BAB I desvira (3) (1)

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu kelompok

penyakit paru menahun yang berlangsung lama dan disertai dengan

peningkatan resistensi terhadap aliran udara (Padila, 2012). Penyakit Paru

Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang umum, dapat dicegah dan

dapat ditangani yang memiliki karakteristik gejala pernafasan yang menetap

dan keterbatasan aliran udara. Hal ini dikarenakan abnormalitas saluran napas

dan/atau alveolus yang biasanya disebabkan oleh pajanan gas atau partikel

berbahaya (GOLD, 2017). Ada sekitar 600 juta orang di dunia diperkirakan

mengidap penyakit PPOK dan akan terus meningkat dalam setiap tahunnya

serta 5% dari seluruh kematian di dunia atau 3,17 juta orang meninggal

karena PPOK pada tahun 2016 (WHO, 2017).

Di Indonesia PPOK juga merupakan salah satu penyebab kematian

utama perkiraan prevalensi PPOK pada laki-lai berusia >30 tahun sebesar

1,6% dan pada perempuan sebesar 0,9% dengan angka prevalensi

keseluruhan sebesar 3,7%. Prevalensi kasus PPOK di Indonesia memang

tidak terlalu tinggi tetapi PPOK akan menjadi masalah kesehatan masyarakat

yang prevalensinya akan terus mengalami peningkatan seiring dengan

meningkatnya prevalensi perilaku merokok masyarakat Indonesia (Saputro,

2022).
2

Hasil survei penyakit tidak menular oleh Ditjen PPM & PL di lima

Rumah Sakit Provinsi Lampung pada tahun 2019 menunjukkan bahwa PPOK

merupakan penyumbang angka kesakitan terbesar (35%), diikuti oleh asma

bronkial (33%), kanker paru (30%), dan lainnya (2%) (Kristiningrum, 2019).

Pasien PPOK akan mengalami obstruksi jalan napas menyebabkan reduksi

aliran udara yang beragam bergantung pada penyakit. Pada bronkhitis kronis

dan bronkhiolitis terjadi penumpukan lendir dan sekresi yang sangat banyak

sehingga menyumbat jalan napas. Pada emfisema, obstruksi pada pertukaran

oksigen dan karbon dioksida terjadi akibat kerusakan dinding alveoli yang

disebabkan oleh overekstensi ruang udara dalam paru. Pada asma, jalan napas

bronkhial menyempit dan membatasi jumlah udara yang mengalir kedalam

paru (Muttaqin, 2012).

Saturasi oksigen pasien PPOK dapat ditingkatkan dengan terapi

nonfarmakologis salah satunya dengan breathing exercise, breathing

relaxation atau deep breathing. Latihan relaksasi pernapasan mempunyai

banyak teknik, salah satunya adalah dengan menggunakan balon (balloon

blowing). Teknik relaksasi dengan meniup balon dapat membantu otot

intercosta mengelevasikan otot diafragma dan costa. Hal ini memungkinkan

untuk menyerap oksigen, mengubah bahan yang masih ada dalam paru dan

mengeluarkan karbondioksida dalam paru. meniup balon sangat efektif untuk

membantu ekpansi paru sehingga mampu mensuplay oksigen dan

mengeluarkan karbondioksida yang terjebak dalam paru pada pasien PPOK.

(Raju, 2013).
3

Cara melakukan ballon blowing yaitu dengan meniup balon 2 kali sehari,

setiap sesi latihan dilakukan 3 set latiham meniup balon, dalam satu set

latihan pasien meniup balon tiga kali sampai mengembang kemudian istirahat

1 menit diantara set latihan. Sebelum meniup balon pasien Tarik nafas selam

3-4 detik kemudian ditahan 2-3 detik kemudian ditiupkan ke balon selama 5-8

detik (Tunik, 2020).

Penelitian oleh Tunik, Niningasih, dan Yuswantoro tahun 2020 dengan

judul pengaruh breathing relaxation dengan teknik balloon blowing terhadap

saturasi oksigen pasien PPOK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi

perubahan secara signifikan terhadap saturasi oksigen sebelum dan sesudah

diberikan intervensi selama 3 hari dan 7 hari. Hasil analisis statistik

menunjukkan p value < 0,05 pada variabel saturasi oksigen. Breathing

relaxation dengan menggunakan teknik balloon blowing dapat meningkatkan

saturasi oksigen pada pasien PPOK.

Penelitian berikutnya oleh Astriani (2020) dengan judul relaksasi

pernafasan dengan teknik ballon blowing terhadap peningkatan saturasi

oksigen pada pasien PPOK. Hasil penelitian pada 30 responden PPOK

menunjukkan terdapat pengaruh relaksasi pernafasan dengan teknik ballon

blowing terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien PPOK di RSUD

Kabupaten Buleleng (Tunik et al,2017)

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik perlu melakukan

implementasi breating relaxation dengan teknik ballon blowing terhadap

saturasi oksigen pasien PPOK Diruang Paru RSUD Jendral Ahmad Yani

Metro. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di ruang Paru RSUD
4

Jendral Ahmad Yani Metro mengamati hampir seluruh pasien yang menderita

PPOK diberikan terapi obat farmakologi seperti obat antiinflamasi, antibiotik,

terapi oksigen, brokodilator dan diberikan kegiatan edukasi mengenai gaya

hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan dengan benar, tidak merokok,

cara batuk yang benar. Jarang sekali dilakukan tehnik relaksasi nafas yang

sesuai dengan sop/ standar prosedur /protokol sehingga tidak memberikan

hasil yang efektif.

Hingga saat ini tehnik ballon blowing hanya di implementasikan pada

pasin post pemasangan WSD ( water sealed drainage). Maka berdasarkan hal

tersebut penulis perlu untuk mengembangkan implementasi tehnik ballon

blowing tidak hanya pada pasien post pemasangan WSD tetapi bisa di

implementasikan pada pasien PPOK dengan SaO2 < dari 95%.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, penulis

merumuskan masalah penelitian “Bagaimanakah pengaruh implementasi

breating relaxation dengan teknik ballon blowing terhadap saturasi oksigen

pasien PPOK Diruang Paru RSUD Jendral Ahmad Yani Metro”.

C Tujuan penelitian

1. Tujuan umum
5

Tujuan karya tulis ilmiah ini untuk mengetahui implementasi

breating relaxation dengan teknik ballon blowing terhadap saturasi

oksigen pasien PPOK Diruang Paru RSUD Jendral Ahmad Yani Metro

2. Tujuan khusus

a. Karakteristik pasien PPOK.

b. Mengidentifikasi saturasi oksigen sebelum implementasi breating

relaxation dengan teknik ballon blowing pada pasien PPOK.

c. Mengidentifikasi pasien PPOK setelah dilakukan implementasi

breating relaxation dengan teknik ballon blowing dalam

meningkatkan saturasi oksigen pada pasien PPOK.

D. Manfaat penelitian

1. Secara Praktis

Meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan implementasi

breating relaxation dengan teknik ballon blowing sehingga peningkatan

saturasi oksigen pada pasien PPOK di rumah sakit.

2. Secara Teoritis

a. Tersusun protap tentang implementasi breating relaxation dengan

teknik ballon blowing pada pasien PPOK.

b. Sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih mengembangkan

penelitian tentang implementasi breating relaxation dengan teknik

ballon blowing.

Anda mungkin juga menyukai