Kelompok 1 Askeb Gadar SAFIR
Kelompok 1 Askeb Gadar SAFIR
Kelompok 1 Askeb Gadar SAFIR
“Untuk memenuhi tugas mata kuliah Gawat Darurat Maternal Dan Neonatal”
Dosen Pengampu : Lisnawati SST,M.Keb
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Alya Rahmawati :P20624222002
2. Anik Vioni :P20624222004
3. Annisa Putri N :P20624222005
4. Bela Permata :P20624222008
5. Risma Yulia :P20624222031
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan kepada penyusun untuk menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Prinsip Penanganan Gawat Darurat Pada Kasus Kelainan Lamanya Kehamilan”
dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Gawat
Darurat Maternal Dan Neonatal. Selain itu, penyusun juga berharap agar makalah
ini dapat menambah wawasan bagi pembaca. Penyusun mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada Ibu Lisnawati SST, M.Keb Selaku dosen pengampu mata
kuliah Gawat Darurat Maternal Dan Neonatal. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penyusun,penyusun juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penyusun terima demi
kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr .Wb
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR BAGAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 istilah lamanya kehamilan .......................................................................... 5
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)
merupakan tujuan yang sangat penting dalam meningkatkan Kesehatan ibu dan
bayi di Indonesia (Ningsi, Afriani and Sonda, 2024). Berdasarkan penelitian
WHO, di seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun
dan kematian bayi, khususnya neonatus, sebesar 10.000.000 jiwa per tahun.
Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi terutama di negara berkembang
sebesar 99%. Penyebab langsung kematian ibu adalah dikarenakan perdarahan
(42%). Penyebab lain, yaitu eklampsi (25%), infeksi (3%), partus lama (3%),
abortus (5%), dan lain-lain (22%).
Dalam memahami konsep dasar kegawatdaruratan maternal neonatal,
melakukan deteksi dini kasus-kasus tersebut sangatlah penting untuk mencegah
kematian yang tidak diinginkan (Siantar et al., 2022). Oleh karena itu
diadakannya pelayanan kebidanan , dimana pelayanan kebidanan memiliki
peran yang besar dalam mengidentifikasi kasus-kasus kegawatdaruratan
maternal dan neonatal. Salah satunya adalah deteksi dini yang akan
memungkinkan penanganan yang cepat dan tepat, sehingga dapat mengurangi
risiko kematian bayi. Pentingnya materi ini dalam mata kuliah asuhan
kebidanan kegawatdaruratan maternal neonatal memfokuskan peran penting
bidan dalam pelayanan Kesehatan. Dalam Bab ini, mahasiswa akan
mempelajari bagaimana mendeteksi gejala-gejala kegawatdaruratan,
pengertian, faktor resiko, patofisiologi, prognosis dan penatalaksanaan
penanganan kegawatdaruratan pada kasus kelainan lamanya kehamilan
maternal.
Kemampuan untuk mendeteksi kegawatdaruratan kasus maternal dan
neonatal merupakan salah satu peran inti seorang bidan dalam pelayanan
Kesehatan ibu dan anak. Kecepatan da lam mendeksi tanda-tanda awal dan
3
4
gejala yang mengindikasikan situasi darurat pada ibu dan bayi merupakan
keterampilan yang sangat penting. Dengan memahami dan mampu mengenali
tanda- tanda tersebut, seorang bidan dapat memberikan intervensi awal yang
tepat untuk mencegah keadaan yang berujung pada kematian ibu dan bayi.
Kemampuan untuk bertindak secara cepat dan tepat dalam situasi darurat
maternal dan neonatal juga akan meminimalkan keterlambatan dalam
menanggapi kondisi kritis. Ini dapat. mempercepat proses rujukan dan
penanganan medis yang sesuai, yang pada gilirannya dapat menyelamatkan
nyawa ibu dan bayi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi konsep dasar kegawatdaruratan pada kelainan kehamilan ?
2. Apa saja faktor resiko terjadinya kegawat daruratan pada maternal ?
3. Bagaimana cara deteksi kegawatdaruratan pada kasus kelainan lamanya
kehamilan?
4. Bagaimana penatalaksanaan yang harus dilakukan dalam kegawatdaruratan
dalam kasus kelainan lamanya kehamilan ini?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian konsep dasar kegawatdaruratan
2. Untuk mengetahui faktor resiko penyebab terjadinya kegawatdaruratan
maternal
3. Untuk screening dengan memahami dan mampu mengenali tanda- tanda
tersebut
4. Untuk meminimalkan keterlambatan dalam menanggapi kondisi kritis dan
dapat mempercepat proses rujukan dan penanganan medis yang sesuai
D. Manfaat
Berdasarkan tujuan makalah yang hendak dicapai, maka makalah ini
diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pendokumentasian pada
pada neonatus, bayi, balita dan tumbang dalam asuhan kebidanan sehingga
dapat digunakan ehingga dapat digunakan untuk pembelajaran selanjutnya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
6
1) Abortus Spontaneus
Abortus spontaneus adalah abortus yang terjadi dengan
sendirinya pada setiap saat sebelum waktunya tanpa suatu
tindakan kesengajaan. Penyebab dari abortus spontaneus ialah ibu
yang hamil menderita penyakit atau kelainan bentuk rahim.
Apabila kehamilam masa remaja dan mengenal abortus keguguran
hampir tiap kali terjadi pada tiap kehamilan atau keguguran
berulang maka keadaan ini disebut sebagai "Abortus Habitualis".
a) Abortus Provocatus atau Abortus Arteficialis Abortus yang
terjadi karena perbuatan yang disengaja. Abortus jenis ini
dibedakan lagi menjadi 2 yaitu:
(1) Abortus Provatus Therapeuticus
Kehamilan yang diakhiri dengan sengaja dari luar,
tindakan ini dilakukan oleh dokter untuk menolong
nyawa ibu hamil karena kehamilan atau kelahirannya
nanti akan membahayakan nyawa ibu hamil tersebut.
(2) Abortus Provocatus Criminalis
Abortus yang dilakukan dengan sengaja untuk
menghilangkan kandungan seorang wanita secara
melawan hukum. Jadi bukan merupakan suatu tindakan
darurat untuk menyelamatkan nyawa wanita hamil
seperti pada abortus provocatus therapeuticus tadi, tetapi
merupakan suatu tindakan kejahatan. Hal tersebut dapat
terjadi misalnya karena si ibu merasa malu karena telah
hamil di luar pernikahan atau karena kehamilan tersebut
dirasakan akan memberatkan keluarga dalam
pemeliharaannya nanti.
Dalam abortus spontaneus, kandungan gugur
disebabkan oleh faktor alamiah. Dalam hal ini, maka
tidak seorangpun dapat disalahkan atas terjadinya
pengguguran kandungan tersebut. Sedangkan dalam
7
b. Etiologi
Menurut Saifuddin and Wiknjosastro (2009), abortus dapat terjadi
karena beberapa sebab, yaitu:
1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
8
Periksa TTV
RUJUK
2. Preterm
a. Definisi
Menurut Leni (2018) sitasi Lisnawati and Jubaedah, (2023)
Preterm adalah persalinan pada lama kehamilan 28-37 minggu dengan
berat janin 1000-2500 gram. Beberapa pakar mendefinisikan secara
berbeda tentang persalinan kurang bulan, namun sebagian besar
memiliki kesamaan dengan yang diusulkan WHO yaitu dengan
menambahkan usia kehamilan antara minggu ke 20–37 (Herman,
2020):
Persalinan kurang bulan menurut WHO (2015) adalah persalinan
yang terjadi antara usia kehamilan 28 minggu sampai kurang dari 37
minggu (259 hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir pada siklus
28 hari, dengan subkategori: extremely preterm <28 minggu, very
preterm 28-<32 minggu dan moderate to late preterm 32-<37 minggu
12
b) Infeksi
Adanya infeksi intrauterin seperti koriamnionitis, infeksi
intraamnion, amnionitis yang merupakan infeksi akut pada
cairan ketuban, janin dan selaput korion yang disebabkan oleh
bakteri.
c) Kelainan uterus
Uterus yang tidak normal mengganggu risiko terjadinya
abortus dan persalinan preterm.
d) Vaginitis bakterialis
Adalah infeksi vagina yang terjadi akibat jumlah bakteri
alami (flora normal) di dalam vagina tidak seimbang.
e) Komplikasi medis dan obstetri
Beberapa komplikasi langsung dari kehamilan seperti
preeklamsia, ketuban pecah dini, perdarahan antepartum dan
lain-lain.
2) Faktor individu
a) Keadaan sosial ekonomi rendah
Berkaitan dengan kurang teraturnya pemeriksaan antenatal,
status gizi yang rendah, rentan infeksi, personal hygine yang
kurang baik.
b) Penyakit sistemik ibu hamil
Penyakit sistemik yang diderita seperti jantung, paru, liver,
diabetes, hipertensi, dan infeksi organ vital.
c) Infeksi kehamilan
Koriamnionitis, infeksi plasenta, servisitis endometritis.
d. Patofisiologi
Berdasarkan Rosdianah et al. (2019) sitasi Lisnawati dan
Jubaedah, (2023) studi terbaru mengenai patofisiologi kelahiran
prematur telah mengidentifikasi empat jalur yang mengarah untuk
persalinan prematur di antaranya:
15
g. Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2016) terdapat penatalaksanaan khusus
persalinan preterm, yaitu:
1) Jika ditemui salah satu keadaan berikut, maka tidak dilakukan terapi
dan bayi harus dilahirkan
a) Usia kehamilan di bawah 24 minggu dan diatas 34 minggu
pembukaan 3 cm
b) Ada tanda infeksi intrauterin, preeklampsia, dan perdarahan
aktif
c) Ada gawat janin
d) Janin meninggal atau ada kelainan konginetal
e) Segera lakukan rujukan
2) Dapat melakukan terapi jika memenuhi syarat berikut (bukan
wewenang bidan)
a) Usia kehamilan antara 24-34 minggu dan pembukaan kurang
dari 3cm
17
Menegakkan diagnosis:
1) Kontraksi yang berulang 2-3
kali 10 menit
2) Adanya nyeri pada punggung
bagian bawah
3) Perdarahan bercak
4) Perasaan menekan pada serviks
5) Pada pemeriksaan dalam
pembukaan sedikitnya 2 cm
6) Presentasi janin rendah atau
mencapai spina isiadika
7) Pecahnya selaput ketuban
8) Terjadi pada usia kehamilan 28-
37 minggu
RUJUK
3. Immaturus
a. Definisi
Gambar 3 Immaturus
b. Faktor Risiko
Faktor resiko immaturus menurut (Nugroho, 2010) sitasi Siauta,
(2013):
1) Mayor seperti keadaan dengan kehamilan multiple, hidramnion,
anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32
minggu, serviks mendatar atau memendek kurang dari 1 cm pada
kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1
kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal
pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, iritabilitas uterus.
2) Minor seperti penyakit yang disertai demam, perdarahan
pervaginam setelah kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis,
merokok lebih dari 10 batang perhari. riwayat abortus pada trimester
II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.
20
c. Etiologi
Menurut Nugroho (2010) sitasi Siauta, (2013) mengenai penyebab
partus immaturus belum banyak yang diketahui, namun faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya partus immaturus dapat
diklasifikasikan secara rinci sebagai berikut :
1) kondisi umum
2) keadaan sosial ekonomi rendah
3) kurang gizi
4) anemia
5) perokok berat (lebih dari 10 batang perhari)
6) umur hamil terlalu muda kurang dari 20 tahun atau terlalu tua diatas
35 tahun
7) penyakit ibu yang menyertai kehamilan serta penyulit kebidanan
8) Perkembangan dan keadaan hamil dapat meningkatkan terjadinya
partus immaturus diantaranya :
a) Kehamilan dengan hidramnion, kehamilan ganda, pre-
eklampsia
b) Kehamilan dengan perdarahan antepartum pada solusio
plasenta, plasenta previa, pecahnya sinus marginalis
c) Kehamilan dengan pecah ketuban dini : terjadi gawat janin,
temperatur tinggi
d) Kelainan anatomi rahim
e) Keadaan rahim yang sering menimbulkan kontraksi dini :
serviks inkompeten karena kondisi serviks, amputasi serviks
f) Kelainan kongenital rahim
g) Infeksi pada vagina asenden (atas) menjadi amnionitis
Menurut Oxorn (2010) sitasi Siauta, (2013) etiologi terjadinya partus
immaturus adalah :
a) Iatrogenik
b) Sectio cessarea ulangan yang dikerjakan terlalu dini
21
4. Posterm
a. Definisi
Posterm ialah kehamilan yang berlangsung 42 minggu atau lebih.
Usia ibu merupakan faktor risiko yang berkontibusi terjadinya
persalinan posterm terkait dengan kesiapan alat reproduksi (nadhifa
anwar maulinda 2017) sitasi (Maulinda dan Rusyati,2018). Menurut
(Manuaba, 2007) sitasi Maulinda dan Rusyati, (2018) kehamilan
posterm menunjukkan bahwa kehamilan telah melampuai batas waktu
perkiraan persalinan yang didasarkan pada hari pertama haid terakhir.
Kehamilan posterm sering disebut juga sebagai kehamilan serotinus,
kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy,extended pregnancy,
postdate/ post datisme atau pasca maturitas ialah kehamilan yang
berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, diitung dari hari
pertama haid terakhir menurut rumus Naegele (Prawiharjo, 2009) sitasi
(Maulinda dan Rusyati, 2018). Kehamilan postterm dapat
menyebabkan kompikasi terhadap ibu dan janin. Komplikasi yang
dapat terjadi pada janin termasuk aspirasi mekonium,
oligohidramnion, trauma perineum karena makrosomia (Riyanti,
Widiastuti dan Mutoharoh, 2022).
b. Faktor Risiko
Faktor risiko dari kehamilan posterm atau kehamilan serotinus ialah
riwayat kehamilan serotinus sebelumnya, primigravida, usia ibu yang
lebih dari 30 tahun dan obesitas. Seorang wanita yang dilahirkan
dengan serotinus akan meningkatkan risiko 49 % untuk menjadi ibu
hamil dengan serotinus pula (Maulida and Rusdyati, 2018) sitasi
Lisnawati and Jubaedah, (2023). Usia kehamilan lebih dari 42 minggu
banyak terjadi pada wanita yang memiliki usia diatas 30 tahun,
kelebihan berat badan, dan memiliki riwayat kehamilan postterm
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fibrila (2014)
menyebutkan bahwa usia ibu bersalin berisiko 45,20 % mengalami
kehamilan postterm. Hal ini dikaitkan dengan belum sempurna nya
pematangan alat reproduksi pada ibu usia dikurang dari 20 tahun dan
menurunnya fungsi organ pada ibu usia diatas 35 tahun (Maulida dan
Rusdyati, 2018) sitasi (Lisnawati dan Jubaedah, 2020).
Menurut Lisnawati dan Jubaedah (2020),beberapa risiko yang dapat
terjadi pada kehamilan posterm:
1) Makrosomia (bayi besar)
2) Insufisiensi plasenta
3) Sindrom aspirasi mekonium (bayi yang menghirup cairan
ketuban dan mekonium)
c. Etiologi
Menurut Haryani, (2020) sitasi Lisnawati and Jubaedah, (2023)
Beberapa penyebab terjadinya kehamilan postterm:
1) Penurunan kadar estrogen
2) Faktor hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun
walaupun kehamilan sudah cukup bulan, sehingga kepekaan rahim
terhadap hormon oksitosin berkurang.
3) Faktor lain ialah hereditas, karena postmatur/postterm/ postdate
sering ditemui pada suatu keluarga tertentu.
31
d. Patofisiologi
Permasalahan pada kehamilan lewat waktu adalah plasenta
tidak mampu mensuplai nutrisi dan pertukaran COz/Oz sehingga janin
berisiko mengalami asfiksia dan kematian dalam kandungan
(Manuaba, 2010 sitasi Ratnawati E.A dan Yusnawati N (2016) sitasi
Lisnawati dan Jubaedah (2020).
Sindroma postmaturitas yaitu kulit keriput dan telapak tangan
bersisik, tubuh tinggi dan kurus, kehilangan Vernic Caseosa, wajah
seperti orang tua, kuku panjang, tali pusat dan selaput ketuban
kehijauan. Fungsi puncak plasenta antara 34 dan 36 minggu kehamilan
dan terus menurun setelahnya. Kehamilan selanjutnya dapat
melemahkan plasenta, yang dapat menyebabkan tekanan pada janin.
Dengan tidak adanya insufisiensi plasenta, janin dapat terus tumbuh
setelah implantasi, namun tubuh bayi menjadi besar (makrosom) dan
dapat menyebabkan distosia bahu (Widjanarko, 2009 sitasi Dinas
Kesehatan Sumatera Utara, 2014) sitasi (Lisnawati dan Jubaedah,
2020).
e. Prognosis
Kehamilan posterm mempunyai pengaruh terhadap perkembangan
janin sampai kematian janin. Ada janin yang dalam masa kehamilan 42
minggu atau lebih berat badannya meningkat terus, ada yg lahir dengan
berat badan kurang dari semestinya, atau meninggal dalam kandungan
karena kekurangan zat makanan dan oksigen zlan posterm mempunyai
hubungan erat dengan mortalitas, morbiditas perinatal, ataupun
makrosomia (berat bayi lahir 4000 gr). Sementara itu, risiko bagi ibu
dengan kehamilan posterm dapat berupa perdarahan pasca persalinan
ataupun tindakan obstetrik yang meningkat (Lisnawati and Jubaedah,
2023)
Berbeda dengan angka kematian ibu yang cenderung menurun,
kematian perinatal tampaknya masih menunjukkan angka yang cukup
tinggi, sehingga pemahaman dan penatalaksanaan yang tepat terhadap
32
Menegakkan Diagnosis
a) Penderita harus yakin dengan HPHT nya
b) Siklus 28 hari dan teratur
c) Tidak mengkonsumsi pil antihamil setidaknya 3 bulan terakhir.
d) Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan menghitung menurut rumus Naegale.
RUJUK
Herman, S.J.T.H. (2020) ‘Buku Acuan Persalinan Kurang Bulan (Prematur) 1’,
Buku Acuan Persalinan Kurang Bulan (Prematur), pp. 1–219.
Kementerian Kesehatan RI (2020) Pedoman Nasional Asuhan Pasca Keguguran
Yang Komprehensif. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Lisnawati and Jubaedah, E. (2020) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Gawat Darurat
Maternal dan Neonatal. Pekalongan: PT Nasya Expanding Management.
Lisnawati and Jubaedah, E. (2023) Buku Ajar Asuhan Kebidnan Gawat Darurat
Maternal dan Neonatal. Pekalongan: PT Nasya Expanding Management.
Ningsi, A., Afriani and Sonda, M. (2024) Bantuan Hidup Dasar dan Rujukan Kasus
Gawat Darurat Maternal Neonatal. Klaten: Nas Media Pustaka.
Putri, L.A. and Mudlikah, S. (2019) Obstetri dan Ginekologi. Edited by Guepedia.
Gresik: Guepedia.
Siantar, R.L. et al. (2022) Buku ajar asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal
dan neonatal. Malang: Rena Cipta Mandiri.
Siauta, A. (2013) Partus Immaturus Case Report Coass Obgyn.
Ulya, Y. (2022) Adaptasi Anatomi dan Fisiologi. Purbalingga: Eureka Media
Aksara.
Wahyuni, I. and Aditia, D.S. (2023) Buku Ajar Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal untuk Mahasiswa Kebidanan: Disertai dengan Evidence Based
Pelayanan Kebidanan. Makassar: penerbit salemba.
35