Panduan Perawatan Bahan Kimia
Panduan Perawatan Bahan Kimia
Panduan Perawatan Bahan Kimia
LABORATORIUM IPA
SMP N 2 BULU
KABUPATEN TEMANGGUNG
Oksidator Reduktor
KCl03, NaN03 Karbon, belerang
Asam nitrat Etanol
Bahan mudah terbakar adalah bahan yang mudah bereaksi dengan oksigen dan
menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat juga dapat menghasilkan
ledakan. Bahan cair dinyatakan mudah terbakar bila titik nyala > 21 °C dan < 55 °C pada
tekanan 1 atm. Bahan cair dinyatakan sangat mudah terbakar bila titik nyala < 21 °C dan titik
didih > 20 °C pada tekanan 1 atm. Gas dinyatakan mudah terbakar jika titik didih < 20 °C
pada tekanan 1 atm. Zat cair yang mudah terbakar merupakan pelarut organik. Dari segi
mudahnya terbakar cairan organik dibagi menjadi 3 golongan:
Cairan yang terbakar dibawah temperatur 21oC., misalnya eter (C2H5OC2H5 benzena
(C5H6, aseton (CH3COCH3).
Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara 21 oC - 55oC, misalnya etanol
(C2H5OH), methanol (CH3OH).
Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 21 oC – 93,5oC, misalnya kerosin
(minyak lampu), terpentin, naftalena,
Bahan kimia beracun (toksik) didefinisikan sebagai bahan kimia yang dalam
jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia atau mahluk hidup lainnya. Pada
umumnya zat-zat toksik masuk lewat pernapasan dan kemudian beredar ke seluruh
tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung
mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain, tetapi
dapat juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, ginjal, atau cairan
limfa dan menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang. Pengeluaran zat-zat
beracun dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel epitel dan
keringat. Beberapa bahan kimia beracun dan akibat yang ditimbulkan tercantum
dalam Tabel 2.
Tabel 2. Contoh zat beracun
Jenis zat beracun Jenis bahan kimia Akibat keracunan dan gangguan
Penyimpanan bahan kimia di laboratorium, harus diletakkan dalam almari, dimana almari
tersebut dikenal sebagai tempat penyimpanan primer. Sedangkan tempat penyimpanan
sekunder adalah berupa nampan-nampanplastik (Gambar 5) dengan berbagai ukuran dan
warna sebagai tempat bahan kimia yang sering dipakai dan dikelompokkan berdasarkan
karakteristiknya. Langkah ini dimaksudkan untuk memudahkan dan keamanan bahan
tersebut.
Gambar 5. Penataan bahan kimia dalam wadah sekunder
Almari Asap
Laboratorium IPA, harus dilengkapi dengan almari asap, yaitu almari yang berguna
untuk melokalisir asap yang keluar dari bahan kimia maupun hasil reaksi kimia. Almari asap,
sering disebut sebagai almari Asam, karena bahan-bahan kimia yang berasap biasanya adalah
asam-asam kuat dan pekat, seperti HCl, H2SO4,asam nitrat pekat, amonia, air klor dan raksa.
Almari asap (asam) harus dapat beroperasi dengan baik dan memiliki kecepatan
penarikan udara keluar berkisar 100-125 feet/menit. Suara dari blower pada lemari asam
tidak melebihi 65 dBA pada area depan lemari asam. Bahan-bahan kimia yang mudah
menguap harus ditempatkan pada lemari khusus/ lemari asam dan dipisah dengan zat-zat
lainnya, sehingga tidak mencemari zat lainnya.
Seringkali almari asam alasnya atau kacanya kotor karena uap zat yang melekat atau
dinding dalam lemari asam cepat kusam. Kotoran keputih-putihan pada lemari asam dapat
disebabkan oleh uap-uap zat korosif. Lapisan tersebut dapat dibersihkan dengan lap basah
atau lap yang dibasahi air setelah diberi sedikit amonia. Bagian kaca lemari asam dibersihkan
dengan lap basah atau kertas koran basah, lalu dikeringkan dengan kertas koran kering.
Dinding lemari asam
d. Mekanik
Benturan, tarikan, maupun tekanan yang besar harus dihindari, khususnya pada bahan
kimia yang mudah meledak.
e. Sinar/Cahaya
Bahan/zat kimia tertentu sangat mudah rusak oleh pengaruh sinar/cahaya, terutama
sinar ultra violet (UV). misalnya kristal iodium, larutan kaliumpermanganat; HCl,
H2SO4, asam asetat pekat. Zat-zat kimia tersebut dengan sinar UV akan tereduksi
sehingga akan mengubah sifat dan warna larutan itu.
f. Api
Api/kebakaran dapat terjadi bila tiga komponen berada bersama-sama pada suatu saat,
yaitu adanya bahan bakar, adanya panas yang cukup tinggi, dan adanya oksigen di
udara. Oksigen yang mudah bereaksi dengan bahan bakar yang berupa uap yang
sudah mencapai titik bakarnya akan menghasilkan api. Api inilah yang selanjutnya
dapat mengakibatkan kebakaran. Maka untuk menghindari terjadinya Kebakaran
haruslah salah satu dari komponen segitiga api tersebut harus ditiadakan. Cara
Termudah ialah menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar, seperti aseton,
alkohol, bensin disimpan ditempat yang dingin/temperatur kamar;
g. Sifat bahan kimia itu sendiri
Bahan-bahan kimia mempunyai sifat khasnya masing-masing. Misalnya asam sangat
mudah bereaksi secara spontan dengan basa. Reaksi yang spontan biasanya
menimbulkan panas yang tinggi dan api. Misalnya asam sulfat pekat yang diteteskan
pada campuran kalium klorat padat dan gula pasir seketika akan terjadi api. Demikian
juga kalau kristal kalium permanganate ditetesi dengan gliserin; disekitarnya ada
bahan yang mudah terbakar maka akan terjadi api dan terbakar.
2. Mengidentifikasi Kerusakan Zat Kimia.Kerusakan bahan kimia ditandai dengan adanya:
1. Perubahan wujud/bentuk
Jika zat berbentuk padat telah berubah menjadi bentuk cair, sebaiknya dicek dan
dipastikan apakah masih dapat digunakan atau masih aman. Sebagai contoh untuk
senyawa Natrium Hidroksida (NaOH) padat, Kalium Hidroksida (KOH), bila
penyimpanannya tidak di botol plastik ataupun botol plastik yang tidak tertutup
dengan rapat serta ditempatkan pada kondisi yang tidak kering, zat tersebut
mudah menyerap air dari udara dan akan meleleh kemudian mencair.
2. Perubahan warna
Perubahan warna juga akan menjadi penanda bahwa zat kimia berbentuk
padatan/larutan/ cairan telah mengalami kerusakan. Perubahan warna juga akan
menjadi penanda bahwa zat kimia berbentuk padatan/larutan/ cairan telah
mengalami kerusakan. Contoh adalah H2SO4 yang terkena sinar UV akan berubah
warna dari bening (tidak berwarna menjadi hitam seperti aspal. Sedangkan HCl
akan berubah warna dari tidak berwarna menjadi kuning kecoklatan. Larutan KI
yang tidak berwarna akan berubah menjadi warna kuning. Kerusakan pada bahan
kimia cair, selain ditandai adanyaperubahan warna, juga adanya endapan dan bau
yang tidak sama dengan aslinya.
3. Timbulnya gas
Bila zat cair dalam laboratorium sudah menimbulkan gejala seperti itu sebaiknaya
zat tersebut dibuang pada tempat yang disarankan, contohnya bila larutannya
encer bisa langsung dibuang di bak pasir