebih dari setengah (50,1%) yang tidak terdiagnosa (IDF, 2022).
Di Indonesia sendiri terjadi peningkatan, berdasarkan data Kemenkes
tahun 2015 dan tahun 2020, pengidap diabetes mellitus meningkat dari 6,9%
menjadi 8,5%, sedangkan faktor risiko seperti obesitas meningkat dari 14,8%
menjadi 21,8%. Oleh karena itu Indonesia menjadi negara dengan peringkat ke
6 dunia sebagai pengidap diabetes mellitus terbanyak (Kemenkes, 2021).
Hasil riset kesehatan dasar Provinsi Papua menunjukan bahwa prevalensi
diabetes melitus pada penduduk umur 15 tahun ke atas kota Jayapura
menempati urutan ke empat seprovinsi Papua. Data tahun 2021 di Kabupaten
Jayapura sendiri didapatkan kasus diabetes melitus sebanyak 3.566 kasus dan
mengalami peningkatan pada tahun 2022 menjadi 3.629 kasus (Dinkes Kab
Jayapura, 2022).
Penyakit diabetes melitus dapat dikontrol dengan tatalaksana yang tepat
guna mencegah komplikasi. Penatalaksanaan DM terdiri dari pengelolaan
farmakologis dan nonfarmakologis (Agustina, 2021). Pengobatan farmakologis
jangka panjang, pemakaian sediaan obat anti glikemik banyak menimbulkan
efek samping sehingga diperlukan adanya sediaan yang lebih efektif dan aman
seperti obat herbal yang berasal dari tumbuhan salah satunya dengan bubuk

1
2

kayu manis (Mahdia, 2022). Beberapa terapi non farmakologi yang dapat
menurunkan glukosa darah diantaranya adalah hidroterapi, akupresur,
akupunktur, terapi bekam, latihan relaksasi, terapi herbal untuk menurunkan
diabetes diantaranya adalah Bawang putih, penggunaan bawang merah, kayu
manis, hingga pare, jahe, pepaya, okra, ketumbar, jamu, daun salam dan
lainnya dipercaya mampu menjadi obat herbal diabetes (Hembing, 2021).
Manajemen diabetes mellitus mencakup penggunaan obat antidiabetes
modern, tetapi obat anti-diabetes itu mahal. Salah satu terapi yang cukup
efektif adalah terapi obat herbal dikarenakan terapi obat herbal memiliki efek
samping yang rendah dan mudah diakses oleh sebagian besar penduduk. Kayu
manis termasuk di antara banyak obat herbal yang digunakan untuk mengobati
DM bahkan sangat aman dikonsumsi dalam jangka panjang apabila dikelola
dengan cara yang higienis. Kayu manis ini memiliki dua varietas utama,
Cinnamomum cassia (juga dikenal sebagai Cinnamomum aromaticum) dan
Cinnamomum zeylanicum (Deyno et al., 2022).
Diabetes melitus apabila tidak tertangani secara benar, maka dapat
mengakibatkan berbagai macam komplikasi. Ada dua jenis komplikasi pada
DM yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi akut yaitu
ketoasidosis diabetikum dan komplikasi kronik terdiri dari komplikasi
makrovaskuler dan komplikasi mikrovaskuler. Penyakit jantung koroner,
penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer
merupakan jenis komplikasi makrovaskular, retinopati, nefropati, dan neuropati
merupakan jenis komplikasi mikrovaskuler (Fatmalia, 2022). Hal tersebut
menunjukkan betapa bahayanya penyakit ini, mengingat penyakit ini dapat
menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang nantinya dapat membahayakan
penderita.Oleh sebab itu, usaha pencegahan dan pengobatan pada penyakit ini
harusnya lebih ditingkatan (Maemunah, 2022). Penatalaksanaan pasien
diabetes mellitus dikenal juga sebagai 4 pilar penting dalam mengontrol
perjalanan penyakit dan komplikasi. Empat pilar tersebut adalah edukasi, terapi
nutrisi, aktifitas fisik dan farmakologi (Hasanzade, 2020).
Kulit kayu manis ini mengandung zat aktif yaitu polifenol yang bekerja
dengan meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kadar glukosa darah
3

mendekati normal. Selain itu ada minyak esensial yang didapatkan hanya dari
kulit kayunya yaitu trans-cinameldehida, eugenol dan lanolool yang
mempunyai mekanisme kerja sebagai anti inflamasi, antioksidan, potensial
hipoglikemik dan serta hipoledimik. Zat aktif inilah kayu manis dapat diolah
menjadi suatu bahan yang dapat membantu menurunkan kadar glukosa darah
pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 dan dapat digunakan dalam jangka
panjang (Mahdia, 2022) Kayu manis merupakan tanaman yang pada umumnya
dimanfaatkan pada bagian kulit batangnya karena dapat diolah menjadi bahan
tambahan makanan maupun minuman, dan daun kayu manis dapat diolah
menjadi minyak astiri. Terdapat berbagai kandungan senyawa pada tanaman
kayu manis (Isnainah, 2022).
Jika hal penggunaan kayu manis secara luas diterapkan dapat menurunkan
prevalensi diabetes melitus di Indonesia sebab ketersediaan kayu manis yang
melimpah di Indonesia. Ketersediaan yang melimpah ini tidak diimbangi
dengan pemanfaatan optimal selain menjadi bumbu dapur dan rempah-
rempah. Jenis kayu manis in merupakan jenis yang banyak beredar di pasar
Indonesia, sehingga penderita diabetes melitus ataupun masyarakat umum
mampu mendapatkannya dengan mudah. Selain itu, pemrosesan yang
dilakukan sangat mudah dan dapat dilakukan di tingkat rumah tangga (Fatmalia
& Muthoharoh, 2022).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Awaluddin dkk tahun 2020 yang
menyatakan bahwa terdapat penurunan kadar glukosa darah yang signifikan
setelah diberikan seduhan kayu manis pada pasien Diabetes Melitus tipe II. Hal
ini juga sejalan dengan hasil penelitian Siswandi, dkk (2020), didapatkan hasil
bahwa pemberian seduhan kayu manis lebih efektif dibandingkan jahe merah
dalam menurunkan kadar glukosa darah sementara.
Upaya pemerintah Indonesia mengatasi penyakit diabetes melitus yaitu
dengan meningkatkan pelayanan kesehatan tingkat pertama dengan
mengoptimalisasikan sistem tanggung jawab pusat pelayanan kesehatan atau
rujukan, meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan. P2PTM Kemenkes RI
pada tahun 2019 mengadakan program PATUH berisi mengenai memeriksa
kesehatan dengan rutin dan mengikuti arahan dokter, mengatasi penyakit
4

menggunakan metode pengobatan yang tepat dan patu aturan, melakukan diet
serta memperhatikan gizi yang seimbang mengupayakan olahraga atau
aktivitas fisik sesuai kemampuan dengan aman, tidak merokok dan hindari
asap rokok, serta tidak mengkonsumsi alkohol. Selain program PATUH,
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular melakukan program
CERDIK program tersebut berisi tentang memeriksa kesehatan dengan rutin,
tidak merokok dan menhindari asap rokok, rajin olahara atau aktivitas fisik,
melakukan mengontrol pola makan atau diet dengan seimbang, tidur dan
istirahat yang cukup, hindari stress.
Berdasarkan fenomena atau kejadian tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang efektivitas pemberian kayu manis dalam
menurunkan kadar glukosa darah. Selain itu penulis juga tertarik karena
pemberian ramuan kayu manis merupakan cara yang sangat alternatif dan
mudah didapatkan sehingga tidak memerlukan biaya yang mahal untuk
mengunakannya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tulisan ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran secara nyata
tentang proses asuhan keperawatan secara komprehensif dan inovatif
dengan aplikasi terapi pemberian kayu manis dalam menurunkan kadar
glukosa darah.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus karya tulis ilmiah ini yaitu diharapkan penulis mampu:
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan diabetes melitus
b. Merumuskan diagnose keperawatan pada klien dengan masalah
diabetes melitus sesuai dengan Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
c. Merumuskan perencanaan keperawatan pada klien dengan masalah
keperawatan diabetes melitus sesuai Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI)
5

d. Melakukan implementasi keperwatan pada penderita diabetes melitus


dengan aplikasi terapi rendam kaki menggunakan air rebusan serai dan
garam
e. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan
f. Melakukan pendokumtasian keperawatan
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan informasi dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang
Terapi Komplementer rebusan Kayu Manis Pada Penderita Diabetes
Melitus dan dapat diterapkan oleh klien dalam menangani penyakit
diabetes melitus yang diderita dengan cara pengobatan non farmakologi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi Pendidikan sebagai sumber bacaan atau reverensi untuk
meningkatkan kualitas Pendidikan keperawatan khususnya pada klien
diabetes mellitus tentang manfaat kayu manis dalam menurunkan
kadar glukosa darah.
b. Bagi Profesi Keperawatan
Bagi Bagi profesi keperawatan keluarga dapat menambah wawasan
dalam melakukan asuhan keperawatan dengan gangguan perfusi
jaringan serebral pada diabetes melitus dengan pemberian kayu manis .
c. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat dapat menambah pengetahuan tentang manfaat
aplikasi manfaat kayu manis dalam menurunkan kadar glukosa darah..
d. Bagi Penulis
Bagi penulis dapat menambah wawasan dalam melakukan asuhan
keperawatan keluarga yang komprehensif dengan pemanfaatan kayu
manins untuk penderita diabetes melitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multietiologi yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid
dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin (Yosmar dkk , 2018).
Sedangkan menurut (Nugroho, 2019) diabetes melitus merupakan
penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi
cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi
secara efektif.
2. Anatomi Diabetes Melitus
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang
gaster didalam ruang retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai
hilus limpa diarah kronio–dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas
dihubungkan dengan corpus pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian
pankreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena
mesentrika superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput
pankreas ini disebut processus unsinatis pankreas. Pankreas terdiri dari dua
jaringan utama yaitu:
a. Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
b. Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan
getahnya namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung
kedalam darah.
Pankreas manusia mempunyai 1–2 juta pulau langerhans, setiap pulau
langerhans hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh
darah kapiler. Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel-
alfa, beta dan delta. Sel beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel
terletak terutama ditengah setiap pulau dan mensekresikan insulin. Granula
sel B merupakan bungkusan insulin dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan

6
7

bervariasi antara spesies satu dengan yang lain. Dalam sel B , molekul
insulin membentuk polimer yang juga kompleks dengan seng.
Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena perbedaan
dalam ukuran polimer atau agregat seng dari insulin. Insulin disintesis di
dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian diangkut ke aparatus golgi,
tempat ia dibungkus didalam granula yang diikat membran. Granula ini
bergerak ke dinding sel oleh suatu proses yang tampaknya sel ini yang
mengeluarkan insulin ke daerah luar dengan eksositosis. Kemudian insulin
melintasi membran basalis sel B serta kapiler berdekatan dan endotel
fenestrata kapiler untuk mencapai aliran darah . Sel alfa yang mencakup
kira-kira 25 % dari seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel delta yang
merupakan 10 % dari seluruh sel mensekresikan somatostatin (Yosmari,
2021).

3. Fisiologi Diabetes Melitus


Pankreas panjangnya kira-kira lima belas sentimeter, mulai dari
duodenum sampai limpa, dan terdiri atas 3 bagian : kepala pankreas, badan
pankreas, ekor pankreas. Jaringan pankreas terdiri atas labula dari pada sel
sekretori yang tersusun mengitari saluran-saluran halus. Saluran-saluran ini
mulai dari persambungan saluran-saluran kecil dari labula yang terletak di
dalam ekor pankreas dan berjalan menlalui labula yang terletak di dalam
ekor pankreas dan berjalan melalui badannya dari kiri ke kanan (Nugroho,
2019).
8

Saluran-saluran kecil itu menerima saluran dari labula lain dan


kemudian bersatu untuk membentuk saluran utama yaitu ductus wirsungi.
Kepulauan langerhans pada pankreas membentuk organ endokrin yang
menyekresi insulin, yaitu sebuah hormon antidiabetika, yang diberikan
dalam pengobatan diabetes. Insulin adalah sebuah protein yang dapat turut
dicernakan oleh enzim-enzim pencerna protein. Insulin mengendalikan
kadar glukosa dan bila digunakan sebagai pengobatan dalam hal
kekurangan, seperti pada diabetes, ia memperbaiki kemampuan sel tubuh
untuk mengabsorbsi dan menggunakan glukosa dan lemak Insulin yang
dihasilkan oleh kelenjar pankreas, kelenjar pankreas terletak di lekukan usus
dua belas jari, sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa
darah yaitu waktu puasa antara 60-120 mg/d dan dalam dua jam sesudah
makan di bawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik
secara kuantitas maupun kualitas keseimbangan tersebut akan terganggu dan
kadar glukoda cenderung naik (Maemunah, 2022)
4. Etiologi Diabetes Melitus
Menurut (Maemunah, 2022) Gejala umum penderita diabetes adalah
sebagai berikut:
a. Meningkatnya rasa haus karena air dan elektrolit dalam tubuh berkurang
(polidipsia).
b. Peningkatnya rasa lapar karena kadar glukosa dalam jaringan berkurang
(polifagia).
c. Kondisi urin yang mengandung glukosa biasanya terjadi ketika kadar
glukosa darah 180 mg/dl (glikosuria).
d. Meningkatkan osmolaritas filtrat glomerulus dan reabosorpsi air
dihambat dalam tubulus ginjal sehingga volume urin meningkat
(poliuria).
e. Dehidrasi karena meningkatnya kadar glukosa menyebabkan cairan
ekstraselular hipertonik dan air dalam sel keluar.
f. Kelelahan karena gangguan pemanfaatan dapat mengakibatkan
kelelahan dan hilangnya jaringan tubuh walaupun asupan makanan
normal atau meningkat.
9

g. Kehilangan berat badan disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh dan


penggunaan jaringan otot dan lemak akan diubah menjadi energi.
h. Gejala lain berupa daya penglihatan berkurang, kram, konstipasi, dan
penyakit infeksi kandidiasis.
5. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus
Berdasarkan Deyno (2022) menyebutkan tanda dan gejala diabetes mellitus
antara lain:
a. Trias DM antara lain banyak minum, banyak kencing dan banyak
makan
b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa > 120 mg/dl.
c. Kadar glukosa 2 jam sesudah makan > 200 mg/dl.
d. Glukosuria (adanya glukosa dalam urin)
e. Mudah lelah, kesemutan.
f. Rasa tebal di kulit, kram, mudah mengantuk.
g. Berat badan menurun,kelemahan
h. Bila terdapat luka susah sembuh.
DM type I (Insulin Dependen Diabetes Melitus atau IDDM) DM
Tipe I (IDDM) muncul pada saat pankreas tidak dapat atau kurang mampu
memproduksi insulin sehingga insulin dalam tubuh kurang atau tidak ada
sama sekali. Glukosa didalam darah menumpuk karena tidak dapat
diangkut ke dalam sel. DM tipe ini tergantung pada insulin, oleh karena itu
pasien memerlukan suntikan insulin. DM Tipe I (IDDM) merupakan suatu
gangguan autoimun (autoimmune disorder) yang ditandai dengan
kerusakan sel-sel beta Langerhans pankreas.
DM type 2 akan kebanyakan menyerang usia lanjut, karena
berhubungan dengan degenerasi atau kerusakan organ dan faktor gaya
hidup (Bustan, 2015). b. DM tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus atau NIDDM). DM Tipe 2 (NIDDM) merupakan DM yang paling
sering ditemukan di Indonesia. Pasien tipe ini biasanya ditemukan pada
usia di atas 40 tahun disertai berat badan yang berlebih. Selain itu diabetes
tipe 2 ini dipengaruhi oleh faktor genetik, keluarga, obesitas, diet tinggi
lemak, serta kurang gerak badan (Ammar, 2022).
10

6. Patofisiologi Diabetes Melitus


Gula dari makanan yang masuk melalui mulut dicernakan di lambung
dan diserap lewat usus, kemudian masuk ke dalam aliran darah. Glukosa ini
merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh di otot dan jaringan. Agar
dapat melakukan fungsinya, gula membutuhkan "teman" yang disebut
insulin. Hormon insulin ini diproduksi oleh sel beta di pulau Langerhans
dalam pankreas. Setiap kali seorang individu makan, pankreas memberi
respons dengan mengeluarkan insulin ke dalam aliran darah. Ibarat kunci,
insulin membuka pintu sel agar gula masuk. Dengan demikian, kadar gula
dalam darah menjadi turun (Hembing, 2021).
Hati merupakan tempat penyimpanan sekaligus pusat pengolahan
gula. Pada saat kadar insulin meningkat seiring dengan makanan yang
masuk ke dalam tubuh, hati akan menimbun glukosa, yang nantinya akan
dialirkan ke sel-sel tubuh bilamana dibutuhkan. Ketika lapar atau tidak
makan, insulin dalam darah rendah, timbunan gula dalam hati (glikogen)
akan diubah menjadi glukosa kembali dan dikeluarkan ke aliran darah
menuju sel-sel tubuh. Dalam pankreas juga ada sel alfa yang memproduksi
hormon glukagon (Amirudin, 2021).
Bila kadar gula darah rendah, glukagon akan bekerja merangsang sel
hati untuk memecah glikogen menjadi glukosa. Pada penderita diabetes, ada
gangguan keseimbangan antara transportasi glukosa ke dalam sel, gula yang
disimpan di hati, dan gula yang dikeluarkan dari hati. Akibatnya, kadar gula
dalam darah meningkat. Kelebihan ini keluar melalui urine. Oleh karena itu,
urine menjadi banyak dan mengandung gula. Diabetes tipe 2, pankreas
masih bisa membuat insulin, tetapi kualitas insulinnya buruk, tidak dapat
berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam
sel. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat. Kemungkinan lain
terjadinya diabetes tipe 2 adalah sel-sel jaringan tubuh dan otot si penderita
tidak peka atau sudah resisten terhadap insulin (dinamakan resistensi
insulin) sehingga gula tidak dapat masuk ke dalam sel dan akhirnya
11

tertimbun dalam peredaran darah. Keadaan ini umumnya terjadi pada


penderita yang gemuk atau mengalami obesitas (Soelistijo, 2022).
12

7. Patoflowdiagram
Defisit insulin

Kerusakan Sel beta


Fleksibilitus darah merah Glukagon meningkat

Pelepasan O2 Ketidakseimbangan
Glukoneogenesis
produksi insuli

Hipoksia perifer
Lemak Gula dalam darah tidak dapat
dibawah masuk delama sel

Kerusakan anti bodi


Katogenesis
Hiperglikemia

kekebalan tubuh menurun


PH menurun

Neuropati perifer Mual muntah Ketidakstabilan gula


darah
Timbulnya ulkus
Defisit nutrisi Ketidakstabilan gula
Nyeri darah

Sumber: Soelistijo (2022)


13

8. Pemeriksaan Penunjang Diabetes Melitus


Menurut Isnainah (2022), untuk memperkuat diagnosis diperlukan
pemeriksaan penunjang, diantaranya:
a. Glukosa darah: meningkat 200-100mg/dL atau lebih
b. Aseton plasma atau keton: positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e. Elektrolit:
1) Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
2) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun
3) Fosfor : lebih sering menurun
f. Hemoglobin glikosilat: kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal,
yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
(lama hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat dalam
membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang
berhubungan dengan insiden
g. Gas darah arteri: biasanya menunjukan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 (asidosis metabolic), dengan kompensasi alkalosis respiratorik
h. Trombosit darah: Ht mungkin meningkat (dehidrasi): leukositosis
hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
i. Ureum atau kreatini: mungkin meningkat atau normal (dehidrasi atau
penurunan fungsi ginjal)
j. Amilase darah: mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA
k. Insulin darah: mungkin menurun atau bakal sampai tidak ada ( pada
tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan
insufusiensi insulin atau gangguan dalam penggunaannya. Resisiten
insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan anti bodi
l. Pemerikasaan fungsi tiroid: peningkatan aktifitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin
14

m. Urine: gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat
n. Kultur dan sensitifitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka
9. Komplikasi Diabetes Melitus
a. Komplikasi Akut
1) Hyperosmolar Hyperglicemia
State (HHS) Hyperosmolar Hyperglicemia State merupakan
nonmenklatur yang direkomendasikan oleh American Diabetes
Assosiation (ADA) untuk 11 menekankan bahwa terdapat perubahan
tingkat kesadaran. Ditandai dengan hiperglikemia berat (>600mg/dl)
yang menyebabkan hiperosmolalitas berat, diuresis osmotic, dan
dehidrasi dengan peningkatan BUN (blood urea nitrogen) (Price and
Wilson, 2015).
2) Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan kumpulan gejala klinis yang disebabkan
konsentrasi glukosa darah yang rendah < 55mg/dL. Hipoglikemia
umum terjadi pada penderita diabetes yang sedang mengkonsumsi
obat anti diabetes (OAD) atau insulin. Tanda dan gejala yang timbul
berupa gemetar, pucat, keringat dingin, takikardi, lapar, kecemasan,
bingung, tingkah laku abnormal, sulit berbicara, kejang, disorientasi,
penurunan respon terhadap stimulus bahaya (Fransisca, 2021).
3) Ketoasidosis
Diabetik (KAD) Ketoasidosis diabetik merupakan keadaan dimana
terjadinya dekompensasi atau kekacauan metabolic ditandai oleh
trias hiperglikemia, asidosis, dan ketosis. Keadaan ini disebabkan
karena kekurangan insulin berat dan akut (Fransisca, 2021).
b. Komplikasi Kronis
1) Retinopati diabetic
Retina adalah bagian mata tempat cahaya di fokuskan setelah
melewati lensa mata. Cahaya yang difokuskan akan membentuk
bayangan yang akan dibawa ke otak oleh saraf optikus. Bila
15

pembuluh darah mata bocor atau terbentuk jaringan parut di retina,


bayangan yang dikirim ke otak menjadi kabur. Lokasi jaringan parut
terutama di fovea sentral, lokasi eksudat, dan cystoid macular edema
(CME). Tatalaksana utama pencegahan progresivitas dengan
melakukan pengendalian gula darah, hipertensi sistemik dan
hiperkolesterolemia (Susanti, 2019).
2) Neuropati diabetic
Menurut Mildawati, Susanti, (2019) Neuropati diabetic adalah
gangguan saraf pada penderita diabetes kronis yang mengenai semua
tipe seperti saraf sensorik, motorik dan otonom serta yang paling
umum ditemui pada tubuh bagian perifer. Kerusakan saraf otonom
dapat menyebabkan perubahan tekstur dan turgor kulit yang dapat
menyebabkan kulit menjadi kering, pecah-pecah, dan kapalan.
Sedangkan gejala cedera saraf motorik muncul dalam bentuk
kelemahan otot, atrofi dan akhirnya deformitas. Untuk gejala
kerusakan saraf sensorik dibagi menjadi dua jenis, yaitu nyeri hebat
dan nyeri tidak nyeri. Rasa kebas merupakan gejala yang biasanya
muncul lebih dini (Nugroho, 2019).
3) Nefropati diabetic
Penyakit diabetes yang berlangsung lama menyebabkan perubahan
pada pembuluh darah kecil yang dapat merusak ginjal dimana
kerusakan ginjal tersebut dapat menyebabkan kegagalan ginjal yang
berat. Sebanyak 35 - 45% pasien diabetes melitus mengalami end-
stage renal disease (ESRD) (Padma, Arjani and Jirna, 2017).
Keluhan yang biasanya timbul pada penderita komplikasi nefropati
adalah pembengkakan pada kaki, sendi kaki, dan tangan, lelah, nafsu
makan menurun, hipertensi, bingung atau sukar berkonsentrasi,
sesak nafas, kulit menjadi kering, dan gatal (Yosmari, 2021).
4) Jantung Koroner
Penyebab mortalitas dan morbiditas terbesar pada penyakit diabetes
melitus tipe 2 adalah penyakit jantung koroner. Gula darah yang
tinggi dalam jangka yang Panjang akan menaikkan kadar kolesterol
16

dan trigliserida darah sehingga terjadi arterosklerosis atau


penyempitan pembulug darah koroner yang akan menimbulkan
sebagian otot jantung mati (Fransisca, 2016).
5) Stroke
Pasien diabetes melitus tipe 1 stroke terjadi 4,1 kali lebih banyak
dialami diabndingkan dengan non-diabetes melitus. Pasien diabetes
melitus tipe 2 terjadi 2 kali lebih banyak dialami diabndingkan
nondiabetes melitus (Fransisca, 2021).
1. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Menurut PERKENI (2019), pengelolaan penyakit Diabetes Melitus
dikenal dengan empat pilar utama yaitu edukasi, terapi nutrisi medis, latihan
jasmani dan terapi farmakologis. Keempat pilar pengelolaan tersebut dapat
diterapkan pada semua jenis tipe Diabetes Melitus termasuk Diabetes
Melitus tipe 1 dan 2.
a. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan
sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang
sangat penting dari pengelolaan DM secara holistik.
b. Pengaturan makanan/diet
Pengaturan makanan maksudnya adalah merancang sedemikian
rupa makanan yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan sehingga
insulin yang tersedia mencukupi. Disamping itu susunan zat gizinya
sehat dan seimbang (Kariadi, 2019). Tujuan umum penatalaksanaan diet
pasien DM antara lain: untuk mencapai dan mempertahankan kadar
glukosa darah dan lipid mendekati normal, mencapai dan
mempertahankan berat badan dalam batas normal ± 10% dari berat
badan idaman, mencegah komplikasi akut atau kronik, serta
meningkatkan kualitas hidup (Susanti, 2019).
c. Latihan Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan
DMT 2 apabila tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani
seharihari dan latihan jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak
17

3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit
perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum
latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah 250 mg/dL dianjurkan
untuk menunda latihan jasmani.
d. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
1) Obat Antihiperglikemia Oral Berdasarkan cara kerjanya, obat
antihiperglikemia oral dibagi menjadi 5 golongan:
a) Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)
- Sulfonilurea Obat golongan ini mempunyai efek utama
meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
- Glinid Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu
Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat
fenilalanin).
b) Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin
- Metformin Metformin merupakan pilihan pertama pada
sebagian besar kasus DMT2. Dosis Metformin diturunkan
pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (GFR 30-60
ml/menit/1,73 m2).
- Tiazolidindion (TZD).
Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin
dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa,
sehingga meningkatkan ambilan glukosa di jaringan perifer.
c) Penghambat Absorpsi Glukosa di saluran pencernaan
Contoh obat golongan ini adalah Acarbose.
d) Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase- IV)
Contoh obat golongan ini adalah Sitagliptin dan Linagliptin.
e) Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter 2)
Obat yang termasuk golongan ini antara lain: Canagliflozin,
Empagliflozin, Dapagliflozin, Ipragliflozin.
18

2) Obat Antihiperglikemia Suntik Termasuk anti hiperglikemia suntik,


yaitu insulin, agonis GLP-1 dan kombinasi insulin dan agonis GLP1.
B. Konsep Kayu Manis
1. Pengertian Kayu Manis
Kayu manis merupakan tanaman herbal berupa pohon dengan
tinggi mencapai 15 m. Batangnya berkayu dan bercabang-cabang. Daun
tnggal, berbentuk lanset, warna daun muda merah pucat, dan setelah tua
berwarna hijau.Bunga berbentuk malai, tumbuh di ketiak daun, dan
berwarna kuning. Jenis buahnya berupa buah buni.Saat muda buahnya
berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam. (Prapti Utami dan Desty
Ervira, 2021)
Kayu manis (Cinnamomum burmani) biasanya digunakan oleh
masyarakat sebagai bahan pelengkap dalam proses pembuatan kue atau
bumbu penyedap masakan. Di balik rasanya yang pedas, wangi, hangat
dan sedikit manis ternyata kayu manis (Cinnamomum burmannii)
memiliki banyak manfaat kesehatan dan kecantikan sehingga biasanya
kayu manis (Cinnamomum burmannii) juga digunakan sebagai salah satu
bahan dalam industri jamu. Hampir semua bagian dari kayu manis
(Cinnamomum burmannii) , yaitu batang, daun, kulit, dan akar bisa
dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan untuk mengatasi berbagai macam
penyakit. Kulit batang kayu manis (Cinnamomum burmannii) memiliki zat
yang mempunyai efek bakteri karena memiliki kandungan zat aktif berupa
minyak atsiri, flavonoid saponin dan tannin (Widyastuti, 2021)
2. Khasiat Kayu Manis
Kayu manis (momum burmannii) memiliki manfaat kesehatan yang
luar biasa karena mengandung senyawa sinamaldehid yang bermanfaat
untuk menurunkan resiko stroke dan aterosklerosis. Selain itu selama ini
kayu manis (Cinnamomum burmannii) juga sering digunakan untuk
mengatasi Diabetes Melitus (kencing manis). Kayu manis (Cinnamomum
burmannii) sangat bermanfaat bagi seseorang yang memiliki kadar gula
darah yang tinggi karena bisa mengontrol kadar gula darah. Kayu manis
(Cinnamomum burmannii) dikenal memiliki komponen anti infeksi dan
19

mampu mengatasi bakteri H. Pylori yang bisa menyebabkan berbagai


gangguan kesehatan seperti maag. Bagian batang, kulit dan akar dari kayu
manis bisa digunakan sebagai bahan obat-obatan dengan berbagai manfaat
seperti anti rematik, diaphoretic (peluruh keringat) carminative (peluruh
kentut), istomachica (meningkatkan nafsu makan), analgesik
(menghilangkan rasa sakit), menurunkan kolesterol, hingga menambah
vitalitas.
Kandungan kayu manis (Cinnamomum burmannii) ini juga mampu
menghadirkan cara yang lebih sederhana dan aman untuk membuat
nanopartikel emas. Fungsi dari nanopartikel emas adalah untuk
mendeteksi tumor, menyembuhkan berbagai penyakit seperti kanker. Kayu
manis (Cinnamomum burmannii) juga dikenal bisa meringankan sakit
kepala pada seseorang yang memiliki penyakit rematik, mencegah
pertumbuhan sel kanker. Kayu manis (Cinnamomum burmannii) bisa
membantu meringankan rasa nyeri pada saat haid karena mengandung zat
besi, kalsium, mangan dan serat. Selain tidak mahal, anda juga tidak akan
mengalami kesulitan untuk menemukan kayu manis (Cinnamomum
burmannii) di pasaran. Selain itu penggunaan kayu manis (Cinnamomum
burmannii) sebagai bahan pengobatan relatif sangat aman dan tidak
memiliki efek samping terhadap tubuh jika dibandingkan dengan berbagai
obat-obatan kimia.
C. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah yang terdiri dari atas individu yang bergabung
bersama oleh ikatan penikahan, darah, atau adopsi dan tinggal didalam satu
rumah tangga yang sama (Friedman, 2020).
Sedangkan menurut WYosmari, (2021) keluarga adalah sebuah
kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu atau
lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan
darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi sebagai
sedemikian rupa sehingga mereka menganggap dirinya sebagai keluarga.
20

2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Tipe keluarga tradisional
1) Nuclear family atau keluarga inti merupakan keluarga yang terdiri
atas suami,istri dan anak.
2) Dyad family merupakan keluarga yang terdiri dari suami istri
namun tidak memiliki anak
3) Single parent yaitu keluarga yang memiliki satu orang tua dengan
anak yang terjadi akibat peceraian atau kematian.
4) Single adult adalah kondisi dimana dalam rumah tangga hanya
terdiri dari satu orang dewasa yang tidak menika
5) Extended family merupakan keluarga yang terdiri dari keluarga inti
ditambah dengan anggota keluarga lainnya
b. Tipe keluarga non tradisional
1) Unmaried parent and child family yaitu keluarga yang terdiri dari
orang tua dan anak tanpa adanya ikatan pernikahan.
2) Cohabitating couple merupakan orang dewasa yang tinggal
bersama tanpa adanya ikatan perkawinan.
3) Gay and lesbian family merupakan seorang yang memiliki
persamaan jenis kelamin tinggal satu rumah layaknya suami-istri
4) Nonmarital Hetesexual Cohabiting family, keluarga yang hidup
Bersama tanpa adanyanya pernikahan dan sering berganti
pasangan
5) Faster family, keluarga menerima anak yang tidak memiliki
hubungan darah dalam waktu sementara (Siswandi, 2020).
3. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman fungsi keluarga terbagi atas:
a. Fungsi Afektif
Fungsi ini merupakan presepsi keluarga terkait dengan pemenuhan
kebutuhan psikososial sehingga mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain.
21

b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi merupakan proses perkembangan individu sebagai
hasil dari adanya interaksi sosial dan pembelajaran peran sosial.. Fungsi

ini melatih agar dapat beradaptasi dengan kehidupan sosial.


c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menjaga
kelangsungan keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan secara ekonomi
dan mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan.
e. Fungsi Kesehatan
Menyediakan kebuthan fisik-makanan, pakaian, temoat tinggal,
perawtan kesehatan (Fatmalia, 2022).
4. Tahap dan tugas perkembangan keluarga
a. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning
family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu
suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
keluarga masing-masing, secara psikologi keluarga tersebut membentuk
keluarga baru. Suami istri yang membentuk keluarga baru tersebut perlu
mempersiapkan kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan
penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari. Hal ini yang perlu diputuskan
adalah kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak dan berapa
jumlah anak yang diharapkan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini antara lain:
1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan kelompok
social
4) Merencanakan anak (KB)
22

5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk


menjadi orang tua.
b. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child
bearing family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan
sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama
berusia 30 bulan (2,5 tahun).
Kehamilan dan kelahiran bayi perlu disiapkan oleh pasangan suami
istri melalui beberapa tugas perkembangan yang penting. Kelahiran bayi
pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga
pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan
bayi. Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran bayi adalah pasangan
merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada
bayi. Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya. Tugas
perkembangan pada masa ini antara lain:
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Membagi peran dan tanggung jawab
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangan
4) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing
5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
7) Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with
preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahirn anak berusia 2,5 tahun dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap
kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam meningatkan
pertumbuhannya.
Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan
mengarahkan perkembangan keluarga dalam merancang dan
23

mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap


utuh dan langgeng dengan cara menguatkan kerja sama antara suami istri.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai
berikut:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat
tinggal, privasi, dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi
4) Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun
di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak ( tahap
paling repot)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
d. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with
children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah
pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga
mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehngga keluarga sangat
sibuk. Selain aktifitas di sekolah, masing-masing anak memiliki aktifitas
dan minat sendiri demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas
berbeda dengan anak. Untuk itu, keluarga perlu bekerja sama untuk
mencapai tugas perkembangan. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan
semangat belajar.
2) Tetap mempertahanan hubungan yang harmonis dalam perkawinan
3) Mendorong anak unuk mencapai pengembangan daya intelektual
4) Menyediakan aktifitas untuk anak
5) Manyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan
anak.
24

e. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)


Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya

berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan
rumah orang tuanya. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara
lain sebagai berikut:
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat
otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3) Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
f. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
(lounching center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lamanya tahap ini bergantung pada banyaknya anak dalam keluarga atau
jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga
untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
4) Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anak
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
6) Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh
bagi anak-anaknya.
g. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)
25

Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah


dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada
tahap ini semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus
untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini atara lain adalah:
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti
mengolah minat sosial dan waktu santai
3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi
tua
4) Keakraban dengan pasangan
5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
6) Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan
keakraban pasangan.
h. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses usia
lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena
berbagai proses stresor dan kehilangan yang harus dialami keluarga.
Tugas perkembangan tahap ini adalah:
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik, dan pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4) Mempertahakan hubungan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan life review
6) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan
kematian (Harmoko, 2020).
5. Struktur Keluarga
Struktur keluarga oleh Ulfahmi 2018 di gambarkan sebagai berikut :
a. Struktur komunikasi
26

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila


dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan
hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin
mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan
menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan,
memberikan umpan balik, dan valid.
b. Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan
sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa
bersifat formal atau informal. Posisi/status adalah posisi individu
dalam masyarakat misal status sebagai istri/suami.
c. Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk
mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain.
Struktur nilai dan norma Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan
yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu.

D. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah atau tahapan penting dalam proses
perawatan, mengingat pengkajian sebagai awal interaksi dengan
keluarga untuk mengidentifikasi data kesehatan seluruh anggota
keluarga. Pengkajian keperawatan adalah suatu tindakan peninjauan
situasi manusia untuk memperoleh data tentang klien dengan maksud
menegaskan situasi penyakit, diagnosa masalah klien, penetapan
kekuatan, dan kebutuhan promosi kesehatan klien. Pengkajian
keperawatan merupakan proses pengumpulan data.
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien
yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah,
serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan, dan kesehatan klien.
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses
keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar
27

tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya, data dasar


tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan,
merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah-masalah klien (Kemenkes RI, 2017).
Pengkajian Keluarga Menurut (Donsu, Induniasih & Purwanti,
2021) pengkajian yang dilakukan pada keluarga yaitu:
a. Data Umum: nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan, struktur
keluarga, genogram, dll
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan saat
ini
2) Riwayat kesehatan keluarga inti
3) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
c. Pengkajian lingkungan: karakteristik lingkungan rumah,
karakteristik tetangga, dan interaksi dengan masyarakat, dll

d. Struktur dan fungsi keluarga


1) Pola komunikasi keluarga: cara berkomunikasi antar anggota
keluarga
2) Struktur kekuatan: kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku (key person)
3) Struktur peran: peran masing-masing anggota baik formal
maupun nonformal
4) Nilai atau norma keluarga: nilai dan norma serta kebiasaan
yang berhubungan dengan kesehatan
5) Fungsi keluarga: dukungan keluarga terhadap anggota lain,
fungsi perawatan kesehatan (pengetahuan tentang sehat/sakit,
kesanggupan keluarga)
6) Fungsi keperawatan. Tujuan dari fungsi keperawatan:
a) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masa
kesehatan
28

b) Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil


keputusan mengenal tindakan kesehatan yang tepat
c) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit
d) Mengetahui kemampuan keluarga memelihara atau
memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
e) Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan dimasyarakat.
f) Stres dan koping keluarga
g) Keadaan gizi keluarga
h) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak
berbeda dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe, untuk
pemeriksaan fisik untuk diabetes mellitus adalah sebagai
berikut:
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara,
tinggi badan, berat badan dan tanda - tanda vital.
Biasanya pada penderita diabetes didapatkan berat
badan yang diatas normal / obesitas.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada
pembesaran pada leher, kondisi mata, hidung, mulut
dan apakah ada kelainan pada pendengaran. Biasanya
pada penderita diabetes mellitus ditemui penglihatan
yang kabur/ ganda serta diplopia dan lensa mata yang
keruh, telinga kadang-kadang berdenging, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah.
3) Sistem Integumen
29

Biasanya pada penderita diabetes mellitus akan ditemui


turgor kulit menurun, kulit menjadi kering dan gatal.
Jika ada luka atau maka warna sekitar luka akan
memerah dan menjadi warna kehitaman jika sudah
kering. Pada luka yang susah kering biasanya akan
menjadi ganggren.
4) Sistem Pernafasan
Dikaji adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
Biasanya pada penderita diabetes mellitus mudah terjadi
infeksi pada system pernafasan.
5) Sistem Kardiovaskuler
Pada penderita diabetes mellitus biasanya akan ditemui
perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi,
aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem Gastrointestinal
Pada penderita diabetes mellitus akan terjadi polifagi,
polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen
dan obesitas.
7) Sistem Perkemihan
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui
terjadinya poliuri, retensio urine, inkontinensia urine,
rasa panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem Muskuluskletal
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui
terjadinya penyebaran lemak, penyebaran masa otot,
perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri,
adanya gangren di ekstrimitas.
7) Sistem Neurologis
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui
terjadinya penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,
30

letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental,


disorientasi dan rasa kesemutan pada tangan atau kaki.
8) Harapan keluarga
Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat
(petugas kesehatan) untuk membantu menyelesaikan
masalah kesehatan yang terjadi
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Diagnosa keperawatan kemungkinan menjelaskan bahwa perlu
adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan
kemungkinan. Pada keadaan ini masalah dan faktor pendukung belum
ada tetapi sudah ada faktor yang dapat menimbulkan masalah.
Diagnosa keperawatan Wellness (Sejahtera) atau sehat adalah
keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga, dan atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat
sejahtera yang lebih tinggi yang menunjukkan terjadinya peningkatan
fungsi kesehatan menjadi fungsi yang positif. Adapun diagnosa
keperawatan keluarga dengan diabetes melitus sebagai berikut:
a. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit (D.0038).
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anngota keluarga yang sakit (D.0019).
c. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anngota keluarga yang sakit (D.0142)
3. Prioritas Diagnosa
31

Proses skoring menggunkan skala yang telah dirumuskan


oleh Bailon dan Maglaya, 1978.
KRITERIA SKOR BOBOT
1. Sifat masalah:
 Tidak/kurang sehat
3 1
 Ancaman kesehatan
 Krisis atau keadaan sejahtera 2
1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah:
 Dengan mudah
2 2
 Hanya sebagian
 Tidak dapat 1
0
3. Potensial masalah untuk dicegah:
 Tinggi
3 1
 Cukup
 Rendah 2
1
4. Menonjolnya masalah:
 Masalah berat harus segera ditangani
2
 Ada masalah, tetapi tidak perlu harus segera
ditangani 1 1
 Masalah tidak dirasakan

0
Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan:
a. Tentukan skor untuk setiap criteria yang dibuat.
b. Selanjutnya dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot.
Skor yang diperoleh x Bobot
Skor tertinggi

c. Jumlahkan skor untuk semua criteria (skor tertinggi sama dengan


jumlah bobot yaitu 5).
4. Intervensi/Rencana Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan

oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan

keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan

oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.


32

Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi,

terapeutik, edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2018)

No Diagnosa Tujua kriteria hasil Intervensi


Keperawatan
1 Resiko Setelah dilakukan a. Gali pengetahuan keluarga
ketidakstabilan kadar kunjungan 1 x 30 menit tentang pengertian diabetes
glukosa darah keluarga mampu mellitus
berhubungan dengan mengenal masalah b. Diskusikan dengan
ketidakmampuan diabetes mellitus keluarga tentang pengertian
keluarga dalam diabetes mellitus dengan
merawat anggota menggunakan lembar balik
keluarga yang sakit dan leaflet
(D.0038). c. Beri kesempatan keluarga
untuk bertanya
d. Beri reinforcement positif
e. Gali pengetahuan keluarga
tentang penyebab diabetes
mellitus
f. Diskusikan dengan
keluarga tentang penyebab
diabetes mellitus dengan
menggunakan lembar balik
dan leaflet
2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan kunjungan a. Gali pengetahuan keluarga
berhubungan dengan sebanyak 5 x 50 menit keluarga tentang tujuan diit diabetes
ketidakmampuan mampu mengenal dan mellitus
keluarga dalam memahami bagaimana b. Diskusikan dengan
merawat anngota pengaturan diit pada pasien keluarga tentang tujuan diit
keluarga yang sakit diabetes mellitus diabetes mellitus dengan
(D.0019). menggunakan lembar balik
. dan leaflet
c. Beri kesempatan keluarga ntuk
bertanya

3 Resiko infeksi Setelah dilakukan a. Gali pengetahuan keluarga


berhubungan dengan kunjungan 1 x 50 menit tentang macam-macam
ketidakmampuan keluarga mampu komplikasi diabetes
keluarga mengenal dan memahami diit mellitus
dalam merawat pada pasien diabetes b. Diskusikan dengan keluarga
anngota keluarga mellitus tentang macam-
yang sakit (D.0142) macam komplikasi diabetes
mellitus dengan
menggunakan lembar balik
dan leaflet
c. Beri kesempatan keluarga
untuk bertanya
33

5. Implementasi dan Evaluasi


Tindakan perawat adalah upaya perawat untuk mmbantu
kepentingan klien, keluarga, dan komunitas dengan tujuan untuk
meningkatkan kondisi fisik, emosional, psikososial, serta budaya dan
lingku gan, tempat mereka mencari bantuan. Tindakan keperawatan
adalah implementasi/pelaksanaan dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik (SIKI, 2019). Tindakan keperawatan
keluarga mencakup hal-hal sebagai berikut.
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
1) Memberikan informasi;
2) Memberikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.
3) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat, dengan cara:
4) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan;
5) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga;
6) Mengidentifikasi tentang konsekuensi tipe tindakan.
7) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota
Keluarga yang sakit, dengan cara:
1) Mendemonstrasikan cara perawatan;
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana
Membuat lingkungan menjadi sehat, yaitu dengan cara:
1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada dengan cara:
1) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga;
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
(Kemenkes RI, 2017)
34

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis


dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan
klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah
untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang
disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan. Terdapa dua
jenis evaluasi:
a. Evaluasi Formatif (Proses) Evaluasi formatif berfokus pada
aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan.
Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Perumusan evaluasi formatif ini meliputi 4 komponen yang dikenal
dengan istilah SOAP, yakni subjektif, objektif, analisis data dan
perencanaan.
1) S (subjektif): Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali
pada klien yang afasia
2) O (objektif): Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan
oleh perawat.
3) A (analisis): Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang
dianalisis atau dikaji dari data subjektif dan data objektif.
4) P (perencanaan): Perencanaan kembali tentang pengembangan
tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan
datang dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktivitas proses keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang
telah diberikan. Ada 3 kemungkinan evaluasi yang terkait dengan
pencapaian tujuan keperawatan, yaitu:
1) Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan
perubahan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
35

2) Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau


klien masih dalam proses pencapaian tujuan jika klien
menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria yang telah
ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien hanya
menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama
sekali.

Anda mungkin juga menyukai