0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1 tayangan10 halaman

Panduan Perawatan Bahan Kimia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 10

PANDUAN PERAWATAN BAHAN KIMIA

LABORATORIUM IPA
SMP N 2 BULU
KABUPATEN TEMANGGUNG

Oleh Kepala Laboratorium


Abdul Karim Budi S, S.Pd

PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG


DINAS PENDIDIKAN
2013
A. PENDAHULUAN
Bahan kimia merupakan barang yang mutlak ada di laboratorium IPA SMP. Bahan-
bahan tersebut mempunyai karakteristik sendiri-sendiri, sehingga memerlukan perlakuan
yang specifik agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Bahan kimia juga mudah rusak
karena berbagai pengaruh. Kerusakan bahan kimia tersebut harus segera teridentifikasi dan
harus selalu dicegah supaya kerusakan itu dapat diminimalisir. Seorang laboran harus dapat
merawat bahan kimia dengan baik dan benar. Perawatan dan penanganan bahan kimia
dimaksudkan agar bahan kimia dilaboratorium tertata dengan baik, teratur dalam
penyimpanannya sehingga bahan kimia dalam kondisi segar dan aman digunakan.
Pengenalan sifat dan jenis bahan kimia akan memudahkan dalam cara perawatan dan
penanganannya.

B. PENGGOLONGAN BAHAN KIMIA


1. Bahan kimia yang mudah meledak (eksplosif)

Gambar 1. Simbol bahan mudah meledak


Bahan kimia mudah meledak (explosive) adalah bila bereaksi bahan tersebut menghasilkan
gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan
kerusakan di sekelilingnya. Daftar bahan kimia explosive di laboratorium tercantum dalam
Tabel 1. Reaksi eksoterm antara gas-gas dan serbuk zat-zat padat dapat meledak dengan
dahsyat. Kombinasi zat-zat yang sering meledak di laboratorium pada waktu melakukan
percobaan misalnya:

 natrium (Na) atau kalium (K) dengan air


 peroksida dengan magnesium (Mg), seng (Zn)
 asam nitrat (HNO3) dengan seng (Zn), magnesium atau logam lain) atau
aluminium (Al)

Tabel 1. Contoh campuran bahan yang dapat bersifat explosive:

Oksidator Reduktor
KCl03, NaN03 Karbon, belerang
Asam nitrat Etanol

Kalium permanganat Gliserol

Syarat penyimpanan bagi bahan kimia yang mudah meledak/eksplosif:


 Simpan di ruangan dingin dan berventilasi
 jauhkan dari panas dan api
 hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis

2. Bahan Kimia mudah terbakar

Gambar 2. Lambang bahan kimia mudah terbakar

Bahan mudah terbakar adalah bahan yang mudah bereaksi dengan oksigen dan
menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat juga dapat menghasilkan
ledakan. Bahan cair dinyatakan mudah terbakar bila titik nyala > 21 °C dan < 55 °C pada
tekanan 1 atm. Bahan cair dinyatakan sangat mudah terbakar bila titik nyala < 21 °C dan titik
didih > 20 °C pada tekanan 1 atm. Gas dinyatakan mudah terbakar jika titik didih < 20 °C
pada tekanan 1 atm. Zat cair yang mudah terbakar merupakan pelarut organik. Dari segi
mudahnya terbakar cairan organik dibagi menjadi 3 golongan:
 Cairan yang terbakar dibawah temperatur 21oC., misalnya eter (C2H5OC2H5 benzena
(C5H6, aseton (CH3COCH3).
 Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara 21 oC - 55oC, misalnya etanol
(C2H5OH), methanol (CH3OH).
 Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 21 oC – 93,5oC, misalnya kerosin
(minyak lampu), terpentin, naftalena,

3. Bahan Kimia Beracun

Gambar 3. Lambang bahan kimia beracun

Bahan kimia beracun (toksik) didefinisikan sebagai bahan kimia yang dalam
jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia atau mahluk hidup lainnya. Pada
umumnya zat-zat toksik masuk lewat pernapasan dan kemudian beredar ke seluruh
tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung
mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain, tetapi
dapat juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, ginjal, atau cairan
limfa dan menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang. Pengeluaran zat-zat
beracun dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel epitel dan
keringat. Beberapa bahan kimia beracun dan akibat yang ditimbulkan tercantum
dalam Tabel 2.
Tabel 2. Contoh zat beracun
Jenis zat beracun Jenis bahan kimia Akibat keracunan dan gangguan

Logam metaloid Pb (TEL, PbCO3) Gangguan pada: Syaraf, ginjal, Hati,


Hg Metabolism karbohidrat dan lemak,
Krom (Cr) Kanker, Iritasi, kanker
Arsen (As)
Fosfor (P)
Bahan pelarut bensin, minyak tanah Pusing dan koma
kloroform, CCl4 • Hati dan ginjal
Alkohol Syaraf pusat, leukeumia
Gas-gas beracun Asam sianida (HCN) Sesak napas, kekurangan oksigen
Asam sulfida (H2S) Pusing, kejang, hilang
Karbon monoksida (CO) Kesadaran, jantung, syaraf, iritan,
nitrogen oksida kematian
Larutan (reagen) Larutan fehling, biuret, Karsinogen, merusak hati dan ginjal
benedict, pereaksi tollens
Padatan (kristal) CuSO4.5 H2O Toxic, korosif, iritasi kulit,
AgNO3

Penyimpanan bahan kimia beracun dilakukan di ruangan dingin dan


berventilasi, jauh dari bahaya kebakaran, dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin
bereaksi, kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak
sedang dipergunakan, disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan
sarung tangan.

4. Bahan korosif dan iritasi


.

Gambar 4. Lambang bahan kimia korosif/corrosive.


Gambar 4 adalah simbol bahan kimia yang bersifat korosif.Lambang tetesan
cairan yang mengenai logam atau tangan. Lambang tersebut menunjukkan cairan
asam dapat merusak logam dan tubuh manusia, karena bahan korosif mempunyai efek
iritasi terhadap kulit dan jaringan.
Bahan/zat kimia yang bersifat korosif dapat merusak kemasan/wadah dan
bereaksi dengan zat-zat beracun Bahan/zat kimia korosif antara lain adalah asam
sulfat (H2S04), asam nitrat (HNO3), asam klorida (HCl), natrium hidroksida (NaOH),
kalsium hidroksida (Ca(OH)2), dan gas belerang dioksida (SO2).
Syarat penyimpanan:
 ruangan dingin dan berventilasi
 wadah tertutup dan berlabel
 dipisahkan dari zat-zat beracun.
C. PERAWATAN DAN PENYIMPANAN BAHAN (ZAT) KIMIA di
LABORATORIUM IPA SMP

Perawatan Bahan-bahan Kimia di Laboratorium IPA SMP


Pengelola dan laboran hendaknya memprogramkan secara periodik perawatan bahan
kimia. Dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan suatu bahan kimia, diperlukan
beberapa pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan karakteristik
bahan kimia tersebut. Perawatan terhadap bahan kimia salah satunya didasarkan pada
keadaan fasanya, yaitu padat, cair, larutan dan gas.
1. Padatan biasa, tidak higroskopis dan tidak menyublim
Perawatan untuk zat padatan ini dengan cara menempatkannya pada botol
bermulut lebar atau stopler yang bertutup baik. Usahakan label tidak mudah lepas
dan huruf tidak mudah luntur atau pudar. Botol yang berdebu sebaiknya dilap.
Pengambilan dengan sendok plastik. Untuk penggunaan langsung gunakan botol kecil
bermulut lebar. Hindarkan kemungkinan masuknya debu dan air maupun kelembaban.
Contoh: amilum, natrium karbonat.
2. Padatan higroskopis
Ditempatkan dalam tempat bertutup atau tempat lain dan ditutup rapat dan wadah
serta tutup plastik (bukan kaca) Contoh: NaOH dan KOH.
3. Padatan mudah menguap/menyublim
Penempatannya dalam botol gelas atau plastik di samping ditutup rapat, juga tidak
boleh terlalu penuh, sisakan ruangan sekitar ¼ nya untuk kemudahan penyubliman.
Contoh: Iodium, amonium karbonat, kamper.
4. Padatan peka cahaya
Tempatkan pada botol gelap atau tidak tembus cahaya. Tutup rapat- rapat. Contoh:
Perak nitrat, kalium permanganat, kalium iodida, larutan HCl, H2SO4.
5. Padatan peka air
Peka air maksudnya mudah bereaksi dengan air. Contoh: Logam kalium, logam
natrium. Kedua logam tersebut harus disimpan dengan merendamnya dalam minyak
tanah dalam botol gelas.
1. Padatan peka oksigen/udara
Peka oksigen/udara maksudnya mudah bereaksi dengan oksigen dari udara. Contoh:
Posfor. Harus disimpan dengan merendamnya dalam air pada botol terbuat dari gelas.
Tempat dari kaleng tidak disarankan karena mudah bocor; bila hal ini terjadi, dapat
terjadi kebakaran.
2. Cairan/Larutan biasa
Harus ditutup rapat untuk menghindarkan pengotoran. Pergunakan pipet yang khusus
dan bersih waktu pengembilan isinya, atau dengan jalan menuangkan langsung
dengan etiket botol menghadap telapak tangan untuk menghindari lunturnya etiket
tersebut. Contoh: Alkohol, asam asetat, larutan garam. Isi botol tidak boleh penuh,
sisakan ruangan sekitar ¼ bagian untuk memberi kesempatan uap berkondensasi
3. Cairan mudah terbakar
Jauhkan botolnya dari api. Contoh: eter, metanol, etanol, bensin, minyak tanah.
9. Gas
Jauhkan tabung dari api atau panas. Gunakan keran dengan pemutarnya yang baik,
jangan sampai ada yang bocor . Lebih baik ditempatkan di tempat yang dingin.
Contoh: gas elpiji, oksigen, helium, nitrogen

Penyimpanan Bahan Kimia


Penyimpanan bahan kimia harus disesuaikan dengan karakteristik setiap bahan.
Kegiatan penyimpanan diawali dengan pelabelan pada kemasan/wadah bahan kimia. Label
tersebut harus dapat memberikan informasi tentang karakteristik bahan tersebut, sehingga
label minimal mengandung nama senyawa beserta rumus kimianya, sifat fisik (massa jenis,
titik didih, titik lebur dsb), konsentrasi dan simbol yang menunjukkan karakter spesifik bahan
seperti bahan mudah terbakar, mudah meledak, korosif, beracun dan sebagainya.

Prinsip-prinsip Penyimpanan Bahan/Zat Kimia


Zat atau bahan kimia hendaknya disimpan secara terpisah dari peralatan. Penyimpanan
zat secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok zat organik
dan zat anorganik. Hal-hal yang harus dihindari dalam penataan bahan kimia di dalam almari
adalah penataan berdasarkan ukuran kesar kecil botol atau penataan berdasarkan urutan
abjad. Penataan bahan kimia seharusnya dikelompokkan berdasarkan sifat fisik dan
kimianya, misalnya kelompok zat padat, cair; kelompok asam, basa, garam, kelompok
pengoksidasi, dan kelompok yang mudah terbakar.
Selain dikelompokkan berdasarkan pertimbangan di atas, bahan kimia dapat juga
disimpan berdasarkan:
a. Bahan- bahan kimia yang sering dipakai.
b. Bahan-bahan kimia yang boleh diambil sendiri oleh siswa, seperti larutan- larutan
encer dari beberapa garam, asam dan basa.
c. Bahan yang jarang dipakai.

Penyimpanan bahan kimia di laboratorium, harus diletakkan dalam almari, dimana almari
tersebut dikenal sebagai tempat penyimpanan primer. Sedangkan tempat penyimpanan
sekunder adalah berupa nampan-nampanplastik (Gambar 5) dengan berbagai ukuran dan
warna sebagai tempat bahan kimia yang sering dipakai dan dikelompokkan berdasarkan
karakteristiknya. Langkah ini dimaksudkan untuk memudahkan dan keamanan bahan
tersebut.
Gambar 5. Penataan bahan kimia dalam wadah sekunder

Almari Asap
Laboratorium IPA, harus dilengkapi dengan almari asap, yaitu almari yang berguna
untuk melokalisir asap yang keluar dari bahan kimia maupun hasil reaksi kimia. Almari asap,
sering disebut sebagai almari Asam, karena bahan-bahan kimia yang berasap biasanya adalah
asam-asam kuat dan pekat, seperti HCl, H2SO4,asam nitrat pekat, amonia, air klor dan raksa.
Almari asap (asam) harus dapat beroperasi dengan baik dan memiliki kecepatan
penarikan udara keluar berkisar 100-125 feet/menit. Suara dari blower pada lemari asam
tidak melebihi 65 dBA pada area depan lemari asam. Bahan-bahan kimia yang mudah
menguap harus ditempatkan pada lemari khusus/ lemari asam dan dipisah dengan zat-zat
lainnya, sehingga tidak mencemari zat lainnya.
Seringkali almari asam alasnya atau kacanya kotor karena uap zat yang melekat atau
dinding dalam lemari asam cepat kusam. Kotoran keputih-putihan pada lemari asam dapat
disebabkan oleh uap-uap zat korosif. Lapisan tersebut dapat dibersihkan dengan lap basah
atau lap yang dibasahi air setelah diberi sedikit amonia. Bagian kaca lemari asam dibersihkan
dengan lap basah atau kertas koran basah, lalu dikeringkan dengan kertas koran kering.
Dinding lemari asam

Gambar 5. Almari asap


Kipas penghisap terbuat dari logam maka dengan sendirinya mudah rusak/berkarat
sehingga menjadi macet. Hal ini bisa dihindari dengan cara pelapisan dengan pelapis tahan
panas dan tahan berkarat. Botol-botol reagen di dalam almari asam harus ditutup dengan
rapat dan kemungkinan sisa-sisa uapnya harus dibuang keluar dulu sebelum generator
penghisapnya dimatikan. Sebaiknya generator penghisap tetap hidup, agar uap zat korosif
senantiasa terbuang. Namun untuk melakukan hal ini perlu dicek dahulu keadaan
generatornya, karena adakalanya dapat terjadi kebakaran yang disebabkan terlalu panasnya
generator penghisap. Kerusakan lain pada kipas penghisap adalah akibat terbakarnya
generator yang disebabkan penggunaan tegangan yang terlalu besar atau pemakaian terlalu
lama (overheat).

Kerusakan Bahan Kimia


Pengenalan sifat dan jenis bahan kimia akan memudahkan dalam identifikasi kerusakan
bahan kimia di laboratorium. Kerusakan bahan-bahan kimia dapat disebabkan oleh:
a. Udara
Udara mengandung oksigen dan uap air. Bahan-bahan kimia yang sifatnya
higroskopis akan berair, bahkan dapat berubah menjadi larutan. Bahan kimia lain
yang mudah teroksidasi dengan udara, misalnya NaOH, NaCl, Ca(OH) 2. Hal itu
segera terjadi bila botol/ tempatnya tidak tertutup dengan baik dan rapat.
b. Cairan: air, asam, basa, Air, asam, basa dan cairan lainnya dapat menjadi penyebab
kerusakan zat kimia jika terjadi reaksi dengan bahan/zat kimia lainnya menjadi
senyawa lain. Misalnya logam-logam seperti Na, K, dan Ca bereaksi dengan air
menghasilkan gas H2, api dan panas. Zat-zat lain yang bereaksi dengan air secara
hebat, seperti asam sulfat pekat, logam halide anhidrat, oksida non logam halide harus
dijauhkan dari air atau disimpan dalam ruangan yang kering dan bebas kebocoran di
waktu hujan. Kebakaran akibat zat-zat di atas tak dapat dipadamkan dengan
penyiraman air. Cairan yang bersifat asam mempunyai daya merusak lebih hebat dari
air, misalnya asam klorida merupakan asam yang beruap mudah bereksi dengan zat
kimia lain membentuk senyawa lain yang reaktif. Cara yang paling baik adalah
dengan mengisolir asam itu sendiri, misalnya menempatkan botol asam yang tertutup
rapat dan ditempatkan dalam lemari khusus, atau di lemari asam. Begitu juga zat
kimia yang bersifat basa sama dengan asam. Larutan basa (NaOH, KOH) tidak boleh
disimpan pada botol kaca dan bertutup kaca karena basa tersebut akan bereaksi
dengan kaca yang menyebabkan tutup sukar dibuka.
c. Panas/temperatur
Pengaruh temperatur akan menyebabkan reaksi atau perubahan kimia terjadi, dan juga
mempercepat reaksi. Panas yang cukup tinggi dapat memacu terjadinya reaksi
oksidasi. Keadaan temperatur yang terlalu rendah juga mempunyai akibat yang
serupa.

d. Mekanik
Benturan, tarikan, maupun tekanan yang besar harus dihindari, khususnya pada bahan
kimia yang mudah meledak.
e. Sinar/Cahaya
Bahan/zat kimia tertentu sangat mudah rusak oleh pengaruh sinar/cahaya, terutama
sinar ultra violet (UV). misalnya kristal iodium, larutan kaliumpermanganat; HCl,
H2SO4, asam asetat pekat. Zat-zat kimia tersebut dengan sinar UV akan tereduksi
sehingga akan mengubah sifat dan warna larutan itu.
f. Api
Api/kebakaran dapat terjadi bila tiga komponen berada bersama-sama pada suatu saat,
yaitu adanya bahan bakar, adanya panas yang cukup tinggi, dan adanya oksigen di
udara. Oksigen yang mudah bereaksi dengan bahan bakar yang berupa uap yang
sudah mencapai titik bakarnya akan menghasilkan api. Api inilah yang selanjutnya
dapat mengakibatkan kebakaran. Maka untuk menghindari terjadinya Kebakaran
haruslah salah satu dari komponen segitiga api tersebut harus ditiadakan. Cara
Termudah ialah menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar, seperti aseton,
alkohol, bensin disimpan ditempat yang dingin/temperatur kamar;
g. Sifat bahan kimia itu sendiri
Bahan-bahan kimia mempunyai sifat khasnya masing-masing. Misalnya asam sangat
mudah bereaksi secara spontan dengan basa. Reaksi yang spontan biasanya
menimbulkan panas yang tinggi dan api. Misalnya asam sulfat pekat yang diteteskan
pada campuran kalium klorat padat dan gula pasir seketika akan terjadi api. Demikian
juga kalau kristal kalium permanganate ditetesi dengan gliserin; disekitarnya ada
bahan yang mudah terbakar maka akan terjadi api dan terbakar.
2. Mengidentifikasi Kerusakan Zat Kimia.Kerusakan bahan kimia ditandai dengan adanya:
1. Perubahan wujud/bentuk
Jika zat berbentuk padat telah berubah menjadi bentuk cair, sebaiknya dicek dan
dipastikan apakah masih dapat digunakan atau masih aman. Sebagai contoh untuk
senyawa Natrium Hidroksida (NaOH) padat, Kalium Hidroksida (KOH), bila
penyimpanannya tidak di botol plastik ataupun botol plastik yang tidak tertutup
dengan rapat serta ditempatkan pada kondisi yang tidak kering, zat tersebut
mudah menyerap air dari udara dan akan meleleh kemudian mencair.
2. Perubahan warna
Perubahan warna juga akan menjadi penanda bahwa zat kimia berbentuk
padatan/larutan/ cairan telah mengalami kerusakan. Perubahan warna juga akan
menjadi penanda bahwa zat kimia berbentuk padatan/larutan/ cairan telah
mengalami kerusakan. Contoh adalah H2SO4 yang terkena sinar UV akan berubah
warna dari bening (tidak berwarna menjadi hitam seperti aspal. Sedangkan HCl
akan berubah warna dari tidak berwarna menjadi kuning kecoklatan. Larutan KI
yang tidak berwarna akan berubah menjadi warna kuning. Kerusakan pada bahan
kimia cair, selain ditandai adanyaperubahan warna, juga adanya endapan dan bau
yang tidak sama dengan aslinya.
3. Timbulnya gas
Bila zat cair dalam laboratorium sudah menimbulkan gejala seperti itu sebaiknaya
zat tersebut dibuang pada tempat yang disarankan, contohnya bila larutannya
encer bisa langsung dibuang di bak pasir

Anda mungkin juga menyukai