0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan39 halaman

Makalah Metodologi Penelitian

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 39

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...


Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di buat dalam rangka
pembelajaran mata kuliah METODOLOGI PENELITIAN. Dengan suatu masalah dapat di
selesaikan dan di hindari, sekaligus dapat menambah wawasan bagi kita semua.
Kami mengucapkan terimaksih kepada Nurwahyudi,M.Pd.I selaku dosen Mata kuliah
METODOLOGI PENELITIAN dan kepada pihak yang telah memberikan bimbingan serta
arahan selama penulisan makalah ini. Dalam menyusun makalah ini yang berjudul
“LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN DALAM PENELITIAN” sebagai bahan
pembelajaran bagi kami. Makalah ini tentunya masih jauh dari apa yang diharapkan, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi terciptanya makalah yang lebih
baik. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Bandungbaru, 28 Maret 2023


Penulis

Kelompok 4

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….. I


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… II
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………. 1
A. LATAR BELAKANG ……………………………………………………. 1
B. RUMUSAN MASALAH ………………………………………………… 1
C. TUJUAN …………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………… 2
1. Identifikasi Permasalahan ………………………………………………. 2
2. Menyusun Landasan Teori dan Merumuskan hipotesis …………………. 8
3. Menentukan variable penelitian …………………………………………. 14
4. Instrumen penelitian …………………………………………………….. 19
5. Menentukan subjek penelitian …………………………………………… 25
6. Mengumpulkan/mengolah data ………………………………………….. 28
7. Menarik kesimpulan/laporan ……………………………………………… 34
BAB III KESIMPULAN …………………………………………………………….. 37
A. KESMPULAN …………………………………………………………… 37
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………. 37

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan penelitian berawal dari masalah, kemudian penelitian dilakukan untuk
menemukan jawaban atau pembuktian dari masalah tersebut, dan akhir dari kegiatan
penelitian memberikan solusi atas masalah tersebut. Masalah untuk penelitian dapat
didasarkan dari teori atau kondisi di lapangan, atau berdasarkan perpaduan diantara
keduanya. Masalah yang dipilih kemudian dirumuskan menjadi masalah yang akan
diteliti. Untuk memudahkan dalam memilih dan merumuskan masalah penelitian, harus
didasarkan pada pengetahuan dan kemampuan peneliti itu sendiri tentang masalah
tersebut.

Secara garis besar penelitian terdiri dari pembuatan rancangan, pelaksanaan


penelitian (observasi) dan pembuatan laporan penelitian. Namun secara terperinci maka
langkah-langkah penelitian terdiri dari : Identifikasi Permasalahan, Menyusun
Landasan Teori dan Merumuskan hipotesis, Menentukan variable penelitian, Instrumen
penelitian, Menentukan subjek penelitian, Mengumpulkan/mengolah data, Menarik
kesimpulan/laporan.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, kami merumuskan persoalan sebagai berikut:
1. Apa Langkah-langkah pelaksanaan dalam penelitian ?

C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas makalah ini disusun dengan tujuan
untuk:
1. Mengetahui Langkah-langkah pelaksanaan dalam penelitian

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN DALAM PENELITIAN


1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
Identifikasi masalah berarti mengenali masalah yaitu dengan cara mendaftar faktor
- faktor yang berupa permasalahan. Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian
bukan sekedar mendaftar jumlah masalah tetapi juga kegiatan ini lebih daripada itu karena
masalah yang telah dipilih hendaknya memiliki nilai yang sangat penting atau signifikansi
untuk dipecahkan (Setyosari, 2012).Identifikasi masalah adalah pengenalan masalah atau
inventarisir masalah.Identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitan yang boleh
dikatakan paling penting diantara proses lain. Masalah penelitian akan menentukan
kualitas dari penelitian, bahkan juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut
penelitian atau tidak. Masalah penelitian secara umum bisa kita temukan lewat studi
literatur atau lewat pengamatan lapangan (observasi, survey atau wawancana.dsb)
Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pemvataan xangmempeumasalahkan suatu
variabel atau bubungan antara variabel pada suatufenomena Sedangkan variabel itu
sendini dapat didefinisikan sebagai pembedaantara sesuatu dengan yang lain.

a. Definisi Masalah

Definisi masalah dari beberapa sumber yang berbeda adalah sebagai berikut:
1. Masalah merupakan suatu kesulitan yang dirasakan, konkrit danmemerlukan
solusi. Suatu kesenjangan antara apa yang seharusnya denganapa yang ada dalam
kenyataan atau antara apa yang diperlukan dengan apayang tersedia atau antara
harapan dengan kenyataan dan sebagainya(Suryabrata, 2000).
2. Hal-hal yang dapat dipermasalahkan dalam penelitian merupakan masalahatau
peluang, dimana pendefinisiannya harus jelas baik keluasannyamaupun
kedalamannya. Masalah diartikan sebagai suatu situasi dimanasuatu fakta yang
terjadi sudah menyimpang dari batas-batas toleransi yangdiharapkan. Sedangkan
peluang merupakan suatu kondisi eksternal yang menguntungkan jika dapat
diraih dengan usaha-usaha tertentu, tetapi jugadapat menjadi ancaman bila
peluang itu dapat dimanfaatkan oleh pesaing(Subiyanto, 1999).
3. Persoalan/masalah juga dapat diartikan sebagai tafsir sesuatu yang teramatilewat
tanggap rasa, cerapan dan konsep yang ketiganya merupakan cetusanalam fikir
dan alam rasa (Notohadiprawiro, 2006).Berdasarkan beberapa definisi diatas,
masalah dalam penelitian yangdimaksud ialah merupakan pangkal penelitian.
Tidak akan ada penelitian jikatidak ada persoalan. Persoalan/masalah ialah segala
sesuatu yang dihadapi ataudirasakan seseorang yang menimbulkan dalam
diri orang yang bersangkutan suatukeinginan atau kebutuhan untuk
membahasnya, mencari jawabannya ataumenetapkan cara penyelesaiannya.

2
b. Sumber Permasalahan

Suatu penelitian dilakukan karena adanya masalah. Jadi, seseorang yangakan


melakukan penelitian harus menentukan masalah terlebih dahulu. Sumber permasalahan
berada di dalam lingkungan tempat pengamat berada atau dapat berada di jasmani
pengamat. Menurut Purwanto (2008), upaya untuk melakukan pencarian dan pendataan
masalah-masalah yang akan dibahas dapat dilakukan darisumber-sumber masalah sebagai
berikut :
1. Bacaan.

Bacaan yang berasal dari jurnal-jurnal penelitian dan berasal dari laporan hasil-hasil
penelitian dapat dijadikan sumber masalah. Laporan penelitian yang baik tentunya
mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut, yang berkaitan dengan
penelitian tersebut. Suatu penelitian sering tidak mampu memecahkan semua masalah
yang ada, karena keterbatasan penelitian. Hal ini menuntut adanya penelitian lebih lanjut
dengan mengangkat masalah-masalah yang belum terjawab. Selain jurnal penelitian,
bacaan lain yang bersifat umum juga dapat dijadikan sumber masalah misalnya buku-buku
bacaan terutama buku bacaan yang mendeskripsikan gejala-gejala dalam suatu kehidupan
yang menyangkut dimensi sains dan teknologi atau bacaan yang berupa tulisan yang
dimuat di media cetak.
2. Pengamatan sepintas/fakta di lapangan/observasi.

Pengamatan yang dilakukan seseorang tentang sesuatu yang direncanakan ataupun


yang tidak direncanakan, baik secara sepintas ataupun dalam jangka waktu yang cukup
lama, dapat melahirkan suatu masalah. Contoh:seorang pendidik menemukan masalah
dengan melihat (mengamati) sikap dan perilaku siswanya dalam proses belajar mengajar.
3. Pengalaman.

Pengalaman dapat dikatakan sebagai guru yang paling baik. Tetapi tidaksemua
pengalaman yang dimiliki seseorang itu positif, tetapi kadang sebaliknya.Pengalaman
seseorang baik yang diperolehnya sendiri maupun dari orang lain,dapat dijadikan sumber
masalah yang dapat dijawab melalui penelitian.
4. Pertemuan ilmiah.

Masalah dapat diperoleh melalui pertemuan-pertemuan ilmiah, sepertiseminar, diskusi,


lokakarya, konfrensi dan sebagainya. Dengan pertemuanilmiah dapat muncul berbagai
permasalahan yang memerlukan jawaban melalui penelitian.
3
5. Pernyataan pemegang otoritas.

Orang yang mempunyai kekuasaan atau otoritas cenderung menjadi figure yang dianut
oleh orang-orang yang ada dibawahnya. Sesuatu yang diungkapkan oleh pemegang
otoritas tersebut dapat dijadikan sumber masalah. Pemegang otoritas disini dapat bersifat
formal dan non formal.
6. Perasaan Intuitif Pribadi

Secara intuitif manusia dapat melahirkan suatu masalah. Masalah penelitian tersebut
muncul dalam pikiran manusia pada saat-saat yang tidak direncanakan.
7. Wawancara dan angket.

Melalui wawancara kepada masyarakat mengenai sesuatu kondisi aktual dilapangan


dapat menemukan masalah apa yang sekarang dihadapi masyarakat tertentu. Demikian
juga dengan menyebarkan angket kepada masyarakat akandapat menemukan apa
sebenarnya masalah yang dirasakan masyarakat tersebut.Kegiatan ini dilakukan biasanya
sebagai studi awal untuk mengadakan penjajakan tentang permasalahan yang ada di
lapangan dan juga untuk meyakinkan adanya permasalahan-permasalahan di masyarakat.

c. Pemilihan Masalah

Notohadiprawiro (2006) menjelaskan bahwa setelah masalah-masalah diidentifikasi,


belum menjadi jaminan bahwa semua masalah tersebut layak dan sesuai untuk diteliti.
Sehingga perlu dipilih salah satu atau beberapa masalah yang paling baik dan layak untuk
diteliti. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa pertimbangan dalam memilih masalah yang
akan digunakan sebagai dasar penelitian. Berdasarkan Suryabrata (2000), pertimbangan
pemilihan masalah ini dapat dilakukan dengan 2 arah yaitu:
1. Dari arah masalahnya.
Pertimbangan kelayakan berdasarkan arah masalah atau sudut obyektifnyaatau nilai
penelitiannya. Apakah penelitian memberikan sumbangan kepada pengembangan dan
penerapan IPTEKS atau pemecahan masalah praktis?
2. Dari arah penelitinya.
Pertimbangan berdasarkan kelayakan dan kesesuaian penelitinyamenyangkut
kelayakan biaya, waktu, sarana dan kemampuan keilmuan.

Sedangkan menurut Notohadiprawiro (2006), beberapa pertimbangan dalam


pemilihan masalah diuraikan menjadi 3 hal yaitu:

4
1. Pertimbangan Ilmiah
• Apakah masalah tersebut dapat diteliti secara ilmiah? Yaitu masalah
yangrealitasnya dapat diamati dan datanya tersedia dan dapat dikumpulkan.
• Apakah masalah tersebut memberikan manfaat dalam pengembanganilmu
pengetahuan?
• Dengan metode bagaimana masalah dapat diteliti?
2. Pertimbangan Non-Ilmiah
• Apa manfaat hasil penelitian bagi kepentingan praktis atau masyarakat?
• Apakah masalah terlalu peka untuk diteliti? Resistensi sosial, budaya,ideologi.
3. Pertimbangan Peneliti
• Penguasaan teori dan metodologi .
• Minat peneliti terhadap masalah.
• Kemampuan pengumpulan dan analisis data.
• Ketersediaan waktu, dana dan sumber daya.

Lebih lanjut, Notohadiprawiro (2006) menjelaskan bahwa permasalahandalam


penelitian yang baik yaitu:
1. Bermanfaat, artinya mempunyai nilai dan kelayakan penelitian dari segi manfaat /
kontribusi dan berguna untuk mengembangkan suatu teori.
2. Fisibel/dapat dipecahkan (konkrit) dimana ada data dan metode pemecahannya.
3. Dapat dilaksanakan yang meliputi kemampuan teori dari peneliti, waktu yang
tersedia, tenaga yang tersedia, dan dana yang tersedia.
4. Adanya faktor pendukung yang meliputi tersedianya data dan tersedianya izin dari
pihak yang berwenang.
5. Spesifik mengenai bidang tertentu (jelas ruang lingkup pembahasannya).

d. Perumusan Masalah

Setelah masalah diketahui, selanjutnya dibuat suatu rumusan masalah. Rumusan


masalah dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang
lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikas idan pembatasan masalah
(Suryabrata, 2000). Notohadiprawiro (2006) menjelaskan bahwa, merumuskan masalah
berarti mendeskripsikan dengan jelasmasalah yang dihadapi atau proses penyederhanaan
masalah yang kompleks,menjadi masalah yang dapat diteliti atau dapat juga diartikan
sebagai merumuskan kaitan-kaitan antara kesenjangan pengetahuan ilmiah atau teknologi
yang akan diteliti dengan kesenjangan pengetahuan ilmiah yang lebih luas. Rumusan
masalah penelitian biasanya terdiri atas beberapa kalimat pertanyaan yang dibuat secara
jelas dan tegas yang dapat mengarahkan solusi atau alternatif solusinya.

5
Perumusan masalah sangat penting dan justru merupakan syarat untuk bisa memakai
prosedur ilmiah sebab akan memudahkan di dalam pengarahan pengumpulan data dalam
rangka untuk memperoleh relevan data. Merumuskan persolan berarti merinci lebih lanjut
persoalan yang masih umum sifatnya. Jika perlu mempersempit persolan agar menjadi
lebih profesional serta membuat daftar soal-soal yang akan diselidiki (list of problem)
dengan demikian memudahkan untuk pembuatan data yang diperlukan yang berhubungan
dengan persoalan-persolan tersebut (list of relevant data). Hal ini memudahkan pembuatan
kuesioner (Subiyanto, 1999).
Tujuan dilakukannya perumusan masalah adalah untuk memperjelas ruang lingkup
penelitian, serta agar peneliti maupun pengguna hasil penelitian mempunyai persepsi yang
sama dengan penelitian yang dihasilkan.
Berdasarkan Indriantoro dan Supomo (1999), dalam rangka perumusan persoalan
penelitian perlu diperhatikan beberapa syarat yang sangat berguna untuk mendalami
persoalan yang sedang dalam penyelidikan sehingga dapat dirumuskan dengan mudah.
Syarat-syarat tersebut yang perlu diperhatikan ialah sebgai berikut:
1. Mendapat informasi dari tangan pertama (first hand information).

Maksudnya ialah agar memperoleh ide-ide baru atau memperjelas persoalan yang
sedang dihadapi dengan menanyakan langsung kepada orang yang berkepentingan atau
yang paling mengetahui masalahnya. Misalnya persoalan perdagangan ditanyakan kepada
pejabat dari Departemen Perdagangan, persoalan pertanian ditanyakan kepada pejabat
Departemen Pertanian, persoalan perikanan kepada pejabat Departemen Perikanan dan lain
sebagainya.
2. Mempelajari semua informasi yang mungkin ada dengan membaca literatur-literatur
(by reading ).

Mempelajari literatur serta pengalaman-pengalaman orang lain sebetulnya sudah berarti


mempelajari subjek penelitian itu sendiri. Literatur-literatur yang digunakan dapat berupa
buku, majalah, jurnal, atau bentuk publikasi- publikasi lainnnya. Dengan bantuan informasi
yang diperoleh melalui literatur atau pengalaman-pengalaman orang lain ditambah dengan
ketajaman daya fikir sendiri, orang yang melakukan penelitian (researcher ) mencoba
untuk menganalisis hubungan faktor-faktor (relationship amongthe factors) dan kekuatan-
kekuatan ( forces) di dalam persolan berdasarkan logika, konsep-konsep serta hukum-
hukum ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya. Di dalam usaha mengenal literatur,
pedoman-pedoman yang perlu diperhatikan yaitu:

6
• Pelajari hasil-hasil yang telah dikemukakan orang lain dalam bidangyang
bersangkuatan atau dalam bidang yang hampir bersamaan.
• Pelajari metode-metode penelitian yang telah dipergunakan.
• Kumpulkan data dari sumber-sumber yang telah ada.
• Pelajari analisis-analisis yang telah dibuat.
3. Masalah harus dirumuskan dengan jelas, singkat dan padat serta tidak menimbulkan
penafsiran yang berbeda.
4. Hendaknya dilakukan pembatasan masalah yang bertujuan agar penelitian dapat
mengarah ke inti masalah yang sesungguhnya maka diperlukan pembatasan penelitian
sehingga penelitian yang dihasilkan menjadi lebih fokus dan tajam.
5. Rumusan masalah hendaknya dapat mengungkapkan hubungan antara dua variabel
atau lebih.
6. Rumusan masalah hendaknya dinyatakan dalam kalimat tanya.
7. Memberi petunjuk dimungkinkannya pengumpulan data dan adanya metode
pemecahannya.

e. Batasan Masalah

Pembatasan masalah berkaitan dengan pemilihan masalah dari berbagai masalah yang
telah diidentifikasikan. Dengan demikian masalah akan dibatasi menjadi lebih khusus,
lebih sederhana dan gejalanya akan lebih mudah kita amati karena dengan pembatasan
masalah maka seorang peneliti akan lebih fokus dan terarah sehingga tau kemana akan
melangkah selanjutnya dan apa Tindakan selanjutnya (Tahir, 2011).
Batasan masalah adalah ruang lingkup masalah atau membatasi ruanglingkup masalah
yang terlalu luas/lebar sehingga penelitian lebih bisa fokus untuk dilakukan. Hal ini
dilakukan agar pembahasan tidak terlalu luas kepada aspek-aspek yang jauh dari relevan
sehingga penelitian bisa lebih fokus untuk dilakukan.Dari sekian banyak masalah tersebut
dipilihlah satu atau dua masalah yang akan dipermasalahkan, tentu yang akan diteliti
(lazim disebut dengan batasan masalah).Jadi, batasan masalah berarti pemilihan satu atau
dua masalah dari beberapa masalah yang sudah teridentifikasi.1

1
https://www.scribd.com/document/360409393/IDENTIFIKASI-MASALAH

7
2. MENYUSUN LANDASAN TEORI DAN MERUMUSKAN HIPOTESIS
A. Pengertian Teori
Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh,
dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Adanya landasan teoritis ini
merupkan ciri bahwa penelitian itu merupkan cara ilmiah untuk mendapatkan data.
Mark 1963, dalam (Sitirahayu Haditono, 1999), membedakan adanya tiga macam teori.
Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat
dibedakan antara lain:
1. Teori yang deduktif: Memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran
spekulatif tertentu kearah data yang akan diterangkan
2. Teori yang induktif : adalah cara menerangkan dari data kearah teori.
3. Teori yang Fungsional disini tampak satu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan
teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali
mempengaruhi data
Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat dipandang
sebagai berikut:

1. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum- hukum ini
biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum menunjukan hubungan antara
Variabel-Variabel empiris dan dapat diramal sebelumnya
2. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu kelompok
hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Disini orang mulai dari
data yang diperoleh dan itu datang suatu konsep yang teoritis (induktif).
3. Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang menggeneralisasi. Di
sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara data dan pendapat yang teoritis.
Berdasarkan data tersebut diatas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa, suatu
teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau system pengertian ini
dapat diperoleh melalui jalan yang sistematis, suatu teori dapat diuji kebenarannya, bila tidak
maka dia bukan teori.
Kerangka teori sering kali diartikan senada dengan kerangka pikir, Apa yang dimaksud
dengan kerangka pikir ?, Kerangka pikir adalah proses yang sangat penting dalam menyusun
suatu penelitian, karena dalam proses ini pembaca dapat mengetahui apa yang akan dilakukan
oleh peneliti, dan bagaimana urutan penelitian itu dilakukan.
Kerangka pikir penelitian merupakan urut-urutan logis dari pemikiran peneliti untuk
memecahkan suatu masalah penelitian, yang dituangkan dalam bentuk bagan dengan
penjelasannya. Beberapa ahli memberi definisi sebagai berikut:
Menurut Muhamad (2009:75) Kerangka pikir adalah gambaran mengenai hubungan
antar variabel dalam suatu penelitian yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut kerangka
logis. Menurut Riduwan (2004:25) Kerangka berfikir adalah dasar pemikiran dari penelitian
yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah penelitian. Kerangka pikir memuat
teori. dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian dalam
kerangka pikir ini menjelaskan antar variabel.
Selanjutnya menurut Sekaran (1992:72) kerangka berpikir yang baik adalah memenuhi
syarat sebagai berikut:
1. Variabel penelitian diidentifikasikan secara jelas dan diberi nama
2. Uraiannya menyatakan bagaimana dua atau lebih variabel berhubungan satudengan
lainnya

8
3. Jika sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan penemuan dari penelitian
sebelumnya, hal ini seharusnya menjadi dasar dalam uraian kerangka berfikir apakah
hubungan itu positif atau negatif.
4. Dinyatakan secara jelas mengapa peneliti berharap bahwa hubungan antara variabel itu
ada.
5. Digambarkan dalam bentuk diagram skematis, sehingga pembaca dapat jelas melihat
hubungan antar variable.
6. Pada analisis kuantitatif, kerangka pikir ini memuat latar belakang masalah, kemudian
masalah yang diteliti, dan dilanjutkan dengan metode serta variabel penelitian. Terakhir
kerangka ini biasanya memuat tujuan penelitian, saran atau kesimpulan penelitian.
Sebelum ataupun setelah dibuat bagan kerangka pikir penelitian, maka biasanya peneliti
membuat penjelasan runtut dan sistematis terkait dengan bagan yang akan telah dibuatnya
tersebut, Kerangka teori dijabarkan dari tinjauan pustaka dan disusun oleh peneliti sebagai
kerangka acuan memecahkan masalah dan untuk merumuskan hipotesis (jika hipotesis
dipandang perlu dicantumkan).
Hasil kajian pustaka adalah dukungan teori (apa yang dikenal dengan "kerangka teori"
dan "kerangka berpikir". Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat bagi peneliti
memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub
variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitiannya.
Berikut ini adalah contoh penelitian, yaitu:
"Kualitas Pengelolaan Kelas Ditinjau dari Latar Belakang Pendidikan dan Pengalaman
Mengajar Guru Sekolah Dasar"
Untuk dapat menyusun kerangka teori dari judul diatas, maka peneliti terlebih dahulu
harus menentukan pengertian-pengertian yang terkandung dalam judul tersebut :
a. Kualitas pengelolaan kelas
b. Latar belakang pendidikan guru
c. Pengalaman mengajar guru
d. Pengaruh latar belakang pendidikan guru terhadap kualitas pengelolaan kelas
e. Pengaruh pengalaman mengajar guru terhadap kualitas pengelolaan kelas.

B. Fungsi Teori
Ada dua pendapat yang menerangkan tentang fungsi teori yang pertama, Snelbecker
(1974:28-31) menyatakan ada empat fungsi suatu teori, yaitu:
1. Mensistematiskan penemuan-penemuan penelitian
2. Menjadi pendorong untuk menyusun hipotesis dan dengan hipotesis membimbing peneliti
mencari jawaban-jawaban.
3. Membuat ramalan atas dasar penemuan, dan menyajikan penjelasan dan
4. Dalam hal ini, untuk menjawab pertanyaan mengapa.
Menurut Glaser dan Strauss (1967:3) ada 5 fungsi teori yang mengkhususkan pada
sosiologi yaitu :
1. Memberikan kesempatan untuk meramalkan dan menerangkan prilaku kesempatan untuk
meramalkan dan menerangkan prilaku.
2. Bermanfaat dalam menemukan teori dalam sosiologi.
3. Digunakan dalam aplikasi praktis peramalan dan penjelasannya harus memberikan
pengertian kepada para praktisi dan beberapa pengawasan terhadap situasi.
4. Memberikan perspektif bagi prilaku, yaitu pandangan yang harus dijaring dari data, dan
5. Membimbing serta menyajikan gaya bagi penelitian dalam beberapa bidang prilaku.

9
Jika dikaji, ternyata keduanya mempunyai persamaan dalam fungsi teori guna
menjelaskan dan meramalkan fenomena. Selain itu, rumusan Glaser dan Strauss dilengkapi
dengan fungsi praktis dalam gaya penelitian. Perbedaan keduanya terletak pada anggapan
tentang hipotesis. Snelbecker memandang hipotesis itu sebagai bagian pariferi sesuatu teori
yang menghubungkan teori dengan fenomena, sedangkan Glaser dan Strauss memandang
hipotesis merupakan inti teori yang diperbolehkan dari data.

C. Merumuskan Hipotesis
1. Pengertian Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo- di bawah thesis = pendirian, pendapat
yang ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang
digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa,
secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering
juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna didalamnya.
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih
bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah
yang akan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak
bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti
dapat saja dengan sengaja menimbulkan/menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini
disebut percobaan atau eksperimen Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut
teori
Contoh:
Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja
menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa (karena langit
mendung, maka...) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata beberapa saat
kemudia hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar. Secara ilmiah, dugaan ini
disebut hipotesis. Namun apabila temyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya
dinyatakan keliru.
Ketika berfikir untuk sehari-hari. orang sering menyebut hipotesis sebagai sebuah
anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah pernyataan
atau proposisi yang mengatakan bahwa diantara sejumlah Lakta ada hubungan tertentu
Proposisi inilah yang akan membentuk proses terbentuknya sebuah hipotesis di dalam
penelitian, salah satu diantaranya yaitu Penelitian sosial."
Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang melalui
tahap-tahap tertentu. Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan hipotesis ilmiah, yang
dilakukan dengan sadar, teliti, dan terarah. Sehingga dapat dikatakan bahwa sebuah
Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji.

2. Kegunaan Hipotesis
Kegunaan hipotesis secara garis besar adalah:
1. Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.
2. Mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang
kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
3. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa
koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.
4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.
Oleh karena itu, kualitas manfaat dari hipotesis tersebut akan sangat tergantung
pada:

10
1. Pengamatan yang tajam dari si peneliti terhadap fakta-fakta yang ada.
2. Imajinasi dan pemikiran kreatif dari si peneliti.
3. Kerangka analisa yang digunakan oleh si peneliti.
4. Metode dan desain penelitian yang dipilih oleh peneliti.

3. Karakteristik Hipotesis
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar
Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian [S] Meskipun
hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut masih
abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji
secara nyata.
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus
memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yaitu :
1. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan
dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan
jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan
tujuan penelitian.
2. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara
operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus
mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui
secara pasti variabel independen dan variabel dependen
3. Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan
memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis
deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi
suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang
mempunyai makna.
4. Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi
subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya
dalam hipotesis.
5. Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat
dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang
diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat
digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang
bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode
penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada
eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode observasi, pengumpulan
data, analisis data, maupun generalisasi.
6. Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk
kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan
yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di
antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis
menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan
antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari
waktu, niang, atau unit analisis yang jelas. Jadi. hipotesis akan menekankan
hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah
hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut,
teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat
diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan
dihipotesiskan.

11
7. Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu
hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara
variabel dibuat secara eksplisit

4. Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum


Tahap-tahap pembentukan hipotesis pada umumnya sebagai berikut:
1. Penentuan masalah. Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah
yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau
tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang
sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan
perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah
mendapat bentuk perumusan masalah.
2. Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis) Dugaan
atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini
digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, observasi tidak
akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk
menyimpulkan suatu konklusi. karena tidak relevan dengan masalah yang
dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis
priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan
sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum
penelitian sebenarnya dilaksanakan.
3. Pengumpulan fakta. Dalam penalaran ilmiah, diantara jumlah fakta yang besarnya
tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer
yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
4. Formulasi hipotes. Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana
logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat
hubungan tertentu diantara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang
jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel
jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa
semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal
dengan hukum gravitasi.
5. Pengujian hipotesa, artinya mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat
diobservasi dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila
hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Terjadi
falsifikasi(penyalahan) jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa
tidak sesuai dengan hipotesa, dan bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa
tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi(corroboration). Hipotesa
yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
6. Aplikasi/penerapan apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan
(dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan
fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
5. Jenis-Jenis Hipotesis"
a) Hipotesis tentang perbedaan vs hubungan
Hipotesis jenis ini merupakan hipotesis tentang hubungan analitis yakni secara
analisis menyatakan hubungan atau perbedaan satu sifat dengan sifat lainnya.
Hipotesis tentang hubungan adalah pernyataan rekaan yang menyatakan
adanya hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis ini mendasari
teknik penelitian korelasional atau regresi. Hipotesis tentang perbedaan adalah
pernyataan yang menyatakan adanya ketidaksamaan antarvariabel tertentu

12
karena adanya pengaruh yang berbeda-beda. Hipotesis ini mendasari teknik
penelitian komparatif.
b) Hipotesis kerja vs hipotesis nol
Hipotesis kerja adalah pernyataan rekaan yang hasil pengujiannya diterima,
sedangkan hipotesis nol adalah penyataan rekaan yang hasil pengujiannya
ditolak. Dalam rangka pengolahan data hipotesis ini disebut hipotesis
stastistik. Jadi dalam sebuah penelitian dengan menggunakan metode
penelitian kuantitatif, terdapat dua macam hipotesis, yaitu:
1) Hipotesis penelitian yang diungkapkan dalam bentuk kalimat pernyataan.
Misalnya, terdapat hubungan atau perbedaan anatara variabel x dengan
variabel y. hipotesis tersebut dilambangkan dengan "Ha" atau "H," apabila
terdapat hubungan dan "H," apabila tidak terdapat hubungan atau
perbedaan.
2) Hipotesis statistik adalah hipotesis yang dilambangkan dengan rumus-
rumus statistik. Misalnya, terdapat hubungan antara variabel x dengan
variabel y, untuk "Ho" dilambangkan dengan Py= 0 dan "H."/"H"
dilambangkan dengan Py> 0. Sedangkan apabila hipotesis penelitiannya
"terdapat perbedaan variabel x dengan variabel y, maka hipotesis
statistiknya untuk "H." dilambangkan dengan M = 0 dan untuk "H"/"Hi"
dilambangkan dengan M 0.
c) Hipotesis ideal vs common sense (akal sehat)
Hipotesis common sense biasanya menyatakan hubungan kegiatan terapan.
Misalnya, hubungan antara tenga kerja dengan luas garapan, hubungan antara
tenaga kerja dengan jumlah siswa ddalam satu kelas. Sebaliknya, hipotesis
yang menyatakan hubungan yang kompleks dinamakan hipotesis ideal.
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan yang logis antara
keseragaman-keseragaman pengalaman empiris. Misalnya, kita mempunyai
keseragaman empiris dan hubungan antar sekolah; sekolah yang berlokasi di
tengah-tengah pemukiman penduduk, sekolah yang berlokasi di tengah-tengah
pusat perbelanjaan, sekolah yang berlokasi di tengah-tengah lingkungan
industri, sekolah yang berlokasi di tengah-tengah perkantoran dan sebagainya.
Contoh, hubungan anatar prestasi belajar siswa dengan sekolah yang berlokasi
di pusat perbelanjaan, hubungan motivbasi belajart siswa dengan sekolah yang
di tengah-tengah pemukiman penduduk.

6. Menguji Hipotesis
Hipotesis berfungsi untuk memberi suatu penyataan terkaan tentang hubungan.
tentative antara fenomena-fenomena dalam penelitian. Kemudian hubungan tersebut
diuji validitas dan reliabilitasnya menurut teknik-teknik yang sesuai untuk keperluan
pengujian.
Untuk menguji hipotesis diperlukan:
a) Data atau fakta dan kerangka pengujian hipotesis harus ditetapkan dahulu sebelum
si peneliti mengumpulkan data
b) Pengetahuan yang luas tentang kerangka teori, penguasaan penggunaan teori secara
logis, statistik dan teknik-teknik pengujian. Cara pengujian hipotesis tergantung
pada metode desain penelitian yang digunakan.2

2
https://www.academia.edu/12269813/Melakukan_Kajian_Teoritis_dan_Merumuskan_Hipotesis

13
3. MENENTUKAN VARIABLE PENELITIAN
A. VARIABEL PENELITIAN
Sebagian besar para ahli mendefinisikan variabel penelitian sebagai kondisi- kondisi
yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol, atau diobservasikan dalam suatu penelitian.
Selain itu, beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu
yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian. Dari dua pengertian tersebut, dapat
dijelaskan bahwa variabel penelitian meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa
atau gejala yang diteliti.
Variabel penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan kejelasannya ditegaskan
oleh hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila landasan teoritis suatu penelitian berbeda,
akan berbeda pula variabelnya.
Variabel-variabel yang ingin digunakan perlu ditetapkan, diidentifikasi, dan
diklasifikasikan. Jumlah variabel yang digunakan bergantung pada luas serta sempitnya
panelitian yang akan digunakan. Dalam ilmu-ilmu eksakta, variabel- variabel yang digunakan
umumnya mudah diketahui karena dapat dilihat dan divisualisasikan. Tetapi, variabel-
variabel dalam ilmu sosial, sifanya lebih abstrak sehingga sukar dijamah secara realita.
Variabel-variabel ilmu sosial berasal dari suatu konsep yang perlu diperjelas dan diubah
bentuknya sehingga dapat diukur dan dipergunakan secara operasional. Variabel penelitian
memiliki fungsi dalam sebuah penelitian sebagai berikut:1) Mempersiapkan alat dan metode
pengumpulan data dalam suatu penelitian, 2) Mempersiapkan metode analisis atau
pengolahan data dan, 3) Menguji hipotesis
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007) Secara Teoritis, para ahli telah
mendefinisikan Variable sebagai berikut:
Hatch & Farhady (1981)
Variable didefinisikan sebagai Atribut seseorang atau obyek yang mempunyai yang lain.
variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek

Kerlinger (1973)
Variable adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Misalnya: tingkat
aspirasi, penghasilan, pendidikan, status social, jenis kelamin, golongan gaji, produktifitas
kerja, dll. Variable dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang
berbeda (different values). Dengan demikian, variabel itu adalah suatu yang bervariasi.

Kidder (1981)
Variable adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik
kesimpulan darinya.

B. Klasifikasi Variabel Penelitian


Variabel dapat diklasifikasikan berdasarkan antara lain:
1. Skala pengukurannya,
2. Konteks hubungannya, dan
3. Dapat tidaknya variabel dimanipulasi.

a. Macam variabel berdasarkan skala pengukurannya


Variabel penelitian berdasarkan skala pengukurannya yaitu antara lain:

14
1. Variabel Nominal
2. Variabel Ordinal
3. Variabel Interval
4. Variabel Rasio..
Berikut penjelasan mengenai variabel-variabel bersdasarkan skala pengukuran
beserta contohnya:
1. Variabel nominal
Variabel nominal adalah variabel dengan skala paling sederhana karena
fungsinya hanya untuk membedakan atau memberi label suatu subjek atau kategori.
Contoh variabel nominal: jenis kelamin (laki-laki dan perempuan).
Variabel nominal merupakan variabel dengan derajat paling rendah. Variabel
ini mempunyai ciri-ciri yaitu tidak bisa dilakukan operasi matematis sebab bentuk
datanya adalah kualitatif. Sesuai contoh diatas misalnya jenis kelamin. Tidak bisa
dilakukan operasi matematis misalnya laki-laki ditambah perempuan menjadi
sesuatu.
Beda halnya dengan data interval atau rasio yang dapat dilakukan operasi
matematis misalnya berat badan 50 Kg ditambah 10 Kg = 60 Kg.
Selain itu, variabel nominal ini berbeda dengan variabel ordinal atau bertingkat.
Jadi tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, lebih baik atau lebih buruk dan
lain sebagainya yang menunjukkan perbedaan tingkat. Seperti contoh diatas
misalnya, jenis kelamin laki-laki belum tentu lebih baik dari pada jenis kelamin
perempuan.

2. Variabel ordinal
Variabel ordinal adalah variabel yang dibedakan menjadi beberapa secara
bertingkat. Contoh variabel ordinal adalah: status sosial ekonomi rendah, sedang,
tinggi.
Variabel ordinal ini sifatnya hampir sama dengan variabel nominal, hanya saja
perbedaannya yaitu disini bertingkat. Artinya ada yang lebih baik atau
buruk.Misalnya status sosial ekonomi tinggi adalah lebih baik dari pada status sosial
ekonomi sedang. Dan ekonomi sedang lebih baik dari pada ekonomi rendah, begitu
pula sebaliknya.
Variabel ordinal berbeda dengan variabel interval atau rasio, dimana disini juga
tidak dapat dilakukan operasi matematis.

3. Variabel interval
Variabel interval adalah variable yang selain dimaksudkan untuk membedakan,
mempunyai tingkatan, juga mempunyai jarak yang pasti atau satu kategori dengan
kategori lainnya, contoh prestasi belajar atau motivasi belajar: 5,6, 7, 8, dst.
Dengan adanya jarak pasti tersebut, ciri-ciri data interval ini adalah dapat
dilakukan operasi matematis. Misalnya kadar hemoglobin darah 8 mmHg ditambah
2 mmHg menjadi 10 mmHg. Tentunya hal ini yang membedakan dengan data
nominal dan ordinal. Data interval dan data rasio karena merupakan data berbentuk
angka maka disebut juga data numerik atau data kuantitatif.

15
4. Variabel rasio
Variabel rasio merupakan variabel selain bersifat membedakan, mempunyai
tingkatan yang jaraknya pasti, dan setiap nilai kategori diukur dari titik yang sama,
contoh variabel rasio adalah: berat badan, tinggi badan, dst.
Variabel rasio ini sebenarnya sama dengan variabel interval, namun mempunyai
perbedaan yaitu dalam variabel rasio ada nilai 0 absolut yang artinya diukur dari titik
awal atau titik mula yang sama.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa variabel rasio merupakan variabel dengan
derajat tertinggi.terendah ke yang tertinggi adalah sebagai berikut: Nominal,
Ordinal, Interval kemudian Rasio.
Berdasarkan penjelasan diatas tadi kita telah menyebutkan bahwa variabel
interval dan rasio merupakan sama-sama variabel kuantitatif atau numerik. Terkait
dengan data kuantitatif dapat pula dibedakan berdasarkan cara perolehannya.

1) Variabel numerik berdasarkan perolehannya


Variabel numerik berdasarkan perolehannya ada 2 macam yaitu variable
kontinyu dan variabel diskrit.
a. Variabel Kontinyu
Variabel Kontinyu adalah variabel numerik yang cara perolehannya dari
menghitung. Misalnya nilai ulangan Bahasa Indonesia.

2) Variabel Diskrit
Variabel Diskrit adalah variabel numerik yang cara perolehannya dari
mengukur. Misalnya Suhu Badan. Dalam hal ini mendapatkan nilai suhu bada maka
harus melakukan pengukuran misalnya menggunakan alat termometer.

b. Variabel Penelitian Berdasarkan konteks hubungannya


Variabel dalam suatu penelitian jumlahnya bisa lebih dari satu. Variabel- variabel
tersebut saling berhubungan dan jika ditinjau dari konteks hubungannya ini, maka jenis
variable dapat dibedakan menjadi variabel antara lain:
1. Variabel Independen
2. Variabel Dependen
3. Variabel Interveining
4. Variabel Moderator
5. Variabel Kontrol
Berikut penjelasan mengenai variabel-variabel berdasarkan skala konteks
hubungannya beserta contohnya:

1. Variabel Independen
Variabel ini sering dikenal juga sebagai variabel prediktor, stimulus, anttecedent.
Dalam bahasa Indonesia biasa disebut variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel
yang nilainya mempengaruhi variabel lainnya, yaitu variable terikat. Variabel
Independen atau variabel bebas, adalah kondisi-kondisi atau karakteristik yang oleh
peneliti dimanipulasikan dalam rangka untuk menerangkan hubungan-hubungan dengan

16
fenomena yang diobservasi. Menurut fungsinya variabel ini mempengaruhi variabel lain,
jadi secara bebas berpengaruh dalam variabel lain.

2. Variabel Dependen
Variabel dependen dikenal juga sebagai variabel kriteria, output, konsukuen. Dalam
bahasa indonesia disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang
nilainya tergantung dari nilai vaiabel lainnya. Variabel Dependen atau variabel tidak
bebas adalah kondisi atau karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian
mengintroduksi, pengubah atau pengganti variabel bebas. Menurut fungsinya variabel ini
dipengaruhi oleh variabel lain.
Contoh variabel dependen dan independen:
Contoh hipotesis: Terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar
siswa.
• Variabel dependen : Hasil belajar siswa
• Variabel independent : Model pembelajaran
Contoh hipotesis: Terdapat pengaruh kualitas pelayanan jasa dan kepuasan
pelanggan terhadap loyalitas pelanggan.
• Variabel dependen : loyalitas pelanggan
• Variabel Independen : kualitas pelayanan jasa dan kepuasan pelanggan
Contoh hipotesis Terdapat pengaruh persepsi siswa tentang metode mengajar guru,
ketersediaan sarana belajar di sekolah dan motivasi belajar terhadap hasil belajar
ekonomi.
• Variabel dependen : hasil belajar ekonomi
• Variabel independent : pengaruh persepsi siswa, ketersediaan sarana belajar,
dan motivasi belajar siswa.
Contoh hipotesis: Terdapat pengaruh buku teks berbahasa Inggris terhadap
pemahaman konsep fisika siswa.
• Variabel dependen : Pemahaman konsep fisika
• Variabel independent : Penggunaan buku teks berbahasa Inggris.

3. Variable intervening
Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan
antara variabel independen dengan dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur.
Variabel ini adalah variabel penyela/antara yang terletak diantara variabel independen
dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya
atau timbulnya variabel dependen
Contoh variabel interveining adalah misalnya dalam penelitian yang berjudul
pengaruh IQ terhadap nilai matematika melalui frekuensi belajar. Konsep dari judul
tersebut, diduga IQ mempengaruhi nilai matematika siswa namun harus melalui
frekuensi belajar. Sebab meskipun IQ tinggi tetapi tidak belajar maka nilai ujian
matematika juga akan diduga rendah.

4. Variabel moderator
Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau
memperlemah) hubunagan antara variabel independen dengan dependen
17
5. Variabel kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar
yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunakan, bila akan melakukan penilitian
yang bersifat membandingkan, melalui penelitian eksperimen.

c. Variabel Penelitian Berdasarkan dapat tidaknya variabel penelitian


dimanipulasi
Ada variabel dimana peneliti dapat melakukan intervensi dan ada pula variabel di
mana peneliti tidak dapat melakukan intervensi. Atas dasar tinjauan ini, variabel
dibedakan menjadi variabel dinamis dan variabel statis.
Berikut penjelasan mengenai variabel-variabel berdasarkan skala konteks
hubungannya beserta contohnya:
1. Variabel dinamis
Variabel dinamis adalah variabel yang dapat dimanipulasi atau diintervensi oleh
peneliti. Contoh variabel dinamis adalah: metoda mengajar, teknik pelatihan, strategi
pembiasaan, dst.

2. Variabel statis
Variabel statis merupakan variabel yang tidak dapat diintervensi atau dimanipulasi
oleh peneliti. Contoh variabel statis adalah: jenis kelamin, umur, status perkawinan, dst.

C. Hubungan Antar Variabel


Hubungan antar variabel penelitian dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Hubungan asimetris,
2. Hubungan simetris, dan
3. Hubungan timbal balik (Machfoedz, 2007: 29).
Berikut penjelasan mengenai hubungan antar variabel beserta contohnya:
a. Hubungan asimetris
Pada hubungan asimetris, suatu variabel atau variabel-variabel bebas berhubungan
dengan variabel atau variabel-variabel terikat. Hubungan variabel asimetris dibedakan
menjadi dua, yaitu: hubungan bivariat dan multivariat.
• Hubungan variabel bivariat: hubungan antara dua variabel.
Contoh hubungan asimetris bivariat: hubungan kecerdasan intelektual (X) dengan
prestasi belajar (Y). Siswa yang mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi, prestasi
belajarnya juga tinggi.
• Hubungan multivariat: hubungan antara tiga variabel atau lebih.
Contoh hubungan variabel asimetris multivariate:Ilubungan kecerdasan intelektual
(X), kecerdasan emosional (X), dan motivsi belajar (X) dengan prestasi belajar (Y)

18
b. Hubungan variabel simetris
Hubungan variable secara simetris artinya ada hubungan antara dua variabel, tetapi
variabel yang satu tidak disebabkan atau dipengaruhi oleh variable lainnya. Contoh
hubungan variable secara simetris:
Variabel tinggi badan (Y.) dan variable berat badan (Y) merupakan variable terikat
yang dipengaruhi oleh variabel pertumbuhan (X). Kedua variable terikat berhubungan
tetapi variable yang satu tidak diengaruhi variable lainnya.

c. Hubungan variabel timbal balik


Hubungan variabel dikatakan bersifat timbal balik jika variable yang satu
mempengaruhi variabel lainnya dan sebaliknya.
Contoh hubungan variabel secara timbal balik: Variabel rasa percaya diri (X)
mempengaruhi prestasi belajar (Y) dan sebaliknya, prestasi belajar juga.3

4. INSTRUMEN PENELITIAN
A. PENGERTIAN INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan,
memeriksa, menyelidiki suatu masalah. Instrumen penelitian dapat diartikan pula sebagai alat
untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis
serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Jadi
semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu
yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan di permudah olehnya.
Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel
secara objektif.
Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata (2008:52) adalah alat yang
digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-
atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi
atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut
kognitif. perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif.
perangsangnya adalah pernyataan.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian
adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi kuantitatif
tentang variabel yang sedang diteliti.4

B. INSTRUMEN PENELITIAN UNTUK PENELITIAN KUALITATIF

Satu-satunya instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri.
Peneliti mungkin menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan data seperti tape
recorder, video kaset, atau kamera. Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini sangat
tergantung pada peneliti itu sendiri.

3
https://www.academia.edu/75873464/Kelompok_3_Variabel_Penelitian
4
https://www.scribd.com/embeds/549309990/content?start_page=1&view_mode=sgulung&access_key=key-
fFexxf7MbzEfWu3HKwf

19
Oleh karena dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri, maka peneliti harus “divalidasi”. Validasi terhadap peneliti,
meliputi; pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang
yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian -baik secara akademik
maupun logiknya- (Sugiono,2009:305).
Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,
analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya
(Sugiono,2009:306).
Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
• peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan
yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian,
• peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat
mengumpulkan aneka ragam data sekaligus,
• tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen berupa test atau
angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia,
• suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya,
menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita,
• peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat
menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah
pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika,
• hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang
dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk
memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan (Sugiono 2009: 308).

Peneliti sebagai instrumen (disebut "Paricipant-Observer") di samping memiliki


kelebihan-kelebihan, juga mengandung beberapa kelemahan. Kelebihannya antara lain:
• Peneliti dapat langsung melihat, merasakan, dan mengalami apa yang terjadi pada subjek
yang ditelitinya. Dengan demikian, peneliti akan lambat laut "memahami" makna-makna
apa saja yang tersembunyi di balik realita yang kasat mata (verstehen). Ini adalah salah
satu tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian kualitatif.
• Peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data telah mencukupi, data telah
jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak
dibatasi oleh instrumen (misalnya kuesioner) yang sengaja membatasi penelitian pada
variabel-variabel tertentu saja.
• Peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data, menganalisanya, melakukan
refleksi secara terus menerus, dan secara gradual "membangun" pemahaman yang tuntas
tentang sesuatu hal. Ingat, dalam penelitian kualitatif, peneliti memang "mengkonstruksi"
realitas yang tersembunyi (tacit) di dalam masyarakat.

Sementara beberapa kelemahan peneliti sebagai instrumen adalah


• Tidak mudah menjaga obyektivitas dan netralitas peneliti sebagai peneliti. Keterlibatan
subjek memang bagus dalam penelitian kualitatif, tetapi jika tidak hati-hati, peneliti akan
20
secara tidak sadar mencampuradukkan antara data lapangan hasil observasi dengan
pikiran-pikirannya sendiri.
• Pengumpulan data dengan cara menggunakan peneliti sebagai instrumen utama ini
sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam menulis, menganalisis, dan
melaporkan hasil penelitian. Peneliti juga harus memiliki sensitifitas/kepekaan dan
"insight" (wawasan) untuk menangkap simbol-simbol dan makna-makna yang
tersembunyi. Lyotard (1989) mengatakan "lantaran pengalaman belajar ini sifatnya
sangat pribadi, peneliti seringkali mengalami kesulitan untuk mengungkapkannya dalam
bentuk tertulis".
• Peneliti harus memiliki cukup kesabaran untuk mengikuti dan mencatat perubahan-
perubahan yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dalam penelitian kuantitatif,
penelitian dianggap selesai jika kesimpulan telah diambil dan hipotesis telah diketahui
statusnya, diterima atau ditolak. Tetapi peneliti kualitatif harus siap dengan hasil
penelitian yang bersifat plural (beragam), sering tidak terduga sebelumnya, dan sulit
ditentukan kapan selesainya. Ancar-ancar waktu tentu bisa dibuat, tetapi ketepatan
jadwal (waktu) dalam penelitian kualitatif tidak mungkin dicapai seperti dalam penelitian
kuantitatif.

C. INSTRUMEN PENELITIAN UNTUK PENELITIAN KUANTITATIF

Jika dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah penelitinya sendiri, maka
dalam penelitian kuantitatif, instrumen harus dibuat dan menjadi perangkat yang
"independent" dari peneliti. Peneliti harus mampu membuat instrumen sebagus mungkin,
apapun instrumen itu.
Pada umumnya instrument penelitian dalam penelitian kuantitatif terbagi dua yakni tes
dan non tes.
Tes sebagai instrument penelitian adalah suatu alat yang berisi serangkaian soal-soal
yang harus dijawab oleh responden untuk mengukur suatu aspek tertentu, sesuai dengan
tujuan penelitian. Selain tes, terdapat instrumen berupa nontes, seperti skala sikap atau daptar
pernyataan untuk digunakan bagi peneliti yang menggunakan teknik pengumpulan data jenis
angket, pedoman wawancara untuk peneliti yang menggunakan teknik intervieu atau
wawancara, pedoman observasi untuk peneliti yang menggunakan teknik observasi, dan
lainnya.
Skala bertingkat (ratings) adalah suatu ukuran subyaktif yang dibuat berskala. Walaupun
skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi
tertentu tentang program atau orang. Intrumen ini dapat dengan mudah menberikan gambaran
penampilan, terutama panampilan di dalam orang menjalankan tugas, yang menunjukan
frekuensi munculnya sifat-sifat.
Pedoman wawancara berisi sebuah daftar pertanyaan yang mungkin akan diajukan
kepada responden.
Sedangkan pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul
dan akan diamati.

D. LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN INSTRUMEN

21
Iskandar (2008: 79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan instrumen
penelitian, yaitu :
• Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.
• Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
• Mencari indikator dari setiap dimensi.
• Mendeskripsikan kisi-kisi instrument
• Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrument
• Petunjuk pengisian instrumen.

E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN

Semua instrumen (baik yang tes maupun non tes) harus memiliki dua syarat yaitu Valid
dan reliabel. Valid berarti instrumen secara akurat mengukur objek yang harus
diukur. Reliabel berarti hasil pengukuran konsisten dari waktu ke waktu.
Menurut Ibnu Hadjar (1996:160), kualitas instrumen ditentukan oleh dua kriteria
utama: validitas dan reliabilitas. Validitas suatu instrumen menurutnya menunjukkan
seberapa jauh ia dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas
menunjukkan tingkat konsistensi dan akurasi hasil pengukuran.
Sumadi Suryabrata (2008:60)mengemukakan bahwa validitas instrumen didefinisikan
sebagai sejauh mana instrumen itu merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk
direkam/diukur. Sedangkan reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil
perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang
yang sama dalam waktu berlainan, atau kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau
kelompok orang yang berbeda dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang berlainan.
Menurut Burhan Bungin (2005:96,97) Validitas alat ukur adalah akurasi alat ukur
terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan di mana-mana. Sedangkan
reliabilitas alat ukur menurutnya adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga
alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Misalnya, menimbang beras dengan
timbangan beras, mengukur panjang kain dengan meter, dan sebagainya.
Reliabilitas mempunyai tiga dimensi yaitu Stabilitas, Ekivalensi, dan Konsistensi
Internal (O'Sullivan & Rassel, 1995). Stabilitas mengacu pada kemampuan instrumen untuk
menghasilkan data yang sama dari waktu ke waktu (dengan asumsi objek yang diukur tidak
berubah).
Ekivalensi mengacu pada kemampuan dua atau lebih macam instrumen yang dibuat dua
atau lebih peneliti untuk mengukur satu hal yang sama. Misalnya, dua peneliti mengukur
penggunaan listrik di suatu aula. Dua peneliti ini menggunakan dua instrumen yang berbeda.
Tetapi jika temuan kedua peneliti ini sama, maka instrumen mereka memilki sifat "ekivalen".
Konsistensi internal tercapai jika semua item dalam instrumen mengukur satu hal yang
sama. Jika terdapat 10 pertanyaan tentang motivasi, maka ke 10 pertanyaan itu mengukur hal
yang sama (motivasi).

F. PENGUJIAN VALIDITAS INSTRUMEN

Ada tiga jenis pengujian Validitas Instrumen. (Sugiyono: 2010)


1. Pengujian Validitas Konstruk
22
Instrumen yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur gejala sesuai dengan dengan yang didefinisikan. Misalnya akan mengukur
efektivitas kerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas kerja. Setelah
itu disiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas kerja sesuai
dengan definisi.
Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat ahli. Setelah
instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur, dengan berlandaskan teori
tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya
tentang instrumen yang telah disusun itu. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal
tiga orang, dan umumnya mereka telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.
Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan uji coba instrumen.
Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor,
yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen.

2. Pengujian Validitas Isi (Content)

Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang digunakan untuk
mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk
menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka instrumen harus
disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang
digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan
program yang telah direncanakan.
Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan
dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.
Jika dosen memberikan ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian
tersebut tidak mempunyai validitas isi.
Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator
sebagai tolok ukur, dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan
dari indikator.
Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan
mudah dan sistematis.

3. Pengujian Validitas Eksternal

Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari


kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di
lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai. Maka kriteria
kinerja pada instrumen tersebut dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris)
tentang kinerja yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen
dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai Validitas
eksternal yang tinggi.

23
G. PENGUJIAN RELIABILITAS INSTRUMEN

Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354) dapat dilakukan secara


eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan dengan test – retest (stability),
equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan
menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik-teknik tertentu.
1. Test retest

Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama dengan
instrumen yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi
antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan
signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
2. Ekuivalen

Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi
maksudnya sama. misalnya, berapa tahun pengalaman Anda bekerja di lembaga ini?
Pertanyaan tersebut ekuivalen dengan tahun berapa Anda mulai bekerja di lembaga ini?
Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua dan berbeda,
pada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara mengkorelasikan antara data
instrumen yang satu dengan instrumen yang dijadikan ekuivalennya. Bila korelasi positif dan
signifikan, maka instrumen dapat dinyatakan reliabel.
3. Gabungan

Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen beberapa
kali ke responden yang sama. cara ini merupakan gabungan dari test-retest (stability) dan
ekuivalen.
Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu
dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika dengan
dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, maka akan dapat dianalisis keenam
koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan,
maka dapat dinyatakan bahwa instrumen itu reliabel.
4. Internal Consistency

Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan


instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik-teknik tertentu.
Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Pengujian
reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown
(Sp lit half), KR20, KR21 dan Anova Hoyt.5

5. MENENTUKAN SUBJEK PENELITIAN


A. PENGERTIAN SUBJEK PENELITIAN
Dalam dunia penelitian seringkali calon peneliti masih mencampuradukkan antara istilah
subjek penelitian, responden dan sumber data. Meskipun dalam sub bab ini hanya akan

5
https://nurhibatullah.blogspot.com/2014/05/makalah-tentang-instrumen-penelitian.html

24
menekankan pemahaman lebih lanjut tentang subjek penelitian, namun agar tidak terjebak
dalam pemahaman istilah, maka penulis merasa sangat bertanggung jawab untuk
memaparkan sedikit tentang responden dan sumber data, mengingat masih terkait dalam
dunia penelitian.
Subjek secara etimologi artinya pokok pembicaraan, pokok bahasan, pokok kalimat,
pelaku, mata pelajaran, orang, tempat, atau benda yang diamati.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia subjek adalah sesuatu yang diperbincangkan,
didiskusikan, dikaji, dan diteliti.
Sedangkan secara terminologi menurut Suharsimi Arikunto, subjek penelitian adalah
benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang
dipermasalahkan.
Saifuddin Azwar mengatakan bahwa subjek penelitian adalah sumber utama
data penelitian, yaitu yang memiliki data mengenai variable-variabel yang diteliti.
Dari beberapa literatur diatas dapat kita pahami bahwa subjek penelitian adalah segala
sesuatu, baik orang, hewan, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat keadaannya
(atributnya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam
dirinya melekat atau terkandung objek (variable) penelitian. Kedudukan subjek penelitian itu
sendiri merupakan unit yang sangat sentral dalam penelitian, karena pada subjek penelitian
itulah data tentang variabel atau objek yang akan diteliti dan diamati berada.
Dalam penelitian survai sosial, subjek penelitian ini adalah manusia sedangkan dalam
penelitian-penelitian psikologi yang bersifat eksperimental seringkali digunakan pula hewan
sebagai subjek, di samping manusia. Dalam proses pelaksanaan eksperimen, hewan atau
manusia sebagai subjek penelitian ini ada yang berpartisipasi secara aktif dan ada yang
berpartisipasi hanya secara pasif. Karena seperti yang kita ketahui penelitian eksperiman
biasanya
Subjek penelitian pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian.
Apabila subjek penelitiannya terbatas dan masih dalam jangkauan sumber daya, maka dapat
dilakukan studi populasi, yaitu mempelajari seluruh objek secara langsung. Sebaliknya,
apabila subjek penelitian sangat banyak dan berada diluar jangkauan sumber daya peneliti,
atau batasan populasinya tidak mudah untuk didefinisikan, maka dapat dilakukan study
sampel.
Berlanjut dengan pengertian responden dan sumber data. Responden adalah orang yang
dapat merespons, memberikan informasi tentang data penelitian. Sedangkan sumber data
adalah benda, hal atau orang tempat peneliti mengamat, membaca, atau bertanya tentang data.
25
Untuk lebih jelasnya kita perhatikan contoh penelitian sebagai berikut. Judul penelitianya
yaitu “Hubungan antara pemberian pekerjaan rumah (PR) pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) setiap hari dengan perasaan benci dengan pelajaranya”.
Variabel pertama: pemberian PR untuk IPA setiap hari. Variabel kedua: perasaan benci
siswa terhadap pelajaran IPA. Variabel utuh: hubungan antara pemberian PR dengan rasa
benci pada pelajaranya.
Untuk subjeknya yaitu misalnya siswa kelas II Sekolah Dasar (SD). Jadi siswa adalah
subjek penelitian, responden, dan sumber data. Disebut subjek penelitian karena siswa
merupakan tempat variabel melekat. Dinamakan responden karena siswa dapat diberi
pertanyaan langsung tentang variable yang diteliti. Sedangkan karena siswa mengetahui
tentang dirinya sehingga dapat diperoleh darinya sumber data yang diinginkan. Secara
ringkasnya dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
• Subjek penelitian : siswa kelas II
• Responden penelitian : siswa kelas II, guru IPA, orang tua siswa
• Sumber data : siswa kelas II, guru IPA, orang tua siswa

B. UNIT ANALISIS DALAM SUBJEK PENELITIAN


Berbicara tentang subjek penelitian, tentunya akan terdapat sangkut pautnya dengan unit
analisis. Karena untuk menentukan dengan tepat banyaknya subjek penelitian yang harus
diambil, calon peneliti harus mengingat apa yang menjadi unit analisis dari
penelitianya. Tetapi disini penulis tidak akan membahas apa itu defenisi dari unit analisis itu
sendiri, melainkan dengan memaparkan contohnya.
Seringkali mahasiswa atau calon peneliti mengajukan pertanyaan tentang berapa
sebaiknya jumlah subjek atau responden penelitian yang harus diambil. Misalkan judulnya
“Korelasi antara Kreatifitas dengan Prestasi Belajar”, lalu muncul pertanyaan “berapa sekolah
yang harus diambil sebagai subjek penelitianya?”
Namun, judul diatas masih belum spesifik dalam arti calon peneliti atau mahasiwa tidak
menerangkan siswa atau mahasiswa, kelas berapa, dan sebagainya. Maka yang menjadi unit
analisis atau satuan subjek penelitian ini adalah siswa atau mahasiswa yang diukur kreatifitas
dan prestasi belajarnya. Jadi seharusnya mahasiswa atau calon peneliti menanyakan tentang
berapa jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian bukan tentang berapa jumlah
sekolahnya.

26
C. SYARAT SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN
Ada persyaratan tertentu yang harus mereka miliki untuk layak ditetapkan sebagai
informan penelitian. Moleong menyebutkan bahwa ada lima persyaratan yang harus dimiliki
oleh seorang agar layak dijadikan informan, yaitu:
1. Orang tersebut harus jujur dan dapat dipercaya.
2. Orang tersebut memiliki kepatuhan pada peraturan.
3. Orangnya suka berbicara, bukan orang yang susah berbicara, apalagi pendiam.
4. Orang tersebut bukan termasuk anggota salah satu kelompok yang bertikai dalam latar
penelitian.
5. Orangnya memiliki pandangan tertentu tentang peristiwa yang terjadi.

D. MACAM-MACAM SUBJEK PENELITIAN


Subjek penelitian terdiri dari dua jenis, yaitu subjek primer dan subjek sekunder. Subjek
primer adalah mereka yang tergolong sebagai pelaku (orang) utama) (asli) yang dijadikan
penelitian. Sementara subjek sekunder adalah mereka yang hanya sebagai pelaku pendukung
terhadap pelaku utama yang diteliti. Subjek sekunder dipergunakan sebagai sumber data
tambahan untuk memperkuat data yang dikemukakan subjek primer. Jadi statusnya tidak
mutlak ada.
Dalam praktik penelitian, subjek primer adalah yang menjadi incaran peneliti yang
pertama dan utama. Subjek sekunder hanya sebagai tambahan atau pendukung. Maka,
seseorang yang akan meneliti harus sebisa mungkin mampu mendeteksi antara subjek primer
atau subjek sekunder agar penelitian yang dilakukan tepat sasaran sesuai dengan maksud dan
tujuan penelitian yang dilakukan. Jika penelitian dilakukan tidak pada subjek primernya,
sangat dimungkinkan, dan sering terjadi, ada informasi yang telah direduksi atau terdistorsi
sehingga tidak autentik atau kurang valid.6

6
https://rizaalfarid.blogspot.com/2017/05/makalah-objek-subjek-penelitian.html

27
6. MENGUMPULKAN/MENGOLAH DATA

A. PENGERTIAN PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk memperoleh
data. Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan
sangat penting dalam penelitian. Pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data
yang memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya.
kesalahan atau ketidaksempurnaan dalam metode pengumpulan data akan berakibat fatal,
yakni berupa data yang tidak credible, sehingga hasil penelitiannya tidak bisa
dipertanggungjawabkan. Hasil penelitian demikian sangat berbahaya, lebih-lebih jika dipakai
sebagai dasar pertimbangan untuk mengambil kebijakan publik.
Tujuan Pengumpulan Data adalah :

1. Membantu dalam setiap pengambilan keputusan yang lebih baik


2. Membantu melihat kemajuan dari kegiatan tertentu.
3. Untuk mengetahui jumlah elemen dan karakteristik dari elemen-elementersebut.

B. PERENCANAAN PENGUMPULAN DATA


Perencanaan kegiatan pengumpulan data serta aspek-aspek yang terdapatdi dalamnya
perlu dipahami secara baik. Setiap pengumpulan bukti haruslahdirencanakan menurut
tujuannya secara beraturan. Namun, dalamkenyataannya tidak dapat dihindarkan adanya
tumpang tindih dan salingterkaitnya diantara tahap-tahap kegiatan. Adanya saling
ketergantungan antarasatu kegiatan dengan kegiatan lainnya, menuntut kegiatan-kegiatan
tersebutdilakukan secara bersamaan.Perencanaan dalam mengumpulkan data harus dilakukan
berdasarkan"APA" yang dilakukan, "BAGAIMANA" cara melakukannya, "SIAPA"
yangakan melaksanakan setiap aspek pekerjaan, "KAPAN" kegiatan dilakukan, dan"DI
MANA" akan dilakukan.

C. SUMBER DATA
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.Data primer adalah
data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara data sekunder
adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Contoh data primer adalah
data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga
data hasil wawancara peneliti dengan narasumber. Contoh data sekunder misalnya catatan
atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan,
laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, dan lain sebagainya.

D. METODE PENGUMPULAN DATA


Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor pentingdemi keberhasilan
penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana caramengumpulkan data, siapa sumbernya,
dan apa alat yang digunakan. Jenissumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh.
Apakah data diperolehdari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber
tidaklangsung (data sekunder).Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang
dilakukanuntuk mengumpulkan data.

28
Metode menunjuk suatu cara sehingga dapatdiperlihatkan penggunaannya melalui angket,
wawancara, pengamatan, tes,dkoumentasi dan sebagainya. Sedangkan Instrumen Pengumpul
Datamerupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupaalat, maka
instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket terbuka /tertutup), pedoman
wawancara, camera photo dan lainnya.Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa
digunakan adalahwawancara, observasi dan angket.

a. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukanmelalui tatap muka
dan tanya jawab langsung antara pengumpul datamaupun peneliti terhadap nara sumber
atau sumber data.
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
1. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi
yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara
sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo,
dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.
2. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akandiajukan secara
spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari
responden.

b. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur
sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam
berbagai fenomena yang terjadi (situasi,kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian
ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan
dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
Macam-macam observasi :

1. Observasi partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalamkegiatam sehari-hari orang
atau situasi yang diamati sebagai sumber data. Misalnya seorang guru dapat melakukan
observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial
kepala sekolah,hubungan antar guru, dsb.

2. Observasi tak berstruktur


Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi
yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang
diamati. Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang
menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap
perlusebagai data penelitian.

3. Observasi kelompok
Pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadapsebuah isu yang
diangkat menjadi objek penelitian..

29
c. Sampling
Sampling adalah cara pengumpulan data apabila yang diselidikiadalah elemen sampel
dari suatu populasi. Data yang di peroleh dari hasilsampling merupakan data perkiraaan
(estimated value).
Cara Pengambilan Sample :

1. Cara acak adalah suatu cara pemilihan sejumlah elemen dari populasi untuk menjadi
anggota sampel. Pemilihan dapat dilakukan dengan lotre/undian atau jika jumlah
elemennya ribuan perlu kita gunakan tabelangka acak, yaitu suatu daftar angka yang
sudah dibuat sedemikian rupa sehingga jika digunakan akan menjamin pemilihan
secara acak.Cara ini dianggap objektif karena netral. Samplingnya disebut probability
sampling, yaitu setiap elemen populasi mempunyai probabilitas (kemungkinan) yang
sama untuk dipilih.
2. Cara bukan acak adalah suatu cara pemilihan elemen-elemen dari populasi untuk
menjadi anggota sampel di mana setiap elemen tidak mendapat kesempatan yang sama
untuk dipilih. Cara bukan acak lebih bersifat subjektif dan samplingnya disebut
nonprobability sampling, artinya, setiap elemen tidak mempunyai probabilitas yang
sama utuk dipilih.

d. Survey
Pengumpulan data dimana data yang diselidiki adalah elemen dari populasi. Makin
banyaknya jenis data yang dibutuhkan dalam suatu penelitian, timbul permasalahan
bagaimana menghasilkan data yang akurat dengan menyeimbangkan tenaga, biaya dan
waktu. Untuk itu survey lebih sering digunakan untuk penelitian.

e. Angket/questionnaire
Angket/questionnaire adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan
responden untuk dijawabnya.
Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain:
➢ Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untukmengukur
maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
➢ Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuanresponden. Tidak
mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada
responden yang tidak mengerti bahasaInggris, dsb.
➢ Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya
jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka
responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.

Macam-macam kuesionera
a) Kuesioner tertutup Setiap pertanyaan telah disertai sejumlah pilihan jawaban.
Responden hanya memilih jawaban yang paling sesuai.
b) Kuesioner terbukaDimana tidak terdapat pilihan jawaban sehingga responden
haru memformulasikan jawabannya sendiri.
c) Kuesioner kombinasi terbuka dan tertutup Dimana pertanyaan tertutup kemudian
disusul dengan pertanyaanterbuka.

30
d) Kuesioner semi terbuka Pertanyaan yang jawabannya telah tersusun rapi, tetapi
masih ada kemungkinan tambahan jawaban.

f. Dokumentasi
Dokumentasi berkaitan dengan suatu kegiatan khusus berupa pengumpulan,
pengolahan, penyimpanan, dan penyebarluasan suatu informasi.
Dokumentasi adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan photo,dan penyimpanan
photo. Pengumpulan, pengolahan, dan penyimpanan informasi dalam bidang
pengetahuan.kumpulan bahan atau dokumen yang dapat digunakan sebagai asas bagi
sesuatu kejadian, penghasilan sesuatu terbitan.
Arsip kliping surat, photo-photo dan bahan rferensinya yang dapat digunakan sewaktu-
waktu untuk melengkapi berita atau karangan
➢ Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumentalyang lain.
➢ Dokumen yang dipilih harus memiliki kredibilitas yang tinggi.

E. Alat Pengumpulan Data


➢ Daftar pertanyaan (questionnaire)
➢ Wawancara
➢ Observasi atau pengamatan langsung
➢ Alat komunikasi
➢ Alat ukur

A. PENGOLAHAN DATA
1. Pengertian Pengolahan Data
Pengolahan data adalah manipulasi data agar menjadi bentuk yang lebih berguna.
Pengolahan data ini tidak hanya berupa perhitungan numeris tetapi juga operasi-operasi
seperti klasifikasi data dan perpindahan data dari satu tempat ke tempat lain. Secara
umum, kita asumsikan bahwa operasi-operasi tersebut dilaksanakan oleh beberapa tipe
mesin atau komputer, meskipun beberapa diantaranya dapat juga dilakukan secara
manual.
• Siklus Pengolahan Data
Pengolahan data terdiri dari tiga langkah utama, yakni input, proses(pengolahan), dan
output.

Keterangan :
Input : Di dalam langkah ini data awal, atau data input, disiapkandalam beberapa
bentuk yang sesuai untuk keperluan pengolahan. Bentuk tersebut akan
bergantung pada pengolahanmesin.
Proses : Pada langkah ini data input diubah, dan biasanyadikombinasikan dengan
informasi yang lain untukmenghasilkan data dalam bentuk yang lebih dapat
digunakan.Langkah pengolahan ini biasanya meliputi sederet
operasi pengolahan dasar tertentu.

31
Output : Pada langkah ini hasil-hasil dari pengolahan sebelumnyadikumpulkan. Bentuk
data output tergantung pada penggunaandata tersebut unutk pengolahan
selanjutnya.

2. Metode Pengolahan Data


Pengolahan data system informasi dalam organisasi biasanya terdiri atas metode
teknologis dan manual.
Menurut Buch dan Stater ada dua macam metode pengolahan data yang penting :
a. System manual : Semua operasi dilakukan dengan tangan dan bantuan alat-alat
penting seperti pensil ,kertas dan lain-lain
b. Electro mechanical : suatu gabungan dari orang dan mesin misalnya
seorang pegawai yang bekerja dengan menggunakan catat kolom (posting machine).

3. Fungsi Pengolahan Data


Ada beberapa fungsi dasar dari pengolahan data, diantaranya :
a) Untuk mengambil program dan data berupa masukan (input).
b) Untuk menyimpan program data dan menyediakan suatu pemrosesan.
c) Untuk menjalankan proses aritmatika dan logika pada suatu data yangtersimpan.
d) Untuk menyimpan hasil awal hingga akhir suatu pengolahan.
e) Untuk menampilkan dan mencetak data yang sudah tersimpan.
Dengan demikian maka pengolahan data dapat bermanfaat untuk meminimalkan
kebutuhan dari tenaga manusia. Hal ini tentu dikarenakan pekerjaan yang sudah dapat
dilakukan secara otomatis oleh peralatan dengan bantuan alat seperti computer. Keuntungan
lainnya dalam menggunakan pengolahan data adalah dari kemampuan computer dalam
memproses datayang lebih besar dan akurat serta memiliki kecepatan yang lebih baik dan
dapat dilakukan secara otomatis dan juga serentak.

4. Operasi Pengolahan Data


Prosedur pengolahan data biasanya terdiri dari sejumlah operasi pengolahan dasar
yang dilaksanakan dalam beberapa urutan.
• Pencatatan ( recording),Pencatatan adalah memindahkan data pada beberapa formulir atau
dokumen. Hal ini terjadi tidak hanya selama tahap originasi (pada dokumen sumber) dan tahap
distribusi (pada dokumen laporan) akan tetapi terjadi pada seluruh siklus pengolahan.
Contoh : Seorang Dosen mencatat nilai-nilai mahasiswa pada bukuhariannya. Pada akhir semester ia
mengitung nilai akhir dan mencatatnya pada buku hariannya. Ia menerima lembaran formulir nilai
dari BAAK dan mencatat nilai akhir di formulir tersebut. Bagian BAAK kemudian mencatat nilai-
nilai tersebut pada file induk mahasiswa. Masing-masing nilai di dalam file induk mahasiswa dicatat
pada transkrip yang kemudian dikirimkan kepada mahasiswa yang bersangkutan.
• Duplikasi (duplicating), Operasi ini merupakan penggandaan data pada formulir
atau dokumen. Duplikasi mungkin saja dikerjakan sewaktu data tersebut dicatat secara
manual, atau mungkin saja duplikasi dikerjakan setelahnya dengan menggunakan
suatu mesin.
• Pemeriksaan (verifying), Karena pencatatan biasanya merupakan operasi manual,
maka penting dilakukan pemeriksaan pada data secara teliti, barangkali ada kesalahan-
kesalahan.

32
• Klasifikasi (classification). Operasi ini memisahkan data data ke dalam berbagai
kategori. Klasifikasi biasanya dapat dikerjakan lebih dari satu cara. Sebagai contoh,
sekumpulan daftar pertanyaan mahasiswa dapat diklasifikasikan sesuai dengan jenis
kelamin mahasiswa, atau sesuai tahun masuk mahasiswa.
• Pemisahan (sorting). Mengatur data dalam urutan tertentu. Operasi ini sering terjadi
di dalam kehidupan sehari-hari. Nama-nama di dalam buku telepon disorting menurut
abjad, data pegawai disorting menurut nomor induk pegawai. Sorting data dapat
dilakukan sebelum atau sesudah klasifikasi.
Contoh : Misalkan sebuah file pegawai berisi item data : Nama, No. KTP, No. induk
pegawai, dan lokasi kerja. Jika file sisort sesuai urutan Abjad nama, maka field nama
tersebut disebut sebagai kunci; tapi jika file disort sesuai dengan No. Induk Pegawai
maka no. induk pegawai adalah adalah kuncinya. Pengurutan dapt juga menggunakan
lebih dari satu kunci pengurutan, yaitu dengan kunci pertama, kunci kedua dan
seterusnya . Pengurutan pertama kali berdasarkan kunci pertama apabila ada
kesamaan data maka digunakan kunci kedua dan seterusnya.
• Penggabungan (merging). Operasi ini adalah mencampur dua atau lebih kumpulan
data, semua kumpulan tersebut telah disorting dengan kunci yang sama, dan
meletakkan kumpulan data tersebut bersama-sama menjadi kumpulan data tunggal
yang telah disorting.
• Kalkulasi (calculation). Melakukan perhitungan numeris pada data yang bertipe
numeris. Memeriksa tabel, mencari dan mendapatkan kembali data (table look-up,
searching, retrieving).Operasi ini bermaksud untuk mendapatkan kembali data
tertentu di dalam kumpulan data yang telah tersorting.

5. Langkah-Langkah Pengolahan Data


a) Penyusunan data
Data yang sudah ada perlu dikumpulkan semua agar mudah untuk mengecek
apakah semua data yang dibutuhkan sudah terekap semua. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian. Penyusunan data harus dipilih
data yang ada hubungannya dengan penelitian, dan benar- benar otentik. Adapun
data yang diambil melalui wawancara harus dipisahkan antara pendapat responden
dan pendapat interviwer.

b) Klasifikasi data
Klasifikasi data merupakan usaha menggolongkan, mengelompokkan, dan
memilah data berdasarkan pada klasifikasi tertentu yang telah dibuat dan ditentukan
oleh peneliti. Keuntungan klasifikasi data ini adalah untuk memudahkan pengujian
hipotesis.

c) Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Hipotesis yang akan diuji harus berkaitan dan berhubungan dengan permasalahan
yang akan diajukan. Semua jenis penelitian tidak harus berhipotesis akan tetapi
semua jenis penelitian wajib merumuskan masalahnya, sedangkan penelitian yang
menggunakan hipotesis adalah metode eksperimen. Jenis data akan menentukan
apakah peneliti akan menggunakan teknik kualitatif atau kuantitatif. Data kualitatif
diolah dengan menggunakan teknik statistika baik statistika non parametrik maupun

33
statistika parametrik. Statistika non parametrik tidak menguji parameter populasi
akan tetapi yang diuji adalah distribusi yang menggunakan asumsi bahwa data yang
akan dianalisis tidak terikat dengan adanya distribusi normal atau tidak harus
berdistribusi normal dan data yang banyak digunakan untuk statistika non
parametrik adalah data nominal atau dataordinal.

d) Interpretasi hasil pengolahan data


Tahap ini menerangkan setelah peneliti menyelesaikan analisis datanya dengan
cermat. Kemudian langkah selanjutnya peneliti menginterpretasikan hasil analisis
akhirnya peneliti menarik suatu kesimpulan yang berisikan intisari dari seluruh
rangkaian kegiatan penelitian dan membuat rekomendasinya. Menginterpretasikan
hasil analisis perlu diperhatikan hal-hal antara lain: interpretasi tidak melenceng dari
hasilanalisis, interpretasi harus masih dalam batas kerangka penelitian, dansecara
etis peneliti rela mengemukakan kesulitan dan hambatan-hambatan sewaktu dalam
penelitian.7

7. MENARIK KESIMPULAN/LAPORAN
A. Pengertian menarik kesimpulan
Tahap akhir dari penelitian merupakan menarik kesimpulan. Penulis tidak menggunakan
kata "membuat", melainkan menggunkan kata "menarik". Kata "membuat" mengandung
makna dari belum ada menjadi ada, sedangkan kata "menarik" mengandung makna
memindahkan dari bagian lain yang telah ada. Apa yang disimpulkan sesungguhnya telah ada
pada bagian pembahasan, sedangkan bagian kesimpulan hanya bersifat mempertegas dan
mengambil inti pembahasan berupa hasil analisis data.
Kesimpulan adalah intisari dari hasil penelitian dan pernyataan mengenai hubungan hasil
penelitian dengan hipotesis. Jawaban akhir dalam kesimpulan harus memiliki dasar yang kuat
Dasar yang kuat telah diuraikan dalam pembahasan sehingga kesimpulan juga dapat
dikatakan sebagai intisari dari pembahasan. Tujuan akhir dari proses penelitian adalah
mendapatkan kesimpulan yang tepat sebagai dasar untuk memberikan rekomendasi
(Suliyanto, 2006).
Penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu
ditolak atau diterima. Jika dalam proses pengujian terdapat bukti yang cukup untuk
mendukung hipotesis, maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya jika dalam proses pengujian
tidak terdapat bukti yang cukup mendukung hipotesis. maka hipotesis itu ditolak. Penarikan
kesimpulan harus didasarkan atas data. bukan atas angan-angan atau keinginan peneliti. Salah
besar apabila kelompok peneliti membuat kesimpulan yang bertujuan menyenangkan hati
pemesan. dengan cara manipulasi data.
Pada dasarnya penarikan kesimpulan memiliki hubungan dengan problematik, dan
hipotesis. Di dalam kegiatan peneliti muncul perumusan problematik. Di dalam problematik
ini peneliti mengajukan pertanyaan terhadap dirinya tentang hal-hal yang akan dicari
jawabnya melalui kegiatan penelitian. Sehubungan dengan pertanyaan inilah maka peneliti
mencoba mencari jawaban sementara yang disebut hipotesis, sedangkan kesimpulan yang
ditarik berdasarkan data yang telah dikumpulkan, adalah merupakan jawaban, benar-benar
jawaban yang dicari, walaupun tidak selalu menyenangkan hatinya (Arikunto, 2002).

7
https://www.scribd.com/embeds/370334570/content?start_page=1&view_mode=sgulung&access_key=key-
fFexxf7MbzEfWu3HKwf

34
Penarikan kesimpulan sangat berguna dalam merangkum hasil akhir suatu penelitian,
selain sebagai landasan rumusan pengambilan keputusan bagi pihak peneliti juga digunakan
sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya.
Problematik rumus masalah

Hipotesis Kesimpulan

B. Cara menarik kesimpulan


Langkah-langkah dalam menarik kesimpulan adalah sebagai berikut :

Langkah-langkah tersebut harus dilakukan secara urut dan benar, karena langkah yang
satu merupakan dasar bagi langkah berikutnya. Langkah-langkah yang telah disebutkan diatas

35
harus digunakan sebagai landasan utama dalam penelitian, walau terkadang terjadi berbagai
variasi yang berkembang sesuai dengan bidang dan permasalahan yang diteliti (Arikunto,
2002).
Setelah melalui beberapa langkah-langkah yang harus di patuhi, maka tahap selanjutnya
adalah penarikan kesimpulan. Adapun di dalam penarikan kesimpulan ini harus mencangkup
unsur-unsur yang harus dipenuhi. Unsur yang termasuk di dalam penarikan kesimpulan,
yaitu:
a. isi dalam kesimpulan harus berupa analisis dari kajian pustaka dan juga interpretasi dari
tema yang mana bentukanya dapat berupa implikasi (kesimpulan berdasar data) dan
dapat juga berupa inferensi (kesimpulan berdasar referensi),
b. isi dalam kesimpulan sebaiknya mengandung saran-saran yang ditujukan kepada
pembaca.
c. kesimpulan makalah sebaiknya dibuat dengan menggambarkan secara singkat isi dari
karva ilmiah yang telah dijelaskan sebelumnya, dan
d. dalam membuat kesimpulan karya tulis ilmiah. hindari menyimpulkan materi yang tidak
dibahas dalam pembahasan makalah.
Penyusunan bab tentang kesimpulan ditujukan untuk memberi ringkasan tentang :
a. apa yang telah dipelajari (biasanya di bagian awal kesimpulan)
b. apa saja yang masih harus dipelajari (arah penelitian berikutnya)
c. hasil yang diperoleh dalam penelitian (evaluasi)
d. manfaat, kelebihan, dan aplikasi temizin penelitian (evaluasi)
e. Rekomendasi
Aspek negatif dari penelitian kita seharusnya tidak diabaikan. Masalah, kelemahan, dan
lain-lain sejenisnya dapat dimasukkan ke dalam bagian kesimpulan sebagai suatu cara untuk
mengkualifikasikan kesimpulan yang kamu buat (memperlihatkan aspek-aspek negatif,
bahkan seandainya hal tersebut lebih bermakna dibandingkan dengan aspek-aspek
positifnya).

C. Ciri-ciri kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan intisari dari bagian terpenting yang dihasilkan oleh
peneliti melalui kegiatan penelitiannya. Menurut Suliyanto (2006), meyatakan ada beberapa
pedoman yang dapat dijadikan ciri dalam menarik kesimpulan adalah sebagai berikut:
a. kesimpulan harus jawaban dari hipotesis,
b. kesimpulan dibuat secara jelas dan tegas,
c. kesimpulan diyatakan secara singkat dan padat,
d. kesimpulan didasarkan pada data,
e. hindarkan angka statistik dalam kesimpulan, dan
f. hindarkan kesimpulan yang bersifat pesanan.8

8
https://www.scribd.com/embeds/296215959/content?start_page=1&view_mode=sgulung&access_key=key-
fFexxf7MbzEfWu3HKwf

36
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Secara garis besar penelitian terdiri dari pembuatan rancangan, pelaksanaan penelitian
(observasi) dan pembuatan laporan penelitian. Namun secara terperinci maka langkah-
langkah penelitian terdiri dari : Identifikasi Permasalahan, Menyusun Landasan Teori dan
Merumuskan hipotesis, Menentukan variable penelitian, Instrumen penelitian, Menentukan
subjek penelitian, Mengumpulkan/mengolah data, Menarik kesimpulan/laporan.

DAFTAR PUSTAKA
• https://www.scribd.com/document/360409393/IDENTIFIKASI-MASALAH
• https://www.academia.edu/12269813/Melakukan_Kajian_Teoritis_dan_Merumuskan
_Hipotesis
• https://www.academia.edu/75873464/Kelompok_3_Variabel_Penelitian
• https://www.scribd.com/embeds/549309990/content?start_page=1&view_mode=sgul
ung&access_key=key-fFexxf7MbzEfWu3HKwf
• https://nurhibatullah.blogspot.com/2014/05/makalah-tentang-instrumen-
penelitian.html
• https://rizaalfarid.blogspot.com/2017/05/makalah-objek-subjek-penelitian.html
• https://www.scribd.com/embeds/370334570/content?start_page=1&view_mode=sgul
ung&access_key=key-fFexxf7MbzEfWu3HKwf
• https://www.scribd.com/embeds/296215959/content?start_page=1&view_mode=sgul
ung&access_key=key-fFexxf7MbzEfWu3HKwf

37

Anda mungkin juga menyukai