Lapsus GEA Vina
Lapsus GEA Vina
Lapsus GEA Vina
TINJAUAN PUSTAKA
bayi kasus diare menduduki urutan kedua setelah Infeksi Saluran Pernafasan Atas
(ISPA) sebagai penyebab kematian (Hera dkk, 2020).
Prevalensi diare di Indonesia menurut karakteristik berdasarkan Riskesdas
2018 tercatat sebanyak 18.225 (9%) anak dengan diare golongan umur < 1 tahun,
73.188 (11,5 %) anak dengan diare golongan umur 1-4 tahun, 182.338 (6,2 %)
anak dengan diare golongan umur 5-14 tahun, dan sebanyak 165.644 (6,7 %) anak
dengan diare golongan umur 15-24 tahun (Kemenkes, 2018).
(IDAI, 2020)
(IDAI, 2020)
3.1.4 Klasifikasi dan Patofisiologi Diare
B. Pemeriksaan Fisik
Penilaian status dehidrasi, status gizi, dan status perkembangan anak
Edema mungkin menunjukkan adanya protein losing enteropathy yang
merupakan akibat sekunder dari inflammatory bowel disease,
lymphangiektasia atau colitis.
Perianal rash merupakan akibat dari diare yang memanjang atau
merupakan tanda dari malabsorpsi karbohidrat karena feses menjadi
bersifat asam.
Tanda-tanda malnutrisi seperti cheilosis, rambut merah jarang dan mudah
dicabut. lidah yang halus, badan kurus, baggy pants (PPM IDAI, 2020).
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah
o Pemeriksaan darah lengkap, hitung jenis lekosit, serum imunoglobulin
untuk mengevaluasi adanya defisiensi imun, HIV testing, KED
(Kecepatan Endap Darah). CRP, albumin, ureum darah, elektrolit, tes
fungsi hati, vitamin B, vitamin A, D, dan E, folat, kalsium, feritin,
waktu protrombin (petanda untuk defisiensi vitamin K) untuk
mengevaluasi gangguan nutrisi akibat diare yang berkepanjangan.
Pemeriksaan tinja
o Kultur feses: patogen yang sering ditemukan pada diare persisten adalah
E. coli (EPEC), Salmonella, enteroaggregative E. Coli (EAEC),
Klebsiella, Aeromonas, Amebiasis, Campylobacter, Shigella,
Giardiasis dan Cryptosporidium (antigen testing), Rotavirus (Elisa).
o Tes enzim pankreas seperti tes fecal elastase untuk kasus yang diduga
sebagai insufisiensi pankreas. pH tinja < 5,5 atau adanya substansi
yang mereduksi (glukosa, fruktosa, laktosa) pada pemeriksaan tinja,
membantu mengarahkan kemungkinan intoleransi laktosa.
o Osmolalitas feses dan elektrolit feses untuk menghitung osmotik gap
dapat membantu membedakan antara diare osmotik dengan diare
sekretorik. Osmotic gap dihitung dengan rumus: 2902 (Na+ K).
Osmotic gap > 50 mOsm menunjukkan diare osmotik.
Pemeriksaan radiologi sedikit digunakan pada kasus diare persisten,
barium meal dapat menunjukkan nodularitas, striktur dengan dilatasi
proksimal usus yang bisa merupakan tempat small bacterial overgrowth
yang dapat menyebabkan diare.
Endoskopi dapat digunakan untuk mengevaluasi beberapa kasus diare
persisten. Endoskopi dan kolonoskopi dengan biopsi digunakan untuk
mengevaluasi pasien yang dicurigai mengalami inflammatory bowel
disease
Gambar 8. Alur Diagnosis Diare
(Amin, Lukman Zulkihli, 2015)
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian antibiotik. Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala dan
tanda diare infeksi, seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses,
mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan
jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.
Pemberian antibiotik dapat secara empiris, tetapi terapi antibiotik spesifik
diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman (PPM IDAI, 2020).
Tabel 10. Antibiotik empiris pada diare akut infeksi
e. Probiotik
Kelompok probiotik terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau
Saccharomyces boulardii, bila meningkat jumlahnya di saluran cerna akan
memiliki efek positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor
saluran
cerna. Untuk mengurangi/ menghilangkan diare harus diberikan dalam
jumlah adekuat (Amin, 2015).
Arvin & Ariani. 2021, ‘Diare Akut pada Anak yang disebabkan oleh Infeksi’,
Hera dkk. 2020 ‘Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Pada
Anak Dengan Diare Di Rumah Sakit Umum Kelas B Kabupaten
Subang’, Jurnal Sains Kesehatan: p-ISSN: 2723-4339 e-ISSN:
2548-1398, 1(5).
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012 ‘Buku Ajar Neonatologi’, Jakarta: IDAI.