KTI - Siti Rahmi Damyanti

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 143

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN IBU NIFAS POST SECTIO


CAESAREA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT
DI RSUD dr. KANUJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN
TAHUN 2024

Oleh :

SITI RAHMI DAMYANTI


NIM. P07220121087

POLITEKNIK KESEHATAAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2024
KARYATULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS POST SECTIO CAESAREA


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DI RSUD dr.
KANUJOSO DJATIWIBOWO KOTA BALIKPAPAN
TAHUN 2024
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)
Pada Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Oleh :

SITI RAHMI DAMYANTI


NIM : P07220121087

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JURUSAN


KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2024

i
SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah hasil

karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan atau tiruan dari Proposal Karya

Tulis Ilmiah orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang

pendidikan di perguruan tinggi manapun baik sebagian maupun

keseluruhan. Jika terbukti bersalah, saya bersedia menerima sanksi sesuai

ketentuan yang berlaku.

Samarinda, 20 Desember 2023

Yang Menyatakan

Siti Rahmi Damyanti


NIM.P7220121087

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL KARYA ILMIAH TELAH DISETUJUI

UNTUK DI UJI

19 Februari 2024

Oleh

Pembimbing

Ns. Grace C Sipasulta, M.Kep, Sp.Kep.Mat


NIDN. 4013106302

Pembimbing Pendamping

Ns. Nilam Noorma, S. Kep., M. Kes


NIDN. 4005028002

Mengetahui
Ketua Program Studi D-III Keperawatan
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Ns. Tini, S.Kep., M.Kep


NIP. 198107012006042004

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ibu Hamil Post Sectio Caesarea Di RSUD Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Kota Balikpapan Tahun 2024 Telah diuji

Pada tanggal 19 Februari 2024

PANITIA PENGUJI

Ketua Penguji:

Dr. Hj. Nina Mardiana., M.Kes ( ........................................ ...)


NIDN. 402509610

Penguji Anggota:

1. Ns. Grace C Sipasulta, M.Kep, Sp. Kep.Mat ( .............................................. )


NIDN. 4013106302

2. Ns. Nilam Noorma, S. Kep., M. Kes ( ........................................ ...)


NIDN. 4005028002

Mengetahui

Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Program Studi D III Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Ns. Andi Lis AG, M.Kep Ns. Tini, S.Kep., M.Kep


NIP. 196803291994022001 NIP. 198107012006042004

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Data Diri

1. Nama : Siti Rahmi Damyanti

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Tempat,Tanggal Lahir : Balikpapan, 18 Desember 2002

4. Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia

5. Agama : Islam

6. Alamat : Jl. Sosial V RT. 036 No.12a, Kota Balikpapan

7. Email : yrahmi807@gmail.com

2. Riwayat Pendidikan

1. TK Islam Plus “AL-FAROHI” 2008 – 2010

2. SD Negeri 010 Balikpapan Selatan Tahun 2010 – 2016

3. SMP N 5 Balikpapan Tahun 2016 – 2019

4. SMA N 4 Balikpapan 2019 – 2021

5. Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur Balikpapan Tahun (2021-Sekarang).

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas berkat

rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Proposal Karya

Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Ibu Hamil Post

Sectio Cecarea dengan tindakan keperawan Relaksasi Tarik Nafas Dalam Di

RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Tahun 2024”. Proposal ini di susun dalam

rangka menyelesesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar Ahli Madya di

Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Kalimantan Timur.

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat tersusun atas upaya maksimal yang

dapat saya berikan sebagai penulis serta arahan pembimbing, dan keterlibatan

berbagai pihak yang telah membantu saya dalam penulisan proposal ini. Bersama

dengan ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Dr. M. H. Supriadi B, S.Kp., M.Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

2. dr. Edy Iskandar, Sp.PD., FINASIM., MARS selaku Direktur RSUD Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

3. Ns. Andi Lis Arming Gandili, M.Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

vi
4. Ns. Tini, S.Kep.,M.Kep selaku Ketua Program Studi D-III Keperawatan Sa-

marinda Jurusan Keperawatan Politeknik KesehatanKementerian Kesehatan

Kalimantan Timur.

5. Ns. Grace C Sipasulta, M.Kep, Sp.Kep.Mat selaku Penanggung Jawab Prodi

D-III Keperawatan Kelas B Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Kalimantan Timur sekaligus pembimbing utama yang telah membimbing dan

memberikan arahan kepada saya dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

6. Ns. Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd selaku pembimbing II yang telah

membimbing dan memberikan arahan kepada saya dalam pembuatan Karya

Tulis Ilmiah.

7. Dosen-dosen dan seluruh staff Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemen-

terian Kesehatan Kalimantan Timur yang telah mendidik dan membimbing

saya dalam masa pendidikan.

8. Superhero saya yaitu Bapak ABD. Haris yang sangat membantu, mendukung

dan selalu mendoakan dalam kegiatan positif yang saya lakukan.

9. Wonder women saya sekaligus malaikat terbaik yang pernah ada di hati

keluarga besar Haris Familly, yaitu Ibu Djumariah yang sangat membantu

dan mendoakan setiap perjalanan anak-anaknya.

10. Saudara-saudara saya yaitu, Ka adi, Ka Hawa, Ka Uchie, Ka Saddam, Ka

Sukran, Ka basit, Abang Adrian, dan Ka Eri terimakasih atas support dan

dukungannya serta selalu memberikan bantuan dan pertolongan setiap yanti

membutuhkan bantuan.

vii
11. Teman-teman yang terlibat dalam perkuliahan saya yang tidak bisa saya se-

butkan nama-namanya, dari saya memulai mendaftarkan diri untuk menjadi

mahasiswi keperawatan, hingga berjalan sampai pada saat ini itu juga berkat

dukungan dari kalian semua.

12. Rekan-rekan mahasiswa/i Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Ju-

rusan Keperawatan Prodi D-III Keperawatan Kelas B Angkatan 2021.

Semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dapat memberikan manfaat

dan sebagai sumbangsih pemikiran khususnya untuk para pembaca dan tidak

lupa penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan Proposal karya tulis

ilmiah (KTI) ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari

keseluruhan karya tulis ilmiah ini. Penulis sadar bahwa Proposal karya tulis

ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat

penulis harapkan demi kebaikan untuk kedepannya.

Samarinda, 20 Desember 2023

Penulis

viii
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN IBU NIFAS POST SECTIO


CAESAREA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT
DI RSUD dr. KANUJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN
TAHUN 2024

Pendahuluan: Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologi yang menyertai kehidupan
hampir setiap wanita. Namun, tidak jarang proses persalinan mengalami hambatan dan harus
dilakukan dengan tindakan pembedahan (Sectio caesarea), karena pertimbangan medis untuk
menyelamatkan ibu dan janinnya. Prevalensi data yang dikumpulkan menurut World Health
Organization (WHO) tahun 2021, yaitu 41,3% wanita yang melakukan tindakan sectio
caesarea dan sisanya persalinan pervaginam. Tujuan penelitian ini mempelajari dan
memahami Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dalam bentuk studi kasus
untuk mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ibu Nifas Post Sectio
Caesarea Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo.
Pendekatan yang digunakan adalah asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
menegakkan diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan
berdasarkan SDKI, SLKI, SIKI dan melakukan terapi relaksasi tarik nafas selama 5-7 kali dan
diselangi istirahat sebanyak 4 kali bila rasa nyeri itu timbul. Intensitas nyeri diukur
menggunakan skala wong baker face pain scale sebelum dan setelah intervensi.
Hasil dan pembahasan: Berdasarkan hasil pengkajian klien ditegakkan 3 diagnosa yaitu nyeri
akut, resiko infeksi, dan menyusui efektif pada klien. Dengan dilakukan pelaksanaan rencana
keperawatan dan terapi relaksasi tarik nafas dalam selama 3 hari perawatan dimana hasil rata-
rata skala nyeri sebelum intervensi adalah 6 dan menurun menjadi 4 setelah intervensi pada
hari ketiga.
Kesimpulan dan Saran: Dari penerapan intervensi keperawatan didapatkan respon klien
terhadap sectio setelah dilakukan pengkajian, penegakkan diagnosa, intervensi, implementasi,
hingga evaluasi serta satu intervensi utama efektif untuk dilakukan dan diharapkan dapat
menjadi acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pasien post sectio secara
professional dan komprehensif.

Kata Kunci: Asuhan Keperawatan Ibu Nifas Post Sectio Caesarea, Teknik Relaksasi Tarik
Nafas Dalam.

iv
ABSTRACT

NURSING CARE FOR POST PARTICULAR MOTHER PATIENTS


POST SECTIO CAESAREA WITH ACUTE PAIN NURSING
PROBLEMS AT Dr. Hospital. KANUJOSO DJATIWIBOWO
BALIKPAPAN IN 2024

Inroduction: Labor and birth are physiological processes that accompany the lives of almost
every woman. However, it is not uncommon for the birthing process to experience obstacles
and must be carried out surgically (Sectio caesarea), due to medical considerations to save the
mother and fetus. Prevalence data collected according to the World Health Organization
(WHO) in 2021, namely 41.3% of women who had a caesarean section and the rest had vaginal
births. The aim of this research is to study and understand Post Sectio Caesarea Nursing Care
at RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.
Method: This research uses a descriptive analytical method in the form of a case study to
explore the problem of nursing care for post-partum post-section caesarean women with acute
pain nursing problems at RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo. The approach used is nursing care
which includes assessment, establishing a nursing diagnosis, planning, implementation and
evaluation based on the SDKI, SLKI, SIKI and carrying out relaxation therapy, inhale 5-7 times
and rest 4 times if pain occurs. Pain intensity was measured using the Wong Baker Face Pain
Scale before and after intervention.
Results and discussion: Based on the results of the client's assessment, 3 diagnoses were
made, namely acute pain, risk of infection, and effective breastfeeding for the client. By
implementing the nursing plan and deep breathing relaxation therapy for 3 days of treatment,
the average pain scale result before the intervention was 6 and decreased to 4 after the
intervention on the third day.
Conclusions and Suggestions: From the application of nursing interventions, the client's
response to section is obtained after assessment, diagnosis, intervention, implementation, and
evaluation and one main intervention is effective and is expected to be a reference for nurses
in providing nursing care for post-section patients in a professional and professional manner.
comprehensive.

Keywords: Nursing Care for Postpartum Women Post Sectio Caesarea, Deep Breathing
Relaxation Technique.

v
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN................................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... vii
DAFTAR BAGAN ....................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 4
1.3 Tujuan Studi Kasus ........................................................................................................... 4
1.4 Manfaat Studi Kasus ......................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 7
2.1 Konsep Penyakit................................................................................................................ 7
2.2 Konsep Prosedur Tindakan ............................................................................................. 28
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan ......................................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................. 75
3.1 Rencana Studi Kasus ....................................................................................................... 75
3.2 Subjek Studi Kasus.......................................................................................................... 75
3.3 Fokus Studi...................................................................................................................... 76
3.4 Definisi Oprasional Dari Fokus Studi ............................................................................. 77
3.5 Instrument Studi Kasus ................................................................................................... 78
3.6 Metode Pengumpulan Data ............................................................................................. 78
3.7 Langkah Penatalaksanaan Studi Kasus ........................................................................... 78
3.8 Lokasi Dan Waktu Studi Kasus ...................................................................................... 80
3.9 Analilis Dan Penyajian Data ........................................................................................... 80

iv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 82
4. Hasil Studi Kasus ............................................................................................................ 82
5. Pembahasan ................................................................................................................... 109
BAB V .......................................................................................................................... 116
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 117
6. Kesimpulan ................................................................................................................... 117
7. Saran.............................................................................................................................. 117
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR

2. 1 Gambar Skala Nyeri. (Pikhospital, 2023) ............................................................................ 40


4.1 Gambar Lokasi RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo ............................................................... 83

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1...................................................................................................................................... 19
Tabel 2.2...................................................................................................................................... 31
Tabel 2.3...................................................................................................................................... 33
Tabel 2.4...................................................................................................................................... 56
Tabel 4.1...................................................................................................................................... 84
Tabel 4.2...................................................................................................................................... 90
Tabel 4.3...................................................................................................................................... 93
Tabel 4.4...................................................................................................................................... 93
Tabel 4.5...................................................................................................................................... 95
Tabel 4.6...................................................................................................................................... 96
Tabel 4.7...................................................................................................................................... 96
Tabel 4.8.................................................................................................................................... 101
Tabel 4.7...................................................................................................................................... 96
Tabel 4.9.................................................................................................................................... 106

vii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2. 1 Pathway Sectio Caesarea .............................................................................. 11

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jurnal Penelitian

Lampiran 2 Lembar Informent Constent

Lampiran 3 Kesediaan Membimbing Karya Tulis Iimiah

Lampiran 4 Lembar Verifikasi Judul Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 5 Lembar Konsultasi

Lampiran 6 Lembar Leflet

Lampiran 7 Lembar SAP

Lampiran 8 Dokumentasi Seminar Prosal

Lampiran 9 Dokumentasi Klien

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologi yang menyertai

kehidupan hampir setiap wanita. Persalinan disebut sebagai suatu proses

fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan besar pada ibu untuk

dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Namun, tidak jarang proses

persalinan mengalami hambatan dan harus dilakukan dengan tindakan

pembedahan (Sectio caesarea), karena pertimbangan medis untuk

menyelamatkan ibu dan janinnya. (Nurmawati et al., 2018)

Section Caesarea merupakan proses persalinan melalui pembedahan

dengan irisan diperut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) dengan tujuan

untuk mengeluarkan fetus atau bayi. Sectio Caesarea dilakukan akibat proses

persalinan spontan atau pervaginam yang tidak memungkinkan untuk

dilakukan karena dapat beresiko baik kepada ibu atau bayinya (Susilawati et

al., 2023)

Prevalensi data yang dikumpulkan menurut World Health Organization

(WHO) dalam Global Survey on Maternal and Perinatal Health tahun 2021,

yaitu 41,3% wanita yang melakukan tindakan sectio caesarea dan sisanya

persalinan pervaginam. Oprasi SC ini dilakukan dalam situasi seperti

persalinan lama atau lambat, gawat janin, bayi kembar atau karena posisi bayi

tidak normal. (World Health Organization, 2021)

1
2

Di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 angka kelahiran

dengan operasi sectio caesarea sebanyak 17,6% dengan tingkat section

caesarea tertinggi di Jakarta yaitu 31,1% dan terendah di Papua yaitu 6,7%

dari jumlah persalinan. (Kemenkes RI, 2022)

Salah satu dampak yang paling utama dirasakan oleh pasien sectio

caesarea adalah nyeri. Nyeri yang timbul berasal dari abdomen akibat insisi

yang dilakukan untuk mengeluarkan bayi. Nyeri merupakan suatu

pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat

kerusakan jaringan secara aktual maupun potensial. Nyeri bersifat subjektif,

yang artinya tingkatan nyeri tiap individu berbeda-beda dalam menilai nyeri

yang dirasakan. Nyeri juga menyebabkan perasaan tidak nyaman pada

individu yang merasakannya. Operasi sectio caesarea menimbulkan nyeri

karena terjadinya perubahan kontinuitas jaringan akibat pembedahan. Jika

nyeri tersebut tidak ditangani dengan baik, akan menimbulkan beberapa

masalah seperti mobilisasi yang terbatas, bonding attachment yang terganggu

antara ibu dan bayi-nya, inisiasi menyusui dini terganggu, dan juga aktivitas

sehari-hari terhambat akibat adanya peningkatan intensitas nyeri (Susilawati

et al., 2023)

Data Amita dkk (2018), nyeri pada persalinan dengan sectio caesarea

dapat diminimalisir dengan dua metode yaitu dengan cara farmakologis dan

non farmakologis. Salah satu intervensi yang dapat diberikan yaitu dengan

teknik relaksasi. Meskipun banyak relaksasi yang bisa dilakukan, menurut

beberapa penelitian sebelumnya teknik relaksasi yang efektif untuk


3

mengurangi intensitas nyeri adalah teknik relaksasi nafas dalam karena

termasuk asuhan keperawatan untuk mengontrol rasa nyeri secara efektif dan

efesien. Penelitian terdahulu menyebutkan sebelum dilakukan intervensi

teknik relaksasi nafas dalam, sebagian besar pasien mengalami nyeri dengan

skala intensitas nyeri pada skala 6 atau nyeri sedang. Setelah dilakukan

intervensi teknik relaksasi nafas dalam, sebagian besar pasien mengalami

penurunan skala nyeri dengan skala intensitas 3 atau nyeri ringan. Artinya,

teknik relaksasi nafas dalam efektif sebagai terapi komplementer sebagai

upaya mandiri oleh klien untuk menurunkan nyeri post SC (Lailiyah, 2019)

Untuk mengatasi akibat yang timbul dibutuhkan juga peran perawat

untuk memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh terhadap ibu

pasca melahirkan secara sectio caesarea yang meliputi pengkajian, diagnosa,

intervensi, implementasi dan evaluasi. Sehingga bisa dapat terhindar dari

terjadinya masalah yang bisa timbul pada ibu post sectio caesarea. Perawat

dapat melakukan asuhan keperawatan melalui pemberian metode non

farmakologis yaitu melatih metode relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri

pada ibu post sectio caesarea dan membantu relaksasi otot serta membantu

pernafasan menjadi lebih baik yang merupakan wujud dari proses asuhan

keperawatan (Arda & Hartaty, 2021).

Hasil data di RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan

menunjukkan bahwa dari tahun 2020 hingga 2023, sebanyak 450 ibu

menjalani persalinan sectio caesarea. Jumlah ini terus meningkat setiap bulan,

bahkan setiap tahunnya. (RSKD Balikpapan, 2021)


4

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik menulis tentang “Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Ibu Nifas Post Sectio Caesarea Di RSUD Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka rumusan masalah

yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah “Bagaimana menerapakan

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ibu Nifas Post Sectio Caesarea dengan

tindakan Keperawatan Relaksasi Tarik Nafas Dalam di RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan.

1.3 Tujuan Studi Kasus

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran

tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ibu Nifas Post Sectio Caesarea

Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan 2024.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian kepada pasien yang mengalami Post Sectio Caes-

area di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan tahun 2024.

2. Menegakkan diagnosis keperawatan kepada pasien yang mengalami Post

Sectio Caesarea di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan tahun

2024.
5

3. Menyusun perencanaan tindakan keperawatan kepada pasien yang men-

galami Post Sectio Caesarea di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balik-

papan tahun 2024.

4. Melaksanakan intervensi keperawatan kepada pasien yang mengalami

Post Sectio Caesarea di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

tahun 2024.

5. Melakukan evaluasi keperawatan kepada pasien yang mengalami Post

Sectio Caesarea di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan tahun

2024.

1.4 Manfaat Studi Kasus

1.4.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman dan dapat

meningkatkan pengetahuan peneliti tentang Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Post Secti Caesarea di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

tahun 2024, sehingga perawat dapat melakukan tindakan asuhan keperawatan

yang tepat.

1.4.2 Bagi Tempat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memperbaharui ilmu

keperawatan dan dapat dijadikan dokumentasi ilmiah untuk merangsang

minat penelitian selanjutnya.


6

1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Menjadi dasar untuk pengembangan atau penyesuaian protokol

keperawatan standar yang dapat diterapkan secara efektif dalam kasus Post

Sectio Caesarea, memastikan perawatan yang konsisten dan berkualitas.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Pengertian Sectio Caesarea

Sectio caesarea merupakan salah satu cara melahirkan janin yang

dikenal sebagai bantuan jalan lahir melalui sayatan dinding perut dan dinding

rahim yang dilakukan dengan pembedahan untuk mengeluarkan satu bayi

atau lebih (Nanda, 2016).

Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui vagina tidak

dapat dilakukan karena adanya gangguan yang berkaitan dengan ibu dan bayi

(Wahidmurni, 2023). Sectio Caesarea merupakan suatu persalinan buatan,

yaitu janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim

dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta bobot janin diatas 500 gram

(Isnaeni, Ana Pertiwi, And Iriantom, 2019)

Beberapa pengertian tentang Sectio caesaea diatas dapat

disimpulkan bahwa sectio caesarea merupakan bantuan jalan lahir yang

dilakukan melalui pembedahan dinding rahim dan dinding perut sehingga

dapat mengeluarkan satu bayi atau lebih dari perut ibu, dengan syarat rahim

dalam keadaan utuh dan bobot janin diatas 500 gram.

7
8

2.1.2 Klasifikasi

Ramandanty (2019) menyatakan ada beberapa jenis sectio caesarea

(SC), yaitu diantaranya:

a. Sayatan Klasik

Sayatan klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga

memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Sectio

jenis ini kini jarang digunakan karena lebih berisiko terhadap kelahiran.

Seringkali diperlukan luka insisi yang lebih besar karena bayi sering

dilahirkan dengan bokong terlebih dahulu.

b. Sayatan Mendatar

Sayatan mendatar yaitu dengan membuat sayatan kecil melintang di

bawah uterus (rahim), kemudian sayatan ini dilebarkan dengan jari-jari

tangan dan berhenti di daerah pembuluh-pembuluh darah uterus. Metode

ini sangat umum digunakan pada masa sekarang ini karena dapat

meminimalkan risiko terjadinya perdarahan serta cepat proses pemulihan

lukanya.

c. Sectio Caesarea ulang (repeat caesarean section)

Ibu pada kehamilan yang sebelumnya mengalami sectio caesarea

(previous caesarean section) dan kehamilan selanjutnya dilakukan sectio

caesarea ulang. Umumnya, sayatan dilakukan pada luka bekas operasi

sebelumnya.
9

d. Sectio Caesarea histerektomi

Suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio

caesarea, dilanjutkan dengan pengangkatan rahim. Hal ini dilakukan

dalam kasus-kasus dimana perdarahan yang sulit tertangani atau ketika

plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim.

e. Operasi Porro (Porro operation)

Suatu operasi dengan kondisi janin yang telah meninggal dalam

rahim tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri dan langsung

dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.

2.1.3 Patofisiologi Sectio Caesarea

Bayi yang tidak dapat lahir secara normal atau spontan dapat

disebabkan oleh beberapa kelainan atau hambatan dalam proses persalinan,

seperti plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi

cephalo pelvic, rupture uteri yang mengancam, partus lama atau tidak maju,

pre eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi ini yang dapat

dilakukannya pembedahan Sectio Caesarea (SC). Pasien mungkin

mengalami intoleransi aktivitas setelah prosedur operasi pertama, yang

mengakibatkan imobilisasi. Masalah kekurangan perawatan diri muncul

ketika pasien yang mengalami kelumpuhan sementara atau kelemahan fisik

tidak dapat melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri. Pasien dapat

mengalami ansietas jika mereka tidak tahu tentang proses pembedahan,

penyembuhan, dan perawatan pasca operasi. Selama proses pembedahan,

tindakan insisi juga akan dilakukan pada dinding abdomen, yang akan
10

menyebabkan jaringan, pembuluh darah, dan saraf di sekitar daerah insisi

terputus. Setelah pembedahan selesai, histamin dan prostaglandin akan

dilepaskan, yang menyebabkan nyeri dan rasa sakit. Setelah pembedahan

selesai, daerah insisi akan ditutup, menimbulkan luka post op, yang jika tidak

dirawat dengan baik dapat menyebabkan infeksi (Wahidmurni, 2023).


11

2.1.4 Pathway

Sumber Rahma Novita (2018)


Bagan 2. 1 Pathway Sectio Caesarea
12

2.1.4 Etiologi

Menurut Falentina (2019), penyebab sectio caesarea dilakukan

sebagai berikut:

1. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)

Chepalo pelvik disproportion (CPD) Salah satu kondisi yang dapat

menyebabkan ketidakmampuan ibu untuk melahirkan secara alami , di

mana ukuran panggul ibu tidak sebanding dengan ukuran kepala janin.

Janin secara alami akan melewati rongga panggul yang dibentuk oleh

tulang-tulang panggul. Operasi diperlukan karena bentuk panggul yang

menunjukkan kelainan atau patologis dapat mengganggu proses

persalinan alami. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk dan

ukuran rongga panggul yang tidak normal.

2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang

langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum

jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi

merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting.

Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan

mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.

3. KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini terjadi ketika ketuban pecah sebelum tanda-

tanda persalinan dan satu jam kemudian belum terjadi inpartu. Ketuban

pecah dini merupakan masalah penting dalam persalinan karena


13

menyebabkan komplikasi kelahiran prematur dan peningkatan risiko

infeksi, seperti sepsis dan khoriokarsinoma, yang meningkatkan

morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.

Ketuban pecah dini biasanya terjadi pada hamil aterm di atas 37 minggu

atau di bawah 36 minggu. Meningkatnya tekanan intrauterine atau

penurunan kekuatan membrane menyebabkan ketuban pecah dini.

Adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks dapat

menyebabkan membrane menjadi lemah.

4. Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara Caesarea. Hal ini

karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih

tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat

mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk

dilahirkan secara normal.

5. Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak

memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor, dan kelainan bawaan

pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernapas.
14

6. Kelainan Letak Janin

1) Kelainan pada letak kepala

a Kelainan pada letak kepala

Bagaian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam

teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala

bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan panggul.

b Presentasi Muka

Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang

terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-

0,5 %.

c Presentasi Dahi

Posisi kepala antara fleksi dan defleksi. Dahi berada pada posisi

terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya

dengan sendirinya akan menjadi letak muka atau letak belakang kepala.

2) Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak

memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibagaian

bawah kavum uteri dikenal beberapa jenis sungsang, yakni presentasi

bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak

sempurna dan presentasi kaki.

3) Kelainan Letak Lintang

Letak lintang ialah jika letak bayi di dalam Rahim sedemikian rupa

hingga paksi tubuh bayi melintang terhadap paksi Rahim. Sesungguhnya


15

letak lintang sejati (paksi tubuh bayi tegak lurus pada Rahim dan

menjadikan sudut 90°). Pada letak lintang, bahu biasanya berada diatas

pintu atas panggul sedangkan kepala terletak pada salah satu fosa iliaka

dan bokong pada fosa iliaka yang lain. Pada keadaan ini, janin biasa

berada pada presentase bahu atau acromion.

2.1.5 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan janin terhadap kesehatan janin.

2. Pemantauan EKG.

3. JDL dengan diferensial

4. Elekrolit

5. Hemoglobin/Hematokrit

6. Golongan darah

7. Urinalis

8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi

9. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi

10. Ultrasound sesuai pesanan

2.1.6 Penatalaksanaan sectio caesarea

1. Pemberian cairan

Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian

cairan per intavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak

terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan

yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara


16

bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah

diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.

2. Diet

Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus

lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral. Pemberian

minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 sampai

8 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.

3. Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring kanan dan kiri

dapat dimulai sejak 6 sampai 10 jam setelah operasi, Latihan pernafasan dapat

dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar, Hari

kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta

untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya, Kemudian posisi tidur

telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler),

Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar

duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada

hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.

4. Katerisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak enak

pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.

Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis

operasi dan keadaan penderita.


17

5. Pemberian obat-obatan

Antibiotik cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda-beda

sesuai indikasi.

6. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan

Obat yang dapat di berikan melalui supositoria obat yang diberikan

ketopropen sup 2x/24 jam, melalui orang obat yang dapat diberikan tramadol

atau paracetamol tiap 6 jam, melalui injeksi ranitidin 90-75 mg diberikan

setiap 6 jam bila perlu.

7. Obat-obatan lain

Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat

diberikan caboransia seperti neurobian I vit C.

8. Perawatan luka

Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan

berdarah harus dibuka dan diganti.

9. Pemeriksaan rutin

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan

darah, nadi dan pernafasan.

10. Perawatan Payudara

Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan

tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan

payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa

nyeri.
18

2.1.8 Masa Nifas Pasca Melahirkan

1. Pengertian Nifas

Masa nifas merupakan masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,

plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ

kandungan seperti sebelum hamil dan waktu kurang lebih 6 minggu.

Menurut Amru, (2012) masa nifas (puerperium) merupakan masa

pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat

kandungan kembali seperti sebelum hamil, lama masa nifa yaitu 6-8

minggu (Amru, 2012). Jadi postpartum atau masa nifas (puerperium)

adalah masa dimana kondisi pemulihan sesudah persalinan selesai hingga

kembali ke kondisi sebelum hamil yang terjadi kurang lebih 6-8 minggu.

Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat dengan tidur telentang

selama 8 jam pasca persalinan. Setelah itu, ibu boleh miring ke kanan dan

ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, hari

kedua ibu diperbolehkan duduk. Pada hari ke tiga ibu dianjurkan berjalan-

jalan dan pada hari keempat atau hari kelima diperbolehkan pulang.

Makanan yang dikonsumsi sebaiknya mengandung protein, sayur-sayuran,

dan buah-buahan menurut Mocthar (2013).

2. Periode Masa Nifas

Adapun tahapan atau periode masa nifas menurut Walyani &

Purwoastuti (2015) menjadi 3, yaitu:

1) Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan

berdiri atau berjalan, serta beraktivitas layaknya wanita normal.


19

2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna, terutaa bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi.

3. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas

Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan

dengan kondisi postpartum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami

perubahan setelah melahirkan antara lain:

1) Perubahan Sistem Reproduksi

a Uterus Involusi

Merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum

hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan

palpasi untuk meraba dimana TFU-nya (Tinggi Fundus Uteri).

Tabel 2. 1 Perubahan tinggi uterus pada masa nifas

Involusi uterus TFU


Hari ke-1 Setinggi pusat
Hari ke-2 1-2 jari dibawah pusat
Hari ke-3 Pertengahan simpisis
Hari ke-7 3 jari diatas simpisis
Hari ke-9 1 jari diatas simpisis
Hari ke-10 atau ke-12 Tidak teraba dari luar
Sumber sarwono, 2009

b Lokhea

Lokhea merupakan eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea

berbau amis atau anyir dengaan volume yang berbeda-beda pada setiap

wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.


20

Pengeluaran lokhea dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai

berikut:

a) Lokhea Rubra

Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa

postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah

segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo

(rambut bayi), dan mekonium.

b) Lokhea Sanguinolenta

Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta

berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum.

c) Lokhea Serosa

Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung

serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-

7 sampai hari ke-14.

d) Lokhea Alba

Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput

lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati, berupa cairan putih.

Lokhea alba dapat berlangsung selama 2-6 minggu postpartum

e) Lokhea Purulenta

Lokhea ini disebabkan karena terjadinya infeksi, cairan yang keluar

seperti nanah yang berbau busuk.

f) Lochiostatis Pengeluaran lokhea yang tidak lancar.


21

c Perubahan Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami pebekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi, dalam beberapa hari

pertama setelah partus keadaan vulva dan vagina masih kendur, setelah

3 minggu secara perlahan akan kembali ke keadaan sebelum hamil.

d Perubahan Perineum

Perineum akan menjadi kendur karena sebeumnya teregang oleh

tekanan kepala bayi dan tapak terdapat robekan jika dilakukan episiotomi

yang akan terjadi masa penyembuhan selama 2 minggu.

e Perubahan Serviks

Serviks mengalami involusi bersama uterus, setelah persalinan ostium

eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tenagh, setelah 6 minggu

persalinan serviks menutup.

f Perubahan pada Payudara

Suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan

pembengkakan vaskular sementara, air susu saat diproduksi diispan di

alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara dihisap oleh

bayi untuk pengadaan dan keberlangsungan laktasi.

2) Perubahan Sistem Pencernaan

Pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi Sectio Caesarea

biasanya membutuhkan waktu sekitar 103 hari agar fungsi saluran cerna

dan nafsu makan dapat kembali normal. Dibandingkan ibu yang


22

melahirkan secara spontan baisanya lebih cepat lapar karena telah

mengeluarkn energi yang begitu banyak pada proses persalinan.

3) Perubahan Sistem Perkemihan

Buang air kecil sulit selama 24 jam, urine dalam jumlah besar akan

dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Keadaan ini

meyebabkan dieresis, ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam

tempo 6 minggu. Maka hal ini baisanya di perlukan katerisasi pada ibu

karena kondisi organ reproduksi ibu belum berfungsi secara optimal pasca

operasi.

4) Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah

yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga

akan menghentikan perdarahan. Ambulasi dini sangat membantu untuk

mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi. Pada umumnya

ambulasi dimulai 4-8 jam postpartum.

5) Perubahan Sistem Hematologi

Pada minggu-minggu terakhir kehailan, kadar fibrogen dan plasma

serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama

postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi

darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga

meningkatkan fakktor pembekuan darah.


23

6) Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Kardiak output meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai

kala III ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada

beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir

minggu ke 3 postpartum.

7) Perubahan Sistem Endokrin

Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam postpartum,

progesteron turun pada hari ke 3 postpartum, kadar prolaktin dalam darah

berangsur-angsur hilang.

8) Perubahan Tanda-tanda Vital

Tanda-tanda vital yang sering digunakan sebagai indikator bagi tubuh

yang mengalami gangguan atau masalah kesehatan adalah nadi,

pernafasan, suhu dan tekanan darah. Denyut nadi normal berkisar antara

60-80 kali permenit. Pada proses persalinan biasanya akan mengalami

peningkatan, tetapi pada masa nifas denyut nadi akan kemabli normal.

Frekuensi pernafasan normal berisar antara 18-24 kali permenit. Setelah

persalinan, frekuensi pernafasan akan kembali normal, keadaan pernafasan

biasanya berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Suhu tubuh dapat

meningkat sekitar 0,5 C dari keadaan normal 36 - 37,5 C, hal ini

disebabkan karena meningkatnya metabolisme tubuh pada saat proses

persalinan. Tekanan darah normal untuk sistol berkisar antara 110-140

mmHg dan untuk diastol antara 60-80 mmHg, setelah persalinan tekanan
24

darah sedikit menurun karena terjadinya perdarahan pada saat proses

persalinan.

4. Perubahan Psikologis pada Masa Nifas

Perubahan psikologis pada masa nifas menurut Walyani & Purwoastuti

(2015), yaitu:

1) Fase taking in

Fase taking in merupakan periode ketergantungan, berlangsung dari

hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan, pada fase ini ibu

sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri, ibu akan berulang kali

menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.

2) Fase taking hold

Fase taking hold merupakan periode yang berlangsung antara 3-10 hari

setelah melahirkan, pada fase ini timbul rasa khawatir akan

ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.

3) Fase letting go

Fase letting go merupakan periode menerima tanggung jawab akan

peran barunya sebagai orang tua, fase ini berlangsung 10 hari setelah

melahirkan.

5. Kebutuhan dasar Ibu Nifas

Dalam masa nifas, alat-alat reproduksi khususnya post sectio caesarea

belum bisa berangsur pulih di bandingkan dengan ibu nifas yang

melahirkan normal.
25

Untuk membantu proses penyembuhan makan diperlukan beberapa

kebutuhan dasar ibu saat nifas, diantaranya:

1) Nutrisi dan Cairan

Nutrisi merupakan zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan

metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui

akan meningkat sekitar 25%, pada masa nifas masalah diit perlu mendapat

perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik mempercepat

penyembuhan ibu dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk

menyehatkan bayi. Diit yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi,

cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan. Konsumsi

cairan sebanyak 8 gelas perhari. Minum sedikitnya 3 liter tiap hari.

2) Ambulasi Dini (Early Ambulation)

Pada pasien post sectio caesarea biasanya mulai ambulasi 24-36 jam

sesudah melahirkan, jika pasien menjalani analgesia epidural pemulihan

sensibilitas yang total harus dibuktikan dahulu sebelum ambulasi dimulai.

Adapun manfaat ambulasi dini pada ibu post sectio caesarea, yaitu:

a Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.

b Faal usus dan kandung kemih lebih baik.

c Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli dengan mobilisasi

sirkulasi darah normal sehingga resiko terjadinya trombosis dan

tromboemboli dapat dihindari.


26

3) Istirahat

Istirahat merupakan salah satu kebutuhan dasar masa nifas yaitu

dengan menganjurkan ibu untuk:

a Istirahat yang cukup untuk mengurangi rasa lelah.

b Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.

c Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan.

d Menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam, dan

malam 7- 8 jam.

4) Kebutuhan Eliminasi Buang Air Kecil (BAK).

Kebanyakan pada pasien postpartum normal dapat melakukan BAK

secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan. Ibu diminta untuk buang

air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum

dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100cc, maka

dilakukan katerisasi. Tetapi apabila kandung kemih penuh, tidak perlu

menunggu 8 jam untuk katerisasi (Saleha, 2013).

Buang Air Besar (BAB). Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit

buang air besar. Jika pasien belum juga BAB pada hari ketiga maka perlu

diberi obat pencahar per oral atau per rectal.

5) Aktivitas Seksual

Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu nifas harus memenuhi

syarat sebagai berikut:

a Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu-satu dua jarinya kedalam
27

vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk melakukan hubungan

suami istri.

b Berbagai budaya mempunyai tradisi menunda hubunga suami istri

sampai waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah

persalinan. Keputusan ini bergantung pada keputusan pasangan yang

bersangkutan (Saleha, 2013).

6) Personal Hygiene

Pada ibu pada masa postpartum sangat rentan terhadap infeksi. Oleh

karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya

infeksi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada ibu nifas dalam

personal hygiene adalah sebagai berikut:

a Perawatan Perineum

Apabila setelah buang air kecil atau besar perineum dibersihkan secara

rutin, dengan lembut dari sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke

belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Untuk cara

mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai terkontamitasi

dengan tangan. Pembalut yang sudah kotor harus diganti paling sedikit 4

kali sehari.

b Perawatan Payudara

Sebaiknya perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya

puting lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui

bayinya.
28

7) Senam Nifas

Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan

fisik, kegiatan seperti ini akan meningkatkan paru-paru, meningkatkan

otot kandung kemih dan usus besar yang agak lamban kerjanya akibat

pembiusan pada saat menjalani sectio caesarea. Sebelum luka dinyatakan

sembuh oleh dokter, ibu cukup melakukan gerakan ringan seperti

menggerakan ujung jari dan tumit sedikit demi sedikit, latihan ini cukup

dilakukan di minggu-minggu pertama setelah persalinan. Lalu miringkan

tubuh kekanan tekuk kaki kiri serta letakkan tangan kiri ketempat tidur

bangun secara perlahan dengan kedua tangan sebagai penyangga.

Turunkan kaki perlahan dari tempat tidur, untuk membantu ibu

mengurangi rasa sakit, peganglah bantal kecil yang ditempelkan dibagian

yang dioperasi.

8) Keluarga Berencana

Keluarga berencana merupakan salah satu usaha membantu

keluarga/individu merencanakan kehidupan berkeluarganya dengan baik,

sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas.

2.2 Konsep Prosedur Tindakan

2.2.1 Pengertian Teknik Relaksasi Tarik Nafas Dalam

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien

bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi

secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan,


29

selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga

dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah

(Kesehatan, 2022)

Terapi relaksasi nafas dalam merupakan pernafasan pada abdomen

dengan frekuensi lambat serta perlahan, berirama, dan nyaman dengan cara

memejamkan mata saat menarik nafas. Efek dari terapi ini ialah distraksi

atau pengalihan perhatian. (Hartanti, dkk, 2016). Mekanisme relaksasi nafas

dalam pada sistem pernafasan berupa suatu keadaan inspirasi dan ekspirasi

pernafasan dengan frekuensi pernafasan menjadi 6-10 kali permenit

sehingga terjadi peningkatan regangan kardiopulmonari. Terapi relaksasi

nafas dalam dapat dilakukan secara mandiri, relatif mudah dilakukan dari

pada terapi nonfarmakologis lainnya, tidak membutuhkan waktu lama untuk

terapi, dan dapat mengurangi dampak buruk dari terapi farmakologis bagi

penderita hipertensi (Masnina & Setyawan, 2018).

2.2.2 Indikasi Terapi Relaksasi Tarik Napas Dalam

1. Pasien yang mengalami nyeri, nyeri akut dengan tingkat nyeri ringan

samapai dengan sedang akibat penyakit yang kooperatif

2. Pasien yang nyeri kronis

3. Nyeri pasca oprasi

4. Pasien yang mengalami stress

2.2.3 Kontra Indikasi Terapi Relaksasi Tarik Nafas Dalam

Terapi relaksasi tarik nafas dalam tidak diberikan kepada pasien

yang mengalami sesak nafas.


30

2.2.4 Bentuk dan Jenis Prosedur Terapi Relaksasi Tarik Nafas Dalam

Setelah dilakukan analisis 3 jurnal literatur review maka di dapatkan

bentuk dan jenis prosedur tindakan yaitu Terapi Relaksasi Tarik Nafas Dalam

kasus nyeri akut pada pasien post oprasi sectio caesarea.

Prosedr Tindakan teknik terapi relaksasi nafas dalam menurut

Wardani (2015) sebagai berikut:

1. Tahap persiapan teknik telaksasi tarik nafas dalam

1) Ciptakan lingkungan yang tenang

2) Usahakan tetap rileks dan tenang.

2. Tahap Pelaksanaan Teknik Relaksasi Nafas Dalam

1) Atur posisi klien agar rileks, tanpa beban fisik. Posisi dapat duduk atau

jika tidak mampu dapat berbaring di tempat tidur.

2) Instruksikan klien untuk menarik atau menghirup nafas dalam dari

hidung sehingga rongga paru-paru terisis oleh udara melalui hitungan

1, 2, 3 kemudian ditahan sekitar 3 detik

3) Instruksikan klien untuk menghembuskan nafas, hitung sampai tiga

secara perlahan melalui mulut.

4) Instruksikan klien untuk berkonsentrasi supaya rasa nyeri yang

dirasakan bisa berkurang, bisa dengan memejamkan mata

5) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri pasien berkurang.

6) Ulangi sampai 5-7 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 4 kali.

7) Lakukan maksimal 5-10 menit.


31

2.2.5 Standar Oprasional Prosedur (SOP)

Tabel 2.2 Standar Oprasional Prosedur


Teknik Relaksasi Tarik Nafas Dalam

Standar Oprasional Prosedur (SOP)


PENGERTIAN Teknik relaksasi tarik nafas dalam
merupakan salah satu metode relaksasi yang
dilakukan dengan cara mengatur pola nafas
guna mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh
dan kecemasan sehingga mencegah stimulasi
nyeri pada tubuh.
TUJUAN Tujuan utama dari pelaksanaan teknik
relaksasi nafas dalam guna untuk
merelaksasikan ketegangan otot tubuh
dengan cara mengatur pola nafas sehingga
dapat mengurangi atau menghilangkan rasa
nyeri.
INDIKASI 1. Pasien yang mengalami nyeri, nyeri akut
dengan tingkat nyeri ringan samapai
dengan sedang akibat penyakit yang
kooperatif
2. Pasien yang nyeri kronis
3. Nyeri pasca oprasi
4. Pasien yang mengalami stress

PROSEDUR TINDAKAN 1. Tahap Pra Interaksi


1) Membaca status klien
2) Mencuci tangan
3) Menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik
2) Validasi kondisi klien
3) Menjaga privasi klien
4) Menjelaskan tujuan dan prosedur
yang akan dilakukan kepada klien
dan keluarga.
3. Tahap Kerja
1) Berikut kesempatan kepada pasien
unruk bertanya jika ada yang
kurang jelas.
2) Atur posisi klien agar rileks tanpa
beban fisik.
3) Intruksikan pasien untuk tarik nafas
sedalam-dalamnya melalui hidung
sehingga rongga paru berisi udara.
4) Intruksikan klien untuk tarik nafas
selama 2-3 detik.
5) Intruksikan klien untuk
mengembuskan nafas secara
perlahan melalui mulut, pada
waktu yang bersamaan minta
pasien untuk memusatkan
perhatian pada sensasi rileks yang
dirasakan.
32

6) Intruksikan pasien untuk bernafas


dalam, kemudian menghembuskan
secara perlahan dan merasakan saat
ini udara mengalir dari tangan,
kaki, menuju keparu-paru dan
rasakan udara mengalir keseluruh
tubuh.
7) Latih dan informasikan kepada
klien untuk melakukan teknik
relaksasi nafas sebanyak 5-7 kali
diselangi istirahat 4 kali sampai
rasa nyeri berkurang atau hilang.
8) Setelah pasien merasakan
ketenangan, minta klien untuk
melakukan secara mandiri dan
intruksikan pasien untuk
mengulangi teknik relaksasi ini apa
bila rasa nyeri kembali lagi.
4. Tahap terminasi
1) Evaluasi hasil kegiatan
2) Lakukan kontrak untuk kegiatan
selanjutnya
3) Akhiri kegiatan dengan baik
4) Cuci tangan
5. Dokumentasi
1) Catat waktu pelaksanaan tindakan
2) Catat respon klien sebelum dan
sesudah dilakukan tindakan.
3) Paraf dan nama jelas perawat
pelaksana
2.2.6 Table Artikel Penelitian

Tabel 2. 3 Artikel Teknik Relaksasi Tarik Nafas Dalam

No. Nama Peneliti Tahun Tujuan Penelitian Metode Penelitian Bentuk Hasil Penelitian
Intervensi
1 1. Dwi Ambar 2023 Studi kasus ini bertujuan Studi kasus ini menggunakan metode Terapi Penerapan relaksasi nafas dalam yang
Rahma untuk menggambarkan deskriptif. Studi kasus dilaksanakan relaksasi dilakukan selama 3 hari dapat
2. Laily penerapan relaksasi nafas pada tanggal 11-14 April 2022. tarik nafas menurunkan intensitas skala nyeri
Mualifah dalam untuk menurunkan Fokus studi ini adalah penerapan dalam. pada responden. Penerapan relaksasi
skala nyeri post sectio relaksasi nafas dalam untuk pada hari pertama belum berpengaruh
caesarea. menurunkan skala nyeri pasien post namun pada hari kedua dan ketiga
sectio caesarea. intensitas nyeri yang dirasakan
cenderung menurun. Nyeri sejak hari
pertama 6 kemudian pada hari ketiga
menjadi skala1(1-10). Kesimpulan:
Daristudi kasus penerapan relaksasi
nafas dalam mampu menurukan
intensitas nyeri pada pasien post
sectio caesarea.
2 1. Sari 2023 Mengetahui hasil penerapan Penerapan ini menggunakan metode Terapi Hasil penerapan menunjukkan bahwa
Rohmaniah teknik relaksasi tarik nafas deskriptif studi kasus, dengan jumlah relaksasi kedua responden sebelum dan
2. Anjar dalam terhadap intensitas sampel penerapan 2 responden. tarik nafas sesudah diberikan tehnik relaksasi
Nurrohmah nyeri pada ibu post section Penerapan ini dilakukan selama 2 dalam. nafas dalam mengalami penurunan
3. Lutfaturrohma caesarea. hari dengan frekuensi 3 kali dalam skala nyeri dari kategori sedang
h sehari yang berdurasi 5-10 menit. menjadi ringan.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh pada
penerapan tehnik relaksasi nafas
dalam terhadap intensitas nyeri pada
ibu post partum sectio caesarea di
RSUD Kota Salatiga.

33
3 1. Susilawati 2023 Tujuan penelitian adalah Analisa data yang digunakan yaitu Terapi Hasil penelitian menunjukan bahwa
2. Finandita Siti mengetahui pengaruh teknik analisa univariat dengan distribusi relaksasi terdapat pengaruh teknik relaksasi
Utari relaksasi nafas dalam terhadap frekuensi dan presentase setiap tarik nafas nafas dalam terhadap penurunan
Kartaatmadja intensitas nyeri pasien post kategori, analisa bivariat dalam. intensitas nyeri pasien post partum
3. Reni partum sectio caesarea di menggunakan uji Wilcoxon dan Uji sectio caesarea. Kesimpulan pada
Suherman Ruang Rawat Nifas RSUD Mann-Whitney. Hasil uji statistik terapi ini hendaknya dapat
Sekarwangi Cibadak diperoleh nilai P value uji Wilcoxon dipertimbangkan sebagai salah satu
Kabupaten Sukabumi. dan Uji Mann-Whitney 0.000 maka terapi non farmakologi untuk
P<0.05 yang menunjukkan terdapat penurunan intensitas nyeri pasien
pengaruh dan perbedaan teknik post partum sectio caesarea.
relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan intensitas nyeri pasien
post partum sectio caesarea.

34
35

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan merupakan cara yang sistematis dilakukan oleh

perawat bersama klien/pasien dalam menetukan kebutuhan asuhan keperawatan

dengan melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, menyusun

rencana tindakan keperawatan (intervensi) yang akan dilakukan, melaksanakan

tindakan (implementasi), serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah

diberikan dengan berfokus pada klien/pasien.

2.3.1. Pengkajian

Pengkajian ialah langkah pertama dalam proses keperawatan. Pengkajian

bertujuan untuk mendapatkan data dasar tentang kesehatan klien baik secara fisik,

psikologis, maupun emosional. Data dasar ini digunakan untuk menetapkan status

kesehatan klien, menemukan masalah aktual atau potensial, serta sebagai acuan

dalam memberi edukasi pada klien. Ada dua jenis data yang bisa didapatkan oleh

perawat yaitu data subjektif dan data objektif. Beberapa cara dapat dilakukan untuk

mengumpulkan data yaitu melalui, observasi, wawancara, pemeriksaan fisik yang

meliput inspeksi, palpasi, perkusi auskultasi, kemudian ada pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan diagnostik lainnya sehingga seluruh kebutuhan perawatan pada klien

dapat diidentifikasi.

1. Identitas klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,

status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, tanggal MRS,

diagnosa medis.
36

2. Keluhan Utama

Pada umumnya pasien post sectio caesar mengeluh nyeri pada daerah luka

bekas operasi. Nyeri biasanya bertambah parah jika pasien bergerak.

3. Riwayat Penyakit

Pada pengkajian riwayat kesehatan, data yang dikaji adalah riwayat kesehatan

dahulu, riwayat kesehatan sekarang dan riwayat kesehatan keluarga. Dalam

mengkaji riwayat kesehatan dahulu hal yang perlu dikaji adalah penyakit yang

pernah diderita pasien khususnya penyakit kronis, menular, dan menahun seperti

penyakit jantung, hipertensi, diabetes, TBC, hepatitis dan penyakit kelamin.

Riwayat kesehatan sekarang berisi tentang pengkajian data yang dilakukan

untuk menentukan sebab dari dilakuakannya operasi sectio caesarea seperti

kelainan letak bayi (letak sungsang dan letak lintang), faktor plasenta (plasenta

previa, solution plasenta, plasenta accrete, vasa previa), kelainan tali pusat

(prolapses tali pusat, telilit tali pusat), bayi kembar (multiple pregnancy), pre

eklampsia, dan ketuban pecah dini yang nantinya akan membantu membuat rencana

tindakan terhadap pasien.

Riwayat kesehatan keluarga berisi tentang pengkajian apakah keluarga pasien

memiliki riwayat penyakit kronis, menular, dan menahun seperti penyakit jantung,

hipertensi, diabetes, TBC, hepatitis dan penyakit kelamin.

4. Riwayat Perkawinan

Pada riwayat perkawinan hal yang perlu dikaji ialah menikah sejak usia

berapa, lama pernikahan, berapa kali menikah, status pernikahan saat ini.
37

5. Riwayat Obsterti

Pada pengkajian riwayat obstetri meliputi riwayat kehamilan, persalinan dan

nifas yang lalu, berapa kali ibu hamil, penolong persalinan, dimana ibu bersalin,

cara bersalin, jumlah anak, apakah pernah abortus, dan keadaan nifas yang lalu.

6. Riwayat Persalinan Sekarang

Meliputi tanggal persalinan, jenis persalinan, lama persalinan, jenis kelamin

anak, keadaan anak.

7. Riwayat KB

Pengkajian riwayat KB dilakukan untuk mengetahui apakah klien pernah ikut

program KB, jenis kontrasepsi, apakah terdapat keluhan dan maalah dalam

penggunaan kontrasepsi tersebut, dan setelah masa nifas ini akan menggunakan alat

kontrasepsi apa.

8. Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola Persepsi

Setiap pola fungsi kesehatan pasien terbentuk atas interaksi antara pasien dan

lingkungan kemudian menjadi suatu rangkaian perilaku membantu perawat untuk

mengumpulkan, mengorganisasikan, dan memilah-milah data.

2) Pola Tata Nilai dan Keyakinan

Pasien tetap bersabar dan berdoa agar rasa sakit yang sedang dialami segera

sembuh.
38

3) Pola Nutrisi

Pengkajian pola fungsi kesehatan terdiri dari pola nutrisi dan metabolisme

biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena adanya kebutuhan untuk

menyusui bayinya.

4) Pola Aktivitas

Pola akivitas biasanya pada pasien post sectio caesarea mobilisasi dilakuakn

secara bertahap meliputi miring kanan dan kiri pada 6-8 jam pertama, kemudian

latihan duduk dan latihan berjalan. Pada hari ketiga optimalnya pasien sudah dapat

dipulangkan.

5) Pola Eliminasi

Pra eliminasi biasanya terjadi konstipasi karena pasien post sectio caesarea

takut untuk melakukan BAB.

6) Pola Istirahat dan Tidur

Pola istirahat dan tidur biasasnya terjadi perubahan yang disebabkan oleh

kehadiran sang bayi dan rasa nyeri yang ditimbulkan akibat luka pembedahan.

7) Pola Reproduksi

Pola reproduksi biasanya terjadi disfungsi seksual yang diakibatkan oleh

proses persalinan dan masa nifas.

8) Pola Hubungan dan Peran

Biasanya pasien dengan tindakan oprasi sectio caesarea berhubungan dengan

orang sekitar tetap baik atau mengalami gangguan disebabkan tidak melahirkan

dengan normal seperti ibu-ibu lainnya


39

9) Pola Persepsi dan Konsep Diri

Bagaimana dengan persepsi pasien terhadap tindakan operasi yang telah

dilakukan.

10) Pola Sensori dan Kognitif

Bagaimana pengetahuan pasien terhadap rasa sakit yang sedang dialami

selama dirumah sakit. Untuk mengetahui skala nyeri yang dialami oleh pasien harus

dilakukan pengkajian nyeri dengan menggunakan metode pendekatan PQRST

yaitu:

a P: provoking incident apakah ada peristiwa yang menjadi faktor pencetus

terjadinya nyeri.

b Q: quality of pain seperti apa rasa nyeri yang dirasakan, seperti menusuk, atau

berdenyut.

c R: region, radiation, relief dimana rasa sakit terjadi, apakah rasa sakit

menjalar atau menyebar, dan apakah rasa sakit dapat mereda.

d S: severity (scale) of pain yaitu seberapa rasa sakit yang dirasakan, bisa

berdasarkan skala nyeri atau pasien dapat menerangkan seberapa sakit hingga

dapat mempengaruhi kemampuan fungsinya.

e T: time seberapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah

buruk pada malam hari atau siang hari ataupun pada saat beraktivitas.

9. Perhitungan atau Skoring Pada Skala Nyeri

1) Skala Nyeri 0 : Tidak Merasa Nyeri

2) Skala Nyeri 1-3 : Nyeri Ringan


40

3) Skala Nyeri 4-7 : Nyeri Sedang

4) Skala Nyeri 8-10 : Nyeri Berat

2. 1 Gambar Skala Nyeri. (Pikhospital, 2023)

10. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien dari

ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan tanda klinis dari

suatu penyakit. (Dermawan,2012).

1) Pada pemeriksaan kepala meliputi bentuk kepala, kulit kepala, apakah ada

lesi atau benjolan, dan kesan wajah, biasanya terdapat chloasma gravidarum

pada ibu post partum.

2) Pada pemeriksaan mata meliputi kelengkapan dan kesimetrisan mata,

kelompok mata, konjungtiva, cornea, ketajaman pengelihatan. Pada ibu post

33 sectio caesarea biasanya terdapat konjungtiva yang anemis diakibatkan

oleh kondisi anemia atau dikarenakan proses persalinan yang mengalami

perdarahan.

3) Pada pemeriksaan hidung meliputi tulang hidung dan posisi septum nasi,

pernafasan cuping hidung, kondisi lubang hidung, apakah ada secret,


41

sumbatan jalan nafas, apakah ada perdarahan atau tidak, apakah ada polip dan

purulent.

4) Pada pemeriksaan telinga meliputi bentuk, ukuran, ketegangan lubang

telinga, kebersihan dan ketajaman pendengaran.

5) Pada pemeriksaan leher meliputi posisi trakea, kelenjar tiroid, bendungan

vena jugularis. Pada ibu post partum biasanya terjadi pemebesaran kelenjar

tiroid yang disebabkan proses meneran yang salah.

6) Pada pemeriksaan mulut dan orofaring meliputi keadaan bibir, keadaan gigi,

lidah, palatum, orofaring, ukuran tonsil, warna tonsil.

7) Pada pemeriksaan thorak meliputi inspeksi (bentuk dada, penggunaan otot

bantu nafas, pola nafas), palpasi (penilaian voval fremitus), perkusi

(melakukan perkusi pada semua lapang paru mulai dari atas klavikula

kebawah pada setiap spasiem intercostalis), auskultasi (bunyi nafas, suara

nafas, suara tambahan).

8) Pada pemeriksaan payudara pada ibu yang mengalami bendungan ASI

meliputi bentuk simetris, kedua payudara tegang, ada nyeri tekan, kedua

puting susu menonjol, areola hitam, warna kulit tidak kemerahan, ASI belum

keluar atau ASI hanya keluar sedikit.

9) Pada pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi (amati ada atau tidak

pulsasi, amati peningkatan kerja jantung atau pembesaran, amati ictus kordis),

perkusi (menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui ukuran jantung),

auskultasi (bunyi jantung).


42

2.3.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon

klien terhadap kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun

potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan mengidentifikasi respon individu,

keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.

1. Kriteria mayor dan minor

Kriteria mayor adalah tanda dan gejala yang ditemukan sekitar 80%-100%

untuk validasi diagnosa. Sedangkan kriteria mayor adalah tanda dan gejala yang

tidak harus ditemukan, namun dapat mendukung penegakan diagnosis.

2. Fakor yang berhubungan

Kondisi atau situasi yang berkaitan dengan suatu masalah yang dapat

menunjang kelengkapan data untuk menegakkan suatu diagnosis atau masalah

keperawatan.

1) Diagnose keperawatan ibu post partum section caesarea

Berikut ini merupakan uraian dari masalah yang timbul bagi klien post section

caesarea menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI PPNI,

2016):

a Nyeri Akut (D0077)

1) Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan onset mendadak atau


43

lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3

bulan.

2) Penyebab

a Agen pencedara fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)

b Agen pencedera kimiawi (misal. terbakar, bahan kimia iritan)

c Agen pencedera fisik (missal, abses, amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).

3) Batasan karakteristik

a Data mayor

a) Subjektif : Mengeluh nyeri

b) Objektif : Tampak meringis, bersikap protektif (mis, waspada posisi

menghindari nyeri) gelisah, frekuensi nadi meningkat dan sulit tidur.

b Data minor

a) Data Subjektif : Tidak ada

b) Data Objektif : Tekanan darah meningkat, Pola nafas berubah, nafsu

makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada

diri sendiri dan diaforesis.

4) Kondisi klinis terkait

a. Kondisipembedahan

b. Cederatraumatis

c. Infeksi

d. Sindromkoronerakut
44

e. Glaukoma

b Resiko Infeksi (D.0142)

1) Definisi

Beriko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik

2) Faktor resiko

a Penyakit kronis (mis, diabetes melitus)

b Efek prosedur invasive

c Malnutrisi

d Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan

e Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :

a) Gangguan peristaltik

b) Kerusakan integritas kulit

c) Perubahan sekresi pH

d) Penurunan kerja siliaris

e) Ketuban pecah lama

f) Ketuban pecah sebelum waktunya

g) Merokok

h) Statis cairan tubuh

f Ketidak adekuatan pertahanan tubuh sekunder

a) Penurunan hemoglobin

b) Imununosupresi

c) Leukopenia
45

d) Supresi respon inflamasi

e) Vaksinasi tidak adekuat

3) Batasan karakteristik

a Data mayor :

a) Data Subjektif : Tidak ada

b) Data Objektif : Tidak ada

b Data minor :

a) Data Subjektif : Tidak ada

b) Data Objektif : Tidak ada

4) Kondisi klinis terkait

a AIDS

b Luka bakar

c Penyakit paru obstruktif kronis

d Diabetes mellitus

e Tindakan invasif

f Kondisi penggunaan terap steroid

g Penyalah gunaan obat

h Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)

i Kanker

j Gagal ginjal

k Imonusupresi

l Lymphedema
46

m Leukositopenia

n Gangguan fungsi hati

c Defisit Perawatan Diri (D.0109)

1) Definisi

Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.

2) Penyebab

a Gangguan musculoskeletal

b Gangguan neoromuskuler

c Kelemahan

d Gangguan psikologis dan/atau psikotik

e Penurunan motivasi/minat

3) Batasan dan Karakteristik

a Data mayor :

a) Data Subjektif : Menolak melakukan perawatan diri

b) Data Objektif : Tidak mampu mandi/mengenakan pakain/makan/ke

toilet/berhias secara mandiri, minat perawatan diri kurang.

b Data minor :

a) Data Subjektif : Tidak ada

b) Data Objektif : Tidak ada

4) Kondisi Klinis Terkait :

a Stroke

b Cedera medulla spinalis


47

c Depresi

d Arthritis reumatoid

e Retardasi mental

f Delirium

g Demansia

h Gangguan amnestik

i Skizofrenia dan gangguan psikotik lain

j Fungsi penilaian terganggu

d Ansietas (D.0080)

1) Definisi

Kondisi emosional dan pengalaman subjektif individu terhadap objek

yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi yang memungkinkan individu

melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.

2) Penyebab

a Krisis situasional

b Kebutuhan tidak terpenuhi

c Krisis maturasional

d Ancama terhadap konsep diri

e Ancaman terhadap kematian

f Kekhawatiran mengalami kegagalan

g Disfungsi sistem keluarga

h Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan.


48

i Faktor keturunan (tempereman mudah teragitasi sejak lahir).

j Penyalahgunaan zat.

k Terpapar bahaya lingkugan (misal, Toksin, polutan, dan lain-lain).

l Kurang terpapar informasi.

3) Bentuk Karakteristik

a Data mayor

a) Data Subjektif : Merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari

kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi.

b) Data Objektif : Tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur.

b Data minor

a) Data Subjektif : Mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tidak

berdaya.

b) Data Objektif : Frekuensi nafas meningkat, frekuensi nadi meningkat,

tekanan darah meningkat, diaforosis, tremor, muka tampak pucat, suara

bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih, berorientasi pada masa lalu.

4) Kondisi Klinis

a Penyakit kronis progresif (misal, Kanker, penyakit autoimun).

b Penyakit akut

c Hospitalisasi

d Rencana oprasi

e Kondisi diagnosis penyakit belum jelas

f Penyakit neorologis
49

g Tahap tumbuh kembang

e Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)

1) Definisi

Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara

mandiri.

2) Penyebab

a. Keruskan integritas struktur tulang

b. Perubahan metabolisme

c. Ketidak bugaran fisik

d. Penurunan kendali otot

e. Penurunan masa otot

f. Keterlambatan perkembangan

g. Kekuatan sendi

h. Kontraktur

i. Malnutrisi

j. Gangguan muskuloskeletal

k. Gangguan neuromuskular

l. Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia

m. Efek agen farmakologi

n. Program pembatasan gerak

o. Nyeri

p. Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik


50

q. Kecemasan

r. Gangguan kognitif

s. Keengganan melakukan pergerakan

t. Gangguan sensoripresepsi

3) Bentuk dan Karakteristik

a Data Mayor :

a) Subejektif : Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas

b) Objektif : Kekuatan otot menurun, Rentang gerak (ROM) menurun

b Data Minor :

a) Subjektif : Nyeri saat bergerak, Enggan melakukan pergerakan, Merasa

cemas saat bergerak

b) Objektif : Sendi kaku, Gerakkan tidak terkoordinasi, Gerakterbatas, Fisik

lemah.

4) Kondisi Klinis

a. Stoke

b. Cedera medula spinalis

c. Fraktur

d. Osteoarthirtis

e. Ostemalasia

f. Keganasan

g. Post oprasi
51

f Kesiapa Peningkatan Menjadi Orang Tua (D.0122)

1) Definisi

Pola pemberian lingkungan bagi anak atau anggota keluarga yang cukup

untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan serta dapat ditingkatkan.

2) Bentuk karakteristik

a Data mayor :

a) Subejektif : Mengepresikan keinginan unuk meningkatkan peran menjadi

orang tua.

b) Objektif : Tampak adanya dukungan emosi dan pengertian pada anak atau

anggota keluarga.

b Data Minor :

a) Subjektif : Anak atau anggota keluarga lainnya mengespresikan kepuasan

dengan lingkungan rumah, Anak atau anggota keluarga mengungkapkan

harapan yang realistis.

b) Objektif : Kebutuhan fisik dan emosi anak/anggota keluarga terpenuhi.

c Kondisi klinis

a) Perilaku upaya peningkatan kesehatan.

g. Pencapaian Peran Menajdi Orang Tua (D.0126)

1) Definisi :

Terjadinya proses interaksi antar anggota keluarga (suami-istri, anggota

keluarga dan bayi) yang ditunjukkan dengan perkembangan bayi yang optimal
52

2) Bentuk Karakteristik :

a. Data Mayor :

a) Subjektif : tidak tersedia

b) Objektif : Bounding attechment optimal, perilaku posistif menjadi orang

tua, saling berinteraksi dalam merawat bayi.

b. Data Minor :

a) Subjektif : mengungkapkan kepuasan dengan bayi

b) Objektif : melakukan stimulasi visual, taktil atau pendengaran terhadap

bayi.

3) Kondisi klinis

a. Status kesehatan ibu

b. Status kesehatan bayi

h. Menyusui efektif (D.0028)

1) Definisi :

Pemberian ASI secara langsung dari payudara kepada bayi dan anak yang

dapat memenuhi kebutuhan nutrisi.

2) Penyebab :

a. Fisilogis

a) Hormon oksitosin dan prolaktin adekuat

b) Payudara membesar, alveoli mulai terisi ASI

c) Tidak ada kelainan pada stuktur payudara

d) Puting menonjol
53

e) Bayi aterm

f) Tidak ada kelainan bentuk pada mulut bayi

b. Situasional

a) Rawat gabung

b) Dukungan keluarga dan tenaga kesehatan adekuat

c) Faktor budaya

3) Bentuk Karakteristik :

a. Data Mayor :

a) Subjektif : Ibu merasa percaya diri selama proses meyusui

b) Objektif : Bayi melekat pada payudara ibu dengan benar, Ibu mampu

memposisikan bayi dengan benar, Miksi bayi lebih dari 8 kali dalam 24

jam, Berat badan bayi meningkat, ASI menetes/memancar, Suplai ASI

adekuat, Puting tidak lecet setelah minggu kedua.

b. Data Minor :

a) Subjektif : tidak tersedia

b) Objektif : Bayi tidur setelah menyusui, Payudara ibu kosong setelah

menyusui, Bayi tidak rewel dan menangis setelah menyusui

4) Kondisi Klinis :

a. Status kesehatan ibu baik

b. Status kesehatan bayi baik


54

i. Menyusui Tidak Efektif (D.0029)

1) Definisi :

Kondisi dimana ibu dan bayi mengalami ketidakpuasan atau kesukaran

pada proses menyusui.

2) Penyebab

a. Fisiologis

a) Ketidakadekuatan suplai ASI

b) Hambatan pada neonatus (mis. prematuritas, sumbing)

c) Anomali payudara ibu (mis. puting yang masuk ke dalam)

d) Ketidakadekuatan refleks oksitosin

e) Ketidakadekuatan refleks menhispa bayi

f) Payudara bengkak

g) Riwayat operasi payudara

h) Kelahiran kembar

b. Situasional

a) Tidak rawat gabung

b) Kurang terpapar informasi tentang pentinya menyusui dan/atau metode

menyusui

c) Kurangnya dukungan keluarga

d) Faktor budaya

3) Bentuk Karakteristik

a. Data Mayor :
55

a) Subejktif : Kelelahan maternal, kecemasan maternal

b) Objektif : Bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu, ASI tidak

menetas/memancam, BAK bayi kurang dari 8 kali dalam 24 jam, Nyeri

dan/atau lecet terus menerus setelah minggu kedua.

b. Data Minor

a) Subjektif : tidak tersedia

b) Objektif : Intake bayi tidak adekuat, Bayi menghisap tidak terus menerus,

Bayi menangis saat disusui, Bayi rewel dan menangis terus dalam jam-jam

pertama setelah menyusui, Menolak untuk mengisap.

4) Kondisi Klinis

a. Abses payudara

b. Masititis

c. Carpal tunnel syndrome


2) Intevensi

Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat yang

didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan

kesehatan klien individu, keluarga dan komunitas (SLKI PPNI, 2019)

Tabel 2.4 Intervensi pada pasien section caesarea

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

1. Nyeri Akut Kontrol nyeri (L.08063) Manajemen nyeri (I.08238)


Observasi
(D.0077) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x8 jam 1.1.Identifikasi
diharapkan nyeri terkontrol. karakteristik, durasi
Pengertian : Kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
Pengalaman Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat 1.2.Identitas skala nyeri.
sensorik atau menurun meningkat 1.3.Identifikasi faktor yang
emosional yang 1 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, memperberat dan
berkaitan mampu menggunakan teknik on farmakologis untuk memperingan nyeri.
dengan mengurangi nyeri, mencari bantuan ). 1.4.Identifikasi
kerusakan 1 2 3 4 5 pengetahuan dan
jaringan actual 2 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda keyakinan tentang
atau fungsional nyeri). nyeri.
dengan onset 1 2 3 4 5 1.5.Identifikasi pengaruh
mendadak atau 3 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan cara menggunakan budaya terhadap
lambat dan menejemen nyeri yang telah di gunakan. respon nyeri.
berintensitas 1 2 3 4 5

56
ringan hingga 4 Mampu menyatakan rasa nyaman pada saat nyeri berkurang. 1.6.Identifikasi pengaruh
berat yang 1 2 3 4 5 nyeri pada kualitas
berlangsung hidup
kurang dari 3 1.7.Monitor keberhasilan
bulan. terapi komplementer
yang sudah diberikan.
1.8.Monitor efek samping
pengaruh analgetik.
Terapeutik
2.1.Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. Teknik relaksasi
tarik nafas, TENS,
hypnosis, akupresur,
terapi musik,
biofeedback, pijat
terapi, aroma terapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain).
2.2.Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruang,
pencahayaan,
kebisingan).
2.3.Fasilitas istirihat dan
tidur.

57
2.4.Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri.
Edukasi
3.1.Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
3.2.Jelaskan strategi
meredaka nyeri.
3.3.Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
3.4.Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat.
3.5.Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kaloborasi
4.1.Kaloborasi pemberian
analgetik (jika perlu).
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

2. Resiko Kontrol Resiko (L.14128) Pencegahan infeksi (I.14539)


Infeksi Observasi
(D.0142) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x8 jam 1.1.Monitor tanda dan
diharapkan mampu mengontrol resiko. gejala
Pengertian : Kriteria hasil : Terapeutik

58
Beriko Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat 2.1.Batasi pengunjung.
mengalami menurun meningk 2.2.Berikan perawatan
peningkatan at kulit pada area edema.
terserang 1 Beriko mengalami peningkatan terserang 2.3.Cuci tangan sebelum
organisme organisme patogenik. dan sesudah kontak
patogenik dengan pasien dan
1 2 3 4 5
lingkungan pasien
2 Kemampuan mengidentifikasi faktor resiko meningkat.
2.4.Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
1 2 3 4 5 beresiko tinggi.
3 Kemampuan melakukan strategi control resiko meningkat. Edukasi
3.1.Jelaskan tanda dan
1 2 3 4 5 gejala infeksi
4 Kemampuan mengubah perilaku meningkat. 3.2.Ajarkan cara mencuci
1 2 3 4 5 tangan yang benar
5 Komitmen terhadap strategi meningkat. 3.3.Ajarkan etika batuk
1 2 3 4 5 3.4.Ajarkan cara
memeriksa kondisi
6 Kemampuan memodifikasi gaya hidup. luka atau luka oprasi
1 2 3 4 5 3.5.Ajarkan meningkatkan
7 Kemampuan menghindari faktor resiko meningkat. asupan nurtrisi
1 2 3 4 5 3.6.Anjurkan
8 Kemampuan mengenali perubahan status kesehatan meningkat. meningkatkan asupan
1 2 3 4 5 cairan
9 Kemampuan beradptasi dengan skrining resiko meningkat. Kaloborasi
1 2 3 4 5 4.1.Kaloborasi pemberian
10 Penggunaan fasilitas kesehatan meningkat. imunisasi (jika perlu)
1 2 3 4 5
11 Penggunaan sistem pendukung meningkat.
1 2 3 4 5

59
12 Pemantauan perubahan status kesehatan meiningkat.
1 2 3 4 5
13 Imunisasi meningkat.
1 2 3 4 5

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

3. Defisit Perawatan Diri (L.11103) Dukungan Perawatan Diri


perawatan diri (I.11348)
(D.0109) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x8 jam Observasi
diharapkan perawatan diri meningkat. 1.1.Identifikasi kebiasaan
Pengertian : Kriteria hasil : aktivitas perawatan diri
yang sesuai usia.
Tidak mampu Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat 1.2.Monitor tingkat
melakukan atau menurun meningkat kemandirian
menyelesaikan 1 Kemampuan mandi meningkat. 1.3.Identifikasi kebutuhan
aktivitas alat bantu kebersihan
perawatan diri. 1 2 3 4 5 diri , berpakaia, berhias,
2 Kemampuan mengenakan pakaian meningkat. dan makan.
1 2 3 4 5 Terapeutik
3 Kemampuan makan meningkat. 2.1.Sediakan lingkungan
1 2 3 4 5 yang terapeutik (mis.
4 Kemampuan ke toilet (BAK/BAB) meningkat. Suasana hangat, rileks,
1 2 3 4 5 privasi).
5 Verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri meningkat.

60
1 2 3 4 5 2.2.Siapkan keperluan
6 Minat melakukan perawatan diri meningkat. pribadi (mis. Parfume,
sikat gigi, dan sabun
1 2 3 4 5 mandi).
7 Mempertahankan kebersihan diri meningkat. 2.3.Damping dalam
1 2 3 4 5 melakukan perawatan
8 Mempertahankan kebersihan mulut meningkat. diri sampai mandiri.
2.4.Fasilitasi untuk
1 2 3 4 5 menerima keadaan
ketergantungan.
2.5.Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak mampu
melakukan perawaran
diri.
2.6.Jadwalkan rutinitas
perawatan diri.
Edukasi
3.1.Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan.

Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
4. Ansietas Tingkat ansietas (L.09093) Terapi Relaksasi (I.09326)
Observasi
(D.0080) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x8 jam 1.1.Identifikasi penurunan
diharapkan tingkat ansietas menurun. tingkat energi,
Pengertian : Kriteria hasil : ketidakmampuan

61
Kondisi Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat berkonsentrasi, atau
emosional dan menurun meningkat gejala lain yang
pengalaman 1 Verbalisasi kebingungan. mengganggu
subjektif 1 2 3 4 5 kemampuan kognitif.
individu 2 Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi. 1.2.Identifikasi teknik
terhadap objek relaksasi yang pernah
1 2 3 4 5
yang tidak jelas efektif digunakan
3 Perilaku gelisah.
dan spesifik 1.3.Identifikasi kesedian,
akibat antisipasi 1 2 3 4 5 kemampuan, dan
yang 4 Perilaku tegang penggunaan teknik
memungkinkan 1 2 3 4 5 sebelumnya
individu 5 Keluhan pusing. 1.4.Periksa ketegangan
melakukan 1 2 3 4 5 otot, frekuensi nadi,
tindakan untuk tekanan darah, dan
6 Anoreksia.
menghadapi suhu sebelumnya dan
1 2 3 4 5
ancaman. sesudah latihan.
7 Palpitasi. 1.5.Monitor respon
1 2 3 4 5 terhadap terapi
8 Frekuensi pernafasan. relaksasi.
1 2 3 4 5 Terapeutik
9 Frekuensi nadi. 2.1.Ciptakan lingkungan
1 2 3 4 5 tenang tanpa
10 Tekanan darah. gangguan dengan
1 2 3 4 5 pencahayaan dan suhu
11 Diaphoresis. ruang nyaman, jika
1 2 3 4 5 perlu
12 Tremor. 2.2.Berikan informasi
1 2 3 4 5 tertulis tentang
13 Pucat. persiapan dan
1 2 3 4 5

62
prosedur teknik
Memburuk Cukkup Sedang Cukup Membaik relaksasi.
memburuk membaik 2.3.Gunakan pakaina
14 Konsentrasi. longgar.
1 2 3 4 5 2.4.Gunakan nada suara
15 Pola tidur lembut dengan irama
1 2 3 4 5 lambat dan berirama.
2.5.Gunakan relaksasi
16 Perasaan keberdayaan. sebagai strategi
1 2 3 4 5 penunjang dengan
17 Kontak mata analgetik atau
1 2 3 4 5 tindakan medis lain,
18 Pola berkemih jika perlu.
1 2 3 4 5 Edukasi
3.1.Jelaskan tujuan,
19 Orientasi
manfaat, batasan dan
1 2 3 4 5
jenis relaksasi yang
tersedia (mis. Musik,
meditasi, nafas dalam,
relaksasi otot progresif.
3.2.Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
yang dipilih.
3.3.Anjurkan mengambil
posisi nyaman.
3.4.Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi.
3.5.Anjurkan sering
mengulangi atau

63
melatih teknik yang
dipilih
3.6.Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
(mis. Nafas dalam,
peregangan, atau
imajinasi terbimbing.

64
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

5. Gangguan Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan Mobilisasi


mobilitas (I.05173)
fisik Observasi
(D.0122) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x8 jam 1.1 Identifikasi adanya
diharapkan mobiltas fisik meningkat. nyeri atau keluhan fisik
Pengertian : Kriteria hasil : lainnya
1.2 Identifikasi toleransi
Keterbatasan Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat fisik melakukan
dalam gerakan menurun meningkat pergerakan
fisik dari satu 1 Pergerakan ekstremitas 1.3 Monitor frekuensi
atau lebih jantung dan tekanan
ekstremitas 1 2 3 4 5
2 Kekuatan Otot darah sebelum
secara melakukan mobilitas
mandiri. 1 2 3 4 5
1.4 Monitor kondisi umum
3 Rentang gerak (ROM)
selama melakukan
1 2 3 4 5 mobilisasi
4 Nyeri Terapeutik
5 4 3 2 1 2.1 Fasilitasi aktvitas
5 Kecemasan mobilisasi dengan alat
5 4 3 2 1 bantu (mis.pagar
tempat tidur)
6 Kaku sendi 2.2 Fasilitasi melakukan
5 4 3 2 1 pergerakan, jika perlu
7 Gerakan Tidak Terkoordinir 2.3 Libatkan keluarga
5 4 3 2 1 untuk membantu

65
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan.
Edukasi
3.1 Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
3.2 Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3.3 Anjurkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. duduk
di tempat tidur, duduk
di sisi tempat
tidur,pindah daritempat
tidur ke kursi).
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

6. Kesiapa Peran Menjadi Orang Tua (L.13120) Promosi Pengasuhan


Peningkatan (I.13495)
Menjadi Observasi
Orang Tua 1.1 Identifikasi keluarga
(D.0122) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x8 jam risiko tinggi dalam
diharapkan peran mejadi orang tua meningkat. program tindak lanjut
Pengertian : Kriteria hasil : 1.2 Monitor status
Kesehatan anak dan
Terjadinya Menuru Cukup Sedang Cukup Meningkat status imunisasi anak
proses n menurun meningk Terapeutik
interaksi antar at

66
anggota 1 Bounding attacment 2.1 Dukung ibu menerima
keluarga dan melakukan
(suami-istri, perawatan pre natal
1 2 3 4 5
anggota secara teratur dan
2 Perilaku positif menjadi orang tua
keluarga dan sedini mungkin
1 2 3 4 5
bayi) yang 2.2 Lakukan kunjungan
ditunjukkan 3 Interaksi perawatan bay. rumah sesuai dengan
dengan Verbalisasi kepuasan memiliki bayi tingkat risiko
perkembangan 1 2 3 4 5 2.3 Fasilitasi orang tua
bayi yang 4 Memberi peringatan kepada anak atau anggota keluarga dalam memiliki
optimal 1 2 3 4 5 harapan yang realistis
5 Kebutuhan fisik anak dan anggota keluarga terpenuhi sesuai tingkat
1 2 3 4 5 kemampuan dan
perkembangan anak
6 Kebutuhan emosi anak dan anggota keluarga terpenuhi
2.4 Fasilitasi orang tua
1 2 3 4 5 dalam menerima
7 Keinginan meningkatkan peran menjadi orang tua. transisi peran
1 2 3 4 5 2.5 Berikan bimbingan
8 Verbalilasasi kepuasan dengan lingkungan rumah. antisipasi yang
1 2 3 4 5 diperlukan sesuai
9 Anak atau keluarga verbalilasi harapan yang realistis. dengan tahapan usia
1 2 3 4 5 perkembangan anak
10 Simulasi visual. 2.6 Fasilitasi orang tua
1 2 3 4 5 dalam mendapatkan
11 Simulasi taktil. dukungan, dan
1 2 3 4 5 berpartisipasi dalam
12 Simulasi pendengaran. parent group programs
1 2 3 4 5 2.7 Fasilitasi orang tua
dalam
mengembangkan dan

67
memelihara sistam
dukungan sosial
2.8 Sediakan media untuk
mengembangkan
keterampilan sosial
dan koping
2.9 Fasilitasi mengatur
penitipan anak, jika
perlu
2.10 Fasilitasi
penggunaan
kontrasepsi
Edukasi
3.1 Anjurkan orang tua
untuk menanggapi
isyarat bayi.
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

7. Menyusui Status Menyusui (L.11103) Promosi ASI Ekslusif


efektif (I.03135)
(D.0028) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x8 jam Observasi
diharapkan status menyusui membaik. 1.1 Identifikasi kebutuhan
Pengertian : Kriteria hasil : laktasi bagi ibu pada
anternatal, intranatal,
Pemberian Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat dan postanatal.
ASI secara menurun meningkat Terapeutik.
langsung dari 1 Perletakkan bayi pada payudara ibu.
payudara
kepada bayi 1 2 3 4 5

68
dan anak yang 2 Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan benar . 2.1 Fasilitasi ibu
dapat 1 2 3 4 5 melakukan IMD
memenuhi 3 Miksi bay lebih dari 8 kali/24 jam. (inisiasi menyusu dini)
kebutuhan 1 2 3 4 5 2.2 Fasilitasi ibu untuk
nutrisi 4 Berat badan bayi. rawat gabung atau
1 2 3 4 5 rooming in
2.3 Gunakan sendok dan
5 Tetesan atau pancaran ASI.
cangkir jika bayi belum
1 2 3 4 5 bisa menyusu
6 Suplai ASI adekuat. 2.4 Dukung ibu menyusui
dengan mendampingi
1 2 3 4 5 ibu selama kegiatan
7 Puting tidak lecet setelah 2 minggu melahirkan. menyusui berlangsung
1 2 3 4 5 2.5 Diskusikan dengan
8 Kepercayaan diri ibu. keluarga tentang ASI
eksklusif
1 2 3 4 5
2.6 Siapkan kelas menyusui
9 Bayi tidur setelah menyusui.
pada masa prenatal
1 2 3 4 5 minimal 2 kali dan
10 Payudara ibu kosong setelah menyusui. periode pascapartum
1 2 3 4 5 minimal 3 kali
11 Intake bayi Edukasi
3.1 Jelaskan manfaat
1 2 3 4 5
menyusui bagi ibu dan
12 Hisapan bayi bayi
3.2 Jelaskan pentingnya
1 2 3 4 5 menyusui di malam
13 Lecet pada puting hari untuk

69
1 2 3 4 5 mempertahankan dan
meningkatkan produksi
ASI
3.3 Jelaskan tanda-tanda
bayi cukup ASI (mis:
berat badan meningkat,
BAK lebih dari 10
kali/hari, warna urine
tidak pekat)
3.4 Jelaskan manfaat rawat
gabung (rooming in)
3.5 Anjurkan ibu menyusui
sesegera mungkin
setelah melahirkan
3.6 Anjurkan ibu
memberikan nutrisi
kepada bayi hanya
dengan ASI
3.7 Anjurkan ibu menyusui
sesering mungkin
setelah lahir sesuai
kebutuhan bayi
3.8 Anjurkan ibu menjaga
produksi ASI dengan
memerah, walaupun
kondisi ibu atau bayi
terpisah

70
Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
8. Menyusui Dukungan Keluarga (L.13112) Edukasi Menyusui (I.12393)
Tidak Efektif Observasi
(D.0029) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x8 jam 1.1 Identifikasi kesiapan
diharapkan dukungan keluarga membaik. dan kemampuan
Pengertian : Kriteria hasil : menerima informasi
1.2 Identifikasi tujuan atau
Kondisi Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat keinginan menyusui
dimana ibu menurun meningkat Terapeutik
dan bayi 1 Anggota keluarga verbalisasi keinginan untuk 2.1 Sediakan materi dan
mengalami mendukung anggota keluarga yang sakit . media pendidikan
ketidakpuasan 1 2 3 4 5 kesehatan
atau 2 Menanyakan kondisi pasien. 2.2 Jadwalkan pendidikan
kesukaran 1 2 3 4 5 kesehatan sesuai
pada proses 3 Mencari dukungan sosial bagi anggota keluarga yang sakit. kesepakatan
menyusui. 1 2 3 4 5 2.3 Berikan kesempatan
4 Mencari dukungan spiritual bagi anggota keluarga yang sakit. untuk bertanya
1 2 3 4 5 2.4 Dukung Ibu
5 Bekerja sama dengan anggota keluarga yang sakit dalam mentukan meningkatkan
perawatan. kepercayaan diri dalam
1 2 3 4 5 menyusui
2.5 Libatkan sistem
6 Bekerjasama dengan penyedia layanan kesehatan dalam pendukung: suami,
menentukan peawatan. keluarga, tenaga
1 2 3 4 5 kesehatan dan
masyarakat
Edukasi
3.1 Berikan konseling
menyusui

71
3.2 Jelaskan manfaat
menyusui bagi ibu dan
bayi
3.3 Ajarkan 4 (empat)
posisi menyusui dan
perlekatan ( lacth on)
dengan benar
3.4 Ajarkan perawatan
payudara antepartum
dengan mengkompres
dengan kapas yang
telah diberikan minyak
kelapa
3.5 Ajarkan perawatan
payudara postpartum
(mis. memerah ASI,
pijat payudara, pijat
oksitosin)

72
73

3) Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan pelaksanaan rencana intervensi

untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap-tahap implementasi

dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing

order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.

Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan rencana

keperawatan yang sudah di susun dalam tahap perencanaan. Untuk

kesuksesan implementasi keperawatan supaya sesuai dengan rencana

keperawatan, perawat harus mempunyai keahlian kognitif, hubungan

interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan.

Implementasi/pelaksanaan keperawatan merupakan realisasi

Tindakan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan

dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,

mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan

tindakan, serta menilai data yang baru.

4) Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahapan akhir proses keperawatan yang

terdiri dari evaluasi proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif).

Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan

setelah perawat melakukan tindakan keperawatan yang dilakukan

terus menerus hingga mencapai tujuan.


74

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap hari

setelah semua tindakan sesuai diagnosa keperawatan dilakukan

evaluasi sumatif terdiri dari SOAP (Subjek, Objek, Analisis,

Planning). Subjek berisi respon yang diungkapkan oleh pasien dan

objektif berisi respon nonverbal dari pasien responrespon tersebut

didapat setelah perawat melakuukan tindakan keperawatan. Analisis

merupakan kesimpulan dari tindakan dalam perencanaan masalah

keperawatan dilihat dari keteria hasil apakah teratasi, tertasi sebagian

atau belum teratasi. Sedangkan pleaning berisi perencanaan tindakan

keperawatan yang harus dilakukan selanjutnya.

Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan

keberhasilan tujuan tindakan yaitu tujuan tercapai apabila pasien

menunjukkan perubahan sesuai kriteria hasil yang telah ditentukan,

tujuan tercapai sebagaian apabila jika klien menunjukkan perubahan

pada sebagaian kriteria hasil yang telah ditetapkan, tujuan tidak

tercapai jika klien menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada

kemajuan sama sekali. (Suprajitno dalam Wardani,2013)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rencana Studi Kasus

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam bentuk studi

kasus untuk mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan Pasien Post Sectio

Caesarea Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2024. Pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosis

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi berdasarkan SDKI, SIKI,

SLKI.

3.2 Subjek Studi Kasus

Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian keperawatan adalah

individu dengan kasus yang akan diteliti secara rinci dan mendalam. Adapun

subyek penelitian yang akan diteliti adalah klien dengan diagnosa section caesarea.

Dengan kriteria sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik atau persyaratan umum yang diharapkan

peneliti untuk bisa memenuhi subjek penelitiannya. Kriteria inklusi dalam

penelitian ini adalah:

1) Pasien dirawat di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dengan

diagnosa medis post operasi Sectio Caesarea.

2) Pasien terdiri atas 1 orang berjenis kelamin perempuan.

75
76

3) Pasien berusia 20-35 Tahun yang dirawat di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo.

4) Pasien dengan usia kehamilan 8-9 bulan.

5) Pasien mampu berkomunikasi dengan baik.

6) Bersedia menjadi responden dan telah menandatangani surat persetujuan

(informed consent) sebagai bukti persetujuan.

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah sampel yang tidak memenuhi syarat dari kriteria

inklusi:

1) Pasien tidak bersedia menjadi responden

2) Pasien yang berusia 35 tahun lanjut.

3) Pasien dengan kematian janin di dalam rahim.

4) Pasien yang kurang kooperatif.

5) Pasien yang mengalami penurunan kesadaran.

6) Pasien dengan riwayat penyakit Asma.

3.3 Fokus Studi

Studi kasus ini berfokus pada pengelolaan asuhan keperawatan pada 1 pasien

dengan menekankan pada prosedur intervensi penerapan terapi relaksasi tarik nafas

dalam dengan masalah keperawatan nyeri akut pada pasien post oprasi section

caesarea.
77

3.4 Definisi Oprasional Dari Fokus Studi

1. Pengertian Sectio caesarea

Sectio caesarea merupakan salah satu cara melahirkan janin yang dikenal

sebagai bantuan jalan lahir melalui sayatan dinding perut dan dinding rahim yang

dilakukan dengan pembedahan untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Untuk

tindakan tersebut dapat dilihat dari diagnosa medis dan laporan medik yang didapat

dalam catatan rekam medik pasien. Adapun masalah keperawatan yang timbul pada

ibu hamil post section caesarea yaitu nyeri akut post oprasi yang dapat diterapkan

dengan penatalaksaan tindakan relaksasi tarik nafas dalam untuk mengurasi

intensitas nyeri pada ibu hamil post SC. Tindakan teknik relaksasi tarik nafas dalam

ini dapat dilakukan pada saat rasa nyeri itu timbul dengan Skala Nyeri sedang hingga

berat dan dapat dilakukan sebanyak 5-7 kali dalam waktu 5-10 menit.

2. Asuhan keperawatan dengan kasus post section caesarea

Suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat dan diberikan langsung kepada

pasien dengan post oprasi section caesarea. Dalam tatanan pelayaran kesehatan

dengan beberapa langkah saat memberikan asuhan keperawatan yang ilmiah,

sistematis, dinamis dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam pemecahan

masalah pada pasien dengan kasus post oprasi section caesarea. Meliputi pengkajian

dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI), menyusun intervensi

dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Standar Luaran

Keperawatan Indonesia (SLKI), melakukan implementasi dan evaluasi asuhan

keperawatan pada pasien tersebut.


78

3.5 Instrument Studi Kasus

Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format Asuhan

Keperawatan Materitas sesuai ketentuan yang berlaku di Politeknik Kesehatan

Kemenkes Kalimantan Timur.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penyusunan studi kasus yang digunakan,

antara lain:

1. Wawancara yaitu hasil anamnesa berisi tentang identitas klien, keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang dahulu, keluarga dan lain-lain. Sumber data yang

didapat dari klien, keluarga, dan rekam medik.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan teknik inspeksi,

palpasi, perkusi, auskultasi pada tubuh klien.

3. Dokumentasi merupakan data yang didapatkan dari pemeriksaan diagnostik.

3.7 Langkah Penatalaksanaan Studi Kasus

Penelitia ini dilakukan dengan beberapa tahap, seperti:

1. Mahasiswa melakukan penyusunan penelitian KTI dengan metode studi kasus.

2. Mahasiswa menyerahkan penyusun kasus yang akan diteliti kepada pembiming

dan disetujui oleh pembimbing.

3. Mahasiswa melakukan ujian KTI yang disetujui oleh penguji.

4. Seteah disetujui pembimbing kemudian mahasiswa melakukan pengumpulan

data sesuai dengan kasus yang akan diteliti.


79

5. Politeknik Kemenkes Kalimantan Timur mengirimkan surat ke RSUD dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

6. Setelah surat dari Politeknin Kemenkes Kalimantan Timur masuk dan

disetujui, maka mahasiswa baru dapat melakukan asuhan keperawatan pada

pasien ibu post section caesarea dengan masalah keperawatan nyeri akut di

RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

7. Mahasiswa melapor kepada kepala ruangan dan Perseptor.

8. Bersama kepala ruangan, Perseptor dan penguji, mahasiswa menentukan klien

studi kasus sesuai dengan kriteria inklusi untuk dilakukan asuhan keperawatan

pada post section caesarea dengan masalah keperawatan nyeri akut di RSUD

dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

9. Mahasiswa melakukan bina hubungan saling percaya kepada klien yang telah

ditemukan.

10. Setelah bina hubungan saling percaya berhasil, mahasiswa melakukan

pengkajian kepada pasien melalui pengisian format pengkajian, observasi, dan

wawancara.

11. Setelah pengkajian dilakukan mahasiswa mengumpulkan data fokus untuk

menegakkan diagnosa.

12. Mahasiswa melakukan perencanaan asuhan keperawatan pada pasien post

sectio caesarea dengan masalah kepeawatan nyeri akut di RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan.
80

13. Mahasiswa melakukan tindakan asuhan keperawatan pada pasien post section

caesarea dengan masalah keperawatan nyeri akut di RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan.

14. Mahasiswa melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien post section

caesaea dengan masalah keperawatan nyeri akut di RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan.

15. Mahasiswa melakukan dokumentasi keperawatan.

16. Mahasiswa melakukan analisis asuhan keperawatan dengan 1 pasien.

3.8 Lokasi Dan Waktu Studi Kasus

Lokasi penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan. Peneliti memilih lokasi tersebut dikarenakan adanya ruangan yang

dimiliki untuk merawat subyek dan memiliki fasilitas yang memadai. Dengan lama

waktu sejak klien pertama kali masuk rumah sakit sampai pulang dan atau klien yang

dirawat minimal 3 hari. Jika sebelum 3 hari klien sudah pulang, maka perlu

penggantian klien lainnya yang sejenis.

3.9 Analilis Dan Penyajian Data

Analisa data adalah proses mengolah data menjadi informasi baru yang

didapatkan dengan cara wawancara dan observasi. Analisa data dilakukan pada saat

peneliti berada di lahan penelitian. Nantinya data yang didapat berupa data subjektif

dan data objektif. Teknik analisis data dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan

data-data dari penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam yang

dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Kemudian dengan cara observasi oleh
81

peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya

dikumpulkan oleh peneliti.

Data yang dikumpulkan tersebut dapat berupa data subjektif dan data objektif

Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien berupa suatu pendapat terhadap

situasi atau kejadian. Sedangkan data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan

diukur, yang diperoleh menggunakan panca indra (melihat, mendengar, mencium,

dan meraba) selama pemeriksaan fisik dari data tersebut, selanjutnya peneliti

menegakkan diagnosa keperawatan, kemudian peneliti menyusun intervensi atau

rencana keperawatan melakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan

keperawatan serta mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada

klien.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan studi kasus tentang

Asuhan Keperawatan Pada Ibu Nifas Post Sectio Caesarea di RSUD DR. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan, dengan jumlah pasien sebanyak 1 orang ibu dan diuraikan

sebagai berikut:

4. Hasil Studi Kasus

4.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan yang

terletak di Jalan MT. Haryono No. 656 Ringroad Balikpapan 76126 Telp : (0542) 873901

Fax : (0542) 873836. RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan atau dahulu dikenal

dengan Rumah Sakit Umum Balikpapan ini dibuka tanggal 12 September 1949. RSUD

Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dilengkapi dengan fasilitas instalasi farmasi,

instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap, fisioterapi, radiologi, instalasi bedah dan UGD

24 jam. Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian di Ruang Mawar dari tanggal

23 Mei – 26 Mei 2024. Ruang Mawar ditetapkan sebagai instalasi rawat inap ibu dan anak

untuk kelas 1 dan 2, dengan batasan-batasan sebagai berikut: sebelah timur berbatasan

dengan ruang Dokter, sebelah barat berbatasan dengan ruang rawat inap khusu stroke,

sebelah utara berbatasan dengan Kemuning, serta sebelah selatan berbatasan dengan

halaman parkir. Dalam ruangan Mawar terdapat 12 kamar dengan 24 tempat tidur yang

masing-masing kamar berisikan 2 tempat tidur dan kamar mandi didalam ruangan,

82
83

dilanjutkan dengan ruang khusus penyimpanan ASI dan tempat untuk memandikan

neonatus, ruang tindakan, pantry, dan ruang perawat.

Gambar 4.1 Lokasi RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo

Sumber: Google Maps

4.2 Data Asuhan Keperawatan

4.2.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan menjadi dasar utama dalam proses keperawatan yang

nantinya akan membantu untuk penentuan masalah keperawatan dan kebutuhan pada

klien. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti pada Klien Ibu Nifas Post

Sectio Caesarea ditemukan data sebagai berikut:


84

4.2.2 Pengkajian Keperawatan

1) Identitas

Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan Klien Ibu Nifas Post Sectio Caesarea di RSUD dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2024

1. Identitas Klien
No Data Klien Klien
1. Nama Ny. NM
2. No RM 00895028
3. Tanggal lahir/Umur 13/03/1997 (27 Tahun)
4. Jenis Kelamin Perempuan
5. Suku/Bangsa Banjar
6. Agama Islam
7. pendidikan S1 Pendidikan Matematika
8. Pekerjaan Guru
9. Sumber Biaya BPJS
10. Alamat Jl. Menur RT. 10 Bukit Raya Samboja
11. Masuk RS 22 Mei 2024, Jam (13.00)
12. Tanggal Pengkajian
23 Mei 2024, Jam (08.00)
13. Di Rawat di Ruang Rawat Inap Mawar Kelas 1
14. Diagnosa G1P0A0 + hamil 37-38 minggu+blm inp+letak
lintang+Ooligohidramnion
2. Identitas Penanggung Jawab
1. Nama Riki Setiawan
2. Umur 28 Thn
3. Jenis kelamin Laki-laki
4. Agama Islam
5. Pendidikan S1 Ekonomi
6. Pekerjaan Karyawan Swasta
7. Alamat Jl. Menur RT. 10 Kelurahan Bukit Raya, Kecamatan
Samboja
8. Hubungan dengan klien Suami
Berdasarkan tabel diatas terdapat hasil pengkajian pasien. Tanggal 23 Mei

2024 pukul 08.00 WITA, pasien berjenis kelamin perempuan berumur 27 tahun

dengan diagnosa medis kehamilan 37-38 minggu G1P0A0 belum inpartus, rencana

tindakan sectio caesarea dirujuk ke IGD RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan pada tanggal 22 Mei 2024 pukul 13.30 WITA dengan tercatat rujukan
85

dari RSASIH untuk dilakukan tindakan sectio caesarea di RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan pada tanggal 23 Mei 2024.

2) Riwayat Kesehatan

No Pengkajian Klien
1 Keluhan Utama/alasan Masuk RS Nyeri luka post oprasi
2 Riwayat Penyakit Sekarang Klien mengakatakan pada tanggal 22 Mei 2024 klien
melakukan pemeriksaan USG di RSASI Sepinggan
dan klien memiliki mata -9 kanan kiri, terdapat hasil
USG letak lintang pada bayi, tidak ada tanda-tanda
melahirkan dan jadwal klien sudah lewat dari tafsiran
melahirkan. Pada dokter spesialis kandungan
diberikan rujukan ke RSUD dr. Kanujoso
Djatiwibowo untuk dilakukan tindakan Sc pada
tanggal 23 Mei 2024 jam 09.30 dan pada jam 12.00
klien mengatakan diantar oleh suami dan keluarganya
ke RSUd dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan
ke IGD RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo umtuk di
daftarkan ke ruangan rawat inap. Klien mengatakan
masuk ke ruangan Mawar kelas 1 pada jam 13.00
Pada tanggal 23 Mei 2024 Klien mengatakan masuk
ke ruang oprasi pada jam 09.30 dan keluar dari ruang
oprasi jam 11.00 dan belum dapat menggerakan kaki,
nyeri belum terasa. Pada jam 14.00 klien mengatakan
rasa nyeri bagian perut mulai terasa dan rasa sakit itu
makin begitu nyeri apabila banyak bergerak.
TD: 130/79 mmhg, Nadi: 100 Suhu: 36.6C, RR:
21x/menit.
Paliatif: luka post op
Quality: seperti diiris-iris
Region: bagian perut
Skala: 6
Timing: hilang timbul
3. Riwayat Penyakit Dahulu Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat di
Rumah Sakit, klien mangatakan tidak ada riwayat
penyakit kronik dan akut, maupun alergi, dari data
rekam medik, klien tidak ada riwayat penyakit
sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga Klien mengatakan dari keluarga tidak memiliki riwat
penyakit keturunan dan penyakit yang tidak
diturunkan, dari data rekam medik, klien tidakada
riwayat penyakit keluarga.
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Klien mengatakan tidak ada riwayat kehamilan dan
persalinan sebelumnya, dari data rekam medik, klien
tidak ada riwayat kehamilan sebelumnya dan ini
kehamilan dan persalinan pertama, dengan diagnosa
G0P1A0.
86

6. Riwayat Obstetri Klien mengatakan haid pertama kali pada umur 11


tahun, lama haid 5-7 hari, dengan siklus haid 28 hari,
selama 24 jam dapat mengganti pembalut sebanyak 3
kali, selama haid mengalami nyeri bagian perut bawah
yang masih bisa tertahankan dan Klien pada saat ini
nifas 0 hari.
7. Riwayat Perkawinan Klien mengatakan status menikah, klien sebelum
menikah single partner, umur klien menikah 26 tahun,
dan umur suami menikah 27 tahun, lama pernikahan
10 bulan, Pada saat ini klien di dampingi oleh suami.
8. Riwayat Keluarga Berencana Klien mengatakan tidak melaksankan KB di awal
pernikahan, klien mengatakan tidak menggunakan
kontrasepsi pada saat berhubungan, dan akan
merencanakan penggunaan KB setelah persalinan, KB
yang akan digunakan yaitu KB suntik,
Pada saat ini tidak ada keluhan dengan KB yang
digunakan.
9. Riwayat Kehamilan Sekarang Klien mengatakan melakukan pemeriksaan
kehamilan/USG pada Trimester I,II,III lebih dari 5
kali, dan lokasi pemeriksaan di Puskesmas dan RS
ASI Sepinggan, klien melakukan imunisasi tetanus
pada usia kehamilan 4 bulan, klien mengatakan pada
saat kehamilan ada mengonsumsi obat batuk dan
radang, dan keluhan pada saat kehamilan yaitu mual,
tanggal persalinan sekarang 23 Mei 2024, masuk
ruang oprasi jam 09.00 WITA, bayi keluar jam 09.45
WITA, jenis persalinan yang dilakukan adalah sectio
caesarea, di lakukan tindakan Sc ini karena mata
kanan kiri -9 dan letak bayi sungsang (letak lintang),
tidak ada pendarahan, jenis kelamin bayi perempuan
BB : 3740gr, PJ : 49cm, LK : 33,5cm, LP : 24,5cm,
Lila :11,7cm, dari buku KIA klien di dapatkan data
keluhan dan obat yang klien konsumsi selama
pemeriksaan kehamilan, pada usia kehamilan 16
minggu, keluhan mual-mual dan mendapat vitamin
tablet penambah darah.
10. Status Obstertrikc Klien mengatakan hamil 0 melahirkan 1 keguguran 0
hidup 1, nifas hari 0. Berkontraksi, tinggi fundus uteri
2 jari dibawah pusat. Kondisi uterus keras, tidak
terdapat luka jaitan perenium, klien mengalami
pengeluatan lochea sekitar 20cc, loachea berwarna
merah, ganti pembalut 2-3x/24 jam.
11. Riwayat genekologi Klien mengatakan pernah mengalami keputihan warna
putih susu, tidak bau dan tidak gatal, dan ada
merasakan nyeri haid yang masih bisa tertahankan,
tidak pernah mengalami pendarahan diluar siklus haid,
pasangan klien tidak pernah mengalami penyakit
menular seksual, klien dan pasangan saat ini baik-baik
saja, saat melakukan vulva hygine tampak darah
vagina klien tidak tampak bintik dan luka.
87

Berdasarkan tabel diatas terdapat pengkajian pada riwayat kesehatan

pasien. Tanggal 23 Mei 2024 pukul 08.15 WITA, pasien direncanakan tindakan

sectio caesarea karena pada mata kanan kiri -9, tidak ada tanda-tanda melahirkan,

posisi bayi letak lintang. Pasien tidak melaksanakan KB diawal penikahan, pasien

tidak menggunakan kontrasepsi pada saat berhungan, pasien akan melaksankan KB

setelah persalinan selesai, pada masa kehamilan pasien mengalami mual dan

mendapatkan obat rutin tablet penambah darah, pada masa kehamilan pasien

mengalami keputihan seperti susu dan tidak mengalami pendarahan.

3) Riwayat Kebiasaan Sehari-haris


No Data Klien
1. Oksigenasi Bentuk dada klien normal, dan simetris, tidak ada
penggunaan otot bantu pernafasan, cuping hidung,
respirasi 20x/menit, suara nafas vesikuler, tidak terdengar
ronchi, wheezing, CRT: < 3 detik, bibir tidak sianosis,
akral hangat, letak apex kordis ICS ke 5, bunyi jantung S1
& S2: normal, nadi: 80x/menit, reguler, Tekanan Darah:
130 mm/Hg, tidak clubbing finger.
2. Pola Nutrisi Klien mengatakan frekuensi makan pada saat sebelum
hamil dan saat ini sama saja seperti biasanya 3 kali sehari,
nafsu makan pada saat kehamilan normal seperti biasanya,
walaupun lebih sering merasakan mual, jenis makan yang
sering dikonsusmsi pada saat kehamilan yaitu daging-
dagingan, dan mkanan yang tidak di sukai tidak ada, klien
mengatakan kebiasaan yang sering di lakukan sebelum
makan yaitu berdoa.
3. Pola Eliminasi Klien mengatakan BAK lebih sering dari biasanya, dalam
24 jam bisa melakukan BAK -+7 kali, sebanyak -+600cc
perharinya, warna urine yang dikeluarkan berwarna kuning
jernih tidak ada bercak darah, dan tidak ada bau yang khas,

Klien mengatakan BAB sehari 1 kali, berwarna kunng


kecoklatan, tidak ada bau yang khas, tidak ada nyeri
padasaat BAB, tidak ada bercak darah pada saat BAB,
tidak mengalami konstipasi (sembelit) pada saat BAB.
Klien pada saat ini terpasang urine kateter, dengan
produksi urine sebanyak 400cc.
88

4. Pola Personal Hygine Klien mengatakan mandi sehari 2 kali, dengan frekuensi
sering, klien mengatakan melakukan oral hygine atau sikat
gigi 2 kali sehari, keramas ataucuci rambut setiap 2 hari
sekali, potong kuku setiap 5 hari sekali, dan Kulit klien
tampak lembab dan halus, gigi bersih, lidah bersih, rambut
kokoh tidak rontok dan tidak berketombe, kuku tampak
bersih dan tidak panjang.
5. Pola Istirahat dan tidur Klien mengatakan sebelum persalinan lama waktu tidur 8
jam setiap harinya, jarang tidur siang, rutinitas sebelum
tidur berdoa, tidak ada masalah dalam hal istirahat, klien
mengtakan dengan kondisi yang sekarang sedikit
terganggu waktu tidur karena adanya rasa nyeri jaitan, dan
Klien tampak berbaring ditempat tidur, klien tampak
meringis kesakitan saat menggerakkan badannya, dan
klien tampak keterbatasan bergerak.
6. Pola aktivitas dan Latihan Klien mengatakan kegiatan dalam pekerjaan sebagai
profesi guru, dengan waktu bekerja pagi sampai sore,
dengan durasi 10 jam, klien mengatakan jarang
berolahraga, klien mengatakan kegiatan waktu luang
digunakan untuk beristirahat, klien mengatakan tidak ada
keluhan dalam kegiatan, klien mengatakan sedikit
kesulitan dalam melakukan aktivitas dengan kondisi yang
sekarang, dan Klien tampak sulit untuk melakukan
aktivitas, klien tampak melakukan latihan untuk bergerak
secara perlahan.
7. Pola Kebiasaan yang Klien mengatakan tidak merokok, tidak meminum
mempengaruhi kesehatan minuman keras, dan tidak mengonsumsi zat-zat berbahaya,
klien juga mengatakan tidak ada ketergantungan obat-
obatan, dan Klien tampak kooperatif pada saat perawatan
di RS.
8. Kemanan Klien mengatakan ANC teratur, klien mengatakan
mengikuti nasehat dan petunjuk tenaga kesehatan, tablet
penambah darah diminum secara teratur, tidak ada nyeri
pungggung, dan melakukan perawatan diri dengan baik
saat hamil, 2-3 kali sehari, dan Klien tampak kooperaratif
saat perawatan di Rs, terpasang pagar tempat tidur di kiri
klien.
9. Sensori Klien mengatakan tidak pernah kesemutan pada kaki dan
tangan, klien mengatakan mengalami baal pada
ekstremitas, dan Klien tampak meringis, Skala nyeri 5,
Klien menggunakan kacamata, klien tidak mengalami
penurunan sensori, klien dapat melihat keberadaan
perawat, indra penciuman klien tidak mengalami
penurunan, klien dapat mencium aroma makan, klien tidak
mengalami alat bantu dengar, klien mampu mendengar
suara perawat dan pupil simetris.
10. Cairan dan Elektrolit Klien mengatakan minum cairan perhari kurang lebih 7-8
gelas (1.700cc), klien mengatakan tidak memiliki
kebiasaan minum teh, kopi, dan Klien terpasang infus RL
100cc dengan tetesan 20/menit, turgor kulit elastis.
89

11. Fungsi Neurologi Klien mengatakan tidak cemas, klien tidak setres,
kesadaran composmentis, orientasi baik, kemampuan
berfikir baik, klien dapat menyebutkan keberadaannya,
ingatan klien baik, dan Klien tidak gelisah, dan terlihat
rileks.
12 Fungsi Endokrin klien mengatakan tidak menggunakan insulin dan klien
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
13. Kaloborasi dengan dokter obat yang klien peroleh 23 Mei 2024.
-RL 500cc
-Cefozolin 1gr
-Vitamin C 2x200
-Dexametasone 2x1
-Profenid sup 2x1
24 Mei 20224
-Asamnefenamat 500mg 3x1
Berdasarkan pada tabel diatas terdapat pengkajian riwayat sehari-hari.

Tanggal 23 Mei 2024 pukul 08.20 WITA. Pasien melakukan kegiatan sehari-hari

seperti biasanya dan tidak mengalami perubahan yang begitu drastis dalam

pengobatan yang mengubah status kesahatan.

4) Riwayat Psikososial
No. Data Klien
1. Respon ibu terhadap kelahiran Klien mengatakan bahwa klien menghargai dirinya dan
bayinya. bayinya yang sudah dilahirkan dengan cara caesar, klien
mengatakan sangat bahagia dan bersyukur karena sudah
diberikan buah hati yang sehat, Klien tampak tersenyum
bahagia, tampak mampu mengurus dan menggendong
bayinya.
2. Respon anggota lain terhadap Klien mengatakan bahwa suami dan keluarga merasakan
kelahiran bayinya. kebahagian karena bayinya telah terlahir dengan kondisi
yang sehat, dan Suami dan keluarganya tampak menerima
dengan baik dan menyambut bayinya dengan rasa haru dan
bahagia.
3. Kesiapan mental untuk Klien mengatakan secara mental sudah cukup siap untuk
menjadi ibu. menjadi ibu, siap untuk memberi asi yang cukup, siap
untuk mengasih dan menyayangi bayinya dengan tulus dan
Klien tampak mampu memberikan asi yang cukup
terhadap bayinya.
4. Rencana perawatan bayi Klien mengatakan perawatan bayi akan dilakukan sendiri
dan di dampingi oleh orang tua, dan Klien tampak mampu
melakukan perawatan bayinya.
5. Sefl Care. Klien mengatakan melakukan dan memahami perawatan
(Breast Care, Perineal Care, payudara, dan memperlancar pengeluaran ASI, klien
Nutrisi, Senam Nifas, KB, mengatakan memahami melakukan perawatan vagina,
klien mengatakan melakukan mengonsumsi makanan-
90

Menyusui, Merawat bayi, makanan yang bergizi, klien mengatakan tidak melakukan
Perawatan tali pusat). program olahraga senam nifas, klien mengatakan
memahami dan mengerjakan penggunaan KB, klien
mengatakan memahami dan mengerjakan untuk menyusui
bayinya, klien mengatakan perawatan bayia sementara
dilakukan oleh perawat dan akan dilakukan sendiri jika
sudah keluardari RS, klien mengatakan memahami dan
melakukan perawatan tali pusat, dan Klien tampak
kooperatif terhadap self care.
Berdasarkan tabel di atas terdapat pengkajian psikososial. Tanggal 23-25

Mei 2024, pasien menerima kondisi yang dia alami, menerima dan menunggu

kehadiran bayinya, suami dan keluarga pasien sangat menerima kehadiran bayi

yang ditunggu-tunggu. Pasien sangat siap dalam menjalankan tugas atau peran ibu

untuk bayinya, pasien juga akan melakukan perawatan atau menjaga dan merawat

bayinya akan dibantu oleh orang tuanya, pasien kooperatif dalam menjalankan self

care terhadp peran barunya.

Tabel 4.2 Hasil Pemerikasaan By.Ny. N dengan Ibu Nifas Post Sectio Caesarea di RSUD
dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2024

Item Pengkajian Bayi Ny. N


A. Data Demografi
1. Nama By. Ny. N
2. Umur < 1 hari
3. Jenis kelamin Perempuan
4. Tempat tanggal lahir RSUD Kamis, 23 Mei 2024 jam 09.30
5. Tanggal pengkajian Kamis, 23 Mei 2024 jam 08.00
B. Pengkajian umum
1. Kondisi umum Ku: sedang, reflek hisap baik, anak diberi ASI, suhu 36,6C, nadi
140x/menit, RR 30x/menit.
2. Riwayat kehamilan BB bayi: 3740 gram, PB: 49cm, Suhu: 36,7C, LK: 32cm, LD:
35cm, lanugo tampak seikit pada tubuh dan wajaah, terdapat
vermix kaseosa pada bayi, warna tubuh, dan wajah, pink baik
badan atau ekstremitas, data yang diperoleh pada RM bayi yaitu
meconiumsudah keluar setelah 1 jam kelahiran, berwarna hitam
kehijauan.
3. Pemeriksaan refleks Pemeriksaan refleks baik, bayi, dapat terkejut, jika kaget, bayi
dapat menggenggam saat disentuh telapak tangannya, bayi dapat
menghisap dengan baik, bayi dapat menengok dan meluruskan
lengannya, tidak ada kelemahan pada bayi.
91

4. Pemeriksaan reflek Refleks bayi baik, bayi dapat membuka mulut saat bibir bayi
primitive disentuh dengan putting ibu, bayi dapat menghisap saat menyusu,
bayi dapat menggenggam saat telapak tangan disentuh, bayi
terkejut jika kaget, bayi merespon saat disentuh telapak kakinya.
5. Oksigenasi Bentuk dada normal, ekspensi dada bayi simetris, bayi tidak
menggunakan otot bantu pernafasan, bayi tidak menggunakan
pernafasan cuping hidung, suara nafas veskuler, tidak ada ronchi,
tidak ada wheezing, CRT < 3 detik, RR: 30x/menit, jantung
S1&S2 normal, Nadi: 140x/menit.
6. Nutrisi Bayi tidak anorexia, bising usus 4x/menit, BB: 3740 gram, PB:
49cm, LILA: 10cm, mukosa bibir lembab, tidak ada kesulitan
menghisap, konjungtiva tidak anemis.
7. Eliminasi Bayi tampak tenang dan popok sudah di ganti, BAB dan BAK
bayi tidak ada darah.
8. Keamanan Bayi menangis karena haus dan lapar.
9. Sesnsori Pupil simetris.
10. Cairan dan elektrolit Turgor kulit elastis.
11. Fungsi neurologi Terdapat reflek babinsik.
12. Fungsi endokrin Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
13. Kaloborasi dengan Kamis 23 Mei 2024
dokter -Vit K 1mg
-Vaksin Hepaitis B 1,0 ml
Kamis, 26 Mei 2024
-vaksin polio 2 tetes
14. Stimulasi fokal Bayi baru lahir jam 09.30 pagi, BB: 3740 gram, tali pusat masih
basah.
15. Stimulus konstektual Tali pusat tampak masih basah.
16. Stimulasi residual Daridatarekam medik, ibu di diagnosa G0P1A0

Tabel 4.2
Hasil Pemerikasaan Fisik Klien Ny. N dengan Ibu Nifas Post Sectio Caesarea di RSUD dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2024

Item Pemeriksaan Klien


A. Kondisi Umum
1. Tekanan Darah 130 mm/Hg
2. Nadi 80x/menit
3. Suhu 36,6C
4. RR 21x/menit
5. GCS 15
B. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan rambut Bentuk kepala oval, tulang kepala simetris, kulit kepala
bersih, penyebaran rambut merata, warna rambut hitam.
2. Wajah Exspresi datar, kondisi kulit wajah bersih, wajah simetris.
3. Mata Posisi mata simetris, lengkap, kornea jernih, konjungtiva
tidak anemis, seclera tidak ikterik, pupil isikor, iris berwarna
hitam, tekanan bola mata kuat.
4. Hidung Tidak ada pernapasan cuping hidung, lubang hidung bersih,
tulang hidung tidak ada nyeri tekan.
92

5. Telinga Bentuk telinga normal, simetris, ketegangan elastis, lubang


telinga bersih.
6. Mulut dan faring Bibir tidak pucat, tidak ada pendarahan pada gusi, gigi
lengkap, lidahdan platum bersih, tidak ada peradangan
orifaring.
7. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, tidak ada
pembesaran vena jugularis.
8. Payudara dan ketiak Terdpat pembersaran payudarah, aerola berwarna coklat tua,
ASI sudah keluar, tidak ada nyeri tekan axila dan klavikula.
9. Genital dan anus Tidak dilakukan pemeriksaan.
10. Intragument Klien tampak bersih, akral hangat, warna kulit sawo matang,
turgor kulit elastis, kulit lembab, terdapat luka insisi pada
pasca oprasi caesar di abdomen.
Item Pemeriksaan
A. Kondisi Umum Bayi
1. Tekana Darah Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Nadi 140x/menit
3. Suhu 36,6C
4. RR 30x/menit
5. GCS Tidak dilakukan pemeriksaan
B. Pemeriksaan Fisik Bayi
1. Kepala Bentuk kepala bayi oval simetris. Fontanela mayor belum
menutup. Mata simetris, mata sudah membuka, dengan
reflek membuka baik, seclera tidak ikterik, tidak hiperemi,
konjungtiva tidak anemis dan udem pelebra tidak ada. Daun
telinga terdapat rambut lanugo, telinga simetris, dipegang
lembut dan kedua bersih. Hidung tidak ada sputum, tidak
polip, kedua hidung bersih. Reflek menelan dan mengisap
baik, tidak labioskhisis, tidak palatokisis, dan tidak cyanosis.
2. Punggung Tidak ada lesi dan tidak ada kecacatan, tulang punggung
fleksibel.
3. Thorax Bentuk dada normal chest, pernafasan vesikuler,30x/menit.
4. Abdomen Bentuk abdomen normal, tidakada acites, bising usus
4x/menit, terdapat perban post Sc.
5. Ekstermitas Jari kaki dan tangan lengkap, pergelangan kaki dan tangan
tidak bengkok, garis telapak kaki jelas, warna ekstermitas
pink, posisi ekstermitas simetris.

Kekuatan otot:

5 5

5 5

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwa pemeriksaan fisik yang


diperoleh melalui observasi pada klien tidak memiliki kelainan dan masalah pada
kepala, rambut, mata, hidung, telinga, mulut, faring, leher, payudara, dan ketiak,
93

integrumen. Klien terdapat pembesaran payudara, pengeluaran ASI, terdapat


perban post SC pada abdomen.

Sedangkan pemeriksaan fisik pada bayi, diperoleh data bayi tidak


memiliki kelainan pada kepala, punggung, thoraks, abdomen, ekstremitas,
genetalia, fungsi eliminasi.

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Pemeriksaan diagnostik Klien Ny. N dengan Ibu Nifas
Post Sectio Caesarea di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2024

Jenis pemerikasaan Klien


Darah Hematorit: 37% (37.0%-47.0%)
Hb: 12.5g/dl (11.0-16.5)
Leukosit: 19.13 ul (4.00-11.00)
Jenis Pemeriksaan Bayi
Darah Hb: 15,0 g/dl (11.0-16.5)
Leukosit: 12.21 ul (13.00-38.00)
Trambosit 195 ul (150-450)
Gula darah sewaktu 59mg/dl (40-60)

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwa pemeriksaan diagnostik dengan

darah lengkap yang diperoleh pada klien ditemukan adanya peningkatan jumlah

leukosit. Pemeriksaan diagnostik dengan darah lengkap pada bayi juga diperoleh

peningkatan leukosit.

2. Data Fokus Keperawatan

Tabel 4.4 Data Fokus Keperawatan Klien Ny. N dengan Ibu Nifas Post Sectio Caesarea di
RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2024

Data Fokus
DS 1. Klien mengatakan kembali keruangan rawat inap dari ruangan operasi jam 11.00
dan kaki masih belum di gerakkan, nyeri belum terasa.
2. Klien mengatakan baal (keram) pada kaki.
3. Klien mengatakan saat ini nyeri belum terasa, kaki terasa baal, kaki tidak dapat di-
gerakkan.
4. Pada jam 14.00 klien mengatakan nyeri sudah timbul, kaki mulai dapat digerakkan.
5. Klien mengatakan nyerinya karena luka post oprasi dan efek bius yang sudah habis.
6. Klien mengatakan nyeri jika banyak bergerak, saat ini belum dapat bergerak miring
kanan atau kiri.
7. Klien mengatakan belum pernah dioprasi caesar sebelumnya, tetapi pernah
mengunjungi temannya yang pernah melakukan oprasi caesar.
94

8. Klien mengatakan ASI sudah mulai keluar.


DO 1. TD: 130 mmHg
Nadi: 80x/menit
RR: 20x/menit
S: 36,6C
2. Klien saat ini telah selesai oprasi.
3. Klien masih terpasang kateter, infus RL, perban tampak kering diatas pubis
4. Klien tampak tidur terlentang, belum dapat menggunakan bantal, kaki belum dapat
digerakkan.
5. Pada jam 14.00 klien tampak meringis dan kaki sudah mulai dapat digerakkan.
6. Klien mengalami pengeluaran lochea sekitar 20cc, lochea berwarna mereah.
7. Klien tampak meringis pada saat menggerakkan badannya.
8. Klien meringgis dengan skala nyeri 6.
9. Klien mengalami keterbatasan gerak.
10. Klien saat ini berbaring saja diatas tempat tidur.
11. Klien membutuhkan bantuan pada saat beraktivitas.
12. Leukosit 19. 13 ul.
13. Klien tampak berhati-hati saat bergerak.
14. Terdapat perban luka post oprasi Sc.
15. Klien mengatakan ASI sudah keluar.
16. Klien mengatakan sudah memberikan ASI kepada bayinya.
Data Fokus
Bayi NY. N
DS 1. Ibu mengatakan bayi sudah BAB dan BAK
2. Ibu mengatakan tali pusat bayinya masih basah
3. Ibu mengatakan bayinya adalah anak pertama.
4. Ibu mengatakan biasanya tali pusat lepas dengan sendirinya.
5. Ibu mengatakan bayi mampu mengisap puting susu.
DO 1. Bayi baru lahir jam 09.30 pagi, BB: 3740 gram.
2. Tali pusat tampak masih basah.
3. Leukosit 14.21 ul (4.00-10.00).
4. KU sedang, Nadi: 140x/menit, RR: 30x/menit.
Berdasarkan table diatas dijelaskan data fokus yang diperoleh sesuai

dengan masalah yang diperoleh pada pengkajian klien begitu juga dengan data

fokus pada bayinya.


95

3. Analisa Data

Tabel 4. 5 Analisa Data Keperawatan Klien Ny. N dengan Ibu Nifas Post Sectio Caesarea di
RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2024

No. Data Penyebab Masalah


1. DS: Agen pencedera Nyeri Akut
a. Pada jam 14.00 klien mengatakan fisiologis pasca (D.0077)
nyeri sudah timbul, dan makin nyeri oprasi
jika banyak gerak, kaki sudah dapat
digerakkan.
b. Klien mengatakan nyerinya karena
luka post oprasi caesarea dan obat bi-
usnya sudah habis.
c. Klien mengatakan belum bisa banyak
bergerak untuk mengubah posisi ke
kanan dan ke kiri.
d. Klien mengatakan belum pernah
melakukan oprasi caesarea sebe-
lumnya.
DO:
a. TD: 130 mmHg
Nadi: 80x/menit.
Suhu: 36.6C
RR: 20x/menit.
b. Pada jam 14.00 klien tampak meringis
dan kaki sudah dapat digerakkan.
c. Klien tampak meringis saat meng-
gerakkan badannya.
d. Skala nyeri 6.
e. Klien meringis saat bergerak.
2. DS: - Efek prosedur Resiko Infeksi
DO: invasive (D.0142)
a. Leukosit 12.30ul. (Sebelum
Melahirkan)
b. Leukosit 19.13ul. (sesudah
Melahirkan)
c. Perban luka post op tampak kering.
3. DS: Payudara Menyusui Efektif
a. Klien mengatakan ASI sudah membesar, alveoli (D.0028)
keluar. mulai terisi ASI
b. Klien mengatakan merasa percaya
diri pada saat proses menyusui.
DO:
a. Bayi melekat pada payudara ibu
dengan benar.
b. Ibu mampu memposisikan bayi
dengan benar.
c. ASI menetes atau memancar.
96

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan analisa data yang diperoleh klien,


berdasarkan data subjektif dan data objektif, masalah klien yaitu nyeri akut, resiko
infeksi, dan menyusui efektif.

4. Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.6 Diagnosa Keperawatan Klien Ny. N dengan Ibu Nifas Post Sectio Caesarea di
RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2024

No. Hari/Tanggal ditemukan Diagnosa


1. 23 Mei 2024 Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis pasca
oprasi
(D.0077)
2. 24 Mei 2024 Resiko Infeksi b.d Efek prosedur invasif (D.0142)
3. 25 Mei 2024 Menyusui Efektif d.d Payudara membesar, Alveoli
mulai terisi ASI. (D.0028)
Berdasarkan tabel diatas dijelaskan diagnosa yang ditegakkan diperoleh
sesuai dengan pengkajian yang dilakukan mulai dari hari pertama sampai dengan
hari terakhir. Diagnosa yang ditemukan pada tanggal 23-25 Mei 2024 pada klien
yaitu: Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis pasca oprasi, Resiko Infeksi b.d
Efek prosedur invasif, dan Menyusui Efektif d.d Payudara membesar, Alveoli mulai
terisi ASI.

5. Intervensi Keperawatan

Tabel 4.7 Intervensi Keperawatan Klien Ny.N dengan Ibu Nifas Post Sectio Caesarea di
RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2024

Hari/ Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Tanggal Keperawatan
23 Mei 2024 Nyeri Akut b.d Agen Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis (I.03101)
pasca oprasi Tujuan: Setelah dilakukan
(D.0077) intervensi keperawatan Observasi
3x12 jam diharapkan 1.1 Identifikasi karakteris-
tingkat nyeri menurun tik, durasi frekuensi,
dengan Kriteria hasil: kualitas, intensitas
a. Keluhan nyeri (5) nyeri.
menurun. 1.2 Identifikasi skala
b. Meringis (5) nyeri.
menurun. 1.3 Identifikasi faktor
c. gelisah (5) menurun yang memperberat dan
memperingan nyeri.
97

1.4 Identifikasi penge-


tahuan dan keyakinan
tentang nyeri.
1.5 Identifikasi pengaruh
budaya terhadap re-
spon nyeri.
1.6 Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
1.7 Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan.
1.8 Monitor efek samping
pengaruh analgetik.
Terapeutik
1.9 Berikan teknik non
farmakalogis teknik
relaksasi tarik nafas
dalam
1.10 Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri. (misal: Suhu ru-
angan, pencahayaan,
kebisingan).
1.11 Fasilitasi istirahat dan
tidur.
1.12 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri da-
lam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi
1.13 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
1.14 Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
1.15 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
1.16 Anjurkan
menggunakan anal-
getik secara tepat.
1.17 Anjurkan teknik non
farmakologis (teknik
relaksasi tarik nafas
dalam) untuk mengu-
rangi rasa nyeri.
Kaloborasi
1.18 Kaloborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
24 Mei 2024 Resiko Infeksi b.d Efek Kontrol Resiko (L.14128) Pencegahan infeksi
prosedur invasif (I.14539)
(D.0142) Tujuan: Setelah dilakukan
asuhan keperawatan Observasi
98

selama 3x12 jam 2.1 Monitor tanda dan


diharapkan mampu gejala
mengontrol resiko dengan Terapeutik
Kriteria hasil: 2.2 Batasi pengunjung.
a. Kemampuan mencari 2.3 Berikan perawatan
informasi tentang kulit pada area
faktor resiko (5) edema.
meningkat. 2.4 Cuci tangan sebelum
b. Mengidentifikasi dan sesudah kontak
faktor resiko (5) dengan pasien dan
meningkat. lingkungan pasien
c. Kemampuan 2.5 Pertahankan teknik
melakukan strategi aseptik pada pasien
kontrol resiko (5) beresiko tinggi.
meningkat. Edukasi
2.6 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi.
2.7 Ajarkan cara
mencuci tangan yang
benar.
2.8 Ajarkan etika batuk.
2.9 Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka oprasi.
2.10 Ajarkan
meningkatkan
asupan nurtrisi.
2.11 Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan.
Kaloborasi
2.12 Kaloborasi
pemberian analgetik
(jika perlu)

25 Mei 2024 Menyusui Efektif d.d Status Menyusui Promosi ASI Ekslusif
Payudara membesar, (L.11103) (I.03135)
Alveoli mulai terisi
ASI. (D.0028) Tujuan: Setelah dilakukan Observasi
asuhan keperawatan 3.1 Identifikasi
selama 3x12 jam kebutuhan laktasi
diharapkan status bagi ibu pada
menyusui membaik anternatal, intranatal,
dengan Kriteria hasil: dan postanatal.
a. Perlekatan pada Terapeutik
payudara ibu (5) 3.2 Fasilitasi ibu
meningkat. melakukan IMD
b. Kemampuan ibu (inisiasi menyusu
mempsosikan bayi (5) dini).
meningkat. 3.3 Fasilitasi ibu untuk
c. Tetesan/pancaran ASI rawat gabung atau
(5) meningkat. rooming in.
99

d. Kepercayaan ibu (5) 3.4 Gunakan sendok dan


meningkat. cangkir jika bayi
belum bisa
menyusui.
3.5 Dukung ibu
menyusui dengan
mendampingi ibu
selama kegiatan
menyusui
berlangsung.
3.6 Diskusikan dengan
keluarga tentang ASI
eksklusif.
3.7 Siapkan kelas
menyusui pada masa
prenatal minimal 2
kali dan periode
pascapartum minimal
3 kali.
Edukasi
3.8 Jelaskan manfaat
menyusui bagi ibu
dan bayi.
3.9 Jelaskan pentingnya
menyusui di malam
hari untuk
mempertahankan dan
meningkatkan
produksi ASI.
3.10 Jelaskan tanda-tanda
bayi cukup ASI (mis:
berat badan
meningkat, BAK
lebih dari 10
kali/hari, warna urine
tidak pekat).
3.11 Jelaskan manfaat
rawat gabung
(rooming in).
3.12 Anjurkan ibu
menyusui sesegera
mungkin setelah
melahirkan.
3.13 Anjurkan ibu
memberikan nutrisi
kepada bayi hanya
dengan ASI.
3.14 Anjurkan ibu
menyusui sesering
mungkin setelah
lahir sesuai
kebutuhan bayi.
100

3.15 Anjurkan ibu


menjaga produksi
ASI dengan
memerah, walaupun
kondisi ibu atau bayi
terpisah.
Berdasarkan tabel diatas menjelaskan mengenai intervensi berdasarkan

Tim Pokja SLKI (2019) dan Tim Pokja SIKI (2018) dan akan diberikan kepada

pasien NY. N selama masa perawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang

ditegakkan.
101

6. Implementasi

Tabel 4.8 Implementasi Keperawatan Klien Ny. N dengan Ibu Nifas Post Sectio Caesarea
di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2024

No Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf


Pelaksanaan
1. 23 Mei 2024 Visit keperawatan

11.00 1.1 Identifikasi karakteris- 1.1 Rasa nyeri belum


tik, durasi frekuensi, timbul.
kualitas, intensitas
nyeri. 1.11 Klien tertidur ditem-
1.11 Fasilitasi istirahat dan pat tidur.
tidur. 1.18 Klien
1.18 Kaloborasi pem- mendapatkan obat
berian analgetik, jika -RL 500cc
perlu. -Cefozolin 1gr
-Vitamin C 2x200
2.1 Monitor tanda dan -Dexametasone 2x1
gejala -Profenid sup 2x1
2.1 Terdapat luka post
op, perban pada luka
3.5 Dukung ibu menyusui post op kering.
dengan mendampingi 3.5 Keluarga dan suami
ibu selama menyusui mendampingi ibu
selama menyusui.

14.00 1.1 Identifikasi karakteris- 1.1 Rasa nyeri mulai


tik, durasi frekuensi, timbul.
kualitas, intensitas P: luka post op
nyeri. Q: seperti di iris-iris.
R: di perut
1.9 Berikan teknik non S: 6
farmakalogis teknik T: hilang timbul.
relaksasi tarik nafas da- 1.9 Mampu melakukan
lam teknik relaksasi tarik
nafas dalam.

2.6 Jelaskan tanda dan 2.6 Belum mengetahui


gejala infeksi. tanda dan gejala in-
2.7 Ajarkan cara mencuci feksi
tangan yang benar. 2.7 Kurang dalam
melakukan cuci tan-
gan dengan benar.
102

16.50 3.1 Identifikasi kebutuhan 3.1 Belum mampu mem-


laktasi pada ibu berikan asupan ASI
menyusui. pada bayinya.

1.9 Berikan teknik non 1.9 Mengurangi rasa


farmakalogis teknik nyeri dengan teknik
relaksasi tarik nafas relaksasi tarik nafas
dalam dalam.
1.18 Kaloborasi pemberian 1.18 Cefozolin 1mg.
analgetik, jika perlu.
2.2 Batasi pengunjung. 2.2 Klien dijaga oleh
suami dan ibunya
3.6 Diskusikan dengan 3.6 Keluarga dan ibu
keluarga tentang ASI mencoba menggapai
eksklusif. pemberikan ASI
ekslusif terhadap
bayi.
20.00 2.11 Anjurkan 2.11 Asupan cairan
meningkatkan asupan 1.700cc perhari.
cairan. 2.12 Klien mendapatkan
2.12 Kaloborasi pemberian obat,
analgetik. -RL 500cc
3.6 Anjurkan ibu -Cefozolin 1gr
menyusui sesering -Vitamin C 2x200
mungkin setelah lahir -Dexametasone 2x1
sesuai kebutuhan bayi. 3.6 Ibu memberikan ASI
dengan kebutuhan
bayinya atau pada
saat bayinya me-
nangis.
2. 24 Mei 2024 Visit Keperawatan.

08.30 1.1 Identifikasi karakteris- 1.1 -Klien mengatakan


tik, durasi frekuensi, nyeri berkurang
kualitas, intensitas P: luka post op
nyeri. Q: seperti di iris-iris
2.3 Berikan perawatan kulit R: diperut
pada area edema. S: 5
3.6 Jelaskan tanda-tanda T: hilang timbul
bayi cukup ASI (mis: -Pada saat bergerak.
berat badan meningkat, -Mampu
BAK lebih dari 10 memiringkan badan
kali/hari, warna urine ke kanan dan kiri.
tidak pekat). 2.3 Tidak ada tanda-
tanda infeksi.
Perban tidak ada
rembesan atau basah.
3.6 Bayi BAK pagi ini
2x sejak subuh tadi.

102
103

1.10 Kontrol lingkungan 1.10 Klien tidak suka ke-


yang memperberat rasa bisingan di dalam ru-
11.15 nyeri. (misal: Suhu ru- angan.
angan, pencahayaan, ke-
bisingan). 2.4 Melakukan antisep-
2.4 Cuci tangan sebelum tik sebelum dan
dan sesudah kontak sesudah ke pasien
dengan pasien dan atau lingkungan
lingkungan pasien pasien.
2.12 Kaloborasi pemberian 2.12 Klien mendapatkan
analgetik obat,
-RL 500cc
3.13 Anjurkan ibu -Cefozolin 1gr
memberikan nutrisi -Dexametasone 2x1
kepada bayi hanya 3.13 Ibu memgonsumsi
dengan ASI. sumplemen atau
makan-makanan
yang tinggi protein,
sehingga memper-
lancar ASI.

15.00 1.12 Pertimbangkan jenis 1.12 Strategi yang dipa-


dan sumber nyeri dalam kai untuk meredakan
pemilihan strategi nyeri yaitu teknik
meredakan nyeri. relaksai tarik nafas
1.15 Anjurkan memonitor dalam.
nyeri secara mandiri. 2.1 Klien mampu
2.9 Ajarkan cara memeriksa mengenali rasa
kondisi luka atau luka nyerinya secara man-
oprasi. diri.
2.9 Klien mampu me-
meriksa kondisi luka.

1.2 Klien mengatkan


1.2 Identifikasi faktor yang nyeri terasa pada saat
19.45 memperberat dan mem- bergerak, relaksasi
peringan nyeri. memperingan nyeri.
2.1 Monitor tanda dan 2.1 Tidak ada keme-
gejala rahan, tidak ada
3.9 Jelaskan pentingnya bengkak.
menyusui di malam hari 3.9 Klien memberikan
untuk mempertahankan ASI pada bayi setiap
dan meningkatkan 2 jam sekali atau bila
produksi ASI. bayi menangis.

3 25 Mei 2024 Visit Keperawatan.

08.50 1.1 Identifikasi karakteris- 1.1 Klien mengatakan


tik, durasi frekuensi, nyeri tidak terasa.

103
104

kualitas, intensitas P: di iris-iris


nyeri. Q: tidak ada
R: di perut
1.9 Berikan teknik non S: 4
farmakalogis teknik T: hilang timbul.
relaksasi tarik nafas da- 1.9 Klien mampu
lam melakukan tindakan
2.3 Berikan perawatan kulit relaksasi tarik nafas
pada area edema. dalam.
2.12 Kaloborasi pemberian Klien mengatakan
analgetik. nyeri berkurang
3.14 Anjurkan ibu menyusui dengan cara
sesering mungkin menggunakan teknik
setelah lahir sesuai non farmakologis
kebutuhan bayi. yaitu relaksasi tarik
nafas dalam.
2.3 Tidak ada tanda-
tanda infeksi, luka
tampang mengering.
2.12 Klien mendapatkan obat,
-Cefozolin 1gr
-Dexametasone 2x1
3.14 Ibu rajin memberikan
ASI pada bayi, tera-
tasi
10.00 1.2 Skala Nyeri 1.2 Skala Nyeri 4
2.10 Ajarkan meningkatkan 2.10 Klien mampu
asupan nurtrisi. meningkatkan
3.10 Jelaskan tanda-tanda asupan nutrisi.
bayi cukup ASI (mis: 3.10 BAK bayi 3x, BAB
berat badan meningkat, 2x pagi ini, warna
BAK lebih dari 10 urine bayi tidak
kali/hari, warna urine pekat.
tidak pekat). Bayi cukup ASI
teratasi.

104
105

Tabel Implementasi Intervensi Tindakan Rekasasi Tarik Nafas Dalam Dengan Pasien Ibu
Nifas Post Sectio Caesarea
No Waktu Tindakan Evaluasi Tindakan Keperawatan Paraf
1. 23 Mei 2024

11.00 Sebelum: Ny. N belum merasakan nyeri dikarenakan


masih ada sisa bius post opras.

Sesudah: Ny. N memahami edukasi yang telah


diberikan, bila rasa nyeri itu timbul maka lakukan
tindakan nonfarmakalogis untuk mengurangi rasa nyeri
Ny. N
14.00
Sebelum: Ny. N merasakan nyeri, terdapat luka jaitan
post oprasi dibagian insisi abdomen klien, klien tambah
merasa nyeri apabila bergerak, dengan skala nyeri 6.

Sesudah: Ny. N Setelah diberikan edukasi pemberian


nonfarmakologi yaitu teknik relaksasi tarik nafas dalam
klien mampu melakukan teknik tersebut dan merasakan
perubahan setelah tindakan dilakukan dan mampu
mengendalikan rasa nyerinya, dengan nyeri sedang.

16.00
Sebelum: Ny. N mampu melakukan tindakan secara
mandiri pada saat menggerakkan atau berpindah posisi,
dan mampu mengalihkan rasa nyeri dengan tindakan
reklasai yang diberikan.

Sesudah: Ny. N merasakan rasa nyeri sudah mulai


teratasi dan rasa nyeri yang dirasakan sedang.
2 24 Mei 2024

08.30 Sebelum: Ny. N sulit bergerak karena intensitas nyeri


yang dirasakan pada saat bergerak meningkat.

Sesudah: Ny. N mampu mnegontrol rasa nyeri dan rasa


nyeri yang dirasakan berkurang dengan keluhan nyeri
cukup menurun.

11.15 Sebelum: Ny. N menggunakan teknik relaksasi tarik


nafas dalam pada saat nyeri timbul dan bila ingin
melakukan aktifitas.

Sesudah: Ny N dapat melakukan tindakan relaksasi dan


intensitas nyeri yang dirasakan cukup menurun.

15.00 Sebelum: Ny. N mengeluhkan rasa nyerinya pada saat


ingin belajar duduk dan melakukan aktivitas seperti
menyusui bayinya.

105
106

Sesudah: Ny. N merasakan perbedaan yang signifikan


bila terapi relaksasi ini dilakukan secara teratur, dan rasa
nyeri yang dirasakan cukup menurun dengan skala nyeri
5.

3. 25 Mei 2024 Sebelum: Ny. N mengeluh nyeri menurun dan rasa nyeri
yang dirasakan dapat tertahankan.
08.00
Sesudah: Ny. N mampu mengontrol nyerinya
menggunakan teknik relaksasi tarik nafas dalam dengan
intensitas hilang timbul dan berskala nyeri 4.

Berdasarkan tabel diatas, bahwa implementasi dan tujuan yang dilakukan

berdasarkan dari rencana atau intervensi yang telah dibuat agar kriteria hasil dapat

tercapai. Kenyataanya ada beberapa intervensi yang tidak dapat di

implementasikan. Implementasi pada klien dilakukan selama 3 hari pada tanggal

23-25 Mei 2024 diruang rawat inap mawar.

7. Evaluasi

Tabel 4.9 Evaluasi Keperawatan Klien Ny. N dengan Ibu Nifas Post Sectio Caesarea di RSUD
dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2024

Hari/ Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP) Paraf


Jam
Hari ke-1 Nyeri Akut b.d Agen pencedera S: Keluhan nyeri mulai timbul.
20.30 fisiologis pasca oprasi O: Klien tampak meringis.
(D.0077) P: luka post op
Q: seperti di iris-iris.
R: di perut
S: 6
T: hilang timbul.
A: Nyeri Akut
P: Tingkat nyeri dengan kriteria
hasil Keluhan nyeri meningkat,
Meringis meningkat,
gelisah meningkat, dengan skala
nyeri 6
Resiko Infeksi b.d Efek prosedur S: -
invasif (D.0142) O: Tampak ada luka post oprasi
SC, Leukosit 19.12 ul
A: Resiko infeksi
P: Kontrol Resiko dengan kriteria
hasil Kemampuan mencari

106
107

informasi tentang faktor resiko


menurun, mengidentifikasi faktor
resiko menurun, kemampuan
melakukan strategi kontrol resiko
menurun dengan kondisi luka
masih basah.
Menyusui Efektif d.d Payudara S: ASI sudah keluar.
membesar, Alveoli mulai terisi O: keluarga memberi dukungan
ASI. untuk pemberian ASI kepada bayi,
dan adanya pembesaran payudara.
A: Meyususi efektif
P: Status Menyusui dengen kriteria
hasil perlekatan pada payudara ibu
sedang, kemampuan ibu
mempsosikan bayi sedang. Tetesan
/pancaran ASI sedang, kepercayaan
ibu sedang, kemampuan
memberikan ASI ditigkatkan.
Hari ke-2 Nyeri Akut b.d Agen pencedera S: Keluhan nyeri cukup menurun.
20.00 fisiologis pasca oprasi O: klien tampak mampu
(D.0077). memperalih rasa nyeri dengan
tindakan relaksasi tarik nafas
dalam, klien mengatakan mampu
menggerakkan badan atau pindah
posisi ke kanan dan ke kiri.
P: luka post op
Q: seperti di iris-iris.
R: di perut
S: 5
T: hilang timbul.
A: Nyeri Akut
P: Tingkat nyeri dengan kriteria
hasil Keluhan nyeri cukup
menurun, Meringis cukup menurun,
gelisah cukup menurun, dengan
skala nyeri 5
Resiko Infeksi b.d Efek prosedur S: Tidak terlihat tanda-tanda
invasif (D.0142) infeksi.
O: tidak ada tanda-tanda infeksi,
kemerahan, bengkak, klien mampu
mengidentifikasi tanda-tanda resiko
infeksi, klien mampu melakukan
cuci tangan dengan benar.
A: Resiko infeksi.
P: Kontrol Resiko dengan kriteria
hasil Kemampuan mencari
informasi tentang faktor resiko
cukup meningkat, mengidentifikasi
faktor resikocukup meningkat,
kemampuan melakukan strategi

107
108

kontrol resiko cukup meningkat dan


tidak ada tanda-tanda infeksi.
Menyusui Efektif d.d Payudara S: Klien mengatakan memberikan
membesar, Alveoli mulai terisi ASI setiap 2 jam sekali atau apabila
ASI. bayi menangis.
O: Ibu mampu memposisikan
bayinya.
A: Menyusui efektif.
P: Status Menyusui dengen kriteria
hasil Perlekatan pada payudara ibu
cukup meningkat, kemampuan ibu
mempsosikan bayicukup
meningkat, tetesan/pancaran ASI
cukup meningkat, kepercayaan ibu
cukup meningkat.
Hari ke-3 Nyeri Akut b.d Agen pencedera S: Nyeri menurun
18.00 fisiologis pasca oprasi O: klien tampak rileks, klien
(D.0077) mampu menggontrol nyeri.
P: luka post op
Q: seperti di iris-iris.
R: di perut
S: 4
T: hilang timbul.
A: Nyeri akut
P: Tingkat nyeri dengan kriteria
hasil Keluhan nyeri menurun,
meringis menurun,
gelisah menurun, dengan skala
nyeri 4
Resiko Infeksi b.d Efek prosedur S: Tanda-tanda infeksi tidak ada
invasif (D.0142) O: luka post op
A: Resiko infeksi
P: Kontrol resiko dengan kriteria
hasil Kemampuan mencari
informasi tentang faktor resiko
cukup meningkat, mengidentifikasi
faktor resikocukup meningkat,
kemampuan melakukan strategi
kontrol resiko cukup meningkat dan
tidak ada tanda-tanda infeksi.
Menyusui Efektif d.d Payudara S: Bayi tidak gelisah dan ASI
membesar, Alveoli mulai terisi meningkat.
ASI. O: Ibu mampu memposisikan
bayinya.
A: Menyusui efektif
P: Status Menyusui dengen kriteria
hasil Perlekatan pada payudara ibu
meningkat, kemampuan ibu
mempsosikan bayi meningkat,
tetesan/pancaran ASI meningkat,
kepercayaan ibu meningkat.

108
109

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3 hari. Evaluasi menunjukkan 3 diagnosa keperawatan teratasi

dan pasien dapat dipulangkan.

5. Pembahasan

Pada Karya Tulis Ilmiah ini peneliti akan membahas mengenai adanya kesesuaian

maupun kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan pada pasien NY. N

dengan diagnosa medis Sectio Caesarea di ruang mawar RSUD Dr. Kanujoso Djatiwi-

bowo Balikpapan. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, penegakan diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan sampai evaluasi.

5.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap yang pertama dalam proses dokumentasi keperawatan

meliputi pengumpulan data, verifikasi, organisasi (pengelompokan data), interpretasi

dan dokumentasi. Selama melakukan proses pengkajian dilakukan secara menyeluruh

terhadap klien dan harus menganalisis temuan secara kritis untuk memastikan bahwa

perawat membuat keputusan klinis yang berpusat pada pasien dengan pemberian asuhan

keperawatan yang aman. Pengkajian keperawatan berfokus pada respon pasien terhadap

penyakitnya.

Pengkajian pada pasien Ny. N dengan usia 27 tahun dilakukan pada tanggal 23-

25 Mei 2024. Ditemukan pengkajian pasien yaitu G0P1A0 usia kehamilan 37-38

minggu, belum inpartu, letak lintang, Ooligohidromnion kehamilan anak pertama, yang

akan dilakukan tindakan oprasi Caesarea di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo

109
110

Balikpapan pada tanggal 23 Mei 2024 jam 09.00 pagi, klien dilakukan tindakan Sectio

Caesarea ini dikarenakan terdapat mata mines -9 kanan dan kiri.

Dalam riwayat penyakit sekarang didapatkan klien mengalami intensitas nyeri

yang dirasakan karena adanya luka post oprasi, yang terasa seperti di iris-iris di bagian

perut, dengan skala nyeri 6, dan terasa hilang timbul. Pada pemeriksaan ditemukan

status obstertrik dengan tinggi pundus uteri 2 jari dibawah pusat. Kondisi uterus keras,

tidak terdapat luka jaitan pereneum, klien mengalami pengeluaran loachea sekitar 20cc,

Pemeriksaan Laboratorium ditemukan adanya hasil tidak normal seperti

peningkatan Hematorit: 37% (37.0%-47.0%), Hb: 12.5g/dl (11.0-16.5), leukosit 19.13ul

(4.00-10.00) seperti penelitian (Rathi M. Dkk, 2016) Pada ke-32 sampel penelitian ini,

nilai mean kadar Hb pra 12,4 g/dL dan kadar Hb pasca 11,5 g/dL dengan selisih sebesar

0,9 g/dL. Rerata penurunan kadar hemoglobin pada ibu-ibu hamil masih dalam batas

normal, dan untuk Leukosit pra 12.83 ul dan kadar leukosit pasca oprasi 19.00 ul, drastis

meningkat, dan leukosit pada pasca oprasi dapat menyebabakan resiko infeksi bila tidak

diatasi dengan baik.

5.2 Diagnosa

Mengacu pada standar Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), terdapat 10 diagnosa

keperawatan yang muncul pada kasus Post Sectio Caesarea yaitu nyeri akut, resiko

infeksi, defisit perawatan diri, gangguan mobiltas fisik, kesiapan peningkatan menjadi

orang tua, pencapaian peran menjadi orang tua, dan menyusui efektif. Dengan

penjabaran sebagai berikut:

110
111

a. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis pasca oprasi (D.0077)

Di dapatkan nyeri pada pengkajian klien satu keluhan subjektifnya yaitu klien

mengeluh nyeri post operasi sectio caesarea didaerah abdomen dan nyeri bertambah

parah jika bergerak, keluhan objektif provoktif saat bergerak, qualitas seperti diiris-iris,

skala nyeri 6, timing hilang timbul, dan klien terlihat meringis menahan nyeri. Pendapat

penulis mengenai nyeri terjadi setelah proses pembedahan (sectio caesarea) dan aki-

batnya terjadinya luka hal ini sesuai antara teori dan fakta. Namun yang membedakan

adalah skala dalam menghadapi nyeri. Menurut peneliti doagnosa dapat ditegakkan ka-

rena memenuhi validasi penegakkan diagnosa keperawatan pada SDKI (PPNI, 2017),

yaitu sekitar 80-100% dari tanda mayor dan minor serta dibuktikan bahwa adanya dari

pengkajian yang ada.

b. Resiko Infeksi b.d Efek prosedur invasif (D.0142)

Berdasarkan hasil pengkajian yang ditemukan pada pasien didapatkan data

objektif adanya luka post oprasi sectio dibagian abdomen, perban tapak kering, dan

terdapat hasil pemeriksaan leukosit meningkat drastis 19.13 ul. Menurut peneliti,

diagnosa resiko infeksi berhubngan dengan prosedur invasif dapat ditegakkan karena

memenuhi validasi penegakkan diagnosa keperawatan pada SDKI (PPNI, 2017), yaitu

sekitar 80-100% dari tanda mayor dan minor serta dibuktikan data dari adanya ruam

kemerahan pada perianal.

c. Menyusui Efektif d.d Payudara membesar, Alveoli mulai terisi ASI. (D.0028)

Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan data subjektif klien mengatakan ASI su-

dah keluar. Data objektif terdapat pembesaran payudara, dan alveoli terisi. Menurut

111
112

peneliti, diagnosa menyususi efektif ditandai dengan payudara membesar, alveoli mulai

terisi dapat ditegakkan karena memenuhi validasi penegakkan diagnosa keperawatan

pada SDKI (PPNI, 2017), yaitu sekitar 80-100% dari tanda mayor dan minor serta

dibuktikan data dari pemebsaran payudara.

5.3 Intervensi

Intervensi Keperawatan yang di lakukan pada klien sesuai dengan diagnosa yang

di tegakan. Untuk intervensi pasien yaitu nyeri akut, resiko infeksi, menyusui efektif.

Berikut pembahasan intervensi pada kedua klien:

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada klien dengan masalah

keperawatan nyeri akut berhubungan agen pencedera fisiologis pasca oprasi (D.0077)

berdasarkan kiteria hasil yaitu Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama

3 x 12 jam mampu kontrol nyeri (L.14128) dengan Kriteria Hasil : Mampu mengontrol

nyeri (tahu penyebab, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi

nyeri) Melaporkan bahwa nyeri berkurang (skala nyeri 4), Mampu mengenali nyeri

(skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri), menyatakan rasa nyaman setelah nyeri

berkurang. Dengan begitu maka rencana tindakan keperawatan meliputi observasi:

identifikasi penyebab dan karakteristik nyeri, skala nyeri, identifikasi faktor nyeri yang

memperberat dan memperingan nyeri, identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang

nyeri, identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri, identifikasi pengaruh nyeri

pada kualitas hidup, monitor kebiasaan terapi komplementer yang sudah diberikan,

monitor efek samping pengaruh analgetik. Terapeutik: Berikan teknik non farmakalogis

teknik relaksasi tarik nafas dalam, kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.

112
113

(misal, suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan), fasilitasi istirahat dan tidur,

pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri.

Edukasi: Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, Jelaskan strategi meredakan

nyeri, Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri, Anjurkan menggunakan analgetik

secara tepat, Anjurkan teknik non farmakologis (teknik relaksasi tarik nafas dalam)

untuk mengurangi rasa nyeri. Kaloborasi: Kaloborasi pemberian analgetik, jika perlu.

Intervensi keperawatan yang disusun pada pasien post sectio caesarea dengan

diagnosa keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan Efek prosedur invasif

(D.0142) yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 12 jam diharapkan kontrol

resiko (L.14128) teratasi dengan kriteria hasil: Kemampuan mencari informasi tentang

faktor resiko meningkat, mengidentifikasi faktor resiko meningkat. kemampuan

melakukan strategi kontrol resiko meningkat. Dengan begitu maka rencana tindakan

keperawatan meliputi observasi: Monitor tanda dan gejala. Terapeutik: Batasi

pengunjung, berikan perawatan kulit pada area edema, cuci tangan sebelum dan sesudah

kontak dengan pasien dan lingkungan pasien, pertahankan teknik aseptik pada pasien

beresiko tinggi. Edukasi: Jelaskan tanda dan gejala infeksi, ajarkan cara mencuci tangan

yang benar, ajarkan etika batuk, ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka oprasi,

ajarkan meningkatkan asupan nurtrisi, anjurkan meningkatkan asupan cairan.

Kaloborasi: Kaloborasi pemberian imunisasi (jika perlu).

Intervensi keperawatan yang disusun pada pasien post sectio caesarea dengan

diagnosa keperawatan menyusui efektif ditandai dengan pembesaran payudara, alveoli

muali terisi ASI (D.0028) yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 12 jam

113
114

diharapkan status menyusui meningkat (L.11103) dengan kriteria hasil: Perlekatan pada

payudara ibu meningkat, kemampuan ibu mempsosikan bayi meningkat,

tetesan/pancaran ASI meningkat, kepercayaan ibu meningkat. Dengan begitu maka

rencana tindakan keperawatan meliputi obeservasi: Identifikasi kebutuhan laktasi bagi

ibu pada anternatal, intranatal, dan postanatal. Terapeutik: Fasilitasi ibu melakukan IMD

(inisiasi menyusu dini), fasilitasi ibu untuk rawat gabung atau rooming in, gunakan

sendok dan cangkir jika bayi belum bisa menyusui, dukung ibu menyusui dengan

mendampingi ibu selama kegiatan menyusui berlangsung, diskusikan dengan keluarga

tentang ASI eksklusif, siapkan kelas menyusui pada masa prenatal minimal 2 kali dan

periode pascapartum minimal 3 kali. Edukasi: Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan

bayi, jelaskan pentingnya menyusui di malam hari untuk mempertahankan dan

meningkatkan produksi ASI, jelaskan tanda-tanda bayi cukup ASI (mis: berat badan

meningkat, BAK lebih dari 10 kali/hari, warna urine tidak pekat), jelaskan manfaat

rawat gabung (rooming in), anjurkan ibu menyusui sesegera mungkin setelah

melahirkan, anjurkan ibu memberikan nutrisi kepada bayi hanya dengan ASI, anjurkan

ibu menyusui sesering mungkin setelah lahir sesuai kebutuhan bayi, anjurkan ibu

menjaga produksi ASI dengan memerah, walaupun kondisi ibu atau bayi terpisah.

5.4 Implementasi

Implementasi yang dilakukan pada Ny. N disesuaikan dengan intervensi yang

telah disusun. Penatalaksanaan pada pasien dengan sectio caesaraea yang akan

memantau perkembangan klien pada nyeri post op, luka pada abdomen, dan cara

114
115

menyusui, sehingga dalam tinjauan kasus implementasi dilakukan pada pasien Ny. N

ditanggal 23-25 Mei 2024 atau selama 3 hari.

Implementasi yang dilakukan pada pasien Ny. N dengan diagnosa nyeri akut yaitu

mengidentifikasi karakteristik, durasi, kualitas, intensitas pada nyeri, mengindentifikasi

skala nyeri, mengidentifikasi respon terahdap nyeri, dan berikan teknik non

farmakologis yaitu tekntik relaksasi tarik nafas dalam, serta kaloborasikan pemberian

obat, jika perlu.

Dalama implementasi yang dilakukan pada pasien Ny. N dengan diagnosa resiko

infeksi yaitu dengan memonitor tanda dan gejala, membatasi pengunjung, memberikan

perawatan area edema, mencuci tangan sebelum dan sesudah kondtang dengan pasien

atau lingkungan pasien.

Selanjutnya implementasi dengan diagnosa keperawatan menyusui efektif dengan

mengidentifikasi kebutuhan laktasi bagi ibu pada antrenatal, intranatal dan postanatal,

mendukung ibu menyusui dengan mendampingi ibu selama kegiatan menyusui

berlangsung, mendiskusikan dengan keluarga tentang ASI ekslusif, jelaskan manfaat

menyusui bagi ibu dan bayi.

Diuraikan diatas penulis beramsusi bahwa pasien Ny. N tidak melakukan semua

tindakan yang telah direncanakan, melainkan disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan klien.

115
116

5.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, dimana pada

dokumentasi ini akan membandingkan secara sistematis dan terencana tentang

kesehatan pada pasien dengan tujuan yang telah diformulasikan dengan kenyataan yang

dialami oleh pasien, dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya (Ballsy et

al., 2021).

Hasil evaluasi yang dilakukan pada pasien Ny. N dengan diagnosa keperawatan

pertama nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fosiologis pasca oprasi, dapat

teratasi di hari ke-3 di tanggal 25 Mei 2024. Sesuai dengan yang diharapakan keluhan

nyeri menurun, meringis menurun, gelisah menurun.

Hasil evaluasi yang dilakuka pada pasien Ny. N dengan diagnosa keparawatan

kedua resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, dapat teratasi pada hari ke-

3 pada tanggal 25 Mei 2024. Sesuai dengan yang diharapkan kemampuan mencari

informasi tentang faktor resiko meningkat, mengidentifikasi faktor resiko meningkat,

kemampuan melakukan strategi kontrol resiko meningkat.

Hasil evaluasi yang dilakukan pada pasien Ny. N dengan diagnosa keperawatan

ketiga menyusui efektif ditandai dengan pembesaran payudara, alveoli mulai terisi ASI,

dapat teratasi di hari ke-3 pada tanggal 25 Mei 2024. Sesuai dengan yang diharapkan

perlekatan pada payudara ibu meningkat, kemampuan ibu memposisikan bayi

meningkat, tetesan pancaran ASI meningkat, kepercayaan ibu meningkat.

116
117

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB V maka kesimpulan dan

saran yang dapat ditarik yaitu:

6. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian , pasien N memiliki diagnosa medis G0P1A0 dengan

pelayanan primer yang sesuai dengan tiga diagnosa penyakit. Berdasarkan diagnosis

pasien , perawatan pengobatan diberikan sesuai dengan diagnosis dan kebutuhan pasien.

Intervensi yang ditawarkan berupa penggunaan teknik tarik nafas dalam, berhasil untuk

dilakukan dan dapat mengatasi masalah keperawatan utama pada pasien. Pelaksanaan

perawatan dilakukan selama tiga hari , dan hasil evaluasi menunjukkan kondisi pasien

mengalami perubahan selama masa perawatan di rumah sakit.

7. Saran

7.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi acuan dan menjadi

bahan pembanding pada peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian pada klien

Post Sectio Caesarea.

7.2 Bagi Tempat Peneliti

Studi kasus yang peneliti lakukan tentang asuhan keperawatan pada ibu nifas post

sectio caesarea di ruang Mawar RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dapat

menjadi acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara professional

117
118

dan komprehensif. Peneliti juga memberikan saran agar perawat ruangan melakukan

pengkajian secara komprehensif dan memberikan promosi kesehatan Ibu Post Sectio

Caesarea pada Klien dan Keluarga agar dampak dari tindakan ini bisa diatasi lebih

lanjut.

7.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian yang peneliti lakukan dapat menambah keluasan ilmu khususnya

keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien ibu nifas post sectio

caesarea dan juga memacu pada peneliti selanjutnya sebagai bahan pembandingan

dalam melakukan penelitian pada pasien ibu nifas post sectio caesarea.

118
119

DATAR PUSTAKA

Isnaeni, Ana Pertiwi, And Iriantom, A. and A. (2019). Pengaruh Pemberian Terapi
Relaksasi Abdominal Breathing terhadap Nyeri Post Sectio Caesarea dengan Spinal
Anastesi di PKU Muhammadiyan Gamping. Jurnal Kesehatan Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta, 6(6), 9–33. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1134/4/4. Chapter 2.pdf

Kemenkes RI. (2022). Enhanced Recovery after Caesarean Section (ERACS).


Yankes.Kemkes. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/236/enhanced-recovery-
after-caesarean-section-eracs

Kesehatan, D. J. pelayanan. (2022). Teknik relaksasi tarik nafas dalam. In Teknik


relaksasi tarik nafas dalam (p. pharagraf 2).
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1054/teknik-relaksasi-nafas-dalam

Lailiyah, S. R. (2019). Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Pijatan Effleurage
terhadap penurunan skala nyeri pada post sectio caesarea. NURSING UPDATE :
Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan P-ISSN : 2085-5931 e-ISSN : 2623-2871, 1(1), 61–
69. https://doi.org/10.36089/nu.v1i1.37

Nurmawati, S., Analysis, G., Russell, T., Vélaz de Medrano, C., Vaillan, D., Perrenoud,
P., Desarrollo, E. L., Del, P., La, P., La, H. D. E., ABS, Fayyaz, A., Muhamad, N.,
Sulong, A. B., Song, Y. A., Park, S. J. S. S., Chae, S. W., Di, O., Of, C., … Du, Q.
(2018). Asuhan keperawatan pada Ibu Hamil Post Sectio Caesare. Gender and
Development, 120(1), 1.
http://www.uib.no/sites/w3.uib.no/files/attachments/1._ahmed-
affective_economies_0.pdf%0Ahttp://www.laviedesidees.fr/Vers-une-
anthropologie-critique.html%0Ahttp://www.cairn.info.lama.univ-
amu.fr/resume.php?ID_ARTICLE=CEA_202_0563%5Cnhttp://www.cairn.info.

Pikhospital, R. S. P. I. K. (2023). Skala nyeri Nyeri itu suatu pengalaman dan emosi
sensori yang tidak menyenangkan yang terjadi karena adanya kerusakan jaringan.
Respon terhadap nyeri dapat sangat bervariasi antara orang yang satu dengan yang
lain pada orang yang sama dalam waktu yang ber. 1.
https://www.pikhospital.co.id/info/80/skala-nyeri

RSKD Balikpapan. (2021). Profile RSKD Balikpapan.


SDKI PPNI, T. P. D. (2016). Standar Diagnosis Keperawtan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik.

SLKI PPNI, T. P. D. P. (2019). PPNI, T. P. S. D. (2019). Standar Luaran Keperawatan


Indonesia (SLKI) (1st ed.). DPP PPNI. (1st ed.).

119
120

Susilawati, Utari Kartaatmadja, F. S., & Suherman, R. (2023). Pengaruh Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Post Partum Sectio Caesarea Di
Ruang Rawat Nifas Rsud Sekarwangi Sukabumi. Media Informasi, 19(1), 2.
https://doi.org/10.37160/bmi.v19i1.53

Wahidmurni. (2023). Definisi Keperawatan Pada Ibu Hamil Post Sectio Caesarea. 2588–
2593.

World Health Organization, 2021. (2021). prevalensi data sectio caesarea Who, 2021.
https://www.who.int/home/search-results

120
121

Lampiran 1

121
122

Lampiran 2, 3, dan 4

122
123

Lampiran 5

123
124

Lampiran 6

124
125

Lampiran 7

125
126

Lampiran 8 dan 9

Anda mungkin juga menyukai