Makalah PKN (Diah Ayu Lestari)
Makalah PKN (Diah Ayu Lestari)
Makalah PKN (Diah Ayu Lestari)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan Makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah kami yang berjudul “Pelaksanaan UUD 1945 dalam
Bentuk Kewarganegaraan yang Berpastisipasi”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga
makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
2.1 Konsepsi Aspirasi Masyarakat dalam Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan .......................................................................................................3
2.2 Aspirasi Masyarakat dalam Penyusunan Program Legislasi Nasional ...............5
2.3 Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Undang-Undang............................6
BAB III PENUTUP............................................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 11
3.2 Saran.................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gagasan rancangan undang-undang atau disebut tahap pralegislasi baik dari usulan
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Pemerintah
dilakukan melalui mekanisme Program Legislasi Nasional yang selanjutnya disebut
Prolegnas. Keberadaan Prolegnas merupakan instrumen perencanaan program pembentukan
undang-undang yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis. Tidak kalah penting
dari tahap perencanaan Prolegnas (tahap hulu), tahap penyusunan, pembahasan sampai
dengan pengundangan (tahap pertengahan), hingga tahap penegakan atau pelaksanaannya di
masyarakat (tahap hilir) harus memperhatikan aspirasi dan memastikan partisipasi
masyarakat.
Indonesia sebagai negara hukum mempunyai kewajiban untuk menjamin
terciptanya
kesejahteraan bersama dalam kehidupan masyarakat melalui undang-undang yang dibuat oleh
DPR, DPD, dan Pemerintah baik yang menyangkut kepentingan ekonomi, sosial, budaya,
hukum, pendidikan maupun kepentingan politik. Sistem peraturan perundang-undangan
Indonesia sebagai suatu rangkaian unsur-unsur hukum tertulis yang saling terkait, pengaruh
memengaruhi, dan terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya yang dilandasi oleh
falsafah Pancasila dan UUD 1945 (Ranggawijaya, 1998:33).
Terkait dengan pembentukan undang-undang yang aspiratif dan partisipatif ini, di
dalamnya mengandung dua makna, yaitu: proses dan substansi. Proses adalah mekanisme
dalam pembentukan perundang-undangan yang harus dilakukan secara transparan, sehingga
dari aspirasi masyarakat dapat berpartisipasi memberikan masukan-masukan dalam mengatur
suatu permasalahan. Substansi adalah materi yang akan diatur harus ditujukan bagi
kepentingan masyarakat luas, sehingga menghasilkan suatu undang-undang yang demokratis,
aspiratif, partisipatif dan berkarakter responsif/populistis (Mahfud MD, 2011: 363).
Partisipasi, transparansi, dan demokratisasi dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan dalam satu negara
demokrasi.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsepsi Aspirasi Masyarakat dalam Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan ?
2. Bagaimana Aspirasi Masyarakat dalam Penyusunan Program Legislasi Nasional ?
3. Bagaimana Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Undang-Undang ?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Konsepsi Aspirasi Masyarakat dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan
2. Untuk Mengetahui Aspirasi Masyarakat dalam Penyusunan Program Legislasi Nasional
3. Untuk Mengetahui Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Undang-Undang
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
Partisipasi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: 831) berarti ada peran serta atau
keikutsertaan (mengawasi, mengontrol, dan memengaruhi) masyarakat dalam suatu kegiatan
pembentukan perundang-undangan, mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi
pelaksanaan peraturan. Oleh sebab itu, partisipasi masyarakat termasuk dalam kategori
partisipasi politik. (Halim dan Putera, 2010:108) Partisipasi publik dalam proses pengambilan
kebijakan yang mengikat seluruh warga adalah cara efektif untuk mencapai pola hubungan
setara antara pemerintah dan rakyat.
Partisipasi masyarakat merupakan prasyarat dan representasi dari terealisasinya
pemerintahan yang demokratis. Tanpa adanya partisipasi dan hanya mengandalkan
mobilisasi, niscaya yang namanya demokrasi dalam sistem pemerintahan negara tidak akan
terwujud. Untuk itu, penting bagi sebuah pemerintahan yang baik dalam upaya untuk
meningkatkan arus informasi, akuntabilitas, memberikan perlindungan kepada masyarakat,
serta memberikan suara bagi pihak-pihak yang paling berimbas oleh kebijakan publik yang
diterapkan.
5
a. mewujudkan materi hukum yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hukum
masyarakat;
b. mewujudkan partisipasi masyarakat dalam pembentukan peraturan perundang-undangan;
c. mewujudkan lembaga hukum yang mandiri, kredibel, adil, imparsial, dan terintegrasi
dalam satu sistem hukum; dan
d. mewujudkan aparatur hukum yang bersih, taat hukum, profesional, dan bertanggung jawab
(Badan Legislasi DPR RI dalam Evaluasi Prolegnas 2010-2014), 2014:20.
6
dan keinginan masyarakat dan menjadi sumber informasi yang berguna sekaligus merupakan
komitmen sistem demokrasi.
Penyerapan aspirasi masyarakat untuk mewujudkan perundang-undangan yang
menyejahterakan, dapat dilakukan dengan jalan membuka ruang partisipasi seluruh
komponen masyarakat. Sebagaimana yang disebutkan oleh Handoyo (2008:163), ruang
partisipasi tersebut meliputi:
1. Membuka akses informasi seluruh komponen masyarakat tentang proses penyusunan suatu
peraturan perundang-undangan;
2. Merumuskan aturan main (rule of the game) khususnya yang menyangkut transparansi
penyusunan dan perumusan Rancangan Peraturan Perundang-Undangan;
3. Untuk langkah awal pelaksanaan pemantauan, perlu merumuskan secara bersama-sama
sebuah prosedur dan tata cara mengakomodir aspirasi masyarakat dalam Pembasahan
Peraturan Perundang-Undangan.
4. Bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat menyusun kode etik sekaligus
membentuk Majelis Kehormatan yang susunan keanggotaannya terdiri dari unsur DPR RI,
masyarakat, akademisi, dan media massa;
5. Memperluas jaringan kerja sama di kalangan civil society yang selama ini sifatnya melalui
ad hoc. Jaringan kerja sama tersebut harus bersifat permanen sekaligus ada pembagian tugas
dan tanggung jawab memantau proses perumusan kaidah hukum.
Aturan yang lebih detail tentang proses partisipasi masyarakat diatur lebih lanjut
dalam Tata Tertib DPR, namun anggota DPR sebagai wakil rakyat yang berasal dari partai
politik tentu memiliki kepentingan dalam interaksi di lembaga legislatif. Keterbukaan dari
partisipasi dimaknai, kadangkala memiliki nuansa politis sebagai upaya meningkatkan
citranya sebagai politisi. Seringkali, maksud dari partisipasi didominasi kepentingan politik
dari partai politik atau golongannya, dibandingkan kepentingan masyarakat. Disamping itu,
paradigma lama yang menyebutkan bahwa proses pembuatan kebijakan adalah kewenangan
dari lembaga perwakilan, tanpa perlu mengikutsertakan partisipasi masyarakat ternyata masih
kuat dikalangan elit politik. Lembaga perwakilan seperti DPR memang memiliki kewenangan
dalam pembuatan sebuah kebijakan nasional yaitu fungsi legislasi selanjutnya, masyarakat
ditempatkan sebagai objek yang telah terwakili secara sah melalui wakilnya di DPR,
sehingga otomatis masyarakat telah ikut berpartisipasi dalam proses pembuatan kebijakan.
7
Tahapan Partisipasi dalam Usaha Memengaruhi Kebijakan
Partisipasi tidak cukup hanya dilakukan oleh beberapa orang yang duduk di lembaga
perwakilan, karena situasi dalam insititusi politik cenderung menggunakan politik atas nama
kepentingan rakyat untuk memperjuangkan kepentingan kelompok atau kelompok pribadi.
Oleh sebab itu, dalam kegiatan wakil rakyat juga perlu ada ruang partisipasi masyarakat
untuk berperan serta dalam proses kebijakan pembentukan peraturan perundang-undangan.
Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan partisipasi masyarakat yang paling utama adalah
masyarakat itu sendiri, yang perlu dibangun adalah kesadaran berpartisipasi dan dukungan
terhadap aktivitas partisipasi melalui pendidikan politik. Tetapi, hal itu tidaklah cukup,
partisipasi masyarakat lebih dibutuhkan dalam memberi masukan pada saat proses
pembentukan suatu peraturan perundang-undangan dan memberi legitimasi terhadap undang-
undang tersebut.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aspirasi masyarakat dalam penyusunan Prolegnas harus diakomodir. Hal ini sebagai
salah satu instrumen perencanaan program pembentukan undang-undang yang disusun secara
terencana, terpadu, dan sistematis dengan memerhatikan dan mempertimbangkan politik
hukum nasional. Dengan meletakkan visi pembangunan hukum di atas tujuan pembangunan
nasional. DPR, DPD, dan Pemerintah dalam melaksanakan fungsi legislasi harus
memerhatikan dan mengakomodir aspirasi masyarakat. Dimulai dari perencanaan dan
pembentukan perundang-undangan, yang mencakup tahapan: perencanaan, penyusunan,
pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. Keberadaan Prolegnas sebagai
desain dalam pembaharuan hukum nasional diharapkan mampu mewujudkan kesejahteraan
umum.
Menjadi penting untuk memastikan bahwa partisipasi masyarakat terakomodir dalam
materi undang-undang, sepanjang bertujuan untuk kepentingan dan kesejahteraan umum.
Proses legislasi dapat bersifat aspiratif atau justru sebaliknya bersifat elitis, ketika adanya
dugaan kelompok kepentingan yang turut serta menentukan proses legislasi. Sebagai lembaga
yang diberi kewenangan untuk membentuk undang-undang DPR, DPD, dan Pemerintah
dinilai belum aspiratif dalam melaksanakan fungsi legislasi yang didasarkan pada kebutuhan
dasar masyarakat Indonesia.
3.2 Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terbatas
dari keterbatasan pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini dan semoga makalah ini bermanfaat
untuk kita semua.
11
DAFTAR PUSTAKA
Asshidiqie, Jimly. 2008. Menuju Negara Hukum Demokratis. Jakarta: Sekretariat Jendral dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI.
Farida, Maria. 1998. Ilmu Perundang-Undangan Dasar-Dasar dan Pembentukannya.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Ichwanuddin, Wawan. 2006. Masyarakat Sipil dan Kebijakan Publik, Studi Kasus
Masyarakat Sipil dalam Mempengaruhi Pembuatan Kebijakan. Jakarta: YAPPIKA.
Irianto, Sulistyowati. 2003. Perempuan dan Hukum: Menuju Hukum yang Berspektif
Kesetaraan dan Keadilan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
12