HD PDF
HD PDF
HD PDF
LILIS WAHYUNI
NIM : 153110254
LILIS WAHYUNI
NIM : 153110254
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat
dan karuniaNya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Chronic Kidney Disease yang
Menjalani Hemodialisis di Ruangan Penyakit Dalam RSUP Dr M. Djamil
Padang tahun 2018”.
i
Poltekkes Kemenkes Padang
Karya Tulis Ilmiah ini masih masih sangat jauh dari kesempurnaan.
Peneliti mengharapkan tanggapan, kritikan dan saran yang membangun dari
semua pihak untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu.
Peneliti
ii
Poltekkes Kemenkes Padang
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Tulis Ilmiah ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber yang
NIM : 153110254
Materai
6000
Tanda Tangan :
iii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan
No Pendidikan Tahun Ajaran
1 SDN 03 Pelangai Gadang 2003-2009
2 SMP N 1 Ranah Pesisir 2009-2012
3 SMA N 1 Ranah Pesisir 2012-2015
4 Prodi Keperawatan Padang, Jurusan 2015-2018
Keperawatan, Poltekkes Kemenkes RI Padang
iv
Poltekkes Kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
ABSTRAK
Menurut World Health Organization (2012), secara global lebih dari 500 juta
orang mengalami Chronic Kidney Desease. Sekitar 1,5 juta orang harus
menjalani hidup bergantung pada hemodialisis. Angka ini terus meningkat dari
tahun ke tahun. Penderita penyakit Chronic Kidney Desease di Ruangan Penyakit
Dalam RSUP Dr M. Djamil Padang setiap tahunnya mengalami peningkatan dan
dalam 3 bulan terakhir (September-November 2018) yaitu 414 kasus. Tujuan
penelitian untuk mendiskripsikan atau menggambarkan bagaimana penerapan
asuhan keperawatan pada Tn.M dan Ny.U dengan Chronic Kidney Desease yang
menjalani Hemodialisis di Ruangan Penyakit Dalam RSUP Dr M.Djamil Padang
Tahun 2018. Metode penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus.
Penelitian dilakukan pada dua orang pasien di Ruang Rawat Inap Penyakit dalam
RSUP Dr M.Djamil Padang.Waktu penelitian dilakukan bulan Oktober 2017-Juni
2018. Waktu untuk studi kasus selama 6 hari yaitu tanggal 12-18 Februari 2018.
Pada partisipan 1 tanggal 12-16 Februari 2018 sedangkan pada partisipan 2
tanggal 13-18 Fabruari 2018. Masalah yang ditemukan pada kedua partisipan
adalah kelebihan volume cairan, ketidakefektifan pola nafas, ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.
Melalui pimpinan Rumah Sakit disarankan bagi perawat ruangan dapat
meningkatkan asuhan keperawatan secara biopsikososial pada pasien dengan
Chronic Kidney Disease yang menjalani Hemodialisis.
vii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR ISI
viii
Poltekkes Kemenkes Padang
C. Populasi danSampel ....................................................................................37
1. Populasi .................................................................................................. 37
2. Sampel .................................................................................................... 37
D. Metode pengumpulan data ..........................................................................38
1. Wawancara ............................................................................................. 38
2. Observasi ................................................................................................ 39
3. Studi Dokumentasi ................................................................................. 39
E. Instrumen Penelitian....................................................................................40
F. Teknik Pengumpulan data ...........................................................................40
G. Jenis-Jenis Data ...........................................................................................41
1. Data Primer ............................................................................................. 41
2. Data Sekunder ........................................................................................ 41
H. Rencana Analisis .........................................................................................41
BAB IV .................................................................................................................. 43
A. Deskripsi Tempat ........................................................................................43
B. Deskripsi Kasus ...........................................................................................43
1. Hasil Pengkajian ..................................................................................... 43
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 50
3. Intervensi Keperawatan .......................................................................... 52
4. Implementasi Keperawatan .................................................................... 55
5. Evaluasi Keperawatan ............................................................................ 56
C. Pembahasan .................................................................................................58
1. Pengkajian .............................................................................................. 59
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 66
3. Intervensi keperawatan ........................................................................... 70
4. Implementasi Keperawatan .................................................................... 74
5. Evaluasi Keperawatan ............................................................................ 76
BAB V.................................................................................................................... 78
A. Kesimpulan .................................................................................................78
B. Saran ............................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81
LAMPIRAN
ix
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL
x
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR GAMBAR
xi
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN
xii
Poltekkes Kemenkes Padang
xiii
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
CKD adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih
kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme, gagal
memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada
peningkatan ureum. Pada pasien gagal CKD mempunyai karakteristik bersifat
menetap, tidak bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan berupa
hemodialisis, dialisis peritoneal, transplantasi ginjal dan rawat jalan dalam
jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).
Menurut Wijaya dan Yessi (2013) menjelaskan, pada stadium paling dini
terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), sementara keadaanLaju
Filtrasi Glomerulus (LFG) masih normal atau meningkat. Kemudian secara
perlahan akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai
dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Pada LFG sebesar 60%,
pasien masih belum merasakan keluhan tapi sudah terjadi peningkatan kadar
urea dan kreatinin serum. Pada LFG 30%,mulaiterjadi keluhan seperti
nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang, dan penurunan berat badan.
Pada LFG <30% pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata,
seperti anemia, peningkatan tekanan darah mual dan sebagainya. Sedangkan
1
Poltekkes Kemenkes Padang
2
pada LFG 15% disebut dengan End Stage Renal Disease (ESRD) ditandai
dengan azotemia, uremia, dan sindrom uremik.
Menurut WHO (2012) secara global lebih dari 500 juta orang mengalami
CKD. Sekitar 1,5 juta orang harus menjalani hidup bergantung pada
hemodialisis. Prevalensi CKD di dunia menurut ESRD Patient (End-Stage
Renal Disease) pada tahun 2011 sebanyak 2.786.000 orang, tahun 2012
sebanyak 3.018.860 orang dan tahun 2013 sebanyak 3.200.000 orang. Dari
data tersebut bahwa adanya peningkatan angka kesakitan klien CKD setiap
tahunnya (Fresenius Medical Care AG & Ca, 2013). Menurut United State
Renal Data System (USRDS) tahun 2011 di Amerika Serikat setiap tahun
selalu mengalami peningkatan 2,1% dan pada tahun 2011 lebih dari 380.000
orang penderita CKD menjalani hemodialisis regular.
RSUP Dr. M. Djamil Padang merupakan rumah sakit terbesar yang ada di
Sumatera Barat yang mempunyai teknologi medis lengkap terutama
merupakan RS rujukan di pulau Sumatera dan sebagai RS pendidikan. RSUP
Dr. M. Djamil sendiri telah memiliki klinik khusus untuk para penderita CKD
yang akan melakukan hemodialisa. Berdasarkan data yang didapat dari
Rekam Medik di RSUP Dr M. Djamil Padang, kasus CKD dari tahun 2014
sampai tahun 2017 terus meningkat yaitu: 1.528 kasus pada tahun 2014,
2.255 kasus pada tahun 2015, 3.523 kasus pada tahun 2016, dan 8.712 kasus
pada tahun 2017. Sedangkan kasus CKD dengan hemodialisis dari tahun
2016 sampai 2017 meningkat, yaitu tercatat 2096 kasus rawat jalan dan 11
kasus rawat inap tahun 2016, kemudian meningkat 6472 kasus rawat jalan
pada tahun 2017 (Rekam Medik RSUP DrM. Djamil Padang, 2017).
Data kasus yang didapatkan baik CKD sebelum hemodialisis maupun CKD
dengan hemodialisis di Ruangan Penyakit Dalam RSUP Dr M. Djamil
Padang dalam 3 bulan terakhir (September-November) yaitu, tercatat 104
kasus di ruang HCU, 183 kasus di ruang rawat interne pria, dan 127 kasus di
ruang rawat interne wanita. Jadi total kasus CKD di Ruangan Penyakit Dalam
RSUP Dr M. Djamil Padang dalam 3 bulan terakhir (September-November)
yaitu 414 kasus. Dari data tersebut angka kasus CKD tertinggi terdapat di
ruangan interne pria.
Hasil wawancara dengan salah satu perawat ruangan Penyakit Dalam RSUP
Dr M. Djamil Padang, didapatkan data bahwa telah dilakukannya pengkajian,
penegakan diagnosa, penyusunan intervensi, implementasi dan evaluasi
keperawatan pada kasus CKD yang menjalani hemodialisis. Umumnya
masalah keperawatan pada kasus CKD dengan hemodialisis adalah kelebihan
volume cairan, ketidakefektifan pola napas dan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Intervensi dan implementasi yang telah
dilakukan untuk mengatasi keluhan pasien seperti memonitor cairan dan
melakukan keseimbangan cairan, kolaborasi dengan ahli gizi untukkebutuhan
asupan nutrisi dan diet, melakukan pemeriksaan labor lengkap. Salah satu
implementasi keperawatan yaitu, seharusnya dilakukan pengukuran intake
dan output yang benar misalnya pembuangan urin menggunakan gelas ukur,
pemberian cairan yang sesuai dengan kebutuhan pasien dan catatan
perkembangan pasien yang seharusnya sesuai dengan keadaan pasien saat
melakukan asuhan keperawatan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Aplikatif
a) Bagi Peneliti
Laporan kasus ini dapat diaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan dalam menerapkan CKD yang Menjalani
Hemodialisis di ruangan Penyakit Dalam RSUP M.Djamil Padang Tahun
2018.
b) Bagi Lahan
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran
dalam menerapakan asuhan keperawatan pada pasien CKD yang
Menjalani Hemodialisis di ruangan Penyakit Dalam RSUP M. Djamil
Padang Tahun 2018.
c) Institusi Pendidikan
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran
untuk pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan keperawatan pada
pasien CKD yang Menjalani Hemodialisis di ruangan Penyakit Dalam
RSUP M. Djamil Padang Tahun 2018.
1. Pengertian
9
Poltekkes Kemenkes Padang
10
dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra
filtrasi (Brunner & Suddarth, 2014).
2. Etiologi
Tanda dan gejala yang dirasakan pada pasien yang mengalami CKD
sistem tubuh di pengaruhi oleh kondisi uremia. Keparahan tanda dan
gejala bergantung pada bagian tingkat dan kerusakan ginjal, kondisi lain
yang mendasari, dan usiapasien dan di tambah lagi dengan penyakit umum
yang lain menyertai. Ada pun tanda dan gejala CKD adalah sebagai
berikut :
4. Stadium
Menurut Price & Wilson 2012, perjalanan klinis CKDdapat dibagi dalam
tiga stadium yaitu sebagai berikut ;
a. Stadium pertama
Disebut penurunan cadangan ginjal. Selama stadium ini kreatinin
serum dan kadarblood urea nitrogen (BUN) normal dan pasien
asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat terdeteksi dengan
memberi beban kerja yang berat pada ginjal tersebut, seperti tes
pemekatan urine yang lama atau dengan mengadakan tes GFR yang
teliti.
b. Stadium kedua
Stadium kedua dari gagal ginjal disebut insufisiensi ginjal, yaitu bila
lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak (GFR besarnya 25
% dari normal). Di tandai dengan ;
1) Peningkatan kosentrasi BUN di atas batas normal (bergantung
pada kadar protein dalam makanan)
2) Peningkatan kadar kreatini serum melebihi kadar normal
3) Azotemia biasanya ringan (kecuali bila pasien mengalami stress
akibat infeksi, gagal jantung atau hidrasi)
4) Nokturia (berkemih dimalam hari) pengeluaran urine waktu
malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml atau pasien
terbangun untuk berkemih beberapa kali waktu malam hari.
5) Poliuria berarti peningkatan volume urine yang terus menerus.
Pengeluaran urine normal sektar 1.500 ml/ hari dan berubah-
rubah sesuai dengan jumlah cairan yang diminum. Poliuria akibat
insufisiensi ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang
terutama menyerang tubulus, meskipun biasanya poliuria bersifat
sedang dan jarang lebih dari 3 liter/ hari.
c. Stadium ketiga
Penyakit ginjal stadium akhir End Stage Renal Disease (ESRD) atau
uremia. ESRD terjadi apabila sekitar 90% dari massa nefron telah
hancur, atau hanya sekitar 200.000 nefron yang masih utuh. Nilai
5. Patofiologis
Masalah yang muncul pada pasien gagal ginjal sebagai akibat dari
penurunan fungsi dari glomerulus sangat banyak, yang menyebabkan
terjadinya penurunan substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh
ginjal. Penurunan laju filtrasi glomerulus dapat diketahui dengan
mendapatkan urine 24 jam untuk pemeriksaan kreatinin urine. Jika filtrasi
dari glomerulus menurun, maka akan terjadi peningkatan serum kreatinin,
biasanya disertai pula dengan peningkatan nitrogen urea darah (Price &
Wilson, 2012).
Apabila produksi eritropoitin yang tidak adekuat dapat terjadi akibat dari
pemendekan usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan
untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari
saluran gastrointestinal. Eritropoetin merupakan suatu substansi normal
yang diproduksi oleh ginjal, menstimulasi sum-sum tulang untuk
memproduksi sel darah merah. Pada gagal ginjal, produksi eritropoetin
menurun dan anemia berat sering terjadi, disertai keletihan, angina dan
sesak napas (Price & Wilson, 2012).
Gejala kelainan utama yang terjadi pada pasien dengan gagal ginjal kronis
lainnya adalah gangguan metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum
kalsium dan fosfat yang dimiliki oleh tubuh pada umumnya memiliki
hubungan saling timbal balik, jika salah satunya mengalami peningkatan
maka yang lain akan menurun jumlahnya (Price & Wilson, 2012).
Gangguan Metabolik (DM) Infeksi (E-Coli) Gangguan pembuluh darah (Hipertensi) Gangguan konginetal dan herediter
Penurunan aliran darah Sekresi zat terlarut Retensi Natrium cairan intravaskuler Sekresi eritropoitin keseimbangan osmotis
ke ginjal meningkat Penurunan kardiak
Terdapat sisa ureum Total CES meningkat output(COP) Hemoglobin dalam tubuh lemah dan gelisah
dan kreatinin Kerja jantung darah menurun
Tekanan kapiler meningkat Suplai O2 ke jaringan MK: Gangguan Pola tidur
Kristalisasi urea menigkat menurun
Sistem integumen Hipertropi ventrikel Anemia
Akumulasi toksin Volume interstisial dalam memompa darah Metabolisme berubah HbO2 menurun
Akumulasi ureum meningkat menjadi anaerob
dalam kulit Gastrointestinal Payah jantung kiri O2 ke sel menurun
Edema Asam laktat meningkat
Gatal-gatal Ureum pada saluran Terjadi bendungan O2 ke jaringan
Kulit kering cerna Respon Muskuloskeletal pada atrium kiri Timbul masalah nyeri menurun
Kulit seperti bersisik meningkat
Rambut kasar dan Peradangan mukosa Ureum pada jaringan otot MK: Nyeri akut MK: Ketidakefek
rontok saluran cerna Penekanan pada vena tifan perfusi
Perubahan pada kuku Miopati pulmonalis MK: Penurunan jaringan
Napas bau amoniak, Kram otot dan Curah Jantung ferifer
MK : Kerusakan Stomatik, ulkus kelemahan fisik Kapiler paru Lemah dan lelah
integritas kulit lambung meningkat
MK: Intoleransi aktivitas MK: Intoleransi
Mual, muntah Edema paru aktivitas
dan anoreksia
MK:Gangguan pertukaran MK: Gangguan
MK: Ketidakseimbangan nutrisi gas Pola Tidur
kurang dari kebutuhan tubuh MK: Kelebihan Volume Cairan
16
Poltekkes Kemenkes Padang
17
7. Dampak Masalah
Menurut Brunner & Suddart (2016), pada pasien CKD dapat ditemukan
dampak masalah seperti ;
a. Hiperkalemia akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, katabolisme
dan masukan diit berlebih.
b. Perikarditis, efusi, pericardial, dan tamponad jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin dan aldesteron.
d. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan
peningkatan kadar aluminium akibat peningkatan nitrogen dan ion
anorganik.
f. Uremia akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan
g. Malnutrisi karena anoreksia mual, muntah.
8. Penatalaksanaan
a. Tindakan Konservatif
Tujuan pengobatan pada tahap ini adalah untuk meredakan atau
memperlambat gangguan gungsi ginjal progresif. Diantara nya yaitu
pengaturan diet: (Price & Wilson, 2012)
1) Pembatasan protein
Pembatasan asupan protein telah terbukti memperlambat
terjadinya gagal ginjal. Apabila pasien mendapatkan terapi dialysis
teratur jumlah kebutuhan protein biasanya dilonggarkan 60-80
gr/hari.
2) Diet rendah kalium
Hiperkalemia biasanya merupakan masalah pada gagal ginjal
lanjut. Diet yang dianjurkan adalah 40-80 mEq. Penggunaan
3) Anemia
Anemia pada penyakit ginjal kronis diakibatkan penurunan sekresi
eritropoeitin oleh ginjal.pengobatannya adalah pemberian hormon
eritropoeitin, yaitu rekombinan eritripoeitin (r-EPO) selain dengan
pemberian vitamin dan asam folat, besi dan tranfusi darah.
4) Asidosis
Asidosis ginjal biasanya tidak diobati kecuali HCO 3, plasma turun
dibawah angka 15 mEq/L. Bila asidosis berat akan dikoreksi
3
dengan pemberian Na HCO (Natrium Bikarbonat ) parenteral.
Koreksi pH darah yang berlebihan dapat mempercepat timbulnya
tetani, maka harus dimonitor dengan seksama.
5) Diet rendah fosfat
Diet rendah fosfat dengan pemeberian gel yang dapat mengikat
fosfat didalam usus. Gel yang dapat mengikat fosfat harus
dimakan bersama dengan makanan.
6) Dialysis dan transplantasi
Pengobatan penyakit CKD stadium akhir adalah dengan dialysis
dan tranplantasi ginjal. Dialisis dapat digunakan untuk
mempertahankan pasien dalam keadaan klinis yang optimal
sampai tersedia donor ginjal. Dialysis dilakukan apabila kadar
kreatinin serum biasanya diatas 6 ml/100 ml pada laki-laki,
sedangkan pada wanita 4 ml /100 ml, dan LFG kurang dari 4
ml/menit.
c. Terapi pengganti ginjal
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5,
yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa
hemodialisa, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal (Suwitra, 2007):
1) Hemodialisa
Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah
gejala toksik azetomia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak
boleh terlalu cepat pada pasien CKD yang belum tahap akhir akan
memperburuk faal ginjal (LFG). Indikasi tindakan terapi dialisis,
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas pasien
Identitas pasien ini terdiri dari nama, nomor Rekam Medik, nama
ibu kandung, umur (biasanya mayoritas pada usia 30-60 tahun),
pekerjaan, status perkawinan, status pendidikan, alamat, tanggal
masuk rumah sakit, cara masuk dan diagnosa medis pasien.
5) Riwayat Psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika pasien memiliki koping
adaptif yang baik. Pada pasien gagal ginjal kronis, biasanya
perubahan psikosisial terjadi pada waktu pasien mengalami
perubahan struktur fungsi tubuh dan menjalani proses dialisa.
Pasienakan mengurung diri dan lebih banyak berdiam diri
(murung). Selain itu, kondisi ini jua dipicu oleh biaya yang
dikeluarkan selama proses pengobatan, sehingga pasienakan
mengalami kecemasan (Prabowo & Pranata, 2014).
d. Pola eliminasi
1) Buang air besar
Biasanya pada pasien CKD di temukan ada yang konstipasi, diare
dan bagian abdomen kembung (Brunner & Suddart, 2016).
2) Buang air kecil
Biasanya pada pasien CKD terjadi perubahan pola berkemih pada
periode oliguri akan terjadi penurunan frekuensi urine output
<400 ml/hari oliguria dan anuria, terjadi perubahan warna urine
menjadi pekat, merah, coklat dan berawan (Prabowo & Pranata,
2014).
i. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Menurut Prabowo & Pranata, 2014 yaitu ;
a) Keadaan umum pasien biasanya pada penyakit sudah parah di
tandai dengan kelemahan, pasien terlihat letih dan sakit berat.
b) Keadaan tingkat kesadaran pasien menurun sesuai dengan
tingkat dimana dapat dipengaruhi oleh sistem saraf pusat.
c) Tanda-tanda vital biasanya RR meningkat, tekanan darah
didapati adanya hipertensi atau hipotensi sesuai dengan
kondisi fluktuatif.
2) Head to toe
a) Kepala
j. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Urine
Menurut Prabowo & Pranata, 2014 yaitu ;
(1) Volume urine < 400 ml/ hari, oliguria dan anuria.
(2) Warna urine biasanya keruh di sebabkan oleh pus bakteri,
lemak, partikel koloid dan fosfat dalam urine.
(3) Berat jenis urine < 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukan
kerusakan ginjal).
(4) Osmolalitas < 350 mosm/kg ( menunjukan kerusakan
tubular).
(5) Natrium > 40 mEq/L, karena ginjal tidak mereabsorbsi
natrium
(6) Protein meningkat dalam urine
b) Darah
(1) BUN meningkat dari normal
(2) Kreatinin meningkat sampai 10 mg/dl ( normalnya 0,5-1,5
mg/dl)
(3) Hitung darah lengkap : HT menurun karena anemia dan Hb
biasanya kurang dari 7,8 g/dl
c) Hiponatremia
Umumnya karena kelebihan cairan.
2) Pemeriksaan Diagnostik
a) Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal
(adanya batu atau ada nya suatu obstruksi). Dehidrasi akan
memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita
diharapkan tidak puasa.
b) Biopsi ginjal dilakukan untuk menunjukkan pelvis ginjal.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui etiologi,
menetapkan terapi, prognosis dan mengevaluasi hasil terapi
yang telah diberikan.
c) Intravena (IVP) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter.
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjalpada
Intervensi keperawatan merupakan serangkaian tindakan untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan.Berdasarkan
diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut :
30
Poltekkes Kemenkes Padang
j. Turgor kulit BUN, penurunan hematokrit, dan peningkatan kadar
k. Kelembaban membrane osmolalitas urin
mukosa j. Jaga pencatatan intake/asupan yang akurat
l. Hematrokit k. Pantau adanya tanda dan gejala retensi cairan
m. Edema perifer l. Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit yang
diberikan
2. Keseimbangan elektrolit dan m. Monitor manifestasi dan ketidakseimbangan elektrolit
asam basa n. Amati membrane bukal pasien, sclera, dan kulit terhadap
a. Denyut jantung apical indikasi perubahan cairan dan keseimbangan elektrolit
b. Irama jantung apical (misalnya, kekeringan, sianosis, dan jaundice
c. Frekuensi pernafasan o. Siapkan pasien untuk dialisis
d. Irama pernafasan
e. PH urin 2. Monitor cairan
f. Sodium urin a. Tentukan riwayat jumlah dan jenis asupan cairan dan
g. Klorida serum kebiasaan eliminasi
h. Kreatinin urin b. Tentukan faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan
i. Gangguan kesadaran cairan (kehilangan albumin, poliuri dan patologi ginjal)
j. Kelemahan c. Monitor intake dan output urine
k. Mual d. Monitor penambahan berat badan
l. Disritmia e. Monitor kadar serum dan elektrolit urine
f. Monitor kadar serum albumin dan protein urine
3. Keparahan cairan berlebihan g. Monitor kadar serum dan osmolalitas urin
a. Edema periorbital h. Memantau nilai elektrolit serum, dan urin, yang sesuai
b. Edema tangan i. Monitor tekanan darah, denyut jantung, dan status
c. Edema pergelangan kaki pernafasan
d. Edema kaki j. Monitor membran mukosa, turgor kulit dan haus
e. Asites k. Monitor warna, kuantitas, dan berat jenis urin
f. Edema menyeluruh l. Monitor tanda dan gejala asites
g. Malaise m. Berikan dialysis dan catat reaksi pasien
31
Poltekkes Kemenkes Padang
h. Sakit kepala n. Berikan obat farmakologis untuk meningkatkan output
i. Kejang urin
j. Peningkatan tekanan darah o. Berikan cairan IV yang sesuai dengan kebutuhan
k. Penurunan urin output
l. Penurunan serum natrium 3. Manajemen asam basa
m. Peningkatan serum natrium a. Pertahankan kepatenan jalan nafas
b. Posisikan pasien untuk mendapatkan ventilasi yang
adekuat
c. Monitor pola pernafasan
d. Monitor intake dan output
e. Monitor keseimbangan elektrolit yang terkait dengan
alkalosis metabolic
f. Monitor kehilangan asam ginjal
g. Monitor jantung untuk manifestasi metabolik alkalosis
h. Evaluasi adanya nyeri dada
i. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
j. Anjurkan pasien untuk menurunkan stress
2. Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan 1. Manajemen asam basa:
jantung berhubungan keperawatan, maka didapatkan a. Pertahankan kepatenan jalan nafas
dengan perubahan kriteria: b. Posisikan pasien untuk mendapatkan ventilasi yang
kontraktilitas 1. Keefektifan pompa jantung adekuat
Batasan karakteristik : a. Tekanan darah sistolik c. Monitor pola pernafasan
1. Aritmia dan diastolik d. Monitor intake dan output
2. Perubahan EKG b. Denyut jantung apical e. Monitor keseimbangan elektrolit yang terkait dengan
3. Takikardi c. Denyut nadi perifer alkalosis metabolik
4. Perubahan preload d. Keseimbangan intake f. Monitor kehilangan asam ginjal
5. Perubahan afterload dan output dalam 24 jam g. Monitor jantung untuk manifestasi metabolik alkalosis
6. Perubahan warna e. Tidak ada distritmia h. Evaluasi adanya nyeri dada
kulit f. Tidak ada bunyi jantung i. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
32
Poltekkes Kemenkes Padang
7. Variasi tekanan abnormal j. Anjurkan pasien untuk menurunkan stress
darah g. Tidak ada edema perifer 2. Manajemen cairan
h. Tidak ada edema paru a. Timbang berat badan setiap hari dan monitor stasus pasien
i. Mual b. Pertahankan intake yang akurat dan catat output pasien
j. Kelelahan c. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi
k. Asites cairan (misalnya, peningkatan berat jenis, peningkatan
l. Pucat BUN, penurunan hematokrit, dan peningkatan kadar
m. Sianosis osmolalitas urin
d. Monitor TTV
2. Status sirkulasi e. Monitor status nutrisi
a. Tekanan darah sistol dan f. Monitor pasien untuk menerapkan terapi elektrolit
diastol g. Kaji lokasi dan luas edema
b. Denyut nadi h. Berikan terapi diuretic
c. Kekuatan nadi i. Monitor status hemodinamik
d. Saturasi O2 j. Monitor indikasi kelebihan cairan/retensi
e. PCO2 k. Berikan cairan dengan tepat
f. CRT l. Monitor reaksi pasien terhadap terapi elektrolit yang
g. Urin output diberikan
m. Persiapkan pemberian produk-produk darah
n. Berikan produk-produk darah
33
Poltekkes Kemenkes Padang
hipertensi, kurang d. Tekanan darah sistolik dan ekstremitas bawah
pengetahuan tentang diastolik diastolik f. Monitor status cairan, intake dan outpu
proses penyakit e. Tidak ada sianosis
(mis, diabetes, hiperlipid f. Edema perifer 2. Monitor tanda-tanda vital
emia), merokok g. Nyeri di ujung kaki dan a. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan
tangan yang terlokasi b. Monitor kualitas nadi
Batasan karakteristik : h. Nekrosis c. Monitor warna kulit, suhu, dan kelmbaban
i. Muka pucat d. Monitor sianosis sentral dan perifer
1. Tidak ada nadi e. Monitor akan adanya kuku clubbing
2. Perubahan 2. Tanda- tanda vital
karakteristik kulit a. Suhu tubu 3. Manajemen cairan
(warna, elastisitas, b. Denyut jantung a. Timbang berat badan setiap hari dan monitor stasus
rambut, c. Irama jantung pasien
kelembaban,kuku, d. Denyut nadi b. Pertahankan intake yang akurat dan catat output pasien
sensai, suhu) e. Tingkat pernafasan c. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi
3. Edema f. Irama pernafasan cairan (misalnya, peningkatan berat jenis, peningkatan
4. Nyeri ekstrimitas g. Tekanan darah sistolik BUN, penurunan hematokrit, dan peningkatan kadar
h. Tekanan darah diastolic osmolalitas urin
i. Tekanan nadi d. Monitor TTV
j. Kedalaman inspirasi e. Monitor status nutrisi
f. Monitor pasien untuk menerapkan terapi elektrolit
3. Keparahan cairan berlebihan g. Kaji lokasi dan luas edema
a. Edema periorbital h. Berikan terapi diuretic
b. Edema tangan i. Monitor status hemodinamik
c. Edema pergelangan kaki j. Monitor indikasi kelebihan cairan/retensi
d. Edema kaki k. Berikan cairan dengan tepat
e. Asites l. Monitor reaksi pasien terhadap terapi elektrolit yang
f. Edema menyeluruh diberikan
g. Malaise m. Persiapkan pemberian produk-produk darah
34
Poltekkes Kemenkes Padang
h. Sakit kepala n. Berikan produk-produk darah
i. Kejang
j. Peningkatan tekanan darah
k. Penurunan urin output
l. Penurunan serum natrium
m. Peningkatan serum natrium
4. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan asuhan 1. Terapi oksigen
gas berhubungan keperawatan, maka didapatkan a. Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
dengan perubahan kriteria: b. Pertahankan kepatenan jalan nafas
membran alveolar- 1. Respon ventilasi mekanik c. Monitor aliran oksigen
kapiler a. Tingkat pernapasan d. Monitor efektifitas O2 dengan tepat
Batasan karakteristik : b. Irama pernapasan e. Observasi tanda hipoventilasi
1. Gas darah arteri c. Kedalaman respirasi f. Monitor hubungan kecemasan pasien dengan terapi
abnormal d. Ph arteri oksigen
2. PH arteri abnormal e. Saturasi O2 g. Mengatur penggunaan perangkat O2 yang memudahkan
3. Abnormal f. Perfusi jaringan perifer mobilitas dan mengajarkan pasien
pernapasan g. Keseimbangan ventilasi
penurunan CO2 paru 2. Manajemen asam basa : asidosis metabolik
4. Sesak napas h. Gerakan dinding dada a. Pertahankan jalan napas paten
5. Gelisah asimetris b. Pantau pola pernapasan
6. Takikardia 2. Status respirasi : pertukaran c. Pantau penyebab kekurangan HCO3 (uremia, ketoadosis
gas metabolik)
a. Tekanan CO2 sebagian d. Pantau ketidakseimbangan elektrolit (kelebihan kalium,
dalam darah arteri normal kelebihan magnesium, natrium)
b. Ph arteri normal e. Beri obat HCO3 secara oral atau parenteral jika
dibutuhkan
a.f. PPantau pengiriman oksigen (paO2, Hb, curah jantung)
g. aSiapkan pasien gagal ginjal untuk cuci darah
h. CBantu dalam dialisis
35
Poltekkes Kemenkes Padang
i. O Pantau tanda dan gejala cardiopulmonary memburuknya
2asidosis metabolik (aritmia, kussmaul, pasien respirasi)
j. Berikan nutrisi yang cukup bagi pasien yang mengalami
b. Pasidosis metabolik kronis
k. hAnjurkan pasien/keluarga tentang tindakan pengobatan
untuk mengobati asidosis metabolik
a
3. Monitor
r pernafasan
a. tMonitor kecepatan, frekuensi, kedalaman dan kekuatan
erespirasi
b. rPantau pola pernapasan: hiperventilasi, pernapasan
ikussmaul
c. Memantau tingkat saturasi oksigen
c.d. Auskultasi bunyi napas, dan adanya suara tambahan
e. Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas, dan peningkatan
kebutuhan udara.
Sumber: NANDA International, 2015, Moorhead, Sue, dkk, 2013, Bulechek, Gloria M, 2013
36
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB III
METODE PENELITIAN
C. Populasi danSampel
1. Populasi
2. Sampel
37
Poltekkes Kemenkes Padang
38
1. Wawancara
2. Observasi
3. Studi Dokumentasi
E. Instrumen Penelitian
Alat dan instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah format
asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi), alat perlindungan diri, alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari
(Tensi meter, Termometer, stetoskop, timbangan, arloji dengan detik,
penlight, gelas ukur).
G. Jenis-Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti
pengkajian kepada pasien, meliputi: Identitas pasien, riwayat kesehatan
pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap
pasien (Nursalam, 2015).
2. Data Sekunder
H. Analisis
A. Deskripsi Tempat
B. Deskripsi Kasus
1. Hasil Pengkajian
43
Poltekkes Kemenkes Padang
44
Pola nutrisi Pola nutrisi pasien sebelum Pola nutrisi pasien sebelum
masuk rumah sakit adalah masuk rumah sakit adalah
Pasien makan 3 kali sehari pasien makan 3 kali sehari
dan menghabiskan1 porsi dengan takaran yang sesuai
makandengan komposisi; untuk penyakit DM yang
nasi, lauk dan sayur dan diderita dengan komposisi; nasi
Pola istirahat Sebelum sakit tidur 8 jam Sebelum sakit tidur 8 jam pada
dan tidur pada malam hari, kualitas malam haridengan posisi semi
tidur nyenyak dan jarang fowler, kualitas tidur kadang
tidur siang (2x/minggu). sering terbangun malam hari dan
Saat sakit pasien susah tidur siang ± 2 jam/ hari. Saat
tidur karena nyeri pada sakit pasien susah tidur, pasien
lidah dan leher (± tidur 5 gelisah dan susah untuk tidur
jam pada malam hari sering karena sesak nafas, mual dan
terbangun dan ± 2 jam pada nyeri pada pimggang yang
siang hari sering dirasakan. Pasien tidur malam ±
terbangun). 6 jam dan tidur siang ± 4 jam
sering terbangun dan posisi semi
fowler.
2. Diagnosa Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
a. Diagnosa keperawatan pertama a. Diagnosa keperawatan pertama
yaitu kelebihan volume cairan yaitu kelebihan volume cairan
berhubungan dengan gangguan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi yang ditandai mekanisme regulasi yang ditandai
dengan data subjektif, pasien dengan data subjektif, pasien
mengatakan pasien mengatakan mengatakan pasien mengatakan
minum air putih ± 200 cc/8 jam, minum air putih ± 400 cc, BAK
BAK sedikit, bengkak pada tangan sedikit, bengkak pada pelipis mata,
dan kaki. Data objektif didapatkan tangan dan kaki. Data objektif
pemeriksaan tanda-tanda vital, TD: didapatkan Pemeriksaan tanda-
180/120 mmHg, nadi: 92x/i, nafas: tanda vitalTD: 220/170 mmHg,
24x/i, edema pada tangan dan kaki Nadi : 94x/I, nafas: 27 x/i, kulit
derajat II kedalaman 3 cm, intake tampak kering, terdapat edema
300 cc/8 jam dan output ekstremitas atas dan bawah derajat
100cc/8jam, kulit tampak kering, II kedalaman 5 cm dan edema pada
pasien terpasang IVFD NaCl 0,9 % pelipis mata, pasien terpasang
3. Intervensi Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
a. Rencana asuhan keperawatan yang a. Rencana asuhan keperawatan
dilakukan pada partisipan I dengan yang dilakukan pada partisipan
diagnosa keperawatan pertama II dengan diagnosa
kelebihan volume cairan keperawatan pertama
berhubungan dengan gangguan kelebihan volume cairan
mekanisme regulasi dengan kriteria berhubungan dengan
hasil berdasarkan NOC: gangguan mekanisme
keseimbangan cairan, regulasi dengan kriteria hasil
keseimbangan elektrolit dan asam berdasarkan NOC:
basakeparahan cairan berlebihan, keseimbangan cairan,
dengan intervensi berdasarkan NIC: keseimbangan elektrolit dan
Managemen elektrolit/cairan: asam basa keparahan cairan
Monitor tanda-tanda vital, pantau berlebihan, dengan intervensi
kadar serum elektrolit yang berdasarkan NIC: Managemen
abnormal, monitor perubahan status elektrolit/cairan: Monitor
paru atau jantung yang menunjukan tanda-tanda vital, pantau kadar
kelebihan cairan, monitor hasil serum elektrolit yang
laboratorium yang relevan dengan abnormal, monitor perubahan
retensi cairan, siapkan pasien untuk status paru atau jantung yang
dialisis. Monitor cairan : Tentukan menunjukan kelebihan cairan,
riwayat jumlah dan jenis asupan monitor hasil laboratorium
cairan dan kebiasaan eliminasi, yang relevan dengan retensi
monitor intake dan output urine, cairan, siapkan pasien untuk
monitor kadar serum dan elektrolit dialisis. Monitor cairan :
urine, monitor kadar serum albumin Tentukan riwayat jumlah dan
dan protein urine, monitor tanda dan jenis asupan cairan dan
gejala asites, berikan dialysis dan kebiasaan eliminasi, monitor
catat reaksi pasien, berikan obat intake dan output urine,
pemberian produk-produk
darah, berikan produk-produk
darah.
4. Implementasi Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
a. Implementasi yang dilakukan a. Implementasi yang dilakukan untuk
untuk masalah kelebihan volume masalah kelebihan volume cairan
cairan berhubungan dengan berhubungan dengan gangguan
gangguan mekanisme regulasi mekanisme regulasi adalah
adalah memonitor TTV TD: mempertahankan catatan intake dan
180/120 mmHg, nadi: 90x/i,nafas: ouput cairan pasien yang akurat,
24x/i, menentukan riwayat jumlah memonitor masukan makanan dan
dan jenis asupan cairan dan minuman yang dikonsumsi pasien
kebiasaan eliminasi, memantau mulai dari frekuensi, volume dan
asupan dan keluaran, memantau jenis, mengkaji hasil laboratorium
nilai elektrolit serum, dan urin, untuk memonitor cairan atau
yang sesuai, memantau membran elektrolit pasien, memonitor tanda
mukosa, memonitor turgor kulit dan gejala edema meliputi lokasi,
dan haus, monitor warna, luas dari edema, mengukur tanda-
kuantitas, dan berat jenis urin, tanda vital mulai dari tekanan
berikan cairan IV yang sesuai, darah, nadi, pernafasan, suhu tubuh,
memantau hasil laboratorium. memberikan obat golongan diuretic:
b. Implementasi yang dilakukan Mendapatkan lasix 1 ampl.
untuk masalah ketidakseimbangan b. Implementasi keperawatan untuk
nutrisi kurang dari kebutuhan diagnosa ketidakefektifan pola
tubuh berhubungan dengan nafas berhubungan penurunan
anoreksia, mual dan muntah suplai O2 ke jaringan adalah
adalah memonitor tanda-tanda memonitor tanda-tanda vital,
vital, TD:200/120 mmHg, nadi: memposisikan pasien untuk
90x/i, nafas: 24x/i, berkolaborasi memaksimalkan ventilasi dengan
dengan ahli gizi tentang diet yang posisi semifowler, auskultasi suara
dibutuhkan, pasien mendapat diet nafas, bunyi nafas ronkhi,
MC RP II, menciptakan mempertahankan kepatenan jalan
lingkungan yang optimal pada saat nafas, memberikan oksigen
mengkonsumsi makan (misalnya: tambahan sesuai kebutuhan dengan
5. Evaluasi Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
a. Hasil evaluasi pada hari ke 5 a. Hasil evaluasi pada hari ke 6
didapatkan pada keperawatan didapatkan pada diagnosa
kelebihan volume cairan keperawatan kelebihan volume
berhubungan dengan gangguan cairan berhubungan dengan
mekanisme regulasi adalah pasien gangguan mekanisme regulasi
mengatakan masih bengkak pada adalah pasien mengatakan bengkak
kaki dan tangan, masih edema pada pada kaki dan tangan berkurang
kaki dan tangan derajat II semenjak dilakukan HD ke-2,
kedalaman 5 cm, intake 250 cc/8 pasien mengatakan nafas masih
jam, output 120 cc/8 jam, kulit sesak tapi sudah berkurang.
kering, mukosa bibir kering. Dari TD:160/120 mmHg, nadi:
hasil analisis masalah belum 87x/menit, RR: 25x/menit, suhu
teratasi, intervensi dihentikan, 36,7o, masih terdapat edema pada
pasien rawat jalan melakukan HD kaki dan tangan (edema berkurang),
2x seminggu (senin dan kamis). turgor kulit kering, mukosa bibir
b. Hasil evaluasi yang didapatkan lembab, intake 250 cc/8 jam, ouput
pada hari ke 5 dengan diagnosa 120 cc/8 jam. Hasil lab tgl 18
ketidakseimbangan nutrisi kurang Februari 2018: Natrium 139
dari kebutuhan tubuh berhubungan Mmol/L, Kalium 4,3 Mol/ L,
dengan anoreksia, mual dan muntah Klorida Serum 107 Mmol/L (semua
adalah pasien mengatakan badan hasil dalam batas normal). Dari
terasa lemah, pasien mengatakan hasil analisis masalah kelebihan
mual, porsi makan habis ¼ porsi, volume cairan teratasi sebagian dan
pasien terpasang IVFD NaCl 0.9 % pada hari rawatan ke-6 pasien
16 tts/i, mukosa bibir kering, tanda- intervensi dihentikan, pasien rawat
tanda vital, TD:150/130 mmHg, jalan untuk melakukan HD 2x
nadi: 88 x/menit, RR:23 x/menit, seminggu (selasa dan jumat).
akral teraba dingin. Dari hasil analis b. Hasil evaluasi pada hari ke -6 yang
masalah belum teratasi, intervensi didapatkan pada diagnosa
dihentikan. keperawatan ketidakefektifan pola
c. Hasil evaluasi hari ke 5 pada nafas berhubungan dengan
diagnosagangguan ketidakefektifan penurunan suplai O2 adalah pasien
perfusi jaringan perifer mengatakan sesak nafas sudah
berhubungan dengan penurunan berkurang, pasien tampak tenang,
suplai O2 ke jaringan didapatkan tidak menggunakan otot bantu
pasien mengatakan badan terasa nafas, TD: 160/120 mmHg, nadi:
lemah, kulit tampak pucat, 87x/menit, RR: 25x/menit, suhu
konjungtiva anemis, CRT> 2 detik, 36,7o C, masih terpasang O2 binasal
tanda-tanda vital TD:150/130 4 ltpm. Dari hasil analisis masalah
mmHg, nadi: 88 x/menit, RR:23 teratasi sebagian, intervensi
x/menit, suhu: 36.7oC. Dari hasil dihentikan pasien rawat jalan.
analisis belum masalah belum c. Hasil evaluasi hari ke 6 dengan
teratasi, intervensi dihentikan. diagnosa ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
C. Pembahasan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa partisipan 1
berjemis kelamin laki-laki berusia 42 tahun dan partisipan 2 berjenis
kelamin perempuan berusia 62 tahun. Penyakit CKD memiliki tingkat
risiko tersendiri berdasarkan jenis kelamin dan tingkat umur.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Berdasarkan hasil penelitianpada Tn.M didapatkan alasan masuk
karena sesak nafas semakin meningkat, bengkak pada kedua kaki
dan tangan, nyeri pada pinggang pada saat aktivitas, badan terasa
lemah, mual dan makan hanya habis 2-3 sendok makan. Sedangkan
Hal ini didukung oleh teori Price & Wilson (2012), bahwa faktor-
faktor yang menyabakan terjadinya CKD yaitu penyakit umum
diluar ginjal seperti gangguan metabolic (diabetes mellitus,
penyakit sistemik (hipertensi) dan konsumsi obat-obatan.
Berdasarkan hasil penelitian (Ejerbald, 2010) pasien CKD dengan
hemodialisis yang mempunyai riwayat merokok mempunyai risiko
dengan kejadian gagal ginjal kronik lebih besar 2 kali
dibandingkan dengan pasien tanpa riwayat merokok.
c. Pola Nutrisi
Dari hasil pengkajian didapatkan Tn.M dan Ny.U sama-sama
mengalami penurunan nafsu makan, hanya menghabiskan ¼ porsi
diit, mual, minum sedikit. Pasien diberikan diit RP II dan DJ II
konsistensi makanan cair dan asupan cairan dibatasi.
Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa salah satu tindakan konservatif
untuk pasien CKD yaitu pembatasan asupan garam dan pembatasan
cairan dan protein tidak hanya mengurangi kadar BUN, tetapi juga
mengurangi asupan kalium dan fosfat, serta mengurangi produksi ion
hydrogen yang berasal dari protein (Price & Wilson, 2012).
d. Pola eliminasi
Tn.M mengatakan selama dirawat pasien menggunakan kateter, pasien
mengatakan BAK sedikit (100 cc/8 jam), warna kuning pekat, kadang
tidak BAK dalam sehari. Ny.U mengatakan saat sakit pasien
menggunakan kateter, pasien mengatakan BAK sedikit warna kunig
pekat (urin ± 100 cc/8 jam).
Menurut teori pada pasien CKD terjadi perubahan pola berkemih pada
periode oliguri akan terjadi penurunan frekuensi urine output <400
ml/hari oliguria dan anuria, terjadi perubahan warna urine menjadi
pekat, merah, coklat dan berawan (Prabowo & Pranata, 2014).
Menurut analisa peneliti terjadinya penurunan frekuensi urin pada
kedua partisipan karena penurunan fungsi glomerulus yang sangat
banyak.
e. Pemeriksaan fisik
Pada keadaan umum Tn.M didapatkan pasien lemah, TTV: TD:
180/120 mmHg, nadi: 92x/i, pernafasan: 24 x/i. Pada keadaan umum
Ny.U didapatkan pasien lemah. TTV:TD: 220/170 mmHg, nadi:
94x/i, pernafasan: 27 x/i. Menurut Prabowo & Pranata, 2014 yaitu ;
a. Keadaan umum klien biasanya pada penyakit sudah parah di tandai dengan
kelemahan, klien terlihat letih dan sakit berat.
b. Keadaan tingkat kesadaran klien menurun sesuai dengan tingkat dimana dapat
dipengaruhi oleh sistem saraf pusat.
c. Tanda-tanda vital biasanya RR meningkat, tekanan darah didapati adanya
hipertensi atau hipotensi sesuai dengan kondisi fluktuatif.
Menurut analisa peneliti berdasarkan teori tersebut ada ditemukan
pada Tn.M dan Ny.U yaitu ditandai dengan kelemahan, RR
meningkat, tekanan darah meningkat.
f. Data penunjang
2. Diagnosa Keperawatan
Biasanya penurunan nafsu makan dan mual sebagai akibat dari rasa
metabolik yang tidak sedap pada mulut (pernapasan amoniak) (Muttaqin &
Sari, 2011). Tanda dan gejala masalah nutrisi yang terjadi pada partisipan I
dan II sama dengan yang ditemukan pada teori yaitu pasien akan
mengalami kurang nafsu makan, mukosa mulut kering, mual muntah,
badan lemas dan konjungtiva anemis (Prabowo & Pranata, 2014).
3. Intervensi keperawatan
yang relevan dengan retensi cairan, siapkan pasien untuk dialisis. Monitor
cairan : Tentukan riwayat jumlah dan jenis asupan cairan dan kebiasaan
eliminasi, monitor intake dan output urine, monitor kadar serum dan
elektrolit urine, monitor kadar serum albumin dan protein urine, monitor
tanda dan gejala asites, berikan dialysis dan catat reaksi pasien, berikan
obat farmakologis untuk meningkatkan output urin, berikan cairan IV yang
sesuai dengan kebutuhan. Manajemen asam basa: posisikan pasien untuk
mendapatkan ventilasi yang adekuat, monitor pola pernafasan, monitor
intake dan output.
Dalam penelitian Anggi Mustika Ratri pada tahun 2015 di ruang anggrek
bugenvil RSUD Pandan Arang Boyolali pada masalah kelebihan volume
cairan tindakan yang direncana seperti observasi derajat edema, lakukan
tirah baring ditempat tidur pasien, hitung cairan per 8 jam, batasi cairan,
jelaskan kepada keluarga dan pasien tentang pembatasan cairan yang harus
dilakukan pasien.
NOC untuk masalah nutrisi adakah intake makanan adekuat, tidak ada
mual muntah, mengahbiskan porsi makan, nafsu makan meningkat dengan
NIC kaji status nutrisi pasien, identifikasi pasien tentang riwayat alergi,
intruksikan untuk pelaksaan diit sesuai anjuran, bantu dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi (Prabowo & Pranata, 2014).
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan selama 5 hari pada Tn.M dan 6 hari pada
Ny.U untuk masalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan
gangguan mekanisme regulasi adalah mempertahankan catatan intake dan
ouput cairan pasien yang akurat, memonitor masukan makanan dan
minuman yang dikonsumsi pasien mulai dari frekuensi, volume dan jenis,
mengkaji hasil laboratorium untuk memonitor cairan atau elektrolit pasien,
memonitor tanda dan gejala edema meliputi lokasi, luas dari edema,
mengukur tanda-tanda vital mulai dari tekanan darah, nadi, pernafasan,
suhu tubuh, memberikan obat golongan diuretic.
kaki, lutut, lengan dan tangan, tetapi juga di sekitar organ lain seperti
edema paru di mana penumpukan cairan mempengaruhi paru-paru.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, pada tahap ini
yang dilakukan adalah mengkaji respon setelah dilakukan intervensi
keperawatan, membandingkan respon pasien dengan kriteria hasil,
memodifikasi asuhan keperawatan sesuai dengan hasil evaluasi dan
mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien.
Mmol/L, Kalium 4,3 Mol/ L, Klorida Serum 107 Mmol/L (semua hasil
dalam batas normal). Dari hasil analisis masalah kelebihan volume cairan
teratasi sebagian dan pada hari rawatan ke-6 intervensi dihentikan, pasien
rawat jalan untuk melakukan HD 2x seminggu (selasa dan jumat).
Masalah kelebihan volume cairan pada Tn.M dan Ny.U belum dapat
diatasi sepenuhnya, hari kelima pasien masih mengalami edema pada
kedua tangan dan kaki. Dalam melakukan evaluasi, adapun faktor
pendukung adalah kerjasama yang baik antara peneliti dengan perawat
ruangan, peneliti tidak menemukan adanya faktor penghambat, ini
dikarenakan adanya kerjasama yang baik antara peneliti dengan perawat
ruangan.
A. Kesimpulan
78
Poltekkes Kemenkes Padang
79
D. Saran
Black, J.M. & Hawk, J. H. (2014). Keperawatan medikal bedah buku 2 edisi 8.
Elsevier
Brunner & Suddarth, 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta: EGC
Cahyani, dkk. 2016. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Hidup Pada
Pasien CKD Yang Menjalani Hemidialisis di RSD dr. Soebandi Jember.
Tersedia pada
http://.ejournal.download.portalgaruda.org.article.ipi478569.pdf.
Diaskes tanggal 30 Maret 2018
Hidayat, Aziz Alimul. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Ed.
2.Jakarta : Salemba Medika
Price S.A & Wilson, L.M 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta: EGC
Suwitra, Ketut. (2007). Penyaki Gagal Ginjal Kronik.Dalam Buku Ajar Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.