Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7
PROFESIONALISME GURU DALAM PEMBELAJARAN
A. Pengertian Profesionalisme Guru
Pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal, atau dengan kata lain guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Terdidik dan terlatih maksudnya bukan hanya memperoleh pendidikan formal tapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik di dalam kegiatan pembelajaran serta menguasai landasan-landasan kependidikan sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh guru. Profesionalitas guru adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para guru terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Dengan demikian, sebutan profesionalitas guru lebih menggambarkan suatu “keadaan” derajat keprofesian setiap guru untuk bangkit menggapai sikap, pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya dalam pembelajaran bidang studi. B. Standar Kualifikasi Guru Berdasar UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, juga Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, dan Permenag Nomor 16/2010 semua guru di Indonesia minimal berkualifikasi akademik D-IV atau S-1 program studi yang sesuai dengan bidang/jenis mata pelajaran yang dibinanya. Guru pada SD/MI SMP/MTs, SMA/MA/SMK atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang terakreditasi. Berdasarkan undang-undang di atas, diperoleh informasi bahwa semua guru harus minimal berpendidikan D-IV atau S-1. Standar ini lah yang kemudian harus digunakan dalam merekrut guru- guru. Guru dengan minimal berpendidikan S-1 diharapkan mampu menjalankan proses pembelajaran secara profesional sesuai dengan bidang yang dimilikinya. C. Pengertian Kompetensi Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Nurhadi: 2005, 15) Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap atau kemampuan yang memungkinkan guru secara efektif melakukan fungsi untuk beberapa standar. Makna kompetensi dari sudut istilah terkait dengan beberapa aspek, tidak saja terkait dengan fisik dan mental, tetapi juga aspek spiritual. Mulyasa (2007) menjelaskan bahwa, kompetensi guru merupakan penggabungan kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara utuh membentuk kompetensi profesi guru, yang mencakup pemahaman peserta didik, pembelajaran yang mendidik, penguasaan materi, pengembangan pribadi dan profesionalitas. Kompetensi juga dapat diartikan sebagai, “pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga seseorang dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya” (Fachrudin, 2011). Namun , Finch dan Crunkilton Fachrudin (2011) menjelaskan, bahwa kompetensi adalah penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Selvi dalam Aziz (2014) menyatakan bahwa, kompetensi tidak hanya mempengaruhi nilai-nilai, perilaku, komunikasi, tujuan dan praktek tetapi juga mempengaruhi pengembangan profesional dan kajian kurikulum guru. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Ketiga aspek kemampuan ini saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Kompetensi sangat penting bagi guru untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari di sekolah dan di luar sekolah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”. Dengan memiliki kualifikasi akademik (S-1/D-4) dan empat kompetensi tersebut maka guru disebut sebagai guru profesional. D. Empat Kompetensi Guru 1. Kompetensi Pedagogik Berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005, kompetensi pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang wajib dikuasai oleh calon guru sesuai dengan tuntutan standar pendidik profesional. Kompetensi pedagogik pada dasarnya merupakan muara dari implementasi kompetensi akademik, sosial dan personal yang tergambar dalam pengembangan pembelajaran. Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Penjelasan tentang kemampuan guru dalam pengelolaan peserta didik lebih lengkap sebagai berikut: a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan . b. Pemahaman tentang peserta didik. c. Pengembangan kurikulum/silabus. d. Perancangan pembelajaran. e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. f. Evaluasi hasil belajar. g. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dmilikinya . h. Berdasarkan uraian di atas, kompetensi pedagogik tercermin dari beberapa indikator, yaitu: 1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan ; 2) pemahaman tentang peserta didik ; 3) pengembangan kurikulum/silabus; 4) perencanaan pembelajaran; 5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; 6) evaluasi hasil belajar; dan 7) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 2. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian bagi guru merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berakhlak mulia dan berwibawa, dan dapat menjadi teladan bagi siswa. Secara rinci subkompetensi kepribadian terdiri atas: a. Kepribadian yang mantap dan stabil, dengan indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma yang berlaku dalam kehidupan. b. Kepribadian yangn dewasa, dengan indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja yang tinggi. c. Kepribadian yang arif, dengan indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan siswa, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. d. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan, dengan indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma agama, iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong, dan memiliki perilaku yang pantas diteladani siswa. e. Kepribadian yang berwibawa, dengan indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap siswa dan memiliki perilaku yang disegani (Suyanto dan Jihad: 2013). 3. Kompetensi Sosial Kompetensi ini merupakan kompetensi guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang- kurangnya meliputi kompetensi untuk: a. Berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun. b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional. c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik. d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan serta sistem nilai yang berlaku. e. Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan (UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen). Guru yang profesional perlu melakukan pembelajaran di kelas secara efektif, dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas, yang kemudian dapat dirinci lagi menjadi a. memiliki keterampilan interpersonal, khususnya kemampuan untuk menunjukkan empati, penghargaan kepada siswa, dan ketulusan; b. memiliki hubungan baik dengan siswa; c. mampu menerima, mengakui, dan memerhatikan siswa secara tulus; d. menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar; e. mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerja sama dan kohesivitas dalam dan antar kelompok siswa; f. mampu melibatkan siswa dalam mengorganisasikan dan merencanakan kegiatan pembelajaran; g. mampu mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa untuk berbicara dalam setiap diskusi; h. mampu meminimalkan friksi-friksi di kelas jika ada. 2. Kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran, yang meliputi: a. Memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menangani siswa yang tidak memiliki perhatian, suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan mampu memberikan transisi substansi bahan ajar dalam proses pembelajaran; b. Mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berpikir yang berbeda untuk semua siswa. 3. Memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), yang terdiri dari: a. mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon siswa b. mampu memberikan respon yang bersifat membantu terhadap siswa yang lamban belajar c. mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban siswa yang kurang memuaskan d. Mampu memberikan bantuan profesional kepada siswa jika diperlukan 4. Memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri, terdiri dari: a. mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif b. mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-metode pengajaran c. mampu memanfaatkan perencanaan guru secara kelompok untuk menciptakan dan mengembangkan metode pengajaran yang relevan. 4. Kompetensi Profesional Menurut Suyanto (2000) kompetensi profesional, memiliki pengetahuan yang luas pada bidang studi yang diajarkan, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakan. Kemudian Suyanto juga menjelaskan bahwa kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang harus dikuasai guru mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan. Setiap sub kompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut: a. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. b. Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki implikasi bahwa guru harus menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi. Sesuai Keputusan Menteri Agama Nomor 211 Tahun 2011 (KMA 211/2011) tentang Pedoman Pengembangan Standar Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah. Dalam bab IV huruf B nomor 2 dinyatakan bahwa ruang lingkup pengembangan standar kompetensi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) terdiri dari 6 kompetensi, yakni empat kompetensi bagi guru secara umum dan ditambah dua kompetensi, yaitu kompetensi spiritual dan leadership. Adapun indikator kompetensi spiritual dan leadership adalah sebagai berikut: Tabel 1 Kompetensi Spiritual dan Leadership Guru PAI SD Berdasarkan KMA Nomor 211 Tahun 2011 Kompetensi Inti GPAI Kompetensi GPAI SD Spiritual 1. Menyadari bahwa mengajar 1.1. Melaksanakan kegiatan belajar adalah ibadah dan harus mengajar di satuan pendidikan dengan dilaksanakan dengan penuh ikhlas karena Allah; semangat dan sungguh-sungguh. 1.2. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di satuan pendidikan dengan penuh semangat dan sungguh-sungguh. 2.1. Melaksanakan kegiatan belajar 2. Meyakini bahwa mengajar adalah mengajar di satuan pendidikan dengan rahmat dan amanah. setulus hati; 2.2. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di satuan pendidikan 3.1. Melaksanakan kegiatan belajar 3. Meyakini sepenuh hati bahwa mengajar di satuan pendidikan dengan mengajar adalah panggilan jiwa dan semangat dan penuh integritas; dan pengabdian. 3.2. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di satuan pendidikan dengan dedikasi yang tinggi. 4. Menyadari dengan sepenuh hati 4.13. Memahami bahwa menjadi GPAI bahwa mengajar adalah aktualisasi di satuan pendidikan adalah profesi diri dan kehormatan. yang terhormat; 4.14. Bersemangat untuk mengaktualisasikan nilai-nilai keimanan yang diyakini dalam kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan; 4.3. Merasa percaya diri tampil sebagai GPAI SD; 4.4. Merasa bangga. 5. Menyadari dengan sepenuh hati 5.1. Melaksanakan kegiatan belajar bahwa mengajar adalah pelayanan. mengajar dengan penuh semangat pelayanan sebagai implementasi dari nilai-nilai ketakwaan; 5.2. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di SD dengan sepenuh hati; 5.3. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di satuan pendidikan sebagai sarana pembelajaran bagi GPAI. 6. Menyadari dengan sepenuh hati 6.12. Memahami bahwa menjadi GPAI bahwa mengajar adalah seni dan di profesi. satuan pendidikan adalah sebuah profesi yang perlu ditekuni dan dikembangkan terus-menerus; 6.13. Memahami bahwa mengajar itu sebuah seni yang dinamis dan membutuhkan variasi; 6.14. Melaksanakan kegiatan belajar Mengajar di satuan pendidikan dengan Pendekatan yang aktif, kreatif dan inovatif.
Leadership 1.1. Melibatkan diri dalam tim GPAI
1. Bertanggung jawab secara penuh di SD dalam pembelajaran PAI di satuan untuk mengembangkan model dan pendidikan. media pembelajaran yang lebih kreatif dan menarik; 1.2. Mengintegrasikan nilai-nilai agama pada setiap subyek mata pelajaran di SD. 5.7. Menciptakan lingkungan fisik 2. Mengorganisir lingkungan satuan maupun sosial yang bernuansa Islami pendidikan demi terwujudnya budaya di SD; yang Islami. 5.8. Membina pergaulan sosial di lingkungan sekolah untuk terciptanya budaya yang Islami; 5.9. Menerapkan pembiasaan- pembiasaan dalam pelaksanaan amaliah ibadah di SD. 3.1. Berperan aktif dalam menentukan 3. Mengambil inisiatif dalam visi Dan misi SD yang bernuansa Islami; Mengembangkan potensi satuan 3.2. Berfikir kreatif dalam menciptakan pendidikan. budaya organsiasi sekolah yang Islami. 4. Berkolaborasi dengan seluruh 4.1. Berperan aktif dalam membangun unsur di lingkungan satuan kerjasama dengan warga sekolah untuk pendidikan. mencapai tujuan sebagaimana tertuang dalam visi dan misi SD; 4.2. Berperan aktif dalam membina hubungan silaturahmi dengan mensinergikan seluruh warga sekolah terciptanya iklim satuan pendidikan yang Islami. 5. Berpartisipasi aktif 5.1. Melibatkan diri dalam setiap dalam pengambilan proses keputusan di lingkungan pengambilan keputusan di sekolah agar satuan pendidikan. setiap keputusan yang diambil sejalan dengan nilai-nilai Islam; 5.2. Mengambil peran utama dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan ranah agama Islam di lingkungan sekolah. 6. Melayani konsultasi keagamaan 6.1. Memfungsikan diri sebagai dan konselor keagamaan di sekolah untuk sosial. mengatasi masalah-masalah peserta didik melalui pendekatan keagamaan; 6.2. Memfungsikan diri sebagai konselor keagamaan di sekolah untuk mengatasi masalah-masalah kependidikan dan sosial melalui pendekatan keagamaan; 6.3. Bekerjasama dengan guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah dalam menyusun program bimbingan onseling.