KIAN Erise
KIAN Erise
KIAN Erise
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian penyakit tidak menular semakin meningkat seiring dengan
perubahan gaya hidup dalam masyarakat, salah satunya adalah diabetes melitus
atau yang sering dikenal dengan kencing manis. Diabetes melitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dimana terjadi kenaikan kadar gula darah
yang dikarenakan adanya kelainan sekresi dari hormon insulin, kerja hormon
insulin atau akibat keduanya (Soelistijo et.al, 2022). Penyakit ini memiliki
angka kejadian yang tinggi dan terus meningkat pada setiap negara,
berhubungan dengan meningkatnya gaya hidup yang kurang baik, sebagai
contoh meningkatnya prevalensi kejadian obesitas. (Amirudin, 2021).
International Diabetes Federation (IDF) melaporkan 463 juta orang
dewasa di dunia meyandang diabetes dengan prevalensi global mencapai 9,3%
dengan lebih dari setengah (50,1%) yang tidak terdiagnosa (IDF, 2022).
Di Indonesia sendiri terjadi peningkatan, berdasarkan data Kemenkes
tahun 2015 dan tahun 2020, pengidap diabetes mellitus meningkat dari 6,9%
menjadi 8,5%, sedangkan faktor risiko seperti obesitas meningkat dari 14,8%
menjadi 21,8%. Oleh karena itu Indonesia menjadi negara dengan peringkat ke
6 dunia sebagai pengidap diabetes mellitus terbanyak (Kemenkes, 2021).
Hasil riset kesehatan dasar Provinsi Papua menunjukan bahwa prevalensi
diabetes melitus pada penduduk umur 15 tahun ke atas kota Jayapura
menempati urutan ke empat seprovinsi Papua. Data tahun 2021 di Kabupaten
Jayapura sendiri didapatkan kasus diabetes melitus sebanyak 3.566 kasus dan
mengalami peningkatan pada tahun 2022 menjadi 3.629 kasus (Dinkes Kab
Jayapura, 2022).
Penyakit diabetes melitus dapat dikontrol dengan tatalaksana yang tepat
guna mencegah komplikasi. Penatalaksanaan DM terdiri dari pengelolaan
farmakologis dan nonfarmakologis (Agustina, 2021). Pengobatan farmakologis
jangka panjang, pemakaian sediaan obat anti glikemik banyak menimbulkan
efek samping sehingga diperlukan adanya sediaan yang lebih efektif dan aman
seperti obat herbal yang berasal dari tumbuhan salah satunya dengan bubuk
1
2
kayu manis (Mahdia, 2022). Beberapa terapi non farmakologi yang dapat
menurunkan glukosa darah diantaranya adalah hidroterapi, akupresur,
akupunktur, terapi bekam, latihan relaksasi, terapi herbal untuk menurunkan
diabetes diantaranya adalah Bawang putih, penggunaan bawang merah, kayu
manis, hingga pare, jahe, pepaya, okra, ketumbar, jamu, daun salam dan
lainnya dipercaya mampu menjadi obat herbal diabetes (Hembing, 2021).
Manajemen diabetes mellitus mencakup penggunaan obat antidiabetes
modern, tetapi obat anti-diabetes itu mahal. Salah satu terapi yang cukup
efektif adalah terapi obat herbal dikarenakan terapi obat herbal memiliki efek
samping yang rendah dan mudah diakses oleh sebagian besar penduduk. Kayu
manis termasuk di antara banyak obat herbal yang digunakan untuk mengobati
DM bahkan sangat aman dikonsumsi dalam jangka panjang apabila dikelola
dengan cara yang higienis. Kayu manis ini memiliki dua varietas utama,
Cinnamomum cassia (juga dikenal sebagai Cinnamomum aromaticum) dan
Cinnamomum zeylanicum (Deyno et al., 2022).
Diabetes melitus apabila tidak tertangani secara benar, maka dapat
mengakibatkan berbagai macam komplikasi. Ada dua jenis komplikasi pada
DM yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi akut yaitu
ketoasidosis diabetikum dan komplikasi kronik terdiri dari komplikasi
makrovaskuler dan komplikasi mikrovaskuler. Penyakit jantung koroner,
penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer
merupakan jenis komplikasi makrovaskular, retinopati, nefropati, dan neuropati
merupakan jenis komplikasi mikrovaskuler (Fatmalia, 2022). Hal tersebut
menunjukkan betapa bahayanya penyakit ini, mengingat penyakit ini dapat
menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang nantinya dapat membahayakan
penderita.Oleh sebab itu, usaha pencegahan dan pengobatan pada penyakit ini
harusnya lebih ditingkatan (Maemunah, 2022). Penatalaksanaan pasien
diabetes mellitus dikenal juga sebagai 4 pilar penting dalam mengontrol
perjalanan penyakit dan komplikasi. Empat pilar tersebut adalah edukasi, terapi
nutrisi, aktifitas fisik dan farmakologi (Hasanzade, 2020).
Kulit kayu manis ini mengandung zat aktif yaitu polifenol yang bekerja
dengan meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kadar glukosa darah
3
mendekati normal. Selain itu ada minyak esensial yang didapatkan hanya dari
kulit kayunya yaitu trans-cinameldehida, eugenol dan lanolool yang
mempunyai mekanisme kerja sebagai anti inflamasi, antioksidan, potensial
hipoglikemik dan serta hipoledimik. Zat aktif inilah kayu manis dapat diolah
menjadi suatu bahan yang dapat membantu menurunkan kadar glukosa darah
pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 dan dapat digunakan dalam jangka
panjang (Mahdia, 2022) Kayu manis merupakan tanaman yang pada umumnya
dimanfaatkan pada bagian kulit batangnya karena dapat diolah menjadi bahan
tambahan makanan maupun minuman, dan daun kayu manis dapat diolah
menjadi minyak astiri. Terdapat berbagai kandungan senyawa pada tanaman
kayu manis (Isnainah, 2022).
Jika hal penggunaan kayu manis secara luas diterapkan dapat menurunkan
prevalensi diabetes melitus di Indonesia sebab ketersediaan kayu manis yang
melimpah di Indonesia. Ketersediaan yang melimpah ini tidak diimbangi
dengan pemanfaatan optimal selain menjadi bumbu dapur dan rempah-
rempah. Jenis kayu manis in merupakan jenis yang banyak beredar di pasar
Indonesia, sehingga penderita diabetes melitus ataupun masyarakat umum
mampu mendapatkannya dengan mudah. Selain itu, pemrosesan yang
dilakukan sangat mudah dan dapat dilakukan di tingkat rumah tangga (Fatmalia
& Muthoharoh, 2022).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Awaluddin dkk tahun 2020 yang
menyatakan bahwa terdapat penurunan kadar glukosa darah yang signifikan
setelah diberikan seduhan kayu manis pada pasien Diabetes Melitus tipe II. Hal
ini juga sejalan dengan hasil penelitian Siswandi, dkk (2020), didapatkan hasil
bahwa pemberian seduhan kayu manis lebih efektif dibandingkan jahe merah
dalam menurunkan kadar glukosa darah sementara.
Upaya pemerintah Indonesia mengatasi penyakit diabetes melitus yaitu
dengan meningkatkan pelayanan kesehatan tingkat pertama dengan
mengoptimalisasikan sistem tanggung jawab pusat pelayanan kesehatan atau
rujukan, meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan. P2PTM Kemenkes RI
pada tahun 2019 mengadakan program PATUH berisi mengenai memeriksa
kesehatan dengan rutin dan mengikuti arahan dokter, mengatasi penyakit
4
menggunakan metode pengobatan yang tepat dan patu aturan, melakukan diet
serta memperhatikan gizi yang seimbang mengupayakan olahraga atau
aktivitas fisik sesuai kemampuan dengan aman, tidak merokok dan hindari
asap rokok, serta tidak mengkonsumsi alkohol. Selain program PATUH,
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular melakukan program
CERDIK program tersebut berisi tentang memeriksa kesehatan dengan rutin,
tidak merokok dan menhindari asap rokok, rajin olahara atau aktivitas fisik,
melakukan mengontrol pola makan atau diet dengan seimbang, tidur dan
istirahat yang cukup, hindari stress.
Berdasarkan fenomena atau kejadian tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang efektivitas pemberian kayu manis dalam
menurunkan kadar glukosa darah. Selain itu penulis juga tertarik karena
pemberian ramuan kayu manis merupakan cara yang sangat alternatif dan
mudah didapatkan sehingga tidak memerlukan biaya yang mahal untuk
mengunakannya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tulisan ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran secara nyata
tentang proses asuhan keperawatan secara komprehensif dan inovatif
dengan aplikasi terapi pemberian kayu manis dalam menurunkan kadar
glukosa darah.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus karya tulis ilmiah ini yaitu diharapkan penulis mampu:
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan diabetes melitus
b. Merumuskan diagnose keperawatan pada klien dengan masalah
diabetes melitus sesuai dengan Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
c. Merumuskan perencanaan keperawatan pada klien dengan masalah
keperawatan diabetes melitus sesuai Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI)
5
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multietiologi yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid
dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin (Yosmar dkk , 2018).
Sedangkan menurut (Nugroho, 2019) diabetes melitus merupakan
penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi
cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi
secara efektif.
2. Anatomi Diabetes Melitus
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang
gaster didalam ruang retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai
hilus limpa diarah kronio–dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas
dihubungkan dengan corpus pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian
pankreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena
mesentrika superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput
pankreas ini disebut processus unsinatis pankreas. Pankreas terdiri dari dua
jaringan utama yaitu:
a. Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
b. Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan
getahnya namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung
kedalam darah.
Pankreas manusia mempunyai 1–2 juta pulau langerhans, setiap pulau
langerhans hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh
darah kapiler. Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel-
alfa, beta dan delta. Sel beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel
terletak terutama ditengah setiap pulau dan mensekresikan insulin. Granula
sel B merupakan bungkusan insulin dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan
6
7
bervariasi antara spesies satu dengan yang lain. Dalam sel B , molekul
insulin membentuk polimer yang juga kompleks dengan seng.
Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena perbedaan
dalam ukuran polimer atau agregat seng dari insulin. Insulin disintesis di
dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian diangkut ke aparatus golgi,
tempat ia dibungkus didalam granula yang diikat membran. Granula ini
bergerak ke dinding sel oleh suatu proses yang tampaknya sel ini yang
mengeluarkan insulin ke daerah luar dengan eksositosis. Kemudian insulin
melintasi membran basalis sel B serta kapiler berdekatan dan endotel
fenestrata kapiler untuk mencapai aliran darah . Sel alfa yang mencakup
kira-kira 25 % dari seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel delta yang
merupakan 10 % dari seluruh sel mensekresikan somatostatin (Yosmari,
2021).
7. Patoflowdiagram
Defisit insulin
Pelepasan O2 Ketidakseimbangan
Glukoneogenesis
produksi insuli
Hipoksia perifer
Lemak Gula dalam darah tidak dapat
dibawah masuk delama sel
m. Urine: gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat
n. Kultur dan sensitifitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka
9. Komplikasi Diabetes Melitus
a. Komplikasi Akut
1) Hyperosmolar Hyperglicemia
State (HHS) Hyperosmolar Hyperglicemia State merupakan
nonmenklatur yang direkomendasikan oleh American Diabetes
Assosiation (ADA) untuk 11 menekankan bahwa terdapat perubahan
tingkat kesadaran. Ditandai dengan hiperglikemia berat (>600mg/dl)
yang menyebabkan hiperosmolalitas berat, diuresis osmotic, dan
dehidrasi dengan peningkatan BUN (blood urea nitrogen) (Price and
Wilson, 2015).
2) Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan kumpulan gejala klinis yang disebabkan
konsentrasi glukosa darah yang rendah < 55mg/dL. Hipoglikemia
umum terjadi pada penderita diabetes yang sedang mengkonsumsi
obat anti diabetes (OAD) atau insulin. Tanda dan gejala yang timbul
berupa gemetar, pucat, keringat dingin, takikardi, lapar, kecemasan,
bingung, tingkah laku abnormal, sulit berbicara, kejang, disorientasi,
penurunan respon terhadap stimulus bahaya (Fransisca, 2021).
3) Ketoasidosis
Diabetik (KAD) Ketoasidosis diabetik merupakan keadaan dimana
terjadinya dekompensasi atau kekacauan metabolic ditandai oleh
trias hiperglikemia, asidosis, dan ketosis. Keadaan ini disebabkan
karena kekurangan insulin berat dan akut (Fransisca, 2021).
b. Komplikasi Kronis
1) Retinopati diabetic
Retina adalah bagian mata tempat cahaya di fokuskan setelah
melewati lensa mata. Cahaya yang difokuskan akan membentuk
bayangan yang akan dibawa ke otak oleh saraf optikus. Bila
15
3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit
perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum
latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah 250 mg/dL dianjurkan
untuk menunda latihan jasmani.
d. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
1) Obat Antihiperglikemia Oral Berdasarkan cara kerjanya, obat
antihiperglikemia oral dibagi menjadi 5 golongan:
a) Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)
- Sulfonilurea Obat golongan ini mempunyai efek utama
meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
- Glinid Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu
Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat
fenilalanin).
b) Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin
- Metformin Metformin merupakan pilihan pertama pada
sebagian besar kasus DMT2. Dosis Metformin diturunkan
pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (GFR 30-60
ml/menit/1,73 m2).
- Tiazolidindion (TZD).
Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin
dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa,
sehingga meningkatkan ambilan glukosa di jaringan perifer.
c) Penghambat Absorpsi Glukosa di saluran pencernaan
Contoh obat golongan ini adalah Acarbose.
d) Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase- IV)
Contoh obat golongan ini adalah Sitagliptin dan Linagliptin.
e) Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter 2)
Obat yang termasuk golongan ini antara lain: Canagliflozin,
Empagliflozin, Dapagliflozin, Ipragliflozin.
18
2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Tipe keluarga tradisional
1) Nuclear family atau keluarga inti merupakan keluarga yang terdiri
atas suami,istri dan anak.
2) Dyad family merupakan keluarga yang terdiri dari suami istri
namun tidak memiliki anak
3) Single parent yaitu keluarga yang memiliki satu orang tua dengan
anak yang terjadi akibat peceraian atau kematian.
4) Single adult adalah kondisi dimana dalam rumah tangga hanya
terdiri dari satu orang dewasa yang tidak menika
5) Extended family merupakan keluarga yang terdiri dari keluarga inti
ditambah dengan anggota keluarga lainnya
b. Tipe keluarga non tradisional
1) Unmaried parent and child family yaitu keluarga yang terdiri dari
orang tua dan anak tanpa adanya ikatan pernikahan.
2) Cohabitating couple merupakan orang dewasa yang tinggal
bersama tanpa adanya ikatan perkawinan.
3) Gay and lesbian family merupakan seorang yang memiliki
persamaan jenis kelamin tinggal satu rumah layaknya suami-istri
4) Nonmarital Hetesexual Cohabiting family, keluarga yang hidup
Bersama tanpa adanyanya pernikahan dan sering berganti
pasangan
5) Faster family, keluarga menerima anak yang tidak memiliki
hubungan darah dalam waktu sementara (Siswandi, 2020).
3. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman fungsi keluarga terbagi atas:
a. Fungsi Afektif
Fungsi ini merupakan presepsi keluarga terkait dengan pemenuhan
kebutuhan psikososial sehingga mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain.
21
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi merupakan proses perkembangan individu sebagai
hasil dari adanya interaksi sosial dan pembelajaran peran sosial.. Fungsi
berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan
rumah orang tuanya. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara
lain sebagai berikut:
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat
otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3) Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
f. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
(lounching center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lamanya tahap ini bergantung pada banyaknya anak dalam keluarga atau
jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga
untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
4) Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anak
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
6) Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh
bagi anak-anaknya.
g. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)
25
0
Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan:
a. Tentukan skor untuk setiap criteria yang dibuat.
b. Selanjutnya dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot.
Skor yang diperoleh x Bobot
Skor tertinggi