9800-Article Text-24720-1-10-20200630

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi P-ISSN: 2580-2240

Volume 4 Nomor 1 Juni 2020 E-ISSN: 2580-2259

Efektifitas Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan
Bibit Malapari (Pongamia Pinnata (L.) Pierre) Pada Tanah Ultisol

Rike Puspitasari Tamin* dan Suci Ratna Puri


Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Jambi
Email corresponding author: rikepuspitasari_unja@yahoo.co.id/suciratna_07@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penggunaan energi bahan bakar minyak bumi terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk.
Bahan bakar yang digunakan saat ini masih tergantung pada bahan bakar fosil. Maka dari itu perlu ada upaya
untuk mencari sumber energi pengganti yang dapat diperbaharui (renewable). Salah satu tumbuhan yang
berpotensi besar dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif/biodiesel yang ramah lingkungan adalah tanaman
Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre). Penggunaan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Pupuk NPK pada
pembuatan bibit malapari diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan yang optimal. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mempelajari interaksi antara FMA dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan malapari serta untuk
mendapatkan dosis inokulum FMA dan dosis NPK terbaik untuk pertumbuhan malapari. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial yang terdiri atas dua perlakuan yaitu dosis
FMA dan dosis pupuk dengan tiga ulangan. Pemberian pupuk NPK memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun dan berat kering tajuk. Pemberian mikoriza tidak
memberikan pengaruh yang nyata pada semua variabel pengamatan dan Pemberian dosis pupuk NPK 1 g/tanaman
menunjukkan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan tanaman Malapari.

Kata kunci: Malapari, FMA, Pupuk NPK, Tanah Ultisol

1. PENDAHULUAN

Penggunaan energi bahan bakar minyak bumi terus meningkat sejalan dengan
bertambahnya jumlah penduduk. Bahan bakar yang digunakan saat ini masih tergantung pada
bahan bakar fosil. Maka dari itu perlu ada upaya untuk mencari sumber energi pengganti yang
dapat diperbaharui (renewable). Salah satu tumbuhan yang berpotensi dimanfaatkan sebagai
bahan bakar alternatif/biodiesel yang ramah lingkungan adalah tanaman Malapari (Pongamia
pinnata (L.) Pierre). Malapari merupakan tanaman sumber bahan mentah non pangan yang
memiliki potensi dapat diolah sebagai biodiesel. Pemanfaatan Malapari sebagai biodiesel
banyak dilakukan di India karena memiliki kelebihan yaitu dapat menghasilkan rendemen
minyak yang tinggi dari bijinya mencapai 27-39 % terhadap berat kering dan dalam
pemanfaatannya tidak berkompetisi terhadap kepentingan pangan (Soerawidjaja, 2005).
Malapari termasuk tanaman legum yang dapat mengikat nitrogen bebas (nitrogen fixing ability)
dan mampu mencegah abrasi pada daerah pantai (Casuarina, 2014).
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan pioner pada daerah marginal, salah satunya pada
tanah Ultisol dengan adanya pengolahaan tanah terlebih dahulu. Dari hasil penelitian tentang
tanah Ultisol, diketahui permasalahan yang ditemui yaitu kejenuhan basa yang rendah,
kejenuhan Al yang tinggi, kapasitas tukar kation yang rendah, dan kandungan NPK yang sangat
rendah (Subekti et al., 2017). Tanah Ultisol memiliki kandungan bahan organik yang rendah
dengan C/N rasio yang tergolong rendah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki sifat kimia dan biologi tanah yaitu dengan pemanfaatan penggunaaan
mikroorganisme dan penambahan unsur hara ke tanah dalam bentuk pupuk anorganik.
Mikoriza merupakan cendawan yang mampu bersimbiosis dengan semua jenis tanaman.
Tanaman dengan akar yang bermikoriza dapat meningkatkan kapasitas penyerapan unsur hara,
ketahanan tanaman terhadap cekaman kekeringan dan ketahanan tanaman terhadap patogen
akar membuat tanaman mampu untuk bertahan di lapangan dan membantu pertumbuhan

LPPM Universitas Jambi Halaman | 50


Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi P-ISSN: 2580-2240
Volume 4 Nomor 1 Juni 2020 E-ISSN: 2580-2259

tanaman menjadi cepat (Nurmalasari, 2009). Sesuai dengan pernyataan Dewi (2007) mikoriza
dapat menyerap unsur hara P dan membuat unsur hara P dapat tersedia bagi tanaman.
Faktor penting lainnya yang mempengarui pertumbuhan bibit yaitu pemupukan.
Pemupukan dilakukan untuk menambahkan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam upaya
meningkatkan pertumbuhan bibit yang dibudidayakan, baik itu menggunakan pupuk organik
maupun anorganik. Salah satu pupuk anorganik yang umum digunakan dalam budidaya bibit
tanaman kehutanan, yaitu pupuk NPK (Nitrogen, Fosfor dan Kalium). Pemupukan perlu
memperhatikan pemberian dosis yang tepat sehingga kebutuhan akan unsur hara oleh tanaman
dapat terpenuhi dengan optimal. Bila menggunakan pupuk NPK sebaiknya digunakan dengan
komposisi berimbang misalnya 15-15-15. Kandungan unsur hara nitrogen 15% dalam bentuk
NH3, fosfor 15% dalam bentuk P2O5 dan kalium 15% dalam bentuk K2O (Juanita et al., 2013) .
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh interaksi antara FMA dan
pupuk NPK terhadap pertumbuhan malapari serta untuk mendapatkan dosis inokulum FMA
dan dosis NPK terbaik untuk pertumbuhan malapari.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di pembibitan Fakultas Kehutanan Universitas Jambi dan


Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Desa
Mendalo Indah, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi. Penelitian dilaksanakan
selama 6 bulan dari bulan April sampai Oktober 2019.

2.1. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih malapari (Pongamia pinnata (L)
Pierre) yang berasal dari daerah pantai Batu Karas Ciamis, Jawa Barat; media tanam (sub soil
Ultisol); Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) yang berasal dari SEAMEO BIOTROP, Bogor
dengan genus spora yaitu Glomus sp., pupuk NPK (15:15:15). Sedangkan alat yang akan
digunakan dalam penelitian ini antara lain paranet 75%, kayu untuk tiang paranet, polybag 14 x
22 cm, plastik bening, autoclave, cangkul, timbangan digital, jangka sorong, penggaris, benang,
oven, amplop, benang, ajir, label, spidol permanen, alat tulis dan kamera.

2.2. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan pola faktorial yang terdiri atas dua faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama
merupakan dosis mikoriza (m) yang terdiri dari lima taraf, yaitu: m0 = tanpa FMA (Kontrol);
m1 = 2,5 g/tanaman; m=25 g/tanaman; m3 = 7,5 g/tanaman; m4 = 10 g/tanaman. Faktor kedua
merupakan dosis pupuk NPK (p) yang terdiri dari lima taraf, yaitu: p0 = 0 gram/bibit (tanpa
pupuk); p1 = 1 gram/bibit ; p2 = 2 gram/bibit; p3 = 3 gram/bibit; p4 = 4 gram/bibit

2.3. Pelaksanaan Penelitian

1) Persiapan Benih
Benih diseleksi untuk mendapatkan ukuran yang seragam yaitu 1-2 cm.
Penyemaian benih dilakukan pada waktu yang sama, pada bak pasir ukuran 3 x 1
m. Pemeliharaan meliputi kegiatan penyiraman dua kali sehari pada pagi dan sore
hari.

LPPM Universitas Jambi Halaman | 51


Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi P-ISSN: 2580-2240
Volume 4 Nomor 1 Juni 2020 E-ISSN: 2580-2259

2) Persiapan Tempat
Tempat pelaksanaan penelitian dibersihkan dari gulma. Pembuatan naungan dibuat
dengan menggunakan paranet 50%. Naungan dilapisi plastik bening pada bagian
atap/atas.
3) Persiapan Media Tanam
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah Ultisol dan pasir dengan
perbandingan volume (1:1). Tanah Ultisol yang diambil pada bagian subsoil dari
kedalaman 15 cm sampai 55 cm. Tanah dan pasir disterilkan menggunakan autoclave
dengan suhu 121 denga tekanan 0,1 mpa selama 1 jam. Semua bahan diaduk rata dan
dimasukan ke dalam polybag.
4) Pemindahan Semai
Semai yang dipindahkan yaitu semai yang telah berkecambah ditandai dengan
munculnya plumula. Semai yang digunakan dalam penelitian ini adalah semai yang
relatif sama baik tinggi, jumlah daun dan diameter serta bebas hama dan penyakit.
5) Pemberian Perlakuan
Pemberian inokulasi inokulum Glomus sp dilakukan bersamaan dengan penanaman
bibit dengan dosis sesuai perlakuan. Pemberian Pupuk NPK dilakukan dua minggu
setelah tanam. Pupuk NPK diberikan pada kedalaman ± 5 cm pada dua lubang di sisi
kiri-kanan bibit dengan jarak sekitar ± 5 cm dari batang utama bibit kemudian lubang
tersebut ditutup kembali.
6) Pemeliharaan
Pemeliharaan bibit meliputi kegiatan penyiraman, penyiangan gulma, dan
pengendalian hama dan penyakit.

2.4. Variabel Pengamatan Pertambahan Tinggi Bibit (cm)

Pengukuran tinggi bibit dilakukan mulai dari leher akar sampai titik tumbuh. Pengukuran tinggi
dengan mengukur pada batang bibit (3 cm dari leher akar) hingga titik tumbuh tertinggi
sehingga batas pengukuran tidak berubah.

2.5. Pertambahan Diameter Batang (cm)

Pengukuran diameter batang malapari diukur pada batang utama (3 cm dari leher akar).
Pengukuran pertama diberi tanda agar pada pengukuran diameter berikutnya dilakukan pada
tempat yang sama.

2.6. Pertambahan Jumlah Daun (helai)

Daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna. Pengamatan pertambahan
jumlah daun pertama dilakukan dua minggu setelah tanam.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil sidik ragam pengaruh pemberian inokulum FMA dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan
bibit malapari di persemaian ditunjukkan pada Tabel 1.

LPPM Universitas Jambi Halaman | 52


Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi P-ISSN: 2580-2240
Volume 4 Nomor 1 Juni 2020 E-ISSN: 2580-2259

Tabel 1. Hasil sidik ragam pengaruh pemberian inokulum FMA dan pupuk NPK terhadap
pertumbuhan bibit malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) pada tanah ultisol di
pembibitan

Pupuk Mikoriza Interaksi


Peubah KK R2
(P) (M) (PxM)

1..Tinggi Tanaman (cm) ** tn tn 26.41 0.54


2..Diameter Tanaman (cm) tn tn tn 37.92 0.36
3..Jumlah Daun (helai) ** tn tn 34.47 0.46
4..Bobot Kering (g)
Akar tn tn tn 33.60 0.27
Tajuk ** tn tn 25.01 0.49
5..Rasio Pucuk Akar * tn tn 35.09 0.43

Keterangan : (tn) : tidak berbeda nyata, (*) : berbeda nyata pada taraf uji 5%, (**) :
berbeda sangat nyata pada taraf uji 1% ; KK : koefisien keragaman ; R2 : R kuadrat.

Tabel 1 menunjukkan bahwa pupuk NPK memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun dan berat kering tajuk, namun
tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pertambahan diameter dan bobot kering akar
tanaman. Pemberian mikoriza tidak memberikan pengaruh yang nyata pada semua variabel
pengamatan. Begitu juga dengan interaksi antara perlakuan pupuk dan mikoriza tidak
memberikan pengaruh yang nyata pada semua variabel pengamatan.
Berdasarkan analisis ragam yang menunjukkan pengaruh pada semua parameter,
dilanjutkan dengan melalukan uji DMRT untuk melihat perbedaan masing-masing taraf
perlakuan. Hasil nalisis pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap pertambahan tinggi,
diameter, jumlah daun, berat kering tajuk dan berat kering akar dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh berbagai dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan tanaman Malapari
(Pongamia pinnata (L.) Pierre)

Tinggi Diameter Jumlah Daun BKT RPA


Parameter BKA (g)
(cm) (cm) (helai) (g)
P0 (0 g) 9.30 b 0.83 a 4.18b 3.22 b 1.84a 1.90 b
P1 (1 g) 16.33 a 1.07 a 8.08a 4.47 a 1.57a 2.96 a
P2 (2 g) 13.89 a 0.89 a 7.77a 3.92 ab 1.79a 2.47 ab
P3 (3 g) 13.67 a 0.92 a 6.68a 3.71 ab 1.51a 2.53 ab
P4 (4 g) 14.54 a 1.02 a 7.70a 4.09 a 1.77a 2.54 ab

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %

LPPM Universitas Jambi Halaman | 53


Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi P-ISSN: 2580-2240
Volume 4 Nomor 1 Juni 2020 E-ISSN: 2580-2259

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian dosis pupuk NPK berbeda nyata terhadap
perlakuan kontrol pada parameter pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun dan
berat kering tajuk. Pengaruh tunggal pupuk NPK terlihat pada pemberian pupuk NPK dosis 1
g/lubang tanam yang menunjukkan nilai lebih tinggi pada parameter berat kering tajuk.
Perlakuan dosis NPK 1 g, 2 g, 3g, 4 g/lubang tanam pada parameter tinggi berbeda nyata
dengan perlakuan kontrol. Pada parameter diameter, tidak memberikan perbedaan yang nyata
untuk semua variabel pengamatan. Pada parameter jumlah daun, Perlakuan dosis NPK 1 g, 2 g,
3g, 4 g/lubang tanam pada parameter pertambahan jumlah daun berbeda nyata dengan
perlakuan kontrol. Parameter berat kering tajuk menunjukkan perbedaan nyata perlakuan dosis
pupuk NPK 1g dan 4 g/lubang tanam dibandingkan dengan kontrol, namun tidak berbeda nyata
dengan perlakuan dosis pupuk NPK 2 g dan 3 g/lubang tanam. Parameter berat kering akar
tidak memberikan perbedaan yang nyata untuk semua variabel pengamatan.
Berat kering total merupakan indikator yang umum digunakan untuk mengetahui baik
tidaknya pertumbuhan tanaman karena BKT dapat menggambarkan efisiensi proses fisiologis
di dalam tanaman. Nilai berat kering total sekaligus juga menunjukan nilai biomassa suatu
tanaman. Semakin besar nilai BKT maka semakin besar nilai biomassanya. Dengan semakin
besarnya nilai biomassa maka akan semakin baik pula pertumbuhan bibit. Hal ini dikarenakan
tanaman selama hidupnya atau selama masa tertentu membentuk biomassa yang
mengakibatkan pertambahan berat dan diikuti dengan pertambahan ukuran lain yang dapat
dinyatakan secara kuantitatif (Sitompul & Guritno 1995). Variabel berat kering pucuk sangan
berkaitan erat dengan variabel lainnya seperti tinggi tanaman, diameter tanaman dan jumlah
daun, semakin besar nilai dari variabel tersebut maka akan semakin besar pula berat kering
pucuknya. Hal tersebut terlihat dari hasil yang didapat, dimana pemberian pupuk NPK dapat
meningkatkan pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun yang diikuti dengan
meningkatnya berat kering tajuk tanaman, bila dibandingkan dengan tanpa diberikan pupuk
NPK hal tersebut diduga karena pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan
unsur hara dalam tanah.
Menurut Islami dan Utomo (1995), tanaman dapat tumbuh serta mampu memberi hasil
baik jika tumbuh pada tanah yang cukup kuat menunjang tegaknya tanaman, tidak mempunyai
lapisan penghambat perkembangan akar, aerasi baik, kemasaman di sekitar netral, tidak
mempunyai kelarutan garam yang tinggi, cukup tersedia unsur hara dan air dalam kondisi yang
seimbang. Pemakaian pupuk majemuk NPK akan memberi suplai N yang cukup besar ke dalam
tanah, sehingga dengan pemberian pupuk NPK yang mengandung nitrogen tersebut akan
membantu pertumbuhan tanaman. Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang terdiri dari
pupuk tunggal N, P dan K.
Fungsi nitrogen sebagai pupuk adalah untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif
tanaman (tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N akan berwarna lebih hijau) dan
membantu proses pembentukan protein (Hardjowigeno 2003). Gejala-gejala kebanyakan N
yaitu batang menjadi lemah, mudah roboh (Hardjowigeno 2003). Gejala lainnya yaitu daun
bawah menguning, mengering sampai berwarna coklat muda.
Unsur fosfor sangat berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, bahan dasar protein,
memperkuat batang tanaman serta membantu asimilasi dan resppirasi. Gejala-gejala
kekurangan P yaitu pertumbuhan terhambat (kerdil) karena pembelahan sel terganggu, daun-
daun menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun, terlihat jelas pada tanaman yang masih
muda (Hardjowigeno 2003).
Unsur kalium berfungsi membantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat
jaringan tanaman serta membentuk antibodi tanaman melawan penyakit dan kekeringan. Salah
satu fungsi sppesifik unsur K adalah sebagai pengimbang atau penetral efek kelebihan N yang
menyebabkan tanaman menjadi sukulen (awet muda) sehingga lebih mudah terserang hama
penyakit, rapuh dan mudah rontoknya bunga/buah/daun/cabang. Hal ini karena unsur K

LPPM Universitas Jambi Halaman | 54


Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi P-ISSN: 2580-2240
Volume 4 Nomor 1 Juni 2020 E-ISSN: 2580-2259

berfungsi meningkatkan sintesis dan translokasi karbohidrat, sehingga mempercepat penebalan


dinding-dinding sel dan ketegaran tangkai/buah/cabang (Hanafiah 2007).
Ada faktor-faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman selain pupuk
anorganik. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh proses fisiologis yang terjadi di dalam
tubuh tanaman tersebut, yaitu proses fotosintesis, respirasi, translokasi dan penyerapan air serta
mineral (Daniel et al. 1987 dalam Handayani 2009). Media tanam juga sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dari segi ketersediaan hara, ketersediaan air, keremahan media yang
mempengaruhi ketersediaan oksigen dan pergerakan serta penetrasi akar. Kemasaman
media tanam juga berpengaruh besar. Jika tanah semakin asam, maka mobilitas unsur NPK
semakin rendah. Mobilitas unsur NPK yang rendah maka suplai ke tanaman juga akan
terganggu sehingga pertumbuhan tanaman akan terganggu (Handayani 2009).
Pemakaian pupuk juga sering menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan apabila
dosis yang diberikan berlebih atau berkurang, waktu pemakaian yang lebih tepat, serta unsur
yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pada penelitian ini pemberian pupuk
NPK 1 g/tanaman dapat meningkatkan tinggi, jumlah daun dan berat kering tajuk bila
dibandingkan dengan tanpa diberikan pupuk NPK, namun tidak berbeda nyata dengan
pemberian dosis pupuk NPK lainnya, sehingga pemberian pupuk NPK 1 g/tanaman dirasa
cukup dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman Malapari bila dibandingkan dengan dosis
lainnya, karena apabila dinaikan dosisnya, hasil yang didapat tetap sama. Hal tersebut dapat
menguntungkan dalam penghematan biaya dalam pemupukan.
Berdasarkan analisis ragam yang menunjukkan pengaruh pada semua parameter,
dilanjutkan dengan melalukan uji DMRT untuk melihat perbedaan masing-masing taraf
perlakuan. Hasil analisis pengaruh pemberian mikoriza terhadap pertambahan tinggi, diameter,
jumlah daun, berat kering tajuk dan berat kering akar dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh berbagai mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman Malapari (Pongamia


pinnata (L.) Pierre)
Tinggi Diameter Jumlah BKT RPA
Parameter BKA (g)
(cm) (cm) Daun (helai) (g)
M0 (0 g) 14.91 a 1.12 a 7.32 a 4.14 a 1.62 a 2.78 a
M1 (2.5 g) 13.48 a 0.97 ab 6.83 a 3.92 a 1.66 a 2.72 a
M2 (5 g) 13.61 a 0.79 b 6.85 a 3.79 a 1.69 a 2.31 a
M3 (7.5 g) 13.25 a 0.98 ab 6.45 a 3.75 a 1.71 a 2.45 a
M4 (10 g) 12.48 a 0.87 ab 6.97 a 3.81 a 1.80 a 2.14 a

Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian mikoriza hanya memberikan pengaruh
terhadap parameter pertambahan diameter tanaman Malapari. Sedangkan pada parameter
pertambahan tinggi, pertambahan jumlah daun, berat kering tajuk dan berat kering akar
pemberian mikoriza belum mampu memberikan pengaruh yang nyata. Hal tersebut diduga
dengan adanya penambahan pupuk NPK membuat peran mikoriza belum terlihat jelas. Hal
tersebut didukung dengan pernyataan Tamin (2016) yang menyatakan bahwa mikoriza bereaksi
dengan cepat ketika media tanam yang digunakan miskin unsur hara. Pada prinsipnya mikoriza
lebih efektif bekerja pada tanah – tanah yang miskin hara, tanah kritis ataupun tanah marginal
dibandingkan dengan tanah – tanah yang cukup subur. Pada parameter pertambahan diameter
perlakuan kontrol memberikan perbedaan yang nyata terhadap perlakuan mikoriza 5 g/tanaman,
namun tidak berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya.

LPPM Universitas Jambi Halaman | 55


Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi P-ISSN: 2580-2240
Volume 4 Nomor 1 Juni 2020 E-ISSN: 2580-2259

Pada variabel pertambahan diameter tanpa inokulasi mikoriza memberikan hasil yang lebih
tinggi dibandingkan dengan diberikan perlakuan mikoriza. Hal ini diduga tanaman yang tidak
diberikan mikoriza terinfeksi mikoriza indigineous yang mana mikoriza indigineous ini lebih
mampu beradaptasi dengan tanaman inangnya. Mikoriza indigineous merupakan mikoriza yang
memiliki potensi yang tinggi untuk membentuk infeksi yang intensif karena dapat mengenali
tanaman inangnya secara cepat, sehingga mikoriza indigineous akan lebih baik perannya dalam
memacu pertumbuhan tanaman daripada mikoriza introduksi (Delvian, 2006).
Inokulasi mikoriza tidak menunjukan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan tinggi,
pertambahan jumlah daun, berat kering akar dan berat kering tajuk. Hal tersebut diduga karena
pH tanah yang digunakan sebagai media yang tidak mendukung peran mikoriza pada akar
tanaman Malapari tidak bekerja dengan optimal. Pada penelitian ini tanah yang digunakan
sebagai media adalah tanah dengan jenis Ultisol pada bagian subsoil, dimana tanah tersebut
termasuk jenis tanah yang memiliki pH 4,69 yaitu tanam masam.
Menurut Sieverding dalam Margaretha (2011), bahwa mikoriza tidak dapat berkembang
baik pada pH < 5. Hal ini berdampak pada penyerapan unsur hara yang tidak optimal pada akar
tanaman. Menurut Sari et al (2016) peningkatan efisiensi penerimaan nutrisi oleh tanaman
dengan bantuan mikoriza tergantung dari 3 proses, yaitu pengambilan nutrisi oleh misileum
dari dalam tanah, traslokasi hara dalam hifa ke struktur intraradikal mikoriza dari dalam tanah
dan trasfer hara dari mikoriza ke tanaman melewati permukaan yang kompleks diantara
simbion. Lamanya penelitian yang hanya 3 bulan juga diduga menyebabkan peran dari
mikoriza belum terlihat. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Pulungan (2017) dimana
inokulasi mikoriza selama 18 minggu setelah tanam belum mampu menginfeksi akar bibit
Jabon merah secara optimal dan pengamatan yang relatif pendek menyebabkan respon bibit
Jabon belum terlihat jelas.

4. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1. Kesimpulan
Inokulasi mikoriza dan dosis pupuk NPK tidak berinteraksi secara nyata terhadap semua
variabel pertumbuhan tanaman Malapari. Pemberian pupuk NPK memberikan pengaruh yang
sangat nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun dan berat kering
tajuk, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pertambahan diameter dan bobot
kering akar tanaman. Pemberian mikoriza tidak memberikan pengaruh yang nyata pada semua
variabel pengamatan. Pemberian dosis pupuk NPK 1 g/tanaman menunjukkan pengaruh yang
lebih baik terhadap pertumbuhan tanaman Malapari.

4.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disarankan yaitu pupuk NPK dapat
diberikan sebanyak 1 g/lubang tanam untuk memacu pertumbuhan tanaman Malapari juga
dapat diberikan secara berkala setiap tahunnya agar tanaman tumbuh lebih baik. Dan perlu
adanya pengamatan yang lebih lama lagi yaitu lebih dari 4 bulan agar pengaruh pemberian
mikoriza dan pupuk NPK dapat terlihat nyata.

UCAPAN TERIMAKASIH

DIPA PNBP LPPM Pada Fakultas Kehutanan Skema Dosen Pemula Universitas Jambi Tahun
Anggaran 2019 Nomor : SP DIPA-042.01.2.400950/2019 tanggal 05 Desember 2018, sesuai
dengan Surat Perjanjian Kontrak Penelitian Nomor : B/481/UN21.18/PT.01.03/ 2019 Tanggal
07 Mei 2019

LPPM Universitas Jambi Halaman | 56


Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi P-ISSN: 2580-2240
Volume 4 Nomor 1 Juni 2020 E-ISSN: 2580-2259

DAFTAR PUSTAKA

Casuarina T. 2014. Pengaruh Vinase Sorgum dan Endomikoriza Terhadap Pertumbuhan Semai
(Pongamia Pinnata). Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Delvian. 2006. Peranan Ekologi dan Agronomi Cendawan Mikoriza Arbuskula. Departemen
Kehutanan. Universitas Sumatra Barat. Medan.

Dewi IR. 2007. Peran, prospek, dan kendala dalam pemanfaatan endomikoriza. Makalah.
Fakultas pertanian, Universitas Padjadjaran.

Garg N, Chandel S. 2010. Arbuscular mycorrhizal networks: process and function. A review.
Agron Sustain Dev 30: 581-599.

Hanafiah KA. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Handayani M. 2009. Pengaruh dosis pupuk NPK dan kompos terhadap pertumbuhan bibit
salam (Eugenia polyantha.Wight) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.

Hardjowigeno S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Medyatama Sarana Perkasa.

Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Bogor: Akademika Pressindo.

Islami T, Utomo WH. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Semarang: IKIP Semarang
Press.

Juanita D, Lasut M T, Kalangi J I dan Singgano J. 2013. Pengaruh Pemberian Pupuk Majemuk
NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Gyrinops versteegii. Universitas Sam Ratulangi.
Manado.

Margaretha. 2011. Eksplorasi dan identifikasi mikoriza indigen asal tanah bekas tambang
batubara. Jurnal Berita Biologi 10(5):641-646.

Nurmalasari D. 2009. Efektivitas Mycofer terhadap Tanaman Kehutanan, Pertanian,


Perkebunan, Bioremediasi, dan Pakan Hijau Ternak (Kajian Pustaka). Skripsi.
Departemen Silvikultur Fakultas kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Prayudyaningsih R. 2007. Aplikasi fungi mikoriza arbuskula (FMA) untuk meningkatkan


pertumbuhan bibit eboni (Diospyros celebica Bakh). Prosiding expose hasil penelitian
LITBANG Kehutanan untuk mendukung pembangunan Kehutanan regional; Makasar
12-13 November 2007. Departemen Kehutanan; Badan penelitian dan pengembangan
kehutanan. Hal 175-181.

Pulungan I.A. 2017. Pengaruh inokulasi fungi mikoriza arbuskula (FMA) terhadap
pertumbuhan bibit jabon (Anthochepalus macrophyllus ROXB Havii.). Skripsi. Fakultas
Kehutanan. Universitas Jambi.

Sari A, ZA Noli dan Suwiren.2016. Pertumbuhan bibit Surian (Toona sinensis) yang
diinokulasi mikoriza pada media tanam tanah ultisol. Jurnal AL-Kauniyah Jurnal
Biologi 9(1):1-9.

LPPM Universitas Jambi Halaman | 57


Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi P-ISSN: 2580-2240
Volume 4 Nomor 1 Juni 2020 E-ISSN: 2580-2259

Soerawidjaja. 2005. Membangun Industri Biodiesel di Indonesia. Forum Biodiesel Indonesia.

Subekti A, D Permana dan TS Wahyuni. 2017. Pengaruh pupuk kandang kotoran ayam
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman talas lokal (Colocasia esculenta L. Shott) pada
Ultisol di Kalimantan Barat. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka
Kacang dan Umbi.

Sitompul SM, Guritmo B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

Suharno dan Sufaati S. 2009. Efektivitas pemanfaatan pupuk biologi fungi mikoriza
arbuskular (FMA) terhadap pertumbuhan tanaman matoa (Pometia pinnata Forst.).
SAINS 9 (1): 81-36.

Upadhyaya H, Panda SK, Bhattacharjee MK, S Dutta. 2010. Role arbuscular mycorrhiza in
heavy metal tolerance in plants: Prospect for phytoremediation. J Phytol 2 (7): 16-27.

Suharno dan Santosa. 2005. Pertumbuhan tanaman kedelai [Glycine max (L.) Merr] yang
diinokulasi jamur mikoriza, legin dan penambahan seresah daun matoa (Pometia pinnata
Forst) pada tanah berkapur. Sains dan Sibernatika 18 (3): 367-378.

Smith SE, Read D. 2008. Mycorrhizal Symbiosis. Third Edition. Academic Press, Elsevier,
New York.

Tamin R.P. 2016. Pertumbuhan semai jabon (Anthochepalus cadama ROXB MIQ.) pada
media pasca tambang batubara yang diperkaya fungi mikoriza arbuskular, limbah
batubara dan pupuk NPK. Jurnal Universitas Jambi 18(1):33-43.

LPPM Universitas Jambi Halaman | 58

Anda mungkin juga menyukai