Living Qur'an Kel 3 (1) '

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Living Qur’an Hanafi, S.Th.I., M.A

KITAB FADHÂ’IL AL-QUR’ÂN KARYA IBN KATSÎR


Oleh:
Ainun Thayyibah (220103020143)
Liya Azizah (220103020093)
Muhammad Hafi Zaki (220103020192)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
BANJARMASIN
2024
PENDAHULUAN

Al-Qur’an, sebagai kitab suci umat Islam, tidak hanya berfungsi sebagai
panduan spiritual, tetapi juga sebagai sumber ilmu yang tak ternilai. Sebagai sumber
utama ajaran Islam, Al-Qur’an menjadi pedoman hidup bagi umat Muslim dalam
berbagai aspek kehidupan, baik spiritual, sosial, maupun hukum. Oleh karena itu,
mempelajari dan memahami Al-Qur’an adalah kewajiban setiap Muslim, dan salah
satu bentuk usaha dalam memahami kedalaman makna Al-Qur’an adalah dengan
mengkaji karya-karya ulama terdahulu yang secara khusus membahas keutamaan dan
keagungan kitab suci ini.
Salah satu ulama besar yang berkontribusi dalam menjelaskan keutamaan Al-
Qur’an adalah Imam Ibn Kathir (701–774 H). Ibnu Katsir, sebagai salah seorang
ulama besar dalam sejarah Islam, telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam
bidang tafsir dan hadis. Karyanya yang berjudul Fadha’il Al-Qur’an merupakan
sebuah risalah yang mengulas tentang keutamaan Al-Qur’an, keistimewaan
membacanya, serta pahala yang didapat dari menghafal dan mengamalkannya. Kitab
ini menjadi rujukan penting bagi para ulama dan pembelajar agama dalam memahami
nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam Al-Qur’an. Melalui kitab ini, Ibnu Katsir
tidak hanya menyusun kumpulan hadis tentang keutamaan Al-Qur’an, tetapi juga
memberikan penafsiran dan analisis yang mendalam terhadap setiap hadis.

1
PEMBAHASAN

A. Biografi Ibnu Katsir


Ibnu Katsir memiliki nama lengkap ‘Imamuddin Abu al-Fida’ Isma’il
bin ‘Umar bin Katsir al-Quraisyi al-Bushrawi ad-Damasyqi. Beliau lahir pada
tahun 701 H, di sebuah desa kecil sebelah selatan Bushra, Wilayah
pemerintahan Damaskus. Beliau dikenal seorang ahli fiqh, sejarawan, dan
mufassir. Ibnu Katsir wafat pada tahun 774 H, dan dimakamkan di komplek
pemakaman sufi bersebelahan dengan gurunya, Ibn Taimiyah. 1 Ayah Ibnu
Katsir meninggal ketika beliau berumur 4 tahun, Ibnu Katsir dibesarkan dan
diajari oleh saudaranya Shaikh Abdul Wahhab sampai beliau pindah ke
Damaskus 706 H tepat ketika berumur 5 tahun. 2 Ketika pindah ke Damaskus,
Ibnu Katsir menjadi lebih serius dan intens dalam mencari ilmu di bawah
pembinaan dan pendidikan ulama terkemuka pada masanya.3
Ibn Katsir belajar Fiqh (hukum Islam) dengan beberapa ulama,
termasuk Burhan Ad-Din, Ibrahim bin 'Abdur-Rahman Al-Fizari (dikenal
sebagai Ibn Al-Firkah, wafat tahun 729 H). Beliau juga mendengar Hadits dari
beberapa ulama lain seperti Isa bin Al-Mut’im, Ahmad bin Abi Talib (Ibn
Ash-Shahnah, wafat 730 H), Ibn Al-Hajjar (wafat 730 H), dan beberapa ulama
dari Syam (Syria dan sekitarnya). Di antara guru-gurunya yang terkenal
adalah Bahā Ad-Din Al-Qāsim bin Muzaffar bin 'Asākir (wafat 723 H), serta
Ibn Ash-Shirāzi dan Ishāq bin Yahyā Al-Mamudi.4
Banyak gelar yang dinisbatkan kepada Ibnu Katsir, di antaranya
muhaddits, ahli fiqh, mufassir dan kritikus hadis.5 Ulama sejarawan terkenal,

1
Ahmad Husnul Hakim Imzi, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir: Kumpulan Kitab-Kitab Tafsir
Dari Masa Klasik Sampai Masa Kontemporer (Depok: Ligkar Studi al-Qur’an (eLSiQ), 2019), 141.
2
Ibn Kathir, Tafsir Ibn Kathir (Abridged), 2nd ed., vol. 1 (Darussalam, 2003), 21.
3
Hasan Bisri, Model Penafsiran Hukum Ibnu Katsir (Bandung: LP2M UIN SGD Bandung,
2020), 20.
4
Kathir, Tafsir Ibn Kathir (Abridged), 1:121.
5
Imzi, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir: Kumpulan Kitab-Kitab Tafsir Dari Masa Klasik
Sampai Masa Kontemporer, 141.

2
Abu Al-Mahāsin, Jamāl Ad-Din Yusuf bin Sayf Ad-Din, dalam kitabnya Al-
Manhal As-Sāfi, mengatakan bahwa Ibn Kathir adalah seorang syekh, imam,
dan ahli ilmu besar yang mengumpulkan banyak pengetahuan serta menulis
banyak buku. Ia ahli dalam Fiqh, Tafsir, dan Hadits. Ibn Kathir juga memiliki
pengetahuan yang mendalam dalam bahasa Arab dan memberikan fatwa serta
mengajar sampai akhir hayatnya.6
B. Latar Belakang Penulisan
Dalam salinan lain yang ditulis oleh seorang ulama Hanbali yang
bernama Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin al-Muhibb, wafat pada tahun
776 H di bulan Rabiul Akhir seperti yang disebutkan dalam ad-Durar al-
Kaminah (1/244/No. 631), Ibn al-Muhibb menulis salinan ini semasa hidup
pengarangnya. Ia membuat beberapa catatan dengan tangannya sendiri, dan
naskah ini sangat akurat dan teliti. Ibn Katsir berkata: “Imam Bukhari
rahimahullah menyebutkan kitab Fadhailul Qur’an setelah kitab tafsir, karena
tafsir lebih penting, oleh sebab itu ia memulai dengan tafsir, dan kami
mendahulukan keutamaan-keutamaan Al-Qur'an sebelum tafsir. Kami
menyebutkan keutamaan setiap surah sebelum menafsirkannya agar itu
menjadi dorongan untuk menghafal Al-Qur'an, memahaminya, dan
mengamalkan isinya. Dan hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.”7
Ibnu Katsir menulis buku ini sebelum kitab Tafsir Al-Qur’an Al-
Azhim.8 Kitab ini ditulis sebagai salah satu upaya Ibn Katsir untuk menyoroti
keutamaan Al-Qur’an, baik dari segi wahyu, keutamaannya sebagai kitab suci,
maupun manfaat bagi umat Islam yang mempelajarinya. Dalam tradisi Islam,
keutamaan-keutamaan Al-Qur’an kerap diulas oleh para ulama untuk
menginspirasi umat agar semakin dekat dengan kitab Allah ini. Ibn Katsir,

6
Kathir, Tafsir Ibn Kathir (Abridged), 1:122.
7
Ibn Katsir, Fadha’il Al-Qur’an (Kairo: Maktabah ibn Taimiyah, 1416), 3–4.
8
Khairul Hidayat, “Kisah Nabi Musa Di Kota Madyan Dalam Q.S. Al-Qashash Ayat 23-28,
Menurut Tafsir Ibnu Katsir (Studi Tentang Kisah Nabi Musa Dan Ibrah Di Dalamnya)” (Skripsi,
Universitas Antasari Banjarmasin, 2023), 28, https://idr.uin-antasari.ac.id/25936/.

3
yang juga ahli dalam ilmu hadis, mengumpulkan riwayat-riwayat yang
membahas fadilah Al-Qur'an dalam kitab ini.

C. Sistematika penulisan
Kitab Fadhail Al-Qur'an (Keutamaan Al-Qur'an) karya Imam al-
Tahrir, seorang ulama besar dari Salaf yang terkenal, yakni Imaduddin Abu
al-Fida' yang dikenal sebagai Ibn Katsir. Dalam kitab ini, beliau mengikuti
metode Imam Bukhari. Ia menyebutkan matan (teks) hadits dan
meriwayatkannya, serta memberikan sedikit komentar. Kemudian, ia
menambahkan bab kompilasi hadits-hadits pilihan dan menyertakan kitab ini
di akhir tafsirnya pada awalnya, kemudian ia menempatkannya di awal tafsir.
Setelah kitab tafsir Al-Qur’an Al-Azim barulah Ibnu Katsir menulis kitab
Fadha’il Al-Qur’an9 Hal ini dikarenakan beliau lakukan untuk memotivasi
orang-orang untuk menghafalkan Al-Qur’an, memahami, dan juga
mengamalkan isi kandungannya.

Kitab Fadha’il al-Qur’an karya Ibn Katsîr merupakan salah satu karya
penting dalam literatur Islam yang membahas tentang keutamaan dan
keistimewaan Al-Qur'an. Sistematikanya mencerminkan pendekatan
metodologis yang khas dalam penulisan tafsir dan kajian keagamaan. Ibn
Katsîr menyusun kitab ini dengan mengikuti urutan surat-surat dalam Al-
Qur'an, dimulai dari surat Al-Fatihah hingga surat Al-Nas. Ini mencerminkan
sistematika klasik yang umum digunakan oleh para mufassir sebelumnya.

a. Metode Penafsiran

Metode yang digunakan oleh Ibn Katsîr dalam Fadha’il al-Qur’ân


adalah metode tahlili, di mana ia menjelaskan setiap ayat secara mendetail. 10

9
Ibnu Katsir, Keajaiban & Keistimewaan Al-Qur’an, ter.Ahmad Hapid, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2012), 3.
10
Ali Hasan Al-Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1994),
42.

4
Ia mengedepankan penafsiran Al-Qur'an dengan Al-Qur'an itu sendiri,
kemudian merujuk kepada hadis Nabi dan pendapat para sahabat serta tabi’in
jika diperlukan.

b. Tahapan Penulisan

Penulisan kitab ini dapat dibagi menjadi beberapa tahapan:11


- Penyebutan Ayat: Memulai dengan menyebutkan ayat yang akan ditafsirkan.
- Penjelasan: Mengemukakan penjelasan tentang makna ayat tersebut.
- Hadis dan Riwayat: Menyertakan hadis atau riwayat yang relevan untuk
mendukung penafsiran yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Kitab ini tidak hanya membahas keutamaan Al-Qur'an tetapi juga
mengaitkannya dengan konteks sejarah dan sosial. Ibn Katsîr berusaha
menunjukkan bagaimana Al-Qur'an berfungsi sebagai pedoman hidup bagi
umat Islam, serta menyoroti nilai-nilai moral dan spiritual yang terkandung di
dalamnya. Salah satu keunikan dari Fadha’il al-Qur’an adalah cara Ibn Katsîr
mengelompokkan ayat-ayat berdasarkan tema-tema tertentu, bukan hanya
sekadar penafsiran per ayat. Ini memberikan pemahaman yang lebih holistik
terhadap teks-teks suci dan bagaimana mereka saling berhubungan.
Sistematika penulisan Fadhâ’il al-Qur’ân oleh Ibn Katsîr menunjukkan
pendekatan yang terstruktur dan metodologis dalam memahami Al-Qur'an.
Dengan memanfaatkan berbagai sumber, termasuk hadis dan pendapat para
sahabat, Ibn Katsîr berhasil menyajikan sebuah karya yang tidak hanya
informatif tetapi juga mendidik bagi pembaca mengenai keutamaan kitab suci
tersebut.

D. Beberapa Contoh penerapan dari kitab fadha’il Al-Qur’an.

11
Rahmat Ibnuansyah, Kisah Ashhab al-Kahfi dalam al-Qur’an (Studi Komparatif antara
tafsir Ibnu Katsir dengan Tafsir al-Maraghi), (Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Raden Intan
Lampung. Lampung, 2017), 49.

5
Dalam menerangkan keutamaan-keutamaan tentang al-Qur’an, sebagaimana
yang disebutkan sebelumnya, Ibnu Katsir yang juga seorang ahli hadis
mengumpulkan riwayat-riwayat yang membahas fadilah Al-Qur'an. Disini akan
coba diterangkan mengenai beberapa penerapan dari kitab beliau mengenai
keutamaan-keutamaan al-Qur’an. Beberapa keutamaan tersebut diantaranya
membaca al-Qur’an dengan Tartil, memanjangkan bacaan dan pengulangan
(murajaah).
a. Membaca Al-Qur’an dengan Tartil
Allah Subhanahu Wa Ta’la berfirman sebagai berikut.

)4 :73/‫( المّز ّمل‬ ٤ .‫َوَر ِّتِل اْلُقْر ٰاَن َتْر ِتْيًل‬


Artinya: Bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. (QS. Al-
Muzzammil/73:4)
Dalam ayat yang lain diterangkan pula sebagai berikut.

( ١٠٦ . ‫َوُقْر ٰاًنا َفَر ْقٰنُه ِلَتْقَر َاُه َعَلى الَّناِس َعٰلى ُمْكٍث َّوَنَّز ْلٰن ُه َتْن ِزْياًل‬
)106 :17/‫االسر ۤاء‬
Artinya: Al-Qur’an Kami turunkan berangsur-angsur agar engkau
(Nabi Muhammad) membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan
dan menurunkannya secara bertahap. (QS. Al-Isra/17:106).
Beliau menerangkan bahwa dimakruhkan bagi seseorang untuk mengatakan
"ayat ini seperti sya'ir ini." Juga beliau tambahkan dari Ibnu Abbas
mengatakan bahwa kata faraqnaa berarti telah Kami jelaskan bukan sekedar
hanya diturunkan saja. Lalu beliau menerangkan beberapa hadis sebagai
berikut.

‫َح َّدَثَنا ُمَح َّم ُد ْبُن اْلُمَثَّنى َواْبُن َبَّش اٍر َق اَل اْبُن اْلُمَثَّنى َح َّدَثَنا‬
‫ُمَح َّمُد ْبُن َجْعَفٍر َحَّدَثَنا ُش ْعَبُة َعْن َعْمِرو ْبِن ُمَّر َة َأَّنُه َس ِمَع َأَب ا‬
‫ْأ‬ ‫َأ‬
‫َواِئٍل ُيَحِّدُث َّن َر ُج اًل َج اَء ِإَلى اْبِن َمْس ُعوٍد َفَق اَل ِإِّني َق َر ُت‬

6
‫اْلُمَفَّص َل الَّلْيَل َة ُكَّل ُه ِفي َر ْكَع ٍة َفَق اَل َعْب ُد الَّل ِه َه ًّذا َكَه ِّذ‬
‫الِّش ْعِرَفَقاَل َعْبُد الَّلِه َلَقْد َعَر ْفُت الَّنَظ اِئَر اَّلِتي َك اَن َر ُس وُل‬

‫الَّلِه َصَّلى الَّلُه َعَلْيِه َوَس َّلَم َيْقُر ُن َبْيَنُهَّن َق اَل َف َذَكَر ِع ْش ِريَن‬
.‫ُس وَر ًة ِمْن اْلُمَفَّصِل ُس وَر َتْيِن ُس وَر َتْيِن ِفي ُكِّل َر ْكَعٍة‬
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al
Mutsanna dan Ibnu Basysyar -Ibnul Mutsanna- berkata: telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Ja'far Telah menceritakan kepada kami Syu'bah
dari Amru bin Murrah bahwa ia mendengar Abu wa`il menceritakan: bahwa
seorang laki-laki menemui Ibnu Mas'ud seraya berkata: "Tadi malam saya
membaca Al Mufashshal (surat-surat yang berada di antara surat Qaaf -atau
Hujurat- hingga akhir mushhaf) seluruhnya dalam satu raka'at." Maka
Abdullah pun berkata: "Cepatnya beliau membaca adalah seperti pembacaan
sya'ir yang jauh dari ketergesa-gesaan." Abdullah berkata: "Saya telah
mengetahui An Nazha`ir (surat-surat yang hampir sama baik panjangnya
atau pun maknanya), yang mana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
membacanya." Lalu ia pun menyebutkan dua puluh surat dari Al Mufashshal.
Yakni dua surat dua surat pada setiap raka'atnya. (HR. Muslim: 1.361).12

‫ َعْن‬،‫ َح َّدَثَنا اْبُن َلِهيَع َة‬: ‫ َق اَل‬،‫ َحَّدَثَنا ُقَتْيَبُة ْبُن َس ِعيٍد‬- ٢٤٦٠٩
، ‫ َعْن ُمْس ِلِم ْبِن ِمْخ َر اٍق‬،‫ َعْن ِزَياِد ْبِن ُنَعْيٍم‬،‫اْلَح اِرِث ْبِن َيِزيَد‬
‫ ُذِك َر َلَه ا َأَّن َناًس ا َيْق َر ُءوَن اْلُق ْر آَن ِفي‬: ‫ َق اَل‬،‫َعْن َعاِئَش َة‬
،‫ َوَلْم َيْق َر ُءوا‬،‫ " ُأوَلِئَك َق َر ُءوا‬: ‫ َفَقاَلْت‬، ‫ َأْو َمَّر َتْيِن‬،‫الَّلْيَلِة َمَّر ًة‬
‫ُكْنُت َأُق وُم َم َع َر ُس وِل اللِه َص َّلى اللُه َعَلْي ِه َوَس َّلَم َلْيَل َة‬
،‫ َوالِّنَس اِء‬، ‫ َوآِل ِع ْمَر اَن‬،‫) اْلَبَقَر ِة‬١( ‫ َفَكاَن َيْقَر ُأ ُس وَر َة‬،‫الَّتَماِم‬

12
Muslim Ibn Hajjaj, Shahih Muslim. Kitab Shalat Para Musafir Dan Keringanannya (49)
Bab Tentang Membaca Al-Qur’an Dan Menghindari Pembicaraan Yang Sia-Sia, Yaitu Tergesa-Gesa
Dan Dibolehkannya Dua Surah Atau Lebih Dalam Satu Rakaat. (Kairo: Issa Al-Babi Al-Halabi,
1374), 565.

7
‫ َواَل‬،‫ ِإاَّل َدَعا اللَه َعَّز َوَج َّل َواْس َتَعاَذ‬، ‫َفاَل َيُمُّر ِبآَيٍة ِفيَها َتَخ ُّوٌف‬
." ‫ ِإاَّل َدَعا اللَه َعَّز َوَج َّل َوَر ِغ َب ِإَلْيِه‬، ‫َيُمُّر ِبآَيٍة ِفيَها اْس ِتْبَش اٌر‬
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, dia
berkata: telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Al-Harits bin
Yazid, dari Ziyad bin Nuaim, dari Muslim bin Mikhraq, dari Aisyah berkata:
"Pernah diceritakan kepadanya (Aisyah) bahwa ada orang-orang yang
membaca (menghatamkan) Al Quran dalam satu malam satu kali atau dua
kali." (Aisyah) bertanya: "Mereka itu membaca namun pada hakekatnya tidak
membaca. Saya pernah bangun malam bersama Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam secara penuh, beliau membaca surat Al-Baqarah, Ali-
Imran, dan An-Nisa`, dan beliau tidak melewatkan satu ayat yang di
dalamnya ada (ayat) yang menakutkan melainkan beliau berdoa kepada
Allah Azza Wa Jalla, dan memohon perlindungan kepada Allah. Beliau juga
tidak melewatkan satu ayat yang di dalamnya ada ayat tentang berita
gembira melainkan beliau berdoa kepada Allah Azza Wa Jalla, dan berharap
mendapatkannya." (HR. Ahmad: 24.609).13

‫َحَّدَثَنا َعْبُد الَّر ْح َمِن َعْن ُس ْفَياَن َعْن َعاِص ٍم َعْن ِزٍّر َعْن َعْب ِد‬
‫الَّلِه ْبِن َعْمٍروَعْن الَّنِبِّي َص َّلى الَّل ُه َعَلْي ِه َوَس َّلَم َق اَل ُيَق اُل‬
‫ِلَصاِح ِب اْلُقْر آِن اْقَر ْأ َواْر َق َوَر ِّتْل َكَم ا ُكْنَت ُتَر ِّت ُل ِفي الُّدْنَيا‬
.‫َفِإَّن َمْنِزَلَتَك ِع ْنَد آِخ ِر آَيٍة َتْقَر ُؤَها‬
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman dari Sufyan
dari 'Ashim dari Zirr dari Abdullah bin 'Amru, dari Nabi Shallallahu 'alaihi
wa Salam, bahwa beliau bersabda: "Akan dikatakan kepada ahli Qur'an:
bacalah dan naiklah serta bacalah dengan tartil sebagaimana engkau

13
Imam Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Imam Ahmad Bin Hanbal, Pertama. (Beirut: Yayasan
Al-Risalah, 1421), 155.

8
membacanya dengan tartil sewaktu di dunia karena sesungguhnya
kedudukanmu ada pada akhir ayat yang kau baca." (HR. Ahmad: 6.799).14
b. Memanjangkan Bacaan

‫ َحَّدَثَنا‬:‫ َحَّدَثَنا َج ِريُر ْبُن َح اِزٍم اَأْلْزِدُّي‬: ‫َحَّدَثَنا ُمْس ِلُم ْبُن ِإْبَر اِهيَم‬
‫َأ َأ‬
‫َس ْلُت َنَس ْبَن َماِلٍك َعْن ِقَر اَءِة الَّنِبِّي َصَّلى الَّل ُه‬: ‫َقَتاَدُة َقاَل‬
.‫ َكاَن َيُمُّد َمًّدا‬: ‫َعَلْيِه َوَس َّلَم َفَقاَل‬
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrahim Telah
menceritakan kepada kami Jarir bin Hazim Al Azdi Telah menceritakan
kepada kami Qatadah ia berkata: Aku pernah bertanya kepada Anas bin
Malik mengenai bacaan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka ia pun
menjawab: "Bacaan beliau adalah memanjangkan sehingga bisa
dibaca."(HR. Bukhari: 5.045).15
‫ ُس ِئَل‬: ‫ َعْن َقَت اَدَة َق اَل‬، ‫ َحَّدَثَنا َهَّم اٌم‬،‫حدثنا َعْمُر و ْبُن َعاِصٍم‬
‫َأ‬
‫َنٌس َكْي َف َك اَنْت ِق َر اَءُة الَّنِبِّي َص َّلى الَّل ُه َعَلْي ِه‬
‫َّل‬ ‫َأ‬ ‫َّل‬
‫ ﴿ِبْس ِم ال ِه الَّر ْح َمِن‬: ‫ ُثَّم َق َر‬،‫ َك اَنْت َم ًّدا‬: ‫َوَس َم ؟ َفَق اَل‬
.‫ َوَيُمُّد ِبالَّر ِح يِم‬، ‫ َوَيُمُّد ِبالَّر ْح َمِن‬،‫) َيُمُّد ِبِباْس ِم الَّلِه‬١( ﴾‫الَّر ِح يِم‬
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Amru bin 'Ashim Telah
menceritakan kepada kami Hammam dari Qatadah ia berkata: Anas pernah
ditanya: "Bagaimanakah bacaan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam?" Ia pun
menjawab: "Bacaan beliau adalah panjang." Lalu ia pun membaca:
(bismillahirrahmanirrahim). Anas menjelaskan: "Beliau memanjangkan
bacaan 'Bismillaah' dan juga memanjangkan bacaan 'Arrahmaan' serta
bacaan 'Arrahiim.'". (HR. Bukhari: 4759).16
14
Ibn Hanbal, Musnad Imam Ahmad Bin Hanbal, 404.
15
Muhammad Ibn Ismail, Shahih Bukhari, Kitab Tentang Keutamaan Al-Qur’an, Bab
Tentang Memperluas Bacaan, Kedua. (Mesir: Al-Sultaniyah, Grand Emiri Press, 1422), 195.
16
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari. Kitab Keutamaan
Al-Qur’an 29 - Bab: Memperluas Bacaan (Damaskus: Dar Ibnu Katheer, Dar Al Yamamah, 1414),

9
c. Pengulangan (Murajaah)
Beliau menerangkan bahwa terkait pengulangan di sini adalah
pengulangan dalam suara, sebagaimana juga disebutkan di dalam Shahih al-
Bukhari "Seakan-akan hal itu akibat dari gerakan binatang tunggangan yang
dinaiki, sehingga menunjukkan diperbolehkannya membaca al-Qur-an di
atasnya meskipun dapat berakibat pada hal tersebut. Dan hal itu tidak
termasuk dalam bab tambahan huruf, tetapi dimaafkan karena adanya suatu
kepentingan, sebagaimana diperbolehkannya shalat di atas binatang
tunggangan ke arah mana saja binatang itu mengarah, meski ada kemungkinan
untuk menangguhkan hal tersebut dan shalat dengan menghadap kiblat".17

1925.
17
Abdullah Ibn Muhammad, Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir JIlid 8, 1st ed. (Kairo: Mu-
assasah Daar al-Hilal, 1414), 626–628.

10
PENUTUP

Sebagai kitab suci umat Islam, Al-Qur’an memiliki peran yang sangat penting
dalam kehidupan seorang muslim dikarenakan begitu banyak pengetahuan maupun
hikmah-hikmah yang ada di dalamnya. Seperti seorang mufasir terkenal sekaligus
berbagai ahli di bidang ilmu lainnya, yakni Ibnu katsir telah berperan penting
terhadap keilmuan. Beliau mempunyai karya-karya besar bahkan Sebagian besar
ulama lainnya juga mengikuti maupun mempelajari karya-karya beliau. Salah satu
karya beliau yakni Fadha’il Al-Qur’an yang berisikan keutamaan al-Qur’an,
keitimewaan membacanya, pahala yang didapat dari menghafal dan
mengamalkannya. Kitab ini menjadi rujukan penting bagi para ulama dan pembelajar
agama dalam memahami nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam Al-Qur’an.
Diantara keutamaannya yakni membaca Al-Qur’an dengan tartil, memanjangkan
bacaan Al-Qur’an dan Murajaah sebagai bagian penerapan yang dianjurkan dalam
kitab beliau.
Secara keseluruhan, Fadha’il Al-Qur’an bukan hanya menjadi rujukan
penting bagi pembelajaran agama, tetapi juga menginspirasi umat Islam untuk
berusaha lebih mendalami, menghafal, dan mengamalkan isi Al-Qur’an dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui pengkajian yang cermat dan penggunaan hadis
sebagai referensi, Ibn Kathir berhasil menyajikan sebuah karya yang informatif dan
mendidik, serta menegaskan kembali posisi Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi
umat Muslim.

11
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail. Shahih Al-Bukhari. Kitab
Keutamaan Al-Qur’an 29 - Bab: Memperluas Bacaan. Damaskus: Dar Ibnu
Katheer, Dar Al Yamamah, 1414.

Bisri, Hasan. Model Penafsiran Hukum Ibnu Katsir. Bandung: LP2M UIN SGD
Bandung, 2020.

Hidayat, Khairul. “Kisah Nabi Musa Di Kota Madyan Dalam Q.S. Al-Qashash Ayat
23-28, Menurut Tafsir Ibnu Katsir (Studi Tentang Kisah Nabi Musa Dan Ibrah
Di Dalamnya).” Skripsi, Universitas Antasari Banjarmasin, 2023.
https://idr.uin-antasari.ac.id/25936/.

Ibn Hajjaj, Muslim. Shahih Muslim. Kitab Shalat Para Musafir Dan Keringanannya
(49) Bab Tentang Membaca Al-Qur’an Dan Menghindari Pembicaraan Yang
Sia-Sia, Yaitu Tergesa-Gesa Dan Dibolehkannya Dua Surah Atau Lebih
Dalam Satu Rakaat. Kairo: Issa Al-Babi Al-Halabi, 1374.

Ibn Hanbal, Imam Ahmad. Musnad Imam Ahmad Bin Hanbal. Pertama. Beirut:
Yayasan Al-Risalah, 1421.

Ibn Ismail, Muhammad. Shahih Bukhari, Kitab Tentang Keutamaan Al-Qur’an, Bab
Tentang Memperluas Bacaan. Kedua. Mesir: Al-Sultaniyah, Grand Emiri
Press, 1422.

Ibn Muhammad, Abdullah. Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir JIlid 8. 1st ed. Kairo:
Mu-assasah Daar al-Hilal, 1414.

Imzi, Ahmad Husnul Hakim. Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir: Kumpulan Kitab-Kitab


Tafsir Dari Masa Klasik Sampai Masa Kontemporer. Depok: Ligkar Studi al-
Qur’an (eLSiQ), 2019.

Kathir, Ibn. Tafsir Ibn Kathir (Abridged). 2nd ed. Vol. 1. Darussalam, 2003.

Katsir, Ibn. Fadha’il Al-Qur’an. Kairo: Maktabah ibn Taimiyah, 1416.

12

Anda mungkin juga menyukai