Standar Operasional Prosedur Latihan Batuk Efektif
Standar Operasional Prosedur Latihan Batuk Efektif
Standar Operasional Prosedur Latihan Batuk Efektif
Deskripsi Pengertian:
• Teknik relaksasi napas dalam adalah bentuk latihan napas yang terdiri
atas pernapasan abdominal (diafragma) dan pursed lip breathing.
Pernapasan abdominal atau diafragma memungkinkan napas dalam
secara penuh dengan sedikit usaha (Hamasaki, 2020). Pursed lip
breathing membantu pasien mengontrol pernapasan yang berlebihan
(Nguyen & Duong, 2023).
Indikasi:
• Teknik relaksasi napas dalam diberikan pada pasien yang merasa nyeri
skala ringan (1-3) sampai sedang (4-7) yang disebabkan oleh suatu
penyakit atau pasca bedah minor, kecemasan, ketidaknyamanan dan
ketegangan otot-otot sehingga menjadi lebih rileks (Toussaint et al.,
2021). Selain itu dapat mengobati serangan panik dan kondisi stres
seperti insomnia, hipertensi, nyeri dada non kardiak, sakit kepala dan
gangguan gastrointestinal (O’Donohue & Fisher, 2008).
Kontraindikasi:
• Teknik relaksasi napas dalam tidak anjurkan pada pasien yang
mengalami sesak napas akibat penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
atau asma karena dapat memperparah hiperventilasi (O’Donohue &
Fisher, 2008).
Tujuan • Untuk meningkatkan relaksasi, meredakan nyeri dan
ketidaknyamanan (PPNI, 2018).
Persiapan Persiapan Perawat:
1. Perawat mengkaji status pernapasan pasien terkait pola napas, keluhan
sesak, jenis pernapasan, jalan napas, pernapasan cuping hidung,
pernapasan pursed lip, penggunaan otot bantu napas, saturasi oksigen,
irama jantung, tingkat nyeri, kecemasan, stres dan ketidaknyamanan.
2. Perawat menyiapkan alat dan bahan.
3. Perawat mencuci tangan dengan menggunakan teknik 6 langkah cuci
tangan sebelum dan sesudah tindakan.
4. Perawat memakai masker.
Persiapan Pasien:
1. Perawat menyapa pasien dengan prinsip 5S (senyum, sapa, salam,
sopan dan santun) dan memperkenalkan diri.
2. Perawat mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan pasien dalam
menerima edukasi.
3. Perawat mengidentifikasi pasien dengan menanyakan nama, tanggal
lahir dan nomor rekam medis.
4. Perawat menjelaskan maksud dan tujuan terkait tindakan yang akan
dilakukan mengenai alat, bahan dan prosedur.
a. Jelaskan kepada pasien mengapa dia harus melakukan teknik
relaksasi napas dalam. Hubungkan dengan kondisi penyakit atau
cederanya.
b. Yakinkan pasien bahwa ini adalah prosedur yang aman.
5. Perawat menjelaskan waktu yang diperlukan dalam prosedur tindakan,
biasanya 10-15 menit.
6. Perawat mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan pasien dalam
menerima edukasi dan kemampuan batuk.
7. Perawat melakukan kontrak waktu dan meminta informed consent
pada pasien.
8. Perawat melakukan validasi terkait informasi yang diberikan.
Persiapan Alat dan Bahan:
• Masker bagi perawat
• Tissue atau cotton budd
Prosedur Kerja 1. Mencuci tangan dengan teknik 6 langkah cuci tangan.
2. Memakai masker.
3. Amati hidung pasien, apabila kotor bersihkan lubang hidung pasien
menggunakan tissue atau cotton budd.
4. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang bagi pasien.
5. Anjurkan pasien untuk rileks dan tenang selama prosedur tindakan
dilakukan.
6. Anjurkan pasien menutup mata dan berkonsentrasi penuh selama
melakukan tindakan.
7. Atur posisi aman dan nyaman pasien yaitu posisi setengah duduk
(fowler) di tempat tidur atau kursi. Bagi pasien yang memiliki
keterbatasan untuk posisi duduk, dapat menggunakan posisi berbaring
terlentang (lying position) atau supine dengan kedua tangan berada di
atas perut atau pada kedua sisi kanan dan kiri tubuh.
8. Minta pasien menarik napas melalui hidung secara perlahan dengan
mata terpejam. Hitung sampai 5 detik selama inspirasi. Saat inspirasi
anjurkan pasien untuk memejamkan mata.
9. Minta pasien tetap fokus dan konsentrasi untuk dapat merasakan
naiknya otot diagfragma sejauh mungkin, tetap dalam kondisi rileks
dan posisi duduk tetap tegap.
10. Minta pasien menghembuskan napas melalui mulut secara perlahan
dan kuat seperti meniup sehingga terbentuk suara hembusan tanpa
mengembungkan daerah bagian pipi. Hitung sampai 5 detik selama
ekspirasi. Saat menghembuskan napas anjurkan pasien agar mata tetap
terpejam.
11. Minta pasien tetap fokus dan konsentrasi untuk dapat merasakan
turunnya dan kontraksi otot diafragma ketika ekspirasi.
12. Anjurkan pasien mengulangi terapi ini sampai 5 kali sehari selama 10-
15 menit. Terapi ini diselingi dengan istirahat setiap 5 kali terapi
dengan menganjurkan pasien bernapas dengan irama normal selama 3
kali.
13. Anjurkan ke pasien terapi relaksasi napas dalam ini dapat dilakukan
sampai nyeri dan rasa cemas berkurang. Apabila nyeri bertambah,
anjurkan pasien bernapas dengan kedalaman dangkal dan cepat
menggunakan hidung dan dikeluarkan melalui mulut.
14. Rapikan pasien dan lingkungan sekitar pasien.
15. Cuci tangan dengan 6 langkah cuci tangan.
16. Dokumentasikan prosedur tindakan yang telah dilakukan pada status
pasien yang meliputi nama waktu pemasangan (hari, tanggal, tahun
dan jam), nama perawat dan jenis tindakan. Selain itu dokumentasikan
semua hasil pengkajian keperawatan yang telah didapatkan dari
pasien.
Evaluasi Kondisi pasien:
1. Kaji respon pasien sebelum, selama dan sesudah melakukan terapi
relaksasi napas dalam.
2. Kaji tingkat nyeri dan tingkat kecemasan selama dan sesudah
melakukan terapi relaksasi napas dalam.
3. Kaji pasien dalam 15 menit pertama tergantung pada kondisi pasien,
setelah itu kaji secara teratur.
4. Kaji tanda-tanda vital, pola napas, keluhan sesak, jenis pernapasan,
jalan napas, pernapasan cuping hidung, pernapasan pursed lip,
penggunaan otot bantu napas, saturasi oksigen.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
LATIHAN BATUK EFEKTF
Deskripsi Pengertian:
• Latihan batuk efektif adalah teknik batuk yang baik dan benar untuk
mengeluarkan dahak (sekret) terdapat dalam saluran pernapasan
(Smeltzer, 2001).
Indikasi:
• Latihan batuk efektif dalam diberikan pada pasien yang menderita
penyakit paru obstruktif (PPOK), asma, TBC, pneumonia,
bronkopneumonia, dan pasien bed rest (Nurmayanti dkk, 2019); (Tahir
et al, 2019); (Agustina dkk, 2022).
Kontraindikasi:
• Latihan batuk efektif tidak anjurkan pada pasien yang mengalami
pneumotoraks, hipertensi stage 1 dan 2, congestive heart failure, infrak
miokard akut, peningkatan tekanan intrakarnial, aneurisma dan
empisema (Fauziah dkk, 2021).
Tujuan 1. Untuk membersihkan laring, trakea dan bronkiolus dari sekret atau
benda asing di jalan napas (PPNI, 2018).
2. Mengurangi hiperventilasi sehingga frekuensi sesak napas berkurang.
3. Melatih kekuatan dan ketahanan otot-otot pernapasan (Kemenkes RI,
2022).
Persiapan Persiapan Perawat:
1. Perawat mengkaji status pernapasan pasien terkait pola napas, keluhan
sesak, jenis pernapasan, jalan napas, pernapasan cuping hidung,
pernapasan pursed lip, penggunaan otot bantu napas, saturasi oksigen,
dan batuk.
2. Perawat menyiapkan alat dan bahan.
3. Perawat mencuci tangan dengan menggunakan teknik 6 langkah cuci
tangan sebelum dan sesudah tindakan.
4. Perawat memakai masker dan handscoon.
Persiapan Pasien:
1. Perawat menyapa pasien dengan prinsip 5S (senyum, sapa, salam,
sopan dan santun) dan memperkenalkan diri.
2. Perawat mengidentifikasi pasien dengan menanyakan nama, tanggal
lahir dan nomor rekam medis.
3. Perawat menjelaskan maksud dan tujuan terkait tindakan yang akan
dilakukan mengenai alat, bahan dan prosedur.
a. Jelaskan kepada pasien mengapa dia harus melakukan latihan
batuk efektif. Hubungkan dengan kondisi penyakit atau
cederanya.
b. Yakinkan pasien bahwa ini adalah prosedur yang aman.
4. Perawat menjelaskan waktu yang diperlukan dalam prosedur tindakan,
biasanya 10-15 menit.
5. Perawat mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan pasien dalam
menerima edukasi dan kemampuan batuk.
6. Perawat melakukan kontrak waktu dan meminta informed consent
pada pasien.
7. Perawat melakukan validasi terkait informasi yang diberikan.
Persiapan Alat dan Bahan:
1. Masker bagi perawat
2. Handscoon
3. Sputum spot steril
4. Lisol 2-3%
5. Perlak
6. Bengkok
7. Bantal (jika diperlukan)
Prosedur Kerja 1. Mencuci tangan dengan teknik 6 langkah cuci tangan.
2. Memakai masker.
3. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang bagi pasien.
4. Anjurkan pasien untuk rileks dan tenang selama prosedur tindakan
dilakukan.
5. Atur posisi aman dan nyaman pasien yaitu semi fowler (45ᵒ) atau
fowler (90ᵒ) dengan mencondongkan badan ke depan.
6. Letakkan perlak untuk mengalasi bagian depan tubuh pasien,
kemudian letakkan bengkok di pangkuan pasien.
7. Anjurkan pasien berkumur dengan air (jangan ditelan) sebelum
sputum dikumpulkan untuk meminimalisir kontaminasi spesimen oleh
sisa makanan atau kotoran lain dalam mulut. Hal ini dilakukan apabila
akan dilakukan pemeriksaan laboratorium spesimen sputum.
8. Anjurkan pasien minum air hangat setelah berkumur sebelum
memulai latihan batuk efektif.
9. Bila pasien memakai gigi palsu minta pasien untuk melepaskannya.
10. Anjurkan pasien menarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian dikeluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik.
11. Anjurkan pasien mengulangi tarik napas sebanyak 3 kali. Setelah itu
anjurkan pasien untuk langsung batuk dengan kuat setelah tarik napas
dalam yang ketiga.
12. Apabila pasien baru selasai menggunakan bronkodilator (asma), tarik
napas dalam lewat hidung dan tahan napas untuk beberapa detik.
13. Minta pasien batukkan sebanyak 2 kali dengan kuat. Batuk pertama
untuk melepaskan mukus dan batuk kedua untuk mengeluarkan sekret.
Jika pasien merasa nyeri dada pada saat batuk, tekan dada dengan
bantal.
14. Minta pasien tampung sekret ke dalam sputum pot yang berisi lisol
dan langsung ditutup rapat. Apabila ingin dilakukan pemeriksaan
spesimen tidak perlu menambahkan lisol ke dalam sputum pot.
15. Anjurkan pasien ketika batuk lakukan ekspirasi dengan kuat dan
adanya suara hembusan, serta posisi badan sedikit maju ke depan.
16. Anjurkan pasien ketika selesai batuk lakukan inspirasi dengan napas
pendek dan cepat secara bergantian untuk mencegah mukus bergerak
kembali ke dalam jalan napas yang sempit.
17. Anjurkan pasien untuk istirahat dan lakukan kembali sesuai
kebutuhan.
18. Sampaikan ke pasien untuk hindari batuk yang terlalu lama karena
dpat menyebabkan kelelahan dan hipoksia.
19. Rapikan pasien, alat, bahan dan lingkungan sekitar pasien.
20. Cuci tangan dengan 6 langkah cuci tangan.
21. Dokumentasikan prosedur tindakan yang telah dilakukan pada status
pasien yang meliputi nama waktu pemasangan (hari, tanggal, tahun
dan jam), nama perawat dan jenis tindakan. Selain itu dokumentasikan
semua hasil pengkajian keperawatan yang telah didapatkan dari
pasien.
Evaluasi Kondisi pasien:
1. Kaji respon pasien sebelum, selama dan sesudah melakukan latihan
batuk efektif.
2. Monitor sputum meliputi warna, kekentalan dan volume.
3. Kaji pasien dalam 30 menit pertama tergantung pada kondisi pasien,
setelah itu kaji secara teratur.
4. Kaji tanda-tanda vital, pola napas, keluhan sesak, jenis pernapasan,
jalan napas, pernapasan cuping hidung, pernapasan pursed lip,
penggunaan otot bantu napas, saturasi oksigen dan batuk.